Anda di halaman 1dari 43

BAB I

PENDAHULUAN

Delirium merupakan gangguan fungsi otak dengan gangguan kognitif dan


perilaku, penyakit ini merupakan penyakit yang sering terjadi dan sudah
dijelaskan selama berabad-abad, namun sering tidak terdiagnosis sehingga
menyebabkan morbiditas dan mortalitas. Delirium adalah sebuah sindrom
neuropsikiatrik yang kompleks dengan onset yang akut dan berfluktuasi. Sindrom
ini mempengaruhi kesadaran dan fungsi kognitif yang mungkin diikuti oleh
peningkatan aktivitas psikomotor. Selain itu, delirium juga mempengaruhi atensi
dan beberapa pasien ada yang mengalami gangguan persepsi.1,2
Prevalensi delirium di USA pada pasien geriatri di ruang Intensive Care
Unit (ICU) berkisar 78-87%. Di Indonesia, prevalensi delirium bervariasi yaitu
14-56%, dengan angka kematian di rumah sakit sekitar 25-30%. Sindrom delirium
mencerminkan disfungsi otak yang diakibatkan oleh penyakit sistemik, penyakit
serebral, putus zat atau intoksikasi obat-obatan/ zat psikoaktif. 1,3
Delirium berhubungan dengan perpanjangan waktu tinggal di rumah sakit,
peningkatan mortalitas dan peningkatan beban biaya pengobatan pada pasien
geriatri. Delirium biasanya bersifat reversible jika penyebab yang mendasarinya
teridentifikasi. Sayangnya, delirium terkadang tidak terdeteksi pada pasien geriatri
yang dirawat di rumah sakit, walaupun prevalensinya sekitar 10-16%. Pasien
geriatri juga menjadi rentan karena pada beberapa kasus terdapat ketidakmampuan
dalam fungsi kognitif dan angka kejadian delirium pada populasi ini cukup
tinggi.4

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi
Delirium merupakan sindrom mental organik yang ditandai dengan
gangguan kesadaran dan atensi, serta perubahan kognitif atau gangguan presepsi
yang timbul dalam jangka pendek dan berfluktuasi. Delirium merupakan suatu
sindrom, bukan suatu penyakit. Delirium mengakibatkan gangguan kesadaran,
biasanya terlihat bersamaan dengan gangguan fungsi kognitif secara global.
Biasanya delirium mempunyai onset yang mendadak (beberapa jam atau hari),
perjalanan singkat dan berfluktuasi dan perbaikan yang cepat jika factor penyebab
diidentifikasi dan dihilangkan. Sindrom ini memiliki nama lain seperti keadaan
bingung akut (acute confusional state), sindrom otak akut, ensefalopati metabolik,
psikosis toksik, dan gagal otak akut.5,6,7

2.2 Epidemiologi
Menurut DSM-IV-TR, prevalensi delirium pada polpulasi umum adalah
0,4% pada orang yang berusia 18 tahun ke atas dan 1,1% pada usia 55 tahun ke
atas. Sekitar 30-40% pasien rawat inap yang berusia di atas 65 tahun dikatakan
mengalami satu episode delirium, dan 10-15% lansia lainnya mengalami delirium
saat masuk rumah sakit. Menurut DSM-IV-TR, jenis kelamin laki-laki merupakan
faktor risiko independen terjadinya delirium. Di Indonesia, prevalensi delirium di
ruang rawat akut geriatri RSCM adalah 23% (tahun 2004), sedangkan insidensnya
mencapai 17% pada pasien rawat inap. Sindrom delirium mempunyai dampak
buruk, tidak saja karena meningkatkan risiko kematian sampai 10 kali lipat,
namun juga karena memperpanjang masa rawat serta meningkatkan kebutuhan
perawatan dari petugas kesehatan dan pelaku rawat.5,7

2.3 Etiologi dan Patofisiologi


Penyebab utama delirium adalah penyakit susunan saraf pusat, penyakit
sistemik, serta intoksikasi maupun keadaan putus zat. Terdapat 4 subkategori
delirium berdasarkan sejumlah penyebab, yaitu delirium akibat kondisi medis
umum, delirium yang diinduksi oleh obat-obatan, delirium dengan etiologi

2
multipel delirium yang tak tergolongkan. Faktor predisposisi dari sindrom
delirium antara lain usia lanjut (> 65 tahun), terdapat gangguan kognitif,
gangguan penglihatan atau pendengaran, dalam pengobatan tetentu yang
mempengaruhi faal otak, polifarmasi, komorbiditas (misalnya fraktur), dan status
malnutrisi. Faktor yang dicurigai mencetus sindrom delirium antara lain obat-
obatan (antikolinergik, psikotropika, opiat, agen sedatif, dan efek polifarmasi)
infeksi (sepsis, pnemonia, infeksi saluran kemih, ensefalatis, meningitis),
gangguan sistem saraf pusat (trauma dan stroke), gangguan metabolik atau cairan
(dehidrasi, azotemia, hipo/hipernatremia, hipokalemia, gagguan asam basa,
ensefalopati renal atau hepar), gangguan kardiovaskular (infark miokardium,
gagal jantung, aritmia, perdarahan akut), faktor lingkungan (perawatan di ICU,
perpindahan ruang rawat) dan yang lainnya (demam, konstipasi, retensi urin,
alkohol).7
Mekanisme penyebab delirium masih belum dipahami secara seutuhnya.
Beberapa peneliti mengatakan bahwa delirium terjadi karena terdapat kerusakan
metabolisme oksidatif serebral dan abnormalitas pada beberapa neurotransmitter.
Berikut terdapat beberapa hipotesis mengenai delirium.
a. Asetilkolin
Data studi mendukung hipotesis bahwa asetilkolin adalah salah satu dari
neurotransmiter yang penting dari pathogenesis terjadinya delirium. Hal yang
mendukung teori ini adalah bahwa obat antikolinergik diketahui sebagai penyebab
keadaan bingung. Pada pasien dengan transmisi kolinergik yang terganggu juga
muncul gejala ini dan pada pasien post operatif delirium serum antikolinergik juga
meningkat.
b. Dopamine
Pada otak, hubungan timbal balik muncul antara aktivitas kolinergik dan
dopaminergik. Pada delirium muncul aktivitas berlebih dari dopaminergik. Gejala
simptomatis membaik dengan pemberian obat antipsikosis seperti haloperidol dan
obat penghambat dopamine.
c. Neurotransmitter lainnya
Serotonin; terdapat peningkatan serotonin pada pasien dengan encephalopati
hepatikum. Peningkatan inhibitor GABA (Gamma-Aminobutyric acid); pada

3
pasien dengan hepatic encephalopati, peningkatan inhibitor GABA juga
ditemukan. Peningkatan level ammonia terjadi pada pasien hepatic encephalopati,
yang menyebabkan peningkatan pada asam amino glutamat dan glutamine (kedua
asam amino ini merupakan precursor GABA). Penurunan level GABA pada
susunan saraf pusat juga ditemukan pada pasien yang mengalami gejala putus
benzodiazepine dan alkohol.
d. Mekanisme peradangan/inflamasi
Studi terkini menyatakan bahwa peran sitokin, seperti interleukin-1 dan
interleukin-6, dapat menyebabkan delirium. Saat terjadi proses infeksi, inflamasi
dan paparan toksik dalam tubuh, bahan pirogen endogen seperti interleukin-1
dilepaskan dari sel. Trauma kepala dan iskemia, yang sering dihubungkan dengan
delirium, dihubungkan dengan hubungan respon otak yang dimediasi oleh
interleukin-1 dan interleukin 6.
e. Mekanisme reaksi stress
Stress psikososial dikatakan dapat menyebabkan terjadinya delirium.
Gangguan tidur juga dapat mempermudah terjadinya delirium.
f. Mekanisme struktural
Formatio reticularis dan jalurnya memainkan peranan penting dari
bangkitan delirium. Jalur tegmentum dorsal diproyeksikan dari formation
retikularis mesensephalon ke tectum dan thalamus adalah struktur yang terlibat
pada delirium. Kerusakan pada sawar darah otak juga dapat menyebabkan
delirium, mekanismenya karena dapat menyebabkan agen neuro toksik dan sel-sel
peradangan (sitokin) untuk menembus otak.8,9

2.4 Manifestasi Klinis


Gambaran klinis delirium meliputi terganggunya kesadaran, seperti
penurunan tingkat kesadaran; terganggunya atensi yang mencakup berkurangnya
kemampuan memfokuskan, mempertahankan, atau mengalihkan atensi; hendaya
dalam bidang fungsi kognitif lain yang dapat bermanifestasi sebagai disorientasi
(khususnya terhadap waktu dan tempat) dan penurunan fungsi memori; awitan
yang relatif cepat (biasanya dalam hitungan jam atau hari); durasi singkat
(biasanya selama beberapa hari atau minggu); dan seringkali fluktuasi keparahan
serta manifestasi klinis lain yang nyata dan tidak dapat diramalkan terjadi

4
sepanjang hari, kadang memburuk di malam hari (senja), terkadang dengan
hendaya kognitif serta disorganisasi yang cukup parah.7
Gambaran klinis terkait sering muncul dan menonjol, meliputi
disgorganisasi proses pikir (berkisar dari tangensialitas ringan hingga inkoherensi
nyata), gangguan persepsi seperti ilusi dan halusinasi, hiperaktivitas dan
hipoaktivitas psikomotor, gangguan siklus tidur-bangun (gejala yang sering
berupa tidur yang terfragmentasi di malam hari, dengan atau tanpa rasa kantuk di
siang hari), perubahan mood (dari iritabilitas sampai disforia, ansietas, atau
bahkan euforia yang nyata), serta manifestasi lain dari fungsi neurologis yang
terganggu (contohnya hiperaktivitas atau instabilitas otonom, kejang mioklonik,
dan disartria).7
Gejala gejala klinik tersebut terjadi secara akut dan berfluktuatif; berarti
dari hari ke hari dapat terjadi perubahan gejala secara berganti ganti. Dapat pula
terjadi kondisi pasien yang fully alert di suatu hari namun pada hari berikutnya
pasien tampak gelisah (hiperaktif). Gejala yang khas (yang membedakan dari
demensia) adalah perhatian sangat terganggu, pasien tidak mempertahankan
konsentrasi maupun perhatiannya pada suatu topik pembicaraan misalnya. Tanda
yang dapat diamati antara lain terdapatnya gangguan pada uji atensi (seperti
mengurutkan nama hari dalam seminggu, mengurutkan nama bulan dalam
setahun, atau mengeja balik kata pintu.10

2.5 Diagnosis
Tampilan klinis delirium dapat bervariasi, namun secara umum delirium
diklasifikasikan berdasarkan sifat psikomotorik dalam tiga subtipe, yaitu:
1. Delirium Hipoaktif (25%)
Pasien bersikap tenang dan menarik diri, dengan tampilan klinis letargi
dan sedasi, berespons lambat terhadap rangsangan, dan pergerakan spontan
minimal. Tipe ini cenderung tidak terdeteksi pada rawat inap dan menyebabkan
peningkatan lama rawat dan komplikasi yang lebih berat.
2. Delirium Hiperaktif (30%)
Pasien memiliki gambaran agitasi, hipervigilansi, dan sering disertai
halusinasi dan delusi, yang walaupun lebih awal dapat terdeteksi, berhubungan

5
dengan peningkatan penggunaan benzodiazepin, sedasi berlebihan, dan risiko
jatuh.
3. Delirium Campuran (Mixed) (45%)
Pasien subtipe delirium campuran menunjukkan gambaran klinis baik
hiperaktif maupun hipoaktif.2,4
Masing-masing subtipe delirium diakibatkan oleh mekanisme patofisiologi
yang berbeda dan memberikan prognosis yang juga berbeda. Delirium pasca-
operasi dapat timbul pada hari pertama atau kedua pascaoperasi, namun biasanya
bersifat hipoaktif dan sering tidak terdeteksi. Delirium dapat sulit dideteksi di
ICU, mengingat uji kognitif standar sering tidak dapat digunakan karena pasien
diintubasi dan tidak dapat menjawab pertanyaan secara verbal.4
Usia lanjut merupakan faktor risiko delirium yang paling umum pada
pasien kondisi kritis. Pada pasien ICU dan pembedahan, faktor risiko yang
signifikan adalah usia lanjut dan komorbiditas, penggunaan alkohol berlebih dan
nilai APACHE II yang tinggi. Pada pasien jantung yang dirawat di ICU, beberapa
faktor risiko adalah usia lanjut dan nilai Mini-Mental State Examination (MMSE)
yang rendah.9 Klasifikasi dan kriteria diagnosis delirium dapat berdasarkan DSM
V (Diagnosis and Statistical Manual of Mental Disorders, 5th edition). Kriteria
DSM V tahun 2013 tidak berbeda dengan pada DSM IV-TR tahun 2000. DSM V
mengklasifikasikan delirium menurut etiologi sebagai berikut:
1. Delirium yang berhubungan dengan kondisi medik umum
2. Delirium intoksikasi substansi (penyalahgunaan obat)
3. Delirium penghentian substansi
4. Delirium diinduksi substansi (pengobatan atau toksin)
5. Delirium yang berhubungan dengan etiologi multipel
6. Delirium tidak terklasifikasi.4,11

6
Dalam mendiagnosis delirium, diperlukan 5 kriteria (A-E) dari DSM V,
yaitu:
a. Gangguan kesadaran (berupa penurunan kejernihan kesadaran terhadap
lingkungan) dengan penurunan kemampuan fokus, mempertahankan atau
mengubah perhatian.
b. Gangguan berkembang dalam periode singkat (biasanya beberapa jam hingga
hari) dan cenderung berfluktuasi dalam perjalanannya.
c. Perubahan kognitif (seperti defisit memori, disorientasi, gangguan bahasa)
atau perkembangan gangguan persepsi yang tidak dapat dimasukkan ke dalam
kondisi demensia.
d. Gangguan pada kriteria (a) dan (c) tidak disebabkan oleh gangguan
neurokognitif lain yang telah ada, terbentuk ataupun sedang berkembang dan
tidak timbul pada kondisi penurunan tingkat kesadaran berat, seperti koma.
e. Temuan bukti dari riwayat, pemeriksaan fisik, atau laboratorium yang
mengindikasikan gangguan terjadi akibat konsekuensi fisiologik langsung
suatu kondisi medik umum, intoksikasi atau penghentian substansi (seperti
penyalahgunaan obat atau pengobatan), pemaparan terhadap toksin, atau
karena etiologi multipel.11
Suatu algoritma dapat digunakan untuk menegakkan diagnosis sindrom
delirium yang dikenal dengan Confusion Assessment Method (CAM). Algoritma
tersebut telah divalidasi, sehingga dapat digunakan untuk penegakan diagnosis.
CAM ditambah uji status mental lain dapat dipakai sebagai baku emas diagnosis.
Algoritma CAM memiliki sensitivitas 94-100% dan spesifi sitas 90-95%, dan
tingkat reliabilitas inter-observer tinggi apabila digunakan oleh tenaga terlatih. Uji
status mental lain yang sudah lazim dikenal antara lain Mini-mental Status
Examination (MMSE), Delirium Rating Scale, Delirium Symptom Interview.
Kombinasi pemeriksaan tersebut dapat dikerjakan dalam waktu sekitar 15 menit
oleh tenaga kesehatan terlatih, cukup andal, spesifik, serta sensitif. 4,12,13
Demensia dan depresi sering menunjukkan gejala mirip delirium; bahkan
kedua kondisi tersebut dapat dijumpai bersamaan dengan sindrom delirium. Pada
keadaan tersebut, informasi dari keluarga dan pelaku rawat menjadi sangat berarti
saat anamnesis. Kondisi gangguan kognitif pasca-operasi (post-operative

7
cognitive dysfunction/POCD) agak berbeda dengan sindrom delirium, namun
mempunyai implikasi klinis yang mirip. Secara klinis POCD jarang disertai
penurunan tingkat kesadaran dan perjalanannya tidak berfl uktuasi.12

Tabel 1. Confusion Assessment Method (CAM)


Confusion Assessment Method (CAM
1. Awitan Akut dan Berfl uktuasi
a. Apakah ada bukti status mental pasien berubah mendadak (akut) dari kondisi
awalnya?
b. Apakah perilaku tersebut (abnormal) berfl uktuasi pada hari itu, dengan kata
lain hilang timbul atau
keparahannya meningkat-menurun?

2. Perhatian Tidak Terfokus


Apakah pasien sulit memusatkan perhatian, misalnya mudah sekali teralih atau
sulit mengikuti pembicaraan?

3. Pikiran Tidak Tertata


Apakah pemikiran pasien tidak tertata atau tidak koheren, misalnya percakapan
melantur atau tidak relevan, aliran
gagasan tidak jernih atau tidak logis, berganti-ganti topik secara tidak terduga?

4. Perubahan Tingkat Kesadaran


Secara keseluruhan, bagaimana Anda menilai tingkat kesadaran pasien ini?
Waspada (normal), vigilant (waspada berlebihan), letargik, stupor, koma

Pasien harus memenuhi nilai 1 dan 2 ditambah nilai 3 atau 4 untuk diagnosis
delirium

2.6 Diagnosis Banding


a. Demensia
Onset demensia terjadi secara perlahan, berbeda dengan delirium yang
terjadi secara mendadak. Meski kedua kondisi tersebut mencakup hendaya
kognitif, perubahan pada demensia lebih stabil dengan berjalannya waktu dan
tidak berfluktuasi sepanjang hari.7

8
Tabel 2. Perbandingan Delirium dan Demensia8

Gambaran Klinis Delirium Demensia


Gangguan daya ingat +++ +++
Gangguan proses berpikir +++ +++
Gangguan daya nilai +++ +++
Kesadaran berkabut +++ -
Major attention deficits +++ +
Fluktuasi perjalanan penyakit +++ +
(1 hari)
Disorientasi +++ ++
Gangguan persepsi jelas ++ -
Inkoherensi ++ +
Gangguan siklus tidur- bangun ++ +
Eksaserbasi nocturnal ++ +
Insight/tilikan ++ +
Awitan akut/subakut ++ -
b. Gangguan psikotik dan Depresi
Beberapa pasien gangguan psikotik seperti skizofrenia atau episode manik
mungkin mengalami periode perilaku yang sangat kacau yang sulit dibedakan
dengan delirium. Namun, umumnya halusinasi dan waham pada pasien psikotik
akut lebih konstan dan lebih teratur dibandingkan dengan delirium. Pasien
psikotik akut biasanya tidak mengalami perubahan tingkat kesadaran atau
orientasi. Pasien delirium dengan gejala hipoaktif mungkin akan tampak serupa
dengan pasien depresi berat namun dapat dibedakan berdasarkan EKG.7

2.7 Penatalaksanaan
Pencegahan delirium merupakan strategi paling efektif untuk mengurangi
frekuensi dan komplikasi. Obat-obatan seperti benzodiazepin atau antikolinergik
dan pencetus lain yang dikenal dapat menyebabkan delirium secara umum
hendaknya dihindari. Pencegahan yang sukses termasuk pendekatan
multikomponen juga dapat dilakukan untuk mengurangi faktor risiko. Karena
delirium memiliki banyak penyebab, maka pendekatan multikomponen
merupakan yang paling efektif dan relevan secara klinis. Yale Delirium
Prevention Trial menunjukkan efektivitas protokol intervensi yang menargetkan
kepada 6 faktor risiko: reorientasi dan terapi untuk gangguan kognitif, mobilisasi

9
dini untuk mengatasi imobilisasi, pendekatan nonfarmakologik untuk
meminimalisir penggunaan obatobat psikoaktif, intervensi untuk mencegah
gangguan siklus tidur, metode komunikasi dan perlengkapan adaptif (seperti
kacamata dan alat bantu dengar) untuk gangguan penglihatan dan pendengaran,
dan intervensi dini untuk kekurangan cairan.2,12,14
Strategi penatalaksanaan delirium dapat dibagi menjadi dua, yaitu secara
farmakologis dan nonfarmakologis.
a. Nonfarmakologis
Tatalaksana non farmakologis yang penting adalah memberikan dukungan
fisik, sensorik, dan lingkungan. Dukungan fisik dibutuhkan agar pasien delirium
tidak terjebak dalam situasi yang mencelakai dirinya sendiri. 7 Gangguan sensorik
seperti kehilangan penglihatan dan pendengaran, dapat diminimalisir dengan
menggunakan peralatan seperti kacamata dan alat bantu dengar. Imobilisasi harus
dicegah karena dapat meningkatkan agitasi, peningkatan risiko luka, dan
pemanjangan lamanya delirium. Intervensi lain termasuk membatasi perubahan
ruangan dan staf serta menyediakan kondisi perawatan pasien yang tenang,
dengan pencahayaan rendah pada malam hari. Kondisi lingkungan yang tenang
memberikan periode tidur yang tidak terganggu, cukup penting dalam penanganan
delirium. Pasien delirium sebaiknya tidak mengalami deprivasi sensorik maupun
dirangsang secara berlebihan oleh lingkungan. Mereka biasanya akan terbantu
dengan adanya teman atau saudara di ruangan yang sama atau orang yang biasa
dekat dengannya. Orientasi yang teratur terhadap orang, tempat, dan waktu dapat
membantu membuat pasien delirium merasa nyaman.4,7,14,15
b. Farmakologis
Strategi penanganan delirium secara farmakologi lebih jarang dilakukan.
Dalam pengobatan delirium, tujuan utamanya adalah mengatasi penyebab yang
mendasari. Dua gejala utama delirium yang mungkin memerlukan pengobatan
farmakologis adalah psikosis dan insomnia. Obat yang terpilih untuk psikosis
adalah Haloperidol (haldol), obat antipsikotik golongan butyrophenon. Pemberian
tergantung usia, berat badan dan kondisi fisik pasien, dengan dosis awal dengan
rentang antara 2 sampai 10 mg intramuscular, diulang dalam satu jam jika pasien
teragitasi. Segera setelah pasien tenang, medikasi oral dalam cairan konsentrat

10
atau bentuk tablet dapat dimulai. Dua dosis oral harian harus mencukupi, dengan
duapertiga dosis diberikan sebelum tidur. Untuk mencapai efek terapeutik yang
sama, dosis oral harus kira-kira 1,5 kali kali lebih tinggi dibandingkan dosis
parenteral. Dosis harian efektif total haloperidol mungkin terentang dari 5 sampai
50 mg untuk sebagian besar pasien delirium.6,7
Droperidol (inapsine) adalah suatu butyrophenon yang tersedia sebagai
suatu formula intravena alternative, walaupun monitoring elektrokardiogram
adalah sangat penting untuk pengobatan ini. Golongan phenothiazine harus
dihindari pada pasien delirium, karena obat tersebut disertai dengan aktivitas
antikolinergik yang bermakna.6

2.8 Prognosis
Apabila onset delirium akut, gejala prodromalnya seperti gelisah dan
perasaan takut mungkin muncul pada awal onset munculnya sindrom tersebut.
Bila penyebabnya telah diketahui dan dihilangkan, maka gejala-gejalanya akan
hilang dalam waktu 3-7 hari dan akan hilang seluruhnya dalam waktu dua
minggu. Berbagai studi menunjukkan hampir setengah pasien delirium keluar dari
rumah sakit dengan gejala persisten dan 20-40% di antaranya masih mengalami
delirium hingga 12 bulan. Prognosis jangka panjang pada keadaan tersebut lebih
buruk dibandingkan pasien yang mengalami perbaikan sempurna pada saat
dipulangkan dari rumah sakit.2,8

11
BAB III
LAPORAN KASUS

3.1 Identitas Pasien


Nama Pasien : KTS
Tempt, tgl lahir : 31 Desember 1934
Umur : 82 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Hindu
Alamat : Jln Tukad Yeh Aya, Denpasar
Suku : Bali
Bangsa : Indonesia
Status perkawinan : Sudah menikah
Tanggal pemeriksaan: 17 Februari 2017

3.2 Anamnesis
Keluhan Utama : Lemah seluruh tubuh

Riwayat Penyakit Sekarang :


Pasien datang dengan lemah separuh tubuh ke UGD RSUP Sanglah pada
tanggal 12 Februari 2017 pukul 16.00 WITA. Pasien mengatakan keluhan muncul
perlahan-lahan sejak kemarin pagi, bertambah berat sejak tadi pagi. Pasien
dikatakan telah mengalami penurunan kesadaran sejak 1 hari sebelum masuk
rumah sakit. Penurunan kesadaran terjadi secara tiba tiba dan perlahan tampak
makin memberat. Pasien tampak mengantuk dan tidak berespon saat dipanggil.
Selama penurunan kesadaran pasien tidak makan dan minum. Sesak dikatakan
tidak ada, demam, kejang, dan sesak dikatakan tidak ada. Buang air besar dan
buang air kecil dikatakan tidak normal.

12
Riwayat Penyakit Dahulu dan Pengobatan:
Oleh keluarganya pasien dikatakan memiliki riwayat penyakit herpes zorter
sejak tanggal 23 Januari 2017. Pasien juga sempat ke poli saraf di RSUD Buleleng
dan di diagnosis neuralgia post herpetic sejak tanggal 8 Februari 2017. Paisen
mengkonsumsi obat-obatan Neurosanbe 1 x 1 tablet, Tegretol 2 x 200 mg, Mefinal
3x 300 mg, Kapsul campur.

Riwayat Penyakit Keluarga :


Di keluarga pasien tidak terdapat anggota keluarga yang memiliki keluhan
yang sama. Aanggota keluarga pasien tidak terdapat keluhan penyakit lain seperti
diabetes mellitus ataupun hipertensi.

Riwayat sosial :
Pasien sebelumnya bekerja sebagai petani dan berhenti melakukan
aktivitas sebagai petani sejak 15 tahun yang lalu. Pasien hanya beraktivitas di
dalam rumah bersama anak dan cucunya. Pasien dikatakan jarang berolah raga
dan banyak menghabiskan waktunya di tempat tidur.

Riwayat Medis
1. Keluhan utama : Penurunan kesadaran
2. Keluhan penyerta :
a. Pusing-pusing : Tidak ada
b. Nyeri kepala : Tidak ada
c. Kesadaran menurun : Ada
d. Selera makan berubah : Ada
e. Berat badan : Berubah
f. Demam : Tidak ada
g. Sulit tidur : Ada
h. Mudah marah / tersinggung : Ada
i. Sakit tenggorokan : Tidak ada
j. Gangguan pendengaran : Tidak Ada
k. Gangguan penglihatan : Ada
l. Batuk / pilek / influenza : Tidak ada

13
m. Batuk-batuk lama : Ada
n. Sesak nafas : Tidak ada
o. Sakit gigi / lidah / gusi : Tidak ada
p. Mual / perut perih / sakit maag : Tidak ada
q. Mencret / diare : Tidak ada
r. BAB berdarah : Tidak ada
s. Mengompol : Ada
t. Jatuh : Tidak Ada
u. Sakit tulang sendi : Tidak Ada
v. Lainnya : Tidak ada
3. Riwayat penyakit sekarang : Lemas
4. Riwayat penyakit dahulu
a. Gang. pemb. darah otak / stroke : Tidak ada
b. Katarak : Tidak ada
c. Nyeri jantung (Angina) : Tidak ada
d. Serangan jantung IMA (MCI) : Tidak ada
e. Paru-paru (TBC/PPOK/Asma) : Tidak ada
f. Kolesterol tinggi : Tidak ada
g. Trigliserida tinggi : Tidak ada
h. Kegemukan (obesitas) : Tidak ada
i. Kencing manis / diabetes melitus : Tidak ada
j. Tekanan darah tinggi : Tidak ada
k. Batu saluran kencing : Tidak ada
l. Prostat : Tidak ada
m. Sakit ginjal (ISK/CRF) : Tidak ada
n. Tulang keropos / Osteoporosis : Tidak ada
o. Rematik / Osteoatritis : Tidak ada
p. Gout Pirai : Tidak ada
q. Kurang darah / anemia : Tidak ada
r. Kanker : Tidak ada
s. Gangguan lambung : Tidak ada
t. Sakit liver : Tidak ada

14
u. Batu empedu : Tidak ada
v. Lainnya : Tidak ada
5. Riwayat pembedahan : Tidak Ada
6. Riwayat rawat inap : Ada
7. Riwayat kesehatan lain : Tidak ada
8. Riwayat Alergi : Ada
9. Obat obatan saat ini
a. Dengan Resep Dokter : Ada
b. Tanpa Resep Dokter : Tidak ada
10. Riwayat sosial-kemasyarakatan-keagamaan
a. Rekreasi : Sangat jarang
b. Kegiatan keagamaan : Sangat jarang
c. Silahturahmi dengan keluarga : Jarang
d. Silahturahmi dengan sesama lansia : Jarang
e. Olahraga : Sangat jarang
11. Analisa Finansial
a. Pekerjaan utama sebelum usia 55 tahun : Petani
b. Menerima pensiun : Tidak
c. Pekerjaan saat ini : Tidak ada
d. Penghasilan rata-rata perbulan :-
e. Menerima bantuan dalam bentuk uang : Tidak ada
f. Menerima bantuan selain uang : Tidak ada
g. Masih menanggung orang lain : Tidak
h. Penghasilan cukup untuk pengeluaran : Cukup

3.3 Anamnesis Sistem


1. Keadaan umum : Lemah
2. Sistem kardio vaskular
a.Nyeri / rasa berat di dada : Tidak Ada
b.Sesak nafas pada waktu kerja : Tidak Ada
c.Terbangun tengah malam karena sesak : Tidak Ada
d.Sesak saat berbaring tanpa bantal : Tidak Ada
e.Bengkak pada kaki / tungkai : Tidak Ada
3. Pulmo
a.Sesak Napas : Tidak ada

15
b.Demam : Tidak ada
c.Batuk berdahak / kering : Tidak ada
4. Saluran cerna
a.Nafsu makan menurun/meningkat : Ada
b.Berak hitam : Tidak ada
c.Sakit perut : Tidak ada
d.Mencret : Tidak ada
e.Perut terasa kembung : Tidak ada
f.BAB berdarah : Tidak ada
5. Saluran Kencing
a.Gangguan BAK : Tidak ada
b.Nyeri BAK : Tidak ada
c.Pancaran air seni kurang : Tidak ada
d.Menetes : Tidak ada
e.Bangun malam karena BAK : Tidak ada
6. Hematologi
a.Mudah timbul lebam kulit : Tidak ada
b.Bila luka, perdarahan lambat berhenti : Tidak ada
c.Benjolan : Tidak ada
7. Rematologi
a.Kekakuan sendi : Tidak ada
b.Bengkak sendi : Tidak ada
c.Nyeri otot : Tidak ada
8. Endokrin
a.Benjolan di leher depan samping : Tidak ada
b.Gemetaran : Tidak ada
c.Lebih suka udara dingin : Tidak ada
d.Banyak keringat : Tidak ada
e.Lekas lelah / lemas : Tidak ada
f.Rasa haus bertambah : Tidak ada
g.Mudah mengantuk : Tidak ada
h.Lesu, lelah, letih, lemah : Tidak ada
i.Tidak tahan dingin : Tidak ada
9. Neurologi
a.Pusing/ Sakit kepala : Tidak ada
b.Kesulitan mengingat sesuatu : Ada
c.Pingsan sesaat : Tidak ada
d.Gangguan penglihatan : Ada
e.Gangguan pendengaran : Ada
f.Rasa baal / kesemutan anggota badan : Tidak ada
g.Kesulitan tidur : Ada
h.Kelemahan anggota tubuh : Ada
i.Lumpuh : Tidak ada
j.Kejang-kejang : Tidak ada
10. Jiwa
a.Sering lupa : Ada
b.Kelakuan aneh : Tidak ada
c.Mengembara : Tidak ada

16
d.Murung : Ada
e.Sering menangis : Tidak ada
f.Mudah tersinggung : Ada

3.4 Assesment Sindrom Geriatri


1. Penapisan Status Fungsional
a. ADL Barthel (BAI)

No. Fungsi Skor Keterangan


Inkontinen/tak teratur (perlu
0
enema)
Kadang-kadang inkontinen (1 x
01 Mengontrol BAB 1
seminggu)
2 Kontinen teratur
Inkontinen/pakai kateter dan
0
tak terkontrol
Kadang-kadang inkontinen
02 Mengontrol BAK 1
(max 1 x 24 jam)
2 Mandiri

Membersihkan diri 0 Butuh pertolongan orang lain


03 (lap muka, sisir
rambut, sikat gigi) 1 Mandiri
Tergantung pertolongan
Penggunaan toilet 0
orang lain
pergi ke dalam Perlu pertolongan beberapa
dari WC (melepas, aktivitas tetapi dapat
04 1
memakai celana, mengerjakan sendiri aktivitas
menyeka, yang lain
menyiram)
2 Mandiri

0 Tidak mampu
Perlu seseorang menolong
05 Makan 1
memotong makan
2 Mandiri
06 Berpindah tempat
0 Tidak mampu
dari tidur ke duduk
1 Perlu banyak bantuan untuk
bisa duduk (2orang)

17
2 Bantuan minimal 1 orang

3 Mandiri

0 Tidak mampu

1 Bisa berjalan dengan kursi roda


07 Mobilisasi/berjalan
Berjalan dengan bantuan satu
2
orang
3 Mandiri

0 Tergantung orang lain


Berpakaian Sebagian dibantu (mis.
08 1
(memakai baju) mengancing baju)
2 Mandiri

0 Tidak mampu

09 Naik turun tangga 1 Butuh pertolongan orang lain

2 Mandiri (naik turun)

0 Tergantung orang lain


10 Mandi
1 Mandiri

Total Skor 4 Ketergantungan total

Skor ADL (BAI)

20 : Mandiri
1219 : Ketergantungan ringan
9 11 : Ketergantungan sedang
58 : Ketergantungan berat
0 4 : Ketergantungan total

b. IADL
Independen (tidak Dependen (perlu
No Aktivitas perlu bantuan orang bantuan orang Nilai
lain)Nilai = 0 lain)Nilai = 1

18
Mengoperasikan
telepon sendiri
Mencari dan
menghubungi nomer Tidak bisa
Menghubungi menggunakan
1 Telepon 0
beberapa nomer yang telepon sama
diketahui sekali
Menjawab telepon
tetapi tidak
menghubungi
Perlu bantuan
Mengatur semua untuk mengantar
2 Belanja kebutuhan belanja belanja 1
sendiri Sama sekali tidak
mampu belanja
Menyiapkan
makanan jika
sudah disediakan
Merencanakan, bahan makanan
Persiapan menyiapkan, dan Menyiapkan
3 1
makanan menghidangkan makanan tetapi
makanan tidak mengatur
diet yang cukup
Perlu disiapkan
dan dilayani
Merawat rumah Perlu bantuan
sendiri atau bantuan untuk semua
kadang-kadang perawatan rumah
Perawatan Mengerjakan sehari-hari
4 1
rumah pekerjaan ringan Tidak
sehari-hari berpartisipasi
(merapikan tempat dalam perawatan
tidur, mencuci piring) rumah
Mencuci hanya
Mencuci semua
beberapa pakaian
pakaian sendiri
5 Mencuci baju Semua pakaian 1
Mencuci pakaian
dicuci oleh orang
yang kecil
lain
6 Transport Berpergian sendiri Perjalanan 1
menggunakan terbatas ke taxi
kendaraan umum atau atau kendaraan
menyetir sendiri dengan bantuan

19
Mengatur perjalanan
sendiri
orang lain
Perjalanan
Tidak melakukan
menggunakan
perjalanan sama
transportasi umum
sekali
jika ada yang
menyertai
Meminum obat secara Tidak mampu
7 Pengobatan tepat dosis dan waktu menyiapkan obat 1
tanpa bantuan sendiri
Mengatur masalah
finansial ( tagihan,
66666666tpergi ke
Tidak mampu
bank)
mengambil
Manajemen Mengatur
8 keputusan 1
keuangan pengeluaran sehari-
finansial atau
hari, tapi perlu
memegang uang
bantuan untuk ke
bank untuk transaksi
penting
TOTAL 7

Skor IADL :
0 : Independen
1 : Kadang-kadang perlu bantuan
2 : Perlu bantuan sepanjang waktu
3 -8 : Tidak beraktivitas / Dikerjakan oleh orang lain

2. Penapisan Sindrom Delirium


1. Onset Akut dan fluktuatif : Ya
2. Intensi : Ya
Delirium : Ya

20
3. Penapisan Status Nutrisi (Mini Nutritional Assessment)
No. Penilaian Nilai
Indeks masa tubuh : BB/TB
(m2) c. 21-23 = 2
1 0
a. < 19 = 0 d. >23 = 3
b. 19-21= 1
Lingkar lengan atas (cm)
2 a. < 21 = 0 c. >22 = 1 0
b. 21-22 = 0.5
Lingkar betis (cm)
3 0
a. 31 = 0 b. >31 = 1
BB selama 3 bulan terakhir :
a. Kehilangan > 3kg = 0
4 b. Tidak tahu = 1 1
c. Kehilangan antara 1-3 kg = 2
d. Tidak kehilangan BB = 3
Hidup tidak tergantung (tidak di tempat perawatan atau RS) :
5 0
Tidak = 1 / Ya = 0
Menggunakan lebih dari 3 obat perhari
6 0
Tidak = 1 / Ya = 0
Mengalami stres psikologis atau penyakit akut dalam 3 bln
7 terakhir : 1
Tidak = 1 / Ya = 0
Mobilitas
a. Hanya terbaring atau diatas kursi roda = 0
8 b. Dapat bangkit dari tempat tidur tapi tidak keluar rumah = 2
1
c. Dapat pergi keluar rumah = 2
Masalah neuropsikologis
a. Demensia berat dan depresi = 0
9 2
b. Demensia ringan =1
c. Tidak ada masalah psikologis = 2
Nyeri tekan atau luka kulit
10 1
Tidak = 1 / Ya = 0
Berapa banyak daging yang dikonsumsi setiap hari ?
a. 1 x makan = 0
11 1
b. 2 x makan = 1
c. 3 x makan = 2
12 Asupan protein terpilih 0
a. Minimal 1x penyajian poduk-produk susu olahan (susu, keju,
yoghurt, es krim) perhari.
Ya = 1 / Tidak = 0

21
b. Dua atau lebih penyajian produk kacang-kacangan (tahu, tempe,
susu kedelai ) dan telur perminggu
Ya = 1 / Tidak = 0
c. Daging, ikan, unggas tiap hari
Ya = 1 / Tidak = 0
Konsumsi 2 atau lebih penyajian sayur atau buah-buahan per
13 hari 1
Ya = 1 / Tidak = 0
Bagaimana asupan makanan 3 bulan terakhir
a. Kehilangan nafsu makan berat = 0
14 1
b. Kehilangan nafsu makan sedang = 1
c. Tidak kehilangan nafsu makan = 2
Berapa banyak cairan (air, jus, kopi, teh, susu) yang dikonsumsi
per hari.
15 a. < 3 cangkir = 0 0,5
b. 3 - 5 cangkir = 0,5
c. > 5 cangkir = 1
Pola makan
a. Tidak dapat makan tanpa bantuan = 0
16 2
b. Dapat makan sendiri dengan sedikit kesulitan = 1
c. Dapat makan sendiri tanpa masalah = 2
Apakah mereka tahu bahwa mereka memiliki masalah gizi ?
a. Malnutrisi = 0,
17 0
b. Tidak tahu atau malnutrisi sedang = 1
c. Tidak ada masalah gizi = 2
Dibandingkan dengan orang lain dengan usia yang sama,
18 bagaimana mereka menilai kesehatan mereka sekarang ? 0,5
Tidak baik =0, Tidak tahu =0.5, Baik =1, Lebih baik =2
TOTAL 13

Interpretasi:
Skor > 24 : Gizi baik
Skor 17-23,5 : Berisiko malnutrisi
Skor < 17 : Malnutrisi

4. Penapisan Kognitif
a.AMT (Abreviated Mental Test)
a. Umur : 82tahun 0.Salah 1.Benar
b. Waktu/jam sekarang : 16.00 WITA 0.Salah 1.Benar
c. Alamat tempat tinggal : Yeh Aya 0.Salah 1.Benar

22
d. Tahun ini: 2017 0.Salah 1.Benar
e. Saat ini berada di mana di Sanglah 0.Salah 1.Benar
f. Mengenali orang lain di RS (dokter, 0.Salah 1.Benar
perawat,dll)
g. Tahun kemerdekaan RI 0.Salah 1.Benar
h. Nama presiden RI 0.Salah 1.Benar
i. Tahun kelahiran pasien: 1934 0.Salah 1.Benar
j. Menghitung terbalik (20 s/d 1) 0.Salah 1.Benar
Skor AMT:
0 3 : Gangguan kognitif berat Total Skor :
4 7 : Gangguan kognitif sedang 2
8 10 : Normal
Perasaan hati (afeksi)
oBaik oLabil oDepresi oAgitasi oCemas

b. MMSE (Mini Mental State Examination)


SKO Skor Jam Mulai : 14.00
R Lansia
Maks
ORIENTASI
5 Sekarang (hari), (tanggal),(tahun), berapa, (musim)
5 apa?
Sekarang kita berada di mana?
(jalan), (nomor rumah), (kota), (kabupaten),
(propinsi)
REGISTRASI
3 Pewawancara menyebutkan nama 3 buah benda, 1
benda,, 1 detik untuk tiap benda.
Kemudian mintalah klien mengulang ke 3 nama
benda tersebut. Berikan 1 angka untuk tiap jawaban
yang benar. Bila masih salah, ulangi penyebutan ke 3
nama benda tersebut sampai ia dapat mengulangnya
dengan benar. Hitunglah jumlah percobaan dan
catatlah (tas, kursi, pulpen)
Jumlah Percobaan : 0
ATENSI DAN KALKULASI
5 Hitunglah berturut- turut selang 7 mulai dari 100,
kebawah berilah 1 angka untuk jawaban yang benar,
berhenti setelah 5 hitungan (93, 86, 79, 72, 65)
kemungkinan lain ejalah kata dunia dari akhir ke
awal (a-i-n-u-d)

23
MENGINGAT
3 Tanyalah kenbali nama ke 3 benda yang telah
disebutkan di atas. Berilah 1 angka untuk setiap
jawaban yang benar
BAHASA
9 Apakah nama benda-benda ini? Perlihatkan pensil
dari arloji (2 angka)
Ulanglah kalimat berikut : Jika Tidak, dan Atau
Tapi. (1 angka)
Laksanakan 3 buah perintah ini : peganglah
selembar kertas dangan tangan kananmu, lipatlah
kertas itu pada pertengahan dan letakkanlah di lantai
. (3 angka )
Bacalah dan laksanakan perintah berikut
PEJAMKAN MATA ANDA, (1 angka)
Tulislah sebuah kalimat (1 angka)
Tirulah gambar ini (1 angka)

Total skor: - Kognitif: Tidak dapat dievaluasi

5. Penapisan Depresi GDS (Geriatri Depression Scale)

No Keterangan YA TIDAK
Apakah anda sebenarnya puas dengan kehidupan
01 0 1
anda?
Apakah anda telah meninggalkan banyak
02 1 0
kegiatan dan minat atau kesenangan anda?
03 Apakah anda merasa kehidupan anda kosong? 1 0
04 Apakah anda sering merasa bosan? 1 0
Apakah anda sangat berharap terhadap masa
05 0 1
depan?
Apakah anda merasa targanggu dengan pikiran
06 0 0
bahwa anda tidak dapat keluar dari pikiran anda?
Apakah anda merasa mempunyai semangat yang
07 0 1
baik setiap saat?
Apakah anda merasa takut bahwa sesuatu yang
08 1 0
buruk akan terjadi pada diri anda?
Apakah anda merasa bahagia untuk sebagian
09 0 0
besar hidup anda?
10 Apakah anda sering merasa tidak berdaya? 1 0
11 Apakah anda sering merasa resah dan gelisah? 1 0

24
Apakah anda lebih senang berada dirumah
12 daripada pergi ke luar rumah dan melakukan hal- 1 0
hal yang baru?
Apakah anda sering merasa khawatir terhadap
13 1 0
masa depan anda?
Apakah anda merasa memiliki banyak masalah
14 dengan daya ingat anda dibandingkan 1 0
kebanyakan orang?
Apakah menurut anda hidup anda saat ini
15 0 1
menyenangkan?
16 Apakah anda sering merasa sedih? 1 0
17 Apakah saat ini anda merasa tidak berharga? 1 0
Apakah anda sangat mengkhawatirkan masa lalu
18 1 0
anda?
Apakah anda merasa hidup ini sangat menarik
19 0 1
dan menyenangkan?
Apakah sulit bagi anda untuk memulai sesuatu
20 1 0
hal yang baru?
21 Apakah anda merasa penuh semangat? 0 0
Apakah anda merasa bahwa keadaan anda tidak
22 0 1
ada harapan?
Apakah anda merasa orang lain memiliki
23 1 0
keadaan yang lebih baik dari anda?
Apakah anda sering merasa sedih terhadap hal-
24 1 0
hal kecil?
25 Apakah anda sering merasa ingin menangis ? 1 0
Apakah anda mempunyai masalah dalam
26 1 0
berkonsentrasi?
Apakah anda merasa senang ketika bangun di
27 1 0
pagi hari?
Apakah anda lebih memilih untuk tidak
28 mengikuti pertemuan-pertemuan sosial atau 0 1
masyarakat?
Apakah mudah bagi anda untuk membuat
29 0 1
keputusan?
30 Apakah pikiran anda secerah biasanya? 0 1
TOTAL 8

Skor antara 0-9 : Normal


Skor antara 10-19 : Mild depression

25
Skor antara 20-30 : Severe depression

6. Penapisan Inkontinensia

Pertanyaan : Apakah anda mengompol atau BAB tanpa disadari ?


0 Tidak pernah
Kadang-kadang kehilangan kontrol berkemih/
1
menggunakan alat bantu untuk berkemih &BAB
2,5 Kehilangan kontrol berkemih sedikitnya sekali dalam sebulan
Kehilangan kontrol berkemih sedikitnya 2 kali sebulan
4
/kadang-kadang kehilangan kontrol BAB
5 Kehilangan kontrol BAB sedikitnya sekali dalam sebulan
5,5 Kehilangan kontrol berkemih sedikitnya sekali dalam seminggu
6,5 Kehilangan kontrol BAB sedikitnya 2 kali sebulan
Kehilangan kontrol BAB sedikitnya sekali
8 seminggu/kehilangan kontrol berkemih sedikitnya sekali tiap
hari
10 Kehilangan kontrol BAB sedikitnya sekali sehari
10,5 Tidak bisa mengontrol fungsi berkemih sama sekali
11 Tidak bisa mengontrol BAB sama sekali

Inkontinensia dikelompokkan menjadi :


0 : Tidak ada inkontinensia
1-2,5 : Inkontinensia ringan
4,0-6,5 : Inkontinensia sedang
8 : Inkontinensia berat

7. Penapisan Deep Vein Trombosis (Wells Score System)


a Kanker aktif (dalam terapi atau paliatif 1
b Paralisis, paresis, atau imobilisasi ekstreitas bawah 1
Tirah baring lebih dari 3 hari karena pembedahan (dalam 1
c
4 bulan)
Nyeri tekan terlokalisasi sepanjang distribusi vena 1
d
dalam
e Pembengkakan seluruh tungkai 1
Bengkak pada betis unilateral lebih dari 3 cm (di bawah 1
f
tuberositas tibia)
g Edema pitting unilateral 1
h Kolateral vena superficial 1
i Ada diagnosis alternatif lain selain DVT dengan -2

26
kemungkinan sama atau lebih
Total -2

Interpretasi :
Risiko rendah (<1)
Risiko sedang (1-2)
Risiko tinggi (>1)

8. Ulkus Decubitus
Tidak ada
Ada
Eritema nonblanchable pada kulit yang masih utuh
a. atau perubahan warna kulit yang hangat, edema, dan
berindurasi pada pasien dengan kulit gelap
Sudah terjadi kehilangan lapisan kulit epidermin /
b.
atau dermis
Ulkus sudah berkembang ke jaringan lunak dan ke
c.
lapisan fasia dalam
d. Jaringan otot dan tulang sudah terlihat

27
9. Penapisan Insomnia
Sulit memulai tidur tidak Ringan Sedang Berat (3) Sangat
ada (1) (2) berat (4)
(0)
Sulit tidak Ringan Sedang Berat (3) Sangat
mempertahankan ada (1) (2) berat (4)
tidur (0)

Bangun dari tidur tidak Ringan Sedang Berat (3) Sangat


terlalu awal ada (1) (2) berat (4)
(0)
Kepuasan terhadap Sangat Puas Sedikit Tidak puas Sangat
pola tidir saat ini puas (1) puas (2) (3) tidak puas
(0) (4)
Apakah gangguan Tidak sedikit kadang- Jelas (3) Sangat
tidur ini jelas (1) kadang jelas (4)
mempengaruhi (0) (2)
kualitas hidup anda

Apakah anda Tidak Sedikit Kadang- Khawatir (3) Sangat


mengkhawatirkan jelas (1) kadang khawatir
kualitas tidur anda (0) (2) (4)
saat ini

Apakah gangguan Tidak Sedikit Kadang- Banyak Sangat


tidur anda (0) (1) kadang mengganggu menggangu
mempengaruhi (2) (3) (4)
aktivitas/fungsi
anda sehari hari

Total 12
Interpretasi
Tidak insomnia (0-7)
Borderline insomnia (8-14)
Insomnia sedang (15-21)
Insomnia berat (22-28)

28
10. Identifikasi Falls dan resiko jatuh
A. Fall : Tidak pernah
B. Risiko jatuh (Skala Morse) :
No Item Penilaian Tanggal 17-2-
2017
Jam 16.00
20.00
Skor IA 1
1 USIA
a.Kurang dari 60 tahun 0
b.Lebih dari 60 tahun 1
c.Lebih dari 80 tahun 2 2 2
2 DEFISIT SENSORIS
a.Kacamata bukan 0 0 0
bifokal
b.Kacamata bifokal 1
c.Gangguan pendengaran 1
d. Kacamata 2
multifokal
e. Katarak / 2
Glaukoma
f. Hampir tidak 3
mlihat / buta
3 AKTIVITAS
a.Mandiri 0
b.ADL dibantu sebagian 2
c.ADL dibantu penuh 3 3 3
4 RIWAYAT JATUH
a.Tidak pernah 0 0 0
b.Jatuh <1 tahun 1
c.Jatuh <1 bulan 2
d.Jatuh pada saat dirawat 3
sekarang
5 KOGNISI 0
a.Orientasi baik 2
b.Kesulitan mengerti 2
perintah
c.Gangguan memori 3
d.Kebingunan 3 3 3
e.Disorientasi
6 PENGOBATAN DAN
PENGGUNAAN ALAT
KESEHATAN
a.>4 jenis pengobatan 1
b.Antihipertensi/hipoglik 2
emik/Antidepresant

29
c.Sedatif/Psikotropika/Na 2
rkotika
d.Infus/epidural/spinal/do 2 2 2
wer catheter/traksi
7 MOBILITAS
a.Mandiri 0
b.Menggunakan alat 1
bantu berpindah
c.Koordinasi/keseimbang 2
an buruk
d.Dibantu sebagian 3 3 3
e.Dibantu 4
penuh/bedrest/nurse
assist
f.Lingkuangan dg banyak 4
furniture
8 POLA BAB/BAK
a. Teratur 0
b. Inkontinensia 1 1 1
urine/feses
c.Nokturia 2
d.Urgensi/frekuensi 3
9 KOMORBIDITAS
a.Diabetes/Penyakit 2 - -
Jantung/Stroke/ISK,dll
b. Gangguan Saraf 3
Pusat/Parkinson
c.Pasca Bedah 0-24 jam 3
TOTAL SKOR 14 14
KETERANGAN :
Risiko Rendah 0-7
Risiko Tinggi 8-13
Risiko Sangat Tinggi 14

11. Identifikasi Frailty


1. Penurunan berat badan yang progresif (1) : Ya
2. Energi dan endurance yang lemah (1) : Ya
3. Kecepatan berjalan melambat (1) : Ya
4. Keletihan atau daya tahan menurun (1) : Tidak
5. Tingkat aktivitas fisik yang rendah (1) : Tidak
Interpretasi
Non frail (0)
Pre fail (1-2)
Frailty (3)

30
12. Identifikasi Failure to Thrive
1. Penurunan berat badah > 5% dari berat badan awal (1) : Tidak
2. Penurunan nafsu makan (1) : Ya
3. Malnutrisi (1) : Ya
4. Imobilitas (1) :Ya

Interpretasi :
Tidak (<4)
Failure to Thrive (4)

13. Impairment Lainnya


1. Impair of vision
2. Impair of hearing

3.5 Daftar Masalah


Dari data data yang dikumpulkan, didapatkan bahwa penderita memiliki
masalah sebagai berikut :
1. ADL Barthel : ketergantungan total
2. IADL : tidak beraktivitas/dikerjakan oleh orang lain
3. MNA : malnutrisi
4. MMSE : tidak dapat dievaluasi
5. AMT : gangguan kognitif berat
6. GDS : normal
7. Terdapat delirium
8. Terdapat inkontinensia
9. Terdapat resiko rendah DVT
10. Tidak terdapat ulkus decubitus
11. Borderline insomnia
12. Tidak pernah jatuh (falls) dengan resiko jatuh tinggi
13. Terdapat frailty
14. Tidak terdapat failure to thrive
15. Terdapat impairment vision dan hearing

3.6 Pemeriksaan Fisik


1. Kesadaran : E3V4M5
2. Tekanan darah/nadi : 140/90 mmHg
3. Nadi : 68 x/menit
4. Laju respirasi : 20 x/menit
5. Suhu Axilla : 36,00C

31
6. Antropometri
Berat badan : 29 kg
Tinggi badan : 150 cm
BMI : 13 kg/m2
Tinggi lutut : - cm
Lingkar lengan atas : 15 cm (kanan dan kiri)
Kesimpulan : Gizi Buruk
7. Kulit
Kekeringan : Tidak Ada
Bercak kemerahan : Tidak ada
Lesi kulit lain : Tidak ada
Curiga keganasan : Tidak ada
Dekubitus : Tidak ada
8. Pendengaran
Dengar suara normal : Ya
Pakai alat bantu dengar : Tidak ada
9. Penglihatan
Membaca huruf koran dengan kacamata : Tidak
Jarak penglihatan : Memendek
Jarak baca : Memendek
Katarak : Tidak ada
Temuan funduskopi : Tidak dievaluasi
Anemis : Tidak ada
Ikterus : Tidak ada
Refleks pupil : +/+ Isokor
Edema palpebra : Tidak ada
10. Mulut
Hygiene mulut : Kurang
Gigi palsu : Tidak ada
Gigi palsu terpasang baik : Tidak ada
Lesi di bawah gigi palsu : Tidak ada
Kelainan yang lain : Tidak ada

32
11. Leher
Derajat gerak : Normal
Kelenjar tiroid : Normal
Bekas luka pada tiroid : Tidak ada
Massa lain : Tidak ada
Kelenjar limfa membesar : Tidak ada
JVP : PR + 0 cmH2O
12. Thorax
Massa teraba : Tidak ada
Kelainan lain : Tidak ada
13. Paru
Inspeksi : Simetris
Palpasi : N/N
Perkusi : Sonor / Sonor
Auskultasi suara dasar : Vesikuler +/+
+/+
+/+
Auskultasi suara tambahan : Ronki +/+ Wheezing -/-
+/+ -/-
+/+ -/-
14. Jantung dan pembuluh darah
Irama : Reguler
Inspeksi : Iktus kordis tak tampak
Palpasi : Iktus kordis teraba MCL
sinistra ICS V
Perkusi : Batas atas: ICS II,
batas kiri: MCL S ICS V,
batas kanan : PSL D
Bising : Tidak ada
Gallop : Tidak ada
Bising A. Karotis : Tidak ada
Bising A. Femoralis : Tidak ada

33
Denyut A. Dorsalis pedis : Teraba
Edema pedis : Tidak ada
Edema tibia : Tidak ada
Edema sacrum : Tidak ada
15. Abdomen
Bising : Normal
Hati membesar : Tidak ada
Massa perut : Tidak ada
Limpa membesar : Tidak ada
16. Otot dan kerangka
Deformitas : Tidak Ada
Gerak terbatas : Ada
Nyeri : Tidak Ada
Benjol/ radang : Tidak Ada
17. Saraf
Penghidu : Kesan normal
Ketajaman penglihatan : Tidak Normal
Lapangan penglihatan : Kesan normal
Fundus : Tidak dievaluasi
Pupil : Kesan normal
Ptosis : Tidak ada
Nistagmus : Tidak ada
Gerakan bola mata : Kesan normal
Sensasi kulit occuli : Kesan normal
Sensasi kulit mandibularis : Kesan normal
Sensasi kulit maksilaris : Kesan normal
Otot mengunyah : Kesan normal
Refleks kornea : Normal
Jerk jaw : Tidak ada
Saraf muka simetris : Normal
Kekuatan otot wajah : Normal
Pendengaran : Normal

34
Uvula : Normal
Refleks trapesius : Kesan normal
Otot trapesius : Normal
Sternokleidomastoideus : Normal
Lidah : Normal

18. Motorik
Anggota tubuh atas Kekuatan Tonus Refleks
Bahu (5)/(5) (N)/(N) (+)/(+)
Siku (5)/(5) (N)/(N) (+)/(+)
Pergelangan tangan (5)/(5) (N)/(N) (+)/(+)
Anggota tubuh bawah
Paha (5)/(5) (N)/(N) (+)/(+)
Lutut (5)/(5) (N)/(N) (+)/(+)
Pergelangan kaki (5)/(5) (N)/(N) (+)/(+)
19. Sensorik
Anggota tubuh atas Anggota tubuh bawah
Tajam (Nyeri) kanan (+) kiri (+) kanan (+) kiri (+)
Raba kanan (+) kiri (+) kanan (+) kiri (+)
Getar kanan (+) kiri (+) kanan (+) kiri (+)
Suhu kanan (+) kiri (+) kanan (+) kiri (+)

35
20. Koordinasi
Jari ke hidung : Normal
Tumit ke lutut : Normal

3.6 Pemeriksaan Penunjang


1. Pemeriksaan Darah Lengkap (13 Februari 2017)

PARAMETER HASIL SATUAN REFERENSI KETERANGAN

WBC 13.80 103L 4,10-11,00 Tinggi

% neut 85.73 % 47,00-80,00 Tinggi

% lymph 8.18 % 13,00-40,00 Rendah

% mono 5.57 % 2,00-11,00

% eos 0.27 % 0,00-5,00

% baso 0.25 % 0,00-2,00

# neut 11.83 103L 2,50-7,50 Tinggi

# lymph 1.13 103L 1,00-4,00

# mono 0.77 103L 0,10-1,20

# eos 0.04 103L 0,00-0,50

# baso 0.03 103L 0,00-0,10

RBC 4.28 106L 4,00 5,2

Hemoglobin 13..47 g/dL 13,50-17,50 Rendah

Hematokrit 40.92 % 41,00-53,00 Rendah

MCV 95.66 fL 80,00-100,00

MCH 31.49 Pg 26,00-34,00

MCHC 32.92 g/dL 31,00-36,00

RDW 12.74 % 11,60-14,80

Platelet 227.70 103L 150,00-440,00

MPV 7.99 fL 6,80-10,00

36
2.Pemeriksaan Kimia Klinik (13 Februari 2017)

PARAMETER HASIL SATUAN REFERENSI KETERANGAN

SGOT 19.0 U/dL 11,00-27,00

SGPT 32.6 U/dL 11,00-34,00

BS Acak / 131 mg/dL 70,00-140,00


Glukosa Acak
BUN 27 mg/dL 8,00-23,00 Tinggi

Creatinine 0.83 mg/dL 0,50-0,90

PARAMETER HASIL SATUAN REFERENSI KETERANGAN


05/03/2016
Natrium (Na) 128 mmol/dL 136 - 145 Rendah

Kalium (K) 3.78 mmol/dL 3.50 5.10

3.Analisis Gas Darah (13 Februari 2017)

PARAMETER HASIL SATUAN REFERENSI KETERANGAN

pH 7.42 - 7,35-7,45

pCO2 43.8 mmHg 35,00 45,00

pO2 134.30 mmHg 80,00 100,00 Tinggi

BEecf 2.9 mmol/L -2 2 Tinggi

HCO3- 27.40 mmol/L 22,00-26,00 Tinggi

TCO2 28.8 mmol/L 24,00-30,00

SO2C 99 % 95.100

37
3.7 Diagnosis
Disease
1. Observasi delirium sindrom ec metabolik ( drug induce)
2. Post Herpetic Neuralgia
3. Herpes zozter oftalmika

Disability : Total depending


Impairment : Hearing, Vision
Handicap :+

3.8 Penatalaksanaan
Treatment
- IVFD NaCl 0,9% : D5%
Aminofusin 1 : 1 : 1 ~ 20 tpm
- Diet lunak 1700 kkal
- Neurosanbe 1 tablet setiap 24 jam oral
- Ranitidin 50 mg tiap 12 jam IV
- Parasetamol 2x750mg IV setiap 8 jam bila demam

Monitoring
- Vital sign
- Keluhan
- CM -CK
- BS setiap hari

38
BAB IV
PEMBAHASAN
Delirium merupakan sindrom mental organik yang ditandai dengan
gangguan kesadaran dan atensi, serta perubahan kognitif atau gangguan presepsi
yang timbul dalam jangka pendek dan berfluktuasi. Gangguan tidur atau siklus
tidur, gangguan emosional, dan perubahan perilaku menjadi hipoaktif atau
hiperaktif dapat terjadi pada sindrom delirium. Pada pemeriksaan fisik, seseorang
dengan sindrom delirium dapat ditemukan adanya disartria, disnomia, disgrafia,
afasia, nistagmus, ataksia, tremor, mioklonus, dan juga disfungsi otonomik seperti
takikardi, hipertensi, berkeringat banyak, flushing, dan terdapat dilatasi pupil.
Hasil anamnesis dengan keluarga pasien (heteroanamnesis) dan juga
pemeriksaan fisik pada pasien, yaitu adanya keluhan lemah seluruh tubuh serta
penurunan kesadaran sejak 1 hari sebelum masuk rumah sakit. Penurunan
kesadaran terjadi secara tibatiba dan perlahan memberat. Pasien juga mengeluh
lemas dan hanya berbaring di tempat tidur sepanjang hari. Gangguan atensi juga
terjadi pada pasien ini, yaitu pasien sulit merespon saat dipanggil atau diajak
berbicara. Pasien juga tampak agitasi dan mudah marah serta mengomel.
Gangguan fungsi otonom seperti mengompol kadang kadang terjadi pada pasien
ini setidaknya kurang dari 1 kali dalam sebulan.
Sebagai pendukung diagnosis, perlu dilakukan beberapa pemeriksaan
penunjang seperti pemeriksaan darah lengkap, kimia klinik, analisis gas darah,
dan pemeriksaan radiologi. Pada pasien dilakukan pemeriksaan darah lengkap
(13/02/2017) dengan hasil leukositosis (13.80), peningkatan neutrofil (11.83).
Pada pemeriksaan kimia klinik (13/02/2017) terdapat peningkatan BUN (27),
serta pemeriksaan kimia klinik natrium (13/02/2017) terjadi penurunan natrium
(128). Pada pemeriksaan analisis gas darah (13/02/2012) terdapat penurunan
peningkatan pO2 (134,30), peningkatan HCO3- (27.4). Pada pemeriksaan thorax
x-ray didapatkan kesan pneumonia.
Berdasarkan hasil anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan
penunjang, maka pasien didiagnosis dengan sindrom delirium ec. Drug induce
karena telah ditemukan gejala sindrom delirium berupa adanya gangguan
kesadaran, gangguan atensi, gangguan fungsi otonom, dan hiperaktif (agitasi)
dengan onset akut dan berfluktuatif. Ketidakseimbangan elektrolit dilihat dengan
adanya hiponatremi.

39
Penatalaksanaan sindom delirium meliputi penanganan faktor pencetus dan
menangani faktor predisposisinya. Pada pasien ini diberikan Neurosanbe untuk
menambah vitamin, ranitidine untuk mengatasi keluhan mual serta pemberian
parasetamol untuk mengatasi demam.
Pada pasien dengan penurunan kesadaran juga terdapat gangguan elektrolit,
begitu juga dengan pasien ini. Pasien ini mengalami hiponatremi (128). Nutrisi
merupakan salah satu hal penting dalam penanganan kasus geriatri. Pada pasien
ini diberikan diet lunak sebesar 1700 kkal.

40
BAB IV
SIMPULAN

Delirium adalah suatu sindrom yang ditandai dengan gangguan kesadaran


dan kognisi yang terjadi secara akut dan berfluktuasi yang seringkali dialami oleh
pasien geriatri. Delirium memiliki banyak penyebab yang semuanya
mengakibatkan pola gejala yang serupa berkaitan dengan tingkat kesadaran dan
gangguan kognitif pasien. Gambaran klinis delirium dapat berupa terganggunya
kesadaran, disorganisasi proses pikir, gangguan persepsi, gangguan psikomotor,
gangguan siklus tidur dan gangguan mood.
Keterlambatan diagnosis memperpanjang masa perawatan di rumah sakit dan
meningkatkan morbiditas pasien. Sindrom delirium sering muncul sebagai keluhan
utama atau tak jarang justru terjadi pada hari pertama pasien dirawat, berfluktuasi
dengan gejala tidak khas, dan sering tidak terdiagnosis, padahal kondisi ini dapat
dicegah. Delirium secara umum diklasifikasikan dalam tiga subtipe, yaitu
hipoaktif, hiperaktif, dan campuran.
Diagnosis delirium dapat menggunakan kriteria DSM V-TR dengan
terpenuhinya 4 kriteria; Confusion Assessment Method (CAM) merupakan
algoritma telah tervalidasi yang dapat digunakan untuk membantu penegakan
diagnosis delirium. Strategi penanganan delirium dapat dibagi dalam strategi
nonfarmakologis dan farmakologis. Strategi penanganan nonfarmakologis
merupakan yang utama untuk seluruh pasien delirium, strategi farmakologis lebih
jarang, dengan haloperidol sebagai agen utama untuk mengatasi agitasi.

41
DAFTAR PUSTAKA

1. Inouye SK. Delirium in older persons. N Engl J Med. 2006; 354: 1157-65.
2. Wass S, Webster PJ, Nair BR. Delirium in the elderly: A review. Oman Med
J. 2008; 23(3): 150-7.
3. Fong TG, Tulebaev SR, Inouye SK. Delirium in elderly adults: Diagnosis,
prevention and treatment. Nat Rev Neurol. 2009; 5(4): 210-20. doi:
10.1038/nrneurol.2009.24
4. Soejono CH. Sindrom delirium. In: Sudoyo AW, Setiohadi B, Alwi I,
Simadibrata MK, Setiati S, editors. Buku ajar ilmu penyakit dalam. 5th ed.
Jakarta: Interna Publishing; 2009. p. 907-12.
5. Venita, Koentjoro Harimurti. 2014 Kapita Selekta Kedokteran Edisi Ke IV.
FKUI. Jakarta
6. Flinn DR, Diehl KM, Seyfried LS, Malani PN. Prevention, diagnosis, and
management of postoperative delirium in older adults. J Am Coll Surg.
2009; 209(2): 261-8. doi: 10.1016/j.amcollsurg.2009.03.008
7. Lorenzi S, Fusgen I, Noachtar S. Acute confusional states in the elderly-
diagnosis and treatment. Dtsch Arztebl Int. 2012; 109(21): 391-400.
8. Czeresna, H. Soejono.
9. Mattar I, Chan MF, Childs C. Risk factors for acute delirium in critically ill
adult patients: A systematic review. ISRN Critical Care 2013: 1-10. doi:
10.5402/2013/910125
10. American Psychiatric Association. Diagnostic and statistical manual of
mental disorders. 5th ed. Arlington, VA: American Psychiatric Publishing;
2013.
11. Wei LA, Fearing MA, Sternberg EJ, Inouye SK. The confusion assessment
method: A systematic review of current usage. J Am Geriatr Soc. 2008; 56:
823-30.
12. McNicoll L, Inouye SK. Delirium. In: Landefeld CS, Palmer RM, Johnson
MA, Johnston CB, Lyons WL, editors. Current geriatric diagnosis and
treatment. 1st ed. McGraw-Hill: New York; 2004.
13. Flaherty JH, Gonzales JP, Dong B. Antipsychotics in the treatment of
delirium in older hospitalized adults: A systematic review. J Am Geriatr Soc.
2011; 59: 269-76.
14. Campbell N, Boustani MA, Ayub A, Fox GC, Munger SL, Ott C, et al.
Pharmacological management of delirium in hospitalized adults- a
systematic evidence review. J Gen Intern Med. 2009; 24(7): 848-53. doi:
10.1007/s11606-009-0996-7
15. Witlox J, Eurelings LSM, de Jonghe JFM, Kalisvaart KJ, Eikelenboom P,
van Gool WA. Delirium in elderly patients and the risk of postdischarge
mortality, institutionalization, and dementia.JAMA. 2010; 304(4): 443-51.

42
16. Lima DP, Ochiai ME, Lima AB, Curiati JAE, Farfel JM, Filho WJ. Delirium
in hospitalized elderly patients and post-discharge mortality. Clinics 2010;
65(3): 251-5. doi: 10.1590/S1807-59322010000300003

43

Anda mungkin juga menyukai