Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Istilah untuk manusia yang usianya sudah lanjut belum ada yang baku.
Orang sering menyebutnya berbeda-beda. Ada yang menyebutnya manusia usia
lanjut (Manula), lanjut usia (Lansia), ada yang menyebutnya golongan lanjut umur
(Glamur), usia lanjut (Usila), bahkan kalau di Inggris orang bisa menyebutnya
dengan istilah warga negara senior.
Usia lanjut adalah suatu proses alami yang tidak dapat dihindarkan. Umur
manusia sebagai makhluk hidup terbatas oleh suatu peraturan alam, maksimal
sekitar 6 (enam) kali masa bayi sampai dewasa atau 6 x 20 tahun sama dengan
120 tahun. Proses menjadi tua disebabkan oleh faktor biologik yang terdiri dari 3
fase yaitu fase progesif, fase stabil dan fase regresif. Dalam fase regresif
mekanisme lebih kearah kemunduran yang dimulai dalam sel, komponen terkecil
dari tubuh manusia. Sel-sel menjadi aus karena lama berfungsi sehingga
mengakibatkan kemunduran yang dominan dibandingkan terjadinya pemulihan.
Di dalam struktur anatomik proses menjadi tua terlihat sebagai kemunduran
didalam sel. Proses ini berlangsung secara alamiah, terus-menerus dan
berkesinambungan yang selanjutnya akan menyebabkan perubahan anatomis,
fisiologis, biokemis pada jaringan tubuh, akhirnya akan mempengaruhi fungsi dan
kemampuan badan secara keseluruhan.
Proses menjadi tua (aging) merupakan suatu perpaduan dari proses
biologik, psikologik dan sosial. Proses menua biologik telah dimulai sejak awal
kehidupan dengan pertumbuhan dan kematian sel-sel berganti. Dengan
bertambahnya usia kehidupan biologik susut secara perlahan.
Menjadi tua ditandai oleh : 1) kemunduran-kemunduran biologis yang
terlihat sebagai gejala-gejala kemunduran fisik antara lain : kulit mengendur dan
pada wajah timbul keriput serta garis-garis yang menetap, rambut mulai beruban
dan menjadi putih, gigi mulai ompong, penglihatan dan pendengaran berkurang,
mudah lelah, gerakan menjadi lamban dan kurang lincah, kerampingan tubuh
menghilang, terjadi timbunan lemak terutama dibagian perut dan pinggul; 2)
kemunduran kemampuan-kemampuan kognitif antara lain : suka lupa, ingatan
tidak berfungsi, ingatan kepada hal-hal di masa muda lebih baik dari pada kepada

1
hal-hal yang baru terjadi, yang pertama dilupakan adalah nama-nama, orientasi
umur dan persepsi terhadap waktu dan ruang tempat juga mundur, erat
hubungannya dengan daya ingat yang sudah mundur dan juga karena pandangan
biasanya sudah menyempit, meskipun telah mempunyai banyak pengalaman
namun skor dalam test-test intelegensi menjadi lebih rendah, tidak mudah
menerima hal-hal atau ide-ide baru.
Keluhan umum yang sering menyertai proses lanjut usia adalah : sering
lebih dan merasa lelah, gangguan tidur, gangguan pada saluran kencing, gangguan
dalam fungsi klasifikasi tulang, gangguan pada fungsi indera seperti fungsi
pendengaran mulai terganggu pada usia atas 60 tahun dan kemunduran fungsi
penglihatan, keluhan bagian pencernaan seperti nafsu makan mulai berkurang,
sembelit, mual-mual dan lain-lain, gigi geligi mulai tanggal, demikian pada
fungsi-fungsi tubuh lainnya mulai berkurang.
Dasar pokok perubahan yang mendukung keluhan-keluhan tersebut diatas
baik jasmani maupun rohani adalah atrofi/ penyusutan dan degenerasi/
kemunduran, dan perubahan tersebut umumnya bersifat irreversible. Kelainan-
kelainan tersebut dicegah agar jangan sampai berkelanjutan tetapi jika proses
tersebut merupakan proses yang memang sedang berjalan tentunya sedapat
mungkin dihambat agar prosesnya jangan sampai berjalan terlalu cepat.

1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Khusus
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi salah
satu tugas dari mata kuliah sistem reproduksi dan untuk meningkatkan
pengetahuan mahasiswa mengenai gangguan kesadaran dan kognitif pada
usia lanjut.

1.2.2 Tujuan Khusus


1. Mahasiswa mampu menjelaskan definisi dari setiap gangguan kesadaran
dan kognitif pada usia lanjut
2. Mahasiswa mampu menjelaskan faktor-faktor yang menyebabkan
gangguan kesadaran dan kognitif pada usia lanjut
3. Mahasiswa dapat mengetahui pengobatan dan penanganan pada gangguan
kesadaran dan kognitif pada usia lanjut

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Delirium
1) Pengertan Delirium
Delirium adalah suatu kondisi yang dikarakterisasi dengan adanya
perubahan kognitif akut (defisit memori, disorientasi, gangguan
berbahasa) dan gangguaan pada sistem kesadaran manusia. Delirium

3
bukanlah suatu penyakit melainkan suatu sindrom dengan penyebab
multipel yang terdiri atas berbagai macam pasangan gejala akibat dari
suatu penyakit dasar. Delirium didefinisikan sebagai disfungsi cerebral
yang reversible, akut dan bermanifestasi klinis pada abnormalitas
neuropsikiatri. Delirium, sering salah diintrepretasikan dengan
demensia, depresi, mania, schizophrenia akut, atau akibat usia tua, hal
ini dapat terjadi karena gejala dan tanda dari delirium juga muncul pada
demensia, depresi, mania, psikosis dll. Kata delirium berasal dari
bahasa latin yang artinya lepas jalur. Sindrom ini pernah dilaporkan
pada masa Hippocrates dan pada tahun 1813 Sutton mendeskripsikan
sebagai delirium tremens,kemudian Wernicke menyebutnya sebagai
Encephalopathy Wernicke.
Delirium adalah fungsi kognitif yang kacau ditandai dengan
Kesadaran, berkabut yang dimanifestasikan oleh lama konsentrasi yang
rendah, persepsi yang salah, gangguan pikir (Stuart dan Sundeen,
1987).

2) Terdapat 3 tipe delirium, yaitu:


a. Delirium hiperaktif: didapatkan pada pasien dengan gejala putus
substansi antara lain; alkohol, amfetamin, lysergic acid diethylamide
atau LSD.
b. Delirium hipoaktif: didapatkan pada pasien pada keadaan hepatic
encephalopathy dan hipercapnia.
c. Delirium campuran: pada pasien dengan gangguan tidur, pada siang
hari mengantuk tapi pada malam hari terjadi agitasi dan gangguan
sikap.
Mekanisme penyebab delirium masih belum dipahami secara seutuhnya.
Delirium menyebabkan variasi yang luas terhadap gangguan structural dan
fisiologik. Neuropatologi dari delirium telah dipelajari pada pasien dengan hepatic
encephalopathy dan pada pasien dengan putus alcohol. Hipotesis utama yaitu
gangguan metabolisme oksidatif yang reversibel dan abnormalitas dari multipel
neurotransmiter.

4
3) Berikut faktor-faktor penyebab Delirium:
a. Asetilkolin
Data studi mendukung hipotesis bahwa asetilkolin adalah
salah satu dari neurotransmiter yang penting dari pathogenesis
terjadinya delirium. Hal yang mendukung teori ini adalah bahwa
obat antikolinergik diketahui sebagai penyebab keadaan bingung,
pada pasien dengan transmisi kolinergik yang terganggu juga muncul
gejala ini. Pada pasien post operatif delirium serum antikolinergik
juga meningkat.
b. Dopamine
Pada otak,hubungan muncul antara aktivitas kolinergik dan
dopaminergik. Pada delirium muncul aktivitas berlebih dari
dopaminergik,pengobatan simptomatis muncul pada pemberian obat
antipsikosis seperti haloperidol dan obat penghambat dopamine.
c. Neurotransmitter lainnya
Serotonin ; terdapat peningkatan serotonin pada pasien
dengan encephalopati hepatikum.
GABA (Gamma-Aminobutyric acid); pada pasien dengan
hepatic encephalopati,peningkatan inhibitor GABA juga ditemukan.
Peningkatan level ammonia terjadi pada pasien hepatic
encephalopati,yang menyebabkan peningkatan pada asam amino
glutamat dan glutamine (kedua asam amino ini merupakan precursor
GABA). Penurunan level GABA pada susunan saraf pusat juga
ditemukan pada pasien yang mengalami gejala putus benzodiazepine
dan alkohol.
d. Mekanisme peradangan/inflamasi
Studi terkini menyatakan bahwa peran sitokin, seperti
interleukin-1 dan interleukin-6,dapat menyebabkan delirium.
Mengikuti setelah terjadinya infeksi yang luas dan paparan
toksik,bahan pirogen endogen seperti interleukin-1 dilepaskan dari
sel. Trauma kepala dan iskemia, yang sering dihubungkan dengan
delirium,terdapat hubungan respon otak yang dimediasi oleh
interleukin-1 dan interleukin 6.

5
e. Mekanisme reaksi stress
Stress psikososial dan gangguan tidur mempermudah
terjadinya delirium.
f. Mekanisme struktural
Pada pembelajaran terhadap MRI terdapat data yang
mendukung hipotesis bahwa jalur anatomi tertentu memainkan
peranan yang lebih penting daripada anatomi yang lainnya. Formatio
reticularis dan jalurnya memainkan peranan penting dari bangkitan
delirium. Jalur tegmentum dorsal diproyeksikan dari formation
retikularis mesensephalon ke tectum dan thalamus adalah struktur
yang terlibat pada delirium. Kerusakan pada sawar darah otak juga
dapat menyebabkan delirium,mekanismenya karena dapat
menyebabkan agen neuro toksik dan sel-sel peradangan (sitokin)
untuk menembus otak.

4) Kriteria diagnostik untuk delirium :


1. Gangguan kesadaran. Penurunan kesadaran terhadap lingkungan
sekitar ,dengan penurunan kemampuan untuk
fokus,mempertahankan atau mengganti perhatian.
2. Perubahan kognitif ( defisit memori, disorientasi, gangguan
berbahasa )
3. Gangguan perkembangan dalam periode waktu yang singkat. Bukti
dari riwayat penyakit, pemeriksaan fisik atau pemeriksaan
laboratorium yang mengindikasikan bahwa gangguan disebabkan
oleh konsekuensi fisiologik langsung atau akibat kondisi medis yang
umum.
Pengobatan terutama pada pasien delirium adalah untuk
mengkoreksi kondisi medis yang menyebabkan gangguan-gangguan
utama. Langkah pertama pada tata laksana pasien dengan delirium
adalah melakukan pemeriksaan yang hati hati terhadap riwayat
penderita,pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium. Informasi
dari pasien tentang riwayat pasien terdahulu maupun status penderita

6
sekarang sangat membantu para praktisi medis untuk melakukan tata
laksana yang baik untuk mengobati delirium.

B. Demensia
1) Pengertian Demensia
Definisi demensia menurut WHO adalah sindrom
neurodegeneratif yang timbul karena adanya kelainan yang bersifat
kronis dan progesifitas disertai dengan gangguan fungsi luhur multiple
seperti kalkulasi, kapasitas belajar, bahasa, dan mengambil keputusan.
Kesadaran pada demensia tidak terganggu. Gangguan fungsi kognitif
biasanya disertai dengan perburukan kontrol emosi, perilaku, dan
motivasi.
Demensia merupakan istilah digunakan untuk menjelaskan
penurunan fungsional yang disebabkan oleh kelainan yang terjadi pada
otak. Demensia bukan berupa penyakit dan bukanlah sindrom.
Pada usia muda, demensia bisa terjadi secara mendadak jika
cedera hebat, penyakit atau zat-zat racun (misalnya karbon monoksida)
menyebabkan hancurnya sel-sel otak. Tetapi demensia biasanya timbul
secara perlahan dan menyerang usia diatas 60 tahun. Namun demensia
bukan merupakan bagian dari proses penuaan yang normal. Sejalan
dengan bertambahnya umur, maka perubahan di dalam otak bisa
menyebabkan hilangnya beberapa ingatan (terutama ingatan jangka
pendek) dan penurunan beberapa kemampuan belajar. Perubahan
normal ini tidak mempengaruhi fungsi.
Pikun merupakan gejala umum demensia, walaupun pikun itu
sendiri belum berarti indikasi terjadinya demensia. Orang-orang yang
menderita demensia sering tidak dapat berpikir dengan baik dan
berakibat tidak dapat beraktivitas dengan baik. Oleh sebab itu mereka
lambat laun kehilangan kemampuan untuk menyelesaikan permasalahan
dan perlahan menjadi emosional, sering hal tersebut menjadi tidak
terkendali.

2) Faktor Penyebab Demensia

7
Banyak penyakit/sindrom menyebabkan demensia, seperti
stroke, Alzheimer, penyakit Creutzfeldt-Jakob, Penyakit Pick,
Huntington, Parkinson, AIDS, dan lain-lain. Demesia juga dapat
diinduksi oleh defisiensi niasin.
Hidrosefalus ini menyebabkan demensia yang tidak biasa,
dimana tidak hanya menyebabkan hilangnya fungsi mental tetapi juga
terjadi inkontinensia air kemih dan kelainan berjalan. Orang yang
menderita cedera kepala berulang (misalnya petinju) seringkali
mengalami demensia pugilistika (ensefalopati traumatik progresif
kronik); beberapa diantaranya juga menderita hidrosefalus.
Usia lanjut yang menderita depresi juga mengalami
pseudodemensia. Mereka jarang makan dan tidur serta sering mengeluh
tentang ingatannya yang berkurang; sedangkan pada demensia sejati,
penderita sering memungkiri hilangnya ingatan mereka.

3) Gejala Demensia
a. Demensia biasanya dimulai secara perlahan dan makin lama makin
parah, sehingga keadaan ini pada mulanya tidak disadari.
a) Terjadi penurunan dalam ingatan, kemampuan untuk mengingat
waktu dan kemampuan untuk mengenali orang, tempat dan benda.
b) Penderita memiliki kesulitan dalam menemukan dan menggunakan
kata yang tepat dan dalam pemikiran abstrak (misalnya dalam
pemakaian angka).
c) Sering terjadi perubahan kepribadian.

b. Demensia karena penyakit Alzheimer biasanya dimulai secara samar.


a) Gejala awal biasanya adalah lupa akan peristiwa yang baru saja
terjadi; tetapi bisa juga bermula sebagai depresi, ketakutan,
kecemasan, penurunan emosi atau perubahan kepribadian lainnya.
b) Terjadi perubahan ringan dalam pola berbicara; penderita
menggunakan kata-kata yang lebih sederhana, menggunakan kata-
kata yang tidak tepat atau tidak mampu menemukan kata-kata yang
tepat.
c) Ketidakmampuan mengartikan tanda-tanda bisa menimbulkan
kesulitan dalam mengemudikan kendaraan.
d) Pada akhirnya penderita tidak dapat menjalankan fungsi sosialnya.

8
c. Demensia karena stroke kecil memiliki perjalanan penyakit dengan pola
seperti menuruni tangga.
a) Gejalanya memburuk secara tiba-tiba, kemudian agak membaik
dan selanjutnya akan memburuk kembali ketika stroke yang
berikutnya terjadi.
b) Mengendalikan tekanan darah tinggi dan kencing manis kadang
dapat mencegah stroke berikutnya dan kadang terjadi
penyembuhan ringan.
c) Beberapa penderita bisa menyembunyikan kekurangan mereka
dengan baik.
d) Mereka menghindari aktivitas yang rumit (misalnya membaca atau
bekerja).
e) Penderita yang tidak berhasil merubah hidupnya bisa mengalami
frustasi karena ketidakmampuannya melakukan tugas sehari-hari.
f) Penderita lupa untuk melakukan tugasnya yang penting atau salah
dalam melakukan tugasnya.

4) Diagnosa
Diagnosis demensia ditegakkan berdasarkan penilaian menyeluruh,
dengan memperhatikan usia penderita, riwayat keluarga, awal dan
perkembangan gejala serta adanya penyakit lain (misalnya tekanan darah
tinggi atau kencing manis). Dilakukan pemeriksaan kimia darah standar.
Pemeriksaan CT scan dan MRI dimaksudkan untuk menentukan adanya
tumor, hidrosefalus atau stroke.
Jika pada seorang lanjut usia terjadi kemunduran ingatan yang
terjadi secara bertahap, maka diduga penyebabnya adalah penyakit
Alzheimer. Diagnosis penyakit Alzheimer terbukti hanya jika dilakukan
otopsi terhadap otak, yang menunjukkan banyaknya sel saraf yang hilang.
Sel yang tersisa tampak semrawut dan di seluruh jaringan otak tersebar
plak yang terdiri dari amiloid (sejenis protein abnormal).
Metode diagnostik yang digunakan untuk mendiagnosis penyakit
ini adalah pemeriksaan pungsi lumbal dan PET (positron emission
tomography), yang merupakan pemerisaan skening otak khusus.

9
5) Pengobatan
a) Sebagian besar kasus demensia tidak dapat disembuhkan.
a. Obat takrin membantu penderita dengan penyakit Alzheimer, tetapi
menyebabkan efek samping yang serius. Takrin telah digantikan oleh
donepezil, yang menyebabkan lebih sedikit efek samping dan
memperlambat perkembangan penyakit Alzheimer selama 1 tahun atau
lebih.
b. Ibuprofen juga bisa memperlambat perjalanan penyakit ini. Obat ini
paling baik jika diberikan pada stadium dini.
c. Demensia karena stroke yang berturut-turut tidak dapat diobati, tetapi
perkembangannya bisa diperlambat atau bahkan dihentikan dengan
mengobati tekanan darah tinggi atau kencing manis yang berhubungan
dengan stroke. Jika hilangnya ingatan disebabakan oleh depresi,
diberikan obat anti-depresi. Jika didiagnosis secara dini, maka
demensia karena hidrosefalus bertekanan normal kadang dapat diatasi
dengan membuang cairan yang berlebihan di dalam otak melalui
selang drainase (shunting).
d. Untuk mengendalikan agitasi dan perilaku yang meledak-ledak, yang
bisa menyertai demensia stadium lanjut, sering digunakanobat anti-
psikosa (misalnya tioridazin dan haloperidol). Tetapi obat ini kurang
efektif dan menimbulkan efek samping yang serius. Obat anti-psikotik
efektif diberikan kepada penderita yang mengalami halusinasi atau
paranoia.

6) Membantu penderita demensia dan keluarganya:


Mempertahankan lingkungan yang familiar akan membantu
penderita tetap memiliki orientasi. Kalender yang besar, cahaya yang
terang, jam dinding dengan angka-angka yang besar atau radio juga bisa
membantu penderita tetap memiliki orientasi.
a) Menyembunyikan kunci mobil dan memasang detektor pada pintu bisa
membantu mencegah terjadinya kecelekaan pada penderita yang senang
berjalan-jalan.
b) Menjalani kegiatan mandi, makan, tidur dan aktivitas lainnya secara
rutin, bisa memberikan rasa keteraturan kepada penderita.

10
c) Memarahi atau menghukum penderita tidak akan membantu, bahkan
akan memperburuk keadaan.
d) Meminta bantuan organisasi yang memberikan pelayanan sosial dan
perawatan, akan sangat membantu.

C. Fungsi kognitif usia lanjut


1. Kecerdasan pada usia lanjut
Perubahan yang terjadi di otak lanjut usia adalah : 1) Otak
menjadi atrofis, beratnya berkurang 5-10%, ukurannya mengecil,
terutama dibagian parasagital, frontal dan parietal; 2) Jumlah neuron
berkurang dan tak dapat diganti baru; 3) Terjadi pengurangan
neurotransmitter; 4) Terbentuknya struktur abnormal di otak dan
terakumulasi pigmen organik mineral seperti lipofuscin, amyloid, plak
dan neurofibrilliary tangle; 5) Perubahan biologis lainnya yang
mempengaruhi otak seperti gangguan indera telinga, mata, gangguan
kardiovaskular, gangguan kelenjar thyroid dan kartikosteroid.
Berat otak menurun dengan melanjutnya usia. Berat otak pada
usia 90 tahun berkurang 10% dari waktu masih muda. Jumlah sel syaraf
berkurang sebanyak kira-kira 100.000 sel sehari. Pada usia dasawarsa
ke delapan, 30-50% sel-sel syaraf sudah hilang pada bagian tertentu
dari otak, namun ada daerah lain yang hilangnya berbeda, misalnya
batang otak biasanya tetap utuh.
Bila dibandingkan dengan usia 25 tahun, usia 75 tahun
menunjukkan kemunduran sebesar 20-40% dalam kecepatan menulis
tangan, memasang kancing dan memotong dengan pisau.
Umumnya usia lanjut mempunyai energi yang menurun dan
inisiatifnya berkurang. Mereka cenderung bersikap lebih hati-hati,
biasanya mereka mengalami kesulitan bila menyelesaikan masalah baru
yang rumit dan kompleks.
Perubahan intelek, memori dan variabel psikologi lainnya sudah
banyak diteliti pada usia lanjut yang normal. Berbagai peneliti yang
telah dilakukan didapatkan beberapa hal: 1) Kinerja intelektual

11
sebagaimana yang diukur dengan tes kemampuan verbal dalam bidang
vokabular (kosa kata), informasi dan komprohensi mencapai puncaknya
pada usia 20-30 tahun dan kemudian menetap sepanjang hidup, setidak-
tidaknya sampai usia pertengahan 80-an tahun, bila tidak ada penyakit
dan 2) Kemampuan melaksanakan tugas yang diberi batas waktu yang
terkait waktu, yang membutuhkan kecepatan misalnya kecepatan
mengolah informasi, mencapai puncaknya pada usia sekitar 20 tahun,
kemudian menurun lambat laun sepanjang hidup. Walaupun sebagian
dari penurunan kecepatan ini diakibatkan oleh perubahan dalam bidang
motorik dan kemampuan persepsi, didapati bukti bahwa kecepatan
pemrosesan di pusat saraf menurun dengan meningkatnya usia.
Perubahan ini dialami oleh hampir semua orang yang mencapai usia 70-
an. Namun didapatkan juga penyimpangan yaitu beberapa orang usia 70
tahun melaksanakannya lebih baik dari pada yang berusia 20 tahun.
Bertambahnya atau melanjutnya usia terjadi kelambanan dalam
banyak segi. Perlambatan terjadi pada tugas motorik yang sederhana
seperti : lari dan mengetuk jari, pada persepsi sensorik, pada tugas
kompleks yang membutuhkan pemrosesan sentral, kecepatan menyalin
kata-kata, kecepatan menambah hitungan. Namun pada beberapa tes
terlihat bahwa usia lanjut bersikap lebih hati-hati dan membuat lebih
sedikit kesalahan.

2. Daya ingat usia lanjut


Pelupa merupakan keluhan yang sering dikemukakan oleh usia
lanjut, keluhan ini dianggap lumrah dan biasa oleh masyarakat
sekitarnya.
Daya ingatan atau memori dan segi waktu dibedakan menjadi :
memori seketika jangka pendek, baru dan jangka panjang. Pada memori
seketika (immediate) subyek memanggil kembali stimulus yang
diberikan padanya beberapa menit sebelumnya. Memori jangka pendek
(short term) mencakup kejadian selama 30 menit terakhir. Memori baru
(recent) mencakup kejadian antara 30 menit sebelumnya sampai
beberapa minggu. Memori jangka panjang (remote) mencakup kejadian
yang lebih lama dari beberapa minggu lalu.

12
3. Penyebab gangguan kesadaran dan kognitif pada usia lanjut
Konfusio akut adalah suatu akibat gangguan menyeluruh fungsi
kognitif yang ditandai oleh memburuknya secara mendadak derajat
kesadaran dan kewaspadaan dan terganggunya proses berfikir yang
berakibat terjadinya disorientasi.
Metabolisme otak terutama tergantung pada jumlah glukosa dan
oksigen yang mencapai otak dan berbeda dengan organ lain tidak
mempunyai tempat penyimpanan yang cukup dan oleh karenanya
tergantung pasokan dari sirkulasi darah. Penurunan mendadak dari
pasokan tersebut akan mengganggu jalur metabolik otak dan
menyebabkan terjadinya konfusio.
Tiga kelompok penyebab bisa dikatakan sebagai penyebab utama
konfusio akut, yaitu keadaan patologik intraserebral, keadaan patologik
ekstraserebral dan penyebab iatrogenik. Kehilangan/ gangguan
sensorik dan depresi juga dapat memicu terjadinya konfusio akut.

4. Upaya upaya mempertahankan fungsi kognitif


Kemampuan mental menurun dengan melanjutnya usia, misalnya
jangka pendek dan kecepatan melakukan tugas-tugas tertentu. Usia
lanjut umumnya masih dapat melakukan lebih banyak kegiatan dari
pada yang biasanya diharapkan dari mereka. Bila mereka ingin
memelihara kemampuannya, kemampuan ini harus selalu digunakan.
Sering tugas yang dilakukan belum menggunakan kemampuannya
secara optimal. Latihan-latihan dapat membantu keadaan ini menua
secara normal bukanlah berarti terjadinya degenerasi kepribadian.
Namun, inaktivitas dan menganggur terus-menerus mengandung
bahaya yang dapat mengakibatkan desintegrasi kepribadian. Upaya
upaya yang dapak dilakukan untuk menetralisir keadaan ini dan
meningkatkan kemampuan memori melalui latihan, misalnya : 1)
Konsentrasi; 2) Mencari kata-kata (misalnya yang mulai dengan huruf
k, memuat 4 huruf dan sebagainya); 3) Melatih memori jangka
pendek; 4) Mereproduksi; 5) Memformulasi; 6) Asosiasi; 7) Mengenal;

13
8) Mengisi teka-teki silang; 9) Mengikuti kuis yang ditayangkan di
televisi dan 10) Menyediakan waktu untuk melakukan latihan-latihan
otak lainnya.

14
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Gangguan kognitif pada pasien yang mengalami gangguan jiwa, erat
hubungannnya dengan gangguan mental organik. Hal ini terlihat dari gambaran
secara umum perilaku/ gejala yang timbul akan dipengaruhi pada bagian otak
yang mengalami gangguan.
Dari intervensi yang dilakukan untuk mengatasi masalah pasien , hal
utama yang dilakukan adalah: selalu menerapkan tehnik komunikasi terapeutik.
Pendekatan secara individu dan kelompok, juga keterlibatan keluarga dalam
melakukan perawatan sangat penting untuk mencapai kesembuhan pasien.
Berdasarkan hal diatas masalah dengan gangguan kognitif sangat penting
diketahui apa penyebab terjadinya . Sehinngga intervensi yang diberikan tepat dan
sesuai untuk mengatasi masalah pasien. Akhirnya pasien diharapkan dapat
seoptimal mungkin untuk memenuhi kebutuhannya dan terhindar dari kecelakaan
yang ,membahayakan keselamatan pasien.

15
DAFTAR PUSTAKA

Stuart, Gw. and Sundeen S.J (1995). Perbandingan Delirium, Depresi dan
Demensia.St.louis: Mosby year book
Towsend, M.C (1993). Psychiatric Mental Health Nursing: Concept of Care,
Philadelphia, 2nd, Davis Company.
Wilson, H.S, and Kneils, C.R . (1992). Psychiatric Nursing . California : Addison
Wesley Nursing.
Stuart, Gail Wiscarz. Sundeen. J. Sandra. 1995. Keperawatan Jiwa. Jakarta : EGC

16

Anda mungkin juga menyukai