Disusun oleh :
Falenissa Inca Biyansari (406182010)
Egie Magdani Ainul Kamil (406182022)
Pembimbing:
Dr. dr. Richard Budiman Sp.KJ (K)
Source :
• Sadock, B, et al. Synopsis of Psychiatry: Behavioral Sciences/Clinical Psychiatry, 11th ed. 2015
• Maslim, et al Diagnosis PPDGJ-III dan DSM-V. 2013
• PDSKJI. Konsensus tatalaksana skizofrenia. 2011
EPIDEMIOLOGI
Source :Sadock, B, et al. Synopsis of Psychiatry: Behavioral Sciences/Clinical Psychiatry, 11th ed. 2015
ETIOPATOFISIOLOGI
Kelainan anatomi
• pelebaran ventrikel 3 dan lateral
• atrofi bilateral lobous temporal medial (terutama pada girus hipokampus, parahipokampus, dan
amigdala)
• disorientasi spasial sel pyramid hipokampus
• penurunan volume korteks prefrontal dorso lateral.
Kelainan biokimia
• Adanya aktivitas dopaminergic yang berlebihan aktivasi reseptor D2 pada jalur mesolimbic
menyebabkan timbulnya gejala positif
• Adanya peningkatan sistem noradrenergic yg memodulasi sistem dopaminergic
• Adanya hiperaktivitas serotonin
• Adanya hiperaktivitas dari glutamate dan hipoaktivitas GABA
• Penurunan kadar muskarinik dan nikotinik di beberapa bagian regio otak
Source :Sadock, B, et al. Synopsis of Psychiatry: Behavioral Sciences/Clinical Psychiatry, 11th ed. 2015
ETIOPATOFISIOLOGI
Source :Sadock, B, et al. Synopsis of Psychiatry: Behavioral Sciences/Clinical Psychiatry, 11th ed. 2015
ETIOPATOFISIOLOGI
Source :Sadock, B, et al. Synopsis of Psychiatry: Behavioral Sciences/Clinical Psychiatry, 11th ed. 2015
ETIOPATOFISIOLOGI
Menurut studi transkranial Doppler sonografi (TCD), pd skizofrenia terjadi :
1. Penurunan viskositas aliran darah pada arteri serebral anterior, media, dan posterior
berefek pada korteks dorsolateral prefrontal, cinguloparietal, dan korteks temporal
2. Peningkatan supply darah pada arteri serebral anterior (ACA) dan lobus temporal kiri
sebagai kompensasi dari disfungsi neural parsial
3. Penurunan aliran darah otak secara umum menyebabkan inaktivitas dan gejala
katatonia
4. Penurunan aliran darah pada lobus temporal medial kiri, nucleus kaudatus ,dan
prefrontal area timbul gejala psikomotor yang buruk, disorganisasi, dan distorsi
realitas pada penyakit skizofrenia
5. Penurunan aliran darah pada 3 daerah limbic (nucleus akumbens, korteks insularis, dan
girus parahipokampal) juga di daerah vermis serebralis keadaan penurunan kepasitas
dalam merespon domain olfaktori dengan perasaan senang (anhedonia)
Source : Sadock, B, et al. Synopsis of Psychiatry: Behavioral Sciences/Clinical Psychiatry, 11th ed. 2015
TANDA & GEJALA
Gejala positif perilaku psikotik yang umumnya tidak terlihat pada orang sehat. Orang-orang dengan
gejala positif mungkin “kehilangan kontak” dengan beberapa aspek realita. Gejalanya termasuk :
• Halusinasi
• Delusi
• Gangguan pikiran (cara berpikir yang tidak biasa atau disfungsi pikiran)
• Gangguan gerakan (gerakan tubuh yang gelisah)
Gejala negatif gangguan terhadap emosi dan perilaku normal. Gejalanya termasuk :
• Afek datar (mengurangi ekspresi emosi melalui ekspresi wajah atau nada suara)
• Kurangnya perasaan senang dalam kehidupan sehari-hari
• Kesulitan dalam memulai dan mempertahankan kegiatan
• Sedikit berbicara
Source : Sadock, B, et al. Synopsis of Psychiatry: Behavioral Sciences/Clinical Psychiatry, 11th ed. 2015
ALUR DIAGNOSIS
A. Jika ada dua atau lebih gejala dibawah ini, dimana gejala ini tampak secara signifikan selama
periode 1 bulan (atau kurang jika dilakukan terapi yang berhasil) dan sedikitnya satu dari gejala
nomor 1,2, atau 3 :
1. Waham
2. Halusinasi
3. Bicara yang kacau
4. Perilaku katatonik atau aneh
5. Simptom negatif (emosi yang hilang, atau penarikan diri)
B. Adanya gangguan secara fungsi satu atau lebih fungsi penting, seperti bekerja, hubungan
interpersonal, atau perawatan diri.
C. Gejalanya berlangsung persisten minimal 6 bulan. Periode 6 bulan ini harus mencakup sedikitnya
1 bulan dari gejala (atau berkurang karena efek pengobatan) yang dijumpai pada kriteria A dan
juga termasuk gejala prodromal atau gejala sisa. Selama gejala prodromal atau gejala sisa,
keluhan yang nampak berupa gejala negatif atau dua atau lebih gejala yang ada pada kriteria A.
Source : Sadock, B, et al. Synopsis of Psychiatry: Behavioral Sciences/Clinical Psychiatry, 11th ed. 2015
DSM-V
Source : Sadock, B, et al. Synopsis of Psychiatry: Behavioral Sciences/Clinical Psychiatry, 11th ed. 2015
DSM-V
• Gejala prodromal sering mendahului pada fase aktif dan diikuti dengan gejala
sisa yang ditandai dengan ringannya atau batas ambang mulai adanya
halusinasi atau waham.
• Pasien memiliki kepercayaan disertai ideas of reference atau magis, mereka
memiliki persepsi yang tidak biasa seperti merasakan kehadiran seseorang
yang tidak bisa dilihat nyata, kata-katanya tidak bisa dimengerti dan samar-
samar, serta kebiasaan yang aneh tetapi tidak jelas dan tidak jelas seperti:
mengomel pada orang-orang.
• Gejala negatif sering pada masa prodromal dan dapat menjadi berat.
• Individu yang aktif secara sosial dapat menarik diri dari kebiasaanya.
• Gejala-gejala ini sering menjadi pertanda awal dari gangguan Skizofrenia.
Source : Sadock, B, et al. Synopsis of Psychiatry: Behavioral Sciences/Clinical Psychiatry, 11th ed. 2015
PPDGJ III
Persyaratan normal untuk diagnosis skizofrenia adalah: dari gejala-gejala di bawah ini harus ada paling
sedikit satu gejala yang sangat jelas (dan biasanya dua gejala atau lebih apabila gejala-gejala itu kurang
jelas) dari salah satu kelompok (a) sampai 9d) atau paling sedikit dua dari kelompok (e) sampai (h), yang
harus selalu ada secara jelas pada sebagian besar waktu selama satu bulan atau lebih
a.Thought echo, thought insertion, atau thought withdrawal, dan thought broadcasting
b.Waham dikendalikan (delusion of control), waham dipengaruhi (delusion of influence) atau waham
pasivitas (delusion of passivity) yang jelas merujuk pada gerakan tubuh atau gerakan extremitas, atau
pikiran, perbuatan atau perasaan (sensasi) khusus; delusional perception
c. Suara halusinasi yang berkomentar secara terus menerus terhadap perilaku pasien atau
mendiskusikan perihal pasien di antara mereka sendiri, atau jenis suara halusinasi lain yang berasal
dari salah satu bagian tubuh
Source : Maslim, Rusdi. Diagnosis Gangguan Jiwa, Rujukan Ringkas PPDGJ-III dan DSM-V.. Jakarta; 2013
PPDGJ III
d.Waham-waham menetap jenis lain yang menurut budayanya dianggap tidak wajar serta sama sekali mustahil, seperti
misalnya mengenai identitas keagamaan atau politik, atau kekuatan dan kemampuan “makhluk super” (misalnya
mampu mengendalikan cuaca, atau berkomunikasi dengan makhluk asing dari dunia lain)
e.Halusinasi yang menetap dalam setiap modalitas, apabila disertai baik oleh waham yang mengambang/melayang
maupun yang setengah berbentuk tanpa kandungan afektif yang jelas, atau pun oleh ide-ide berlebihan (over-valued
ideas) yang menetap, atau apabila terjadi setiap hari selama berminggu-minggu atau berbulan-bulan terus menerus
f. Arus pikiran yang terputus atau yang mengalami sisipan (interpolasi) yang berakibat inkoherensi atau pembicaraan
yang tidak relevan atau neologisme
g.Perilaku katatonik seperti keadaan gaduh gelisah (excitement), sikap tubuh tertentu (posturing), atau fleksibilitas
serea (waxy flexibility), negativisms, mutisme, dan stupor
Source : Maslim, Rusdi. Diagnosis Gangguan Jiwa, Rujukan Ringkas PPDGJ-III dan DSM-V.. Jakarta; 2013
PPDGJ III
d.Gejala-gejala negative seperti bersikap masa bodoh (apatis), pembicaraan yang terhenti, dan
respons emosional yang menumpul atau tidak wajar, biasanya mengakibatkan penarikan diri
dari pergaulan sosial dan menurunkan kinerja sosial, tetapi harus jelas bahwa semua hal
tersebut tidak disebabkan oleh depresi atau medikasi neuroleptik, bahwa semua hal tersebut
tidak disebabkan oleh depresi atau medikasi neuroleptik;
e.Suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu keseluruhan dari beberapa aspek
perilaku perorangan, bermanifestasi sebagai hilangnya minat, tidak bertujuan, sikap malas,
sikap berdiam diri (self absorbed attitude) dan penarikan diri secara sosial.
Apabila didapati kondisi yang memenuhi kriteria gejala di atas tetapi baru dialami kurang dari
satu bulan, maka harus dibuat diagnosis Gangguan Psikotik Lir Skizofrenia Akut (F23.2). Apabila
gejala-gejala berlanjut lebih dari satu bulan dapat dilakukan klasifikasi ulang.
Source : Maslim, Rusdi. Diagnosis Gangguan Jiwa, Rujukan Ringkas PPDGJ-III dan DSM-V.. Jakarta; 2013
F20.1 Skizofrenia Hebefrenik
Source : Maslim, Rusdi. Diagnosis Gangguan Jiwa, Rujukan Ringkas PPDGJ-III dan DSM-V.. Jakarta; 2013
F20.2 Skizofrenia Katatonik
Source : Maslim, Rusdi. Diagnosis Gangguan Jiwa, Rujukan Ringkas PPDGJ-III dan DSM-V.. Jakarta; 2013
F20.3 Skizofrenia Tak Terinci
(Undifferentiated)
Source : Maslim, Rusdi. Diagnosis Gangguan Jiwa, Rujukan Ringkas PPDGJ-III dan DSM-V.. Jakarta; 2013
F20.4 Depresi Pasca-Skizofrenia
Source : Maslim, Rusdi. Diagnosis Gangguan Jiwa, Rujukan Ringkas PPDGJ-III dan DSM-V.. Jakarta; 2013
F20.5 Skizofrenia Residual
Source : Maslim, Rusdi. Diagnosis Gangguan Jiwa, Rujukan Ringkas PPDGJ-III dan DSM-V.. Jakarta; 2013
F20.6 Skizofrenia Simpleks
Source : Maslim, Rusdi. Diagnosis Gangguan Jiwa, Rujukan Ringkas PPDGJ-III dan DSM-V.. Jakarta; 2013
TERAPI
Rawat Inap
• Tujuan: diagnostik, stabilitas pengobatan, keselamatan pasien karena
bunuh diri atau ide pembunuhan; perilaku yang sangat tidak teratur
atau tidak pantas, termasuk ketidakmampuan untuk memenuhi
kebutuhan dasar seperti makanan, pakaian, dan tempat tinggal.
• 4 hingga 6 minggu
• Selama rawat inap, pasien harus diberi fasilitas perawatan setelahnya,
termasuk rumah keluarga, keluarga asuh, rumah kos, dan rumah
singgah.
2. FASE STABILISASI (6bulan), perawatan berfokus pada konsolidasi keuntungan terapeutik, dengan perawatan serupa
seperti yang digunakan pada stadium akut.
3. TAHAP STABIL atau pemeliharaan ketika penyakit berada dalam tahap remisi relatif atau stabil secara gejala.
• Tujuan selama fase ini adalah untuk mencegah kekambuhan atau eksaserbasi psikotik dan untuk membantu pasien
dalam meningkatkan tingkat fungsinya.
Meskipun pengendalian gejala psikotik positif merupakan tujuan utama di ketiga tahap pengobatan, minimalisasi gejala
negatif dan disfungsi kognitif juga sangat relevan karena gejala negatif dan gangguan kognitif telah dikaitkan lebih dengan
gangguan fungsional daripada gejala positif, yang menyebabkan kesenjangan yang cukup besar dalam mencapai pemulihan.
• Tujuan terapi pada fase akut adalah mencegah ODS (Orang Dengan Skizofrenia)
• melukai dirinya atau orang lain
• mengendalikan perilaku yang merusak
• mengurangi beratnya gejala psikotik dan gejala terkait lainnya, misalnya agitasi, agresi, dan gaduh gelisah.
• Langkah pertama:
• berbicara dan memberi ketenangan.
• Langkah selanjutnya
• keputusan untuk memulai pemberian obat oral
• Pengikatan atau penempatan ODS di ruang isolasi (seklusi)
• bila ODS berbahaya terhadap dirinya dan orang lain
• bila usaha restriksi lainnya tidak berhasil.
• untuk sementara : sekitar 2-4 jam
• digunakan untuk memulai pengobatan
• Intervensi nonfarmakologik, perilaku, dan intervensi sosial, serta lingkungan harus pula dilakukan.
• Semua objek berbahaya yang dapat digunakan ODS sebagai senjata, segera disingkirkan.
• Situasi yang dapat merangsang ODS, misalnya radio atau televisi sebaiknya dimatikan.
• Jumlah petugas di ruang akut, hendaklah cukup.
APg-I
• Klorpromazin digunakan tahun 1952 sebagai sedatif pasca operasi.
• Klasifikasi
• Fenotiazin (mis, klorpromazin)
• obat-obat berpotensi rendah (low potency)
• Nonfenotiazin (mis, haloperidol)
• obat-obat potensi tinggi (high potency) hanya memerlukan dosis kecil untuk memperoleh
efek yang setara dengan klorpromazin 100mg.
Farmakokinetik
• obat-obat yang menginduksi enzim (enzyme inducer): karbamazepin, fenitoin, etambutol, dan
barbiturate (hambat kerja APG-)
• Clearance Inhibitors: Selective Serotonin Re-uptake Inhibitor (SSRI), Tricyclic Antidepressant (TCA), Beta
Blocker, (hambat ekskresi)
• Kondisi stres, hipoalbumin karena malnutrisi atau gagal ginjal dan gagal hati dapat (pengaruhi ikatan
protein)
• antagonis reseptor dopamin di otak
• Sistem dopamin yang terlibat : sistem nigrostriatal, mesolimbokortikal, dan tuberoinfundibuler.
• Manifestasi efek samping: berkaitan dengan hambatan yang berlebihan pada sistem-sistem tersebut.
• Hambatan sistem nigrostriatal: gangguan terutama pada aktivitas motorik dapat terjadi
• Hambatan sistem mesolimbokortikal: memengaruhi fungsi kognitif
• Hambatan sistem tuberoinfundibular: gangguan endokrin
Efek samping
• Neurologis akut
• akatisia, distonia akut dan parkinsonism (acute extrapyramidal syndrome), sindroma Neuroleptik Maligna
(emergensi)
• Pada kondisi kronis atau efek samping pengobatan jangka panjang
• diskinesia tardiva (tardive dyskinesia).
• Kardiovaskular
• hipotensi ortostatik (postural hypotension)
•Gastrointestinal
• efek antikholinergik perifer, rasa kering di mulut, sering merasa haus
• Endokrin
• Peningkatan kadar prolaktin
• Disfungsi seksual
•Terapi inisial
• Segera setelah diagnosis ditegakkan,
• dosis dimulai dari dosis anjuran dinaikkan perlahan-lahan secara bertahap dalam waktu 1 – 3 minggu, sampai dicapai dosis optimal yang dapat
mengendalikan gejala
•Terapi pengawasan
• Setelah diperoleh dosis optimal, dosis tersebut dipertahankan selama lebih kurang 8 – 10 minggu sebelum masuk ke tahap pemeliharaan.
•Terapi pemeliharaan
• Dosis mulai diturunkan bertahap sampai diperoleh dosis minimal yang masih dapat dipertahankan tanpa menimbulkan kekambuhan.
• Berlangsung jangka panjang tergantung perjalanan penyakit, dapat sampai beberapa bulan bahkan beberapa tahun.
• bila kondisi
• akut pertama kali maka terapi diberikan sampai 2 tahun
• kronis dengan beberapa kali kekambuhan maka terapi diberikan sampai 5 tahun bahkan seumur hidup bila dijumpai riwayat agresifitas
berlebih, baik terhadap diri sendiri maupun orang lain misalnya bunuh diri atau mencelakakan orang lain.
• SNM
o semua antipsikotika harus dihentikan
o Untuk relaksasi otot :
dantrolen dengan dosis 0,8 – 2,5mg/kgBB/hr, intravena, dengan dosis maksimal 10 mg/hari.
Bila telah bisa per oral, dapat diberikan tablet dantrolen 100-200mg/hari
QUETIAPIN Derivat dibenzotiazepin, bekerja sebagai antagonis 5-HT1A dan 5-HT2A, dopamin D1, D2,
histamin H1 serta reseptor adrenergik a1 dan a2.
Efiksasi • Bila dibandingkan dengan obat APG-I, quetiapin lebih bermanfaat untuk
neurokognitif.
• Perbaikan yang bermakna pada kognisi global, pemikiran dan kelancaran verbal, dan
daya ingat segera lebih baik pada kelompok subjek yang mendapat quetiapin 300-
600mg/ hari
Dosis • Quetiapin untuk fase akut skizofrenia dengan kisaran dosis antara 300-800 mg/hari.
• Quetiapin tablet IR (immediate release) dengan dosis 25 mg, 100 mg, 200 mg, dan
300 mg, dengan pemberian dua kali per hari.
• quetiapin-XR dengan dosis 300 mg dan 400 mg, satu kali per hari.
Efek samping • risiko sedasi cukup tinggi
• Risiko hipotensi ortostatik, takikardi, peningkatan berat badan dan abnormalitas
metabolik derajatnya sedang.
• Tidak ada efek samping ekstrapiramidal meskipun dosisnya > 800 mg/hari.
• Risiko terjadinya akatisia sangat rendah
• penambahan berat badan berkisar antara 2-9 kg
Tujuan
• Mengurangi stress,
• mengurangi kekambuhan,
• meningkatkan adaptasi ODS terhadap kehidupan dalam masyarakat,
• memfasilitasi pengurangan gejala secara terus-menerus dan konsolidasi remisi,
• meningkatkan proses penyembuhan
•Penurunan dosis atau penghentian pengobatan pada fase ini dapat menyebabkan kekambuhan.
Farmakoterapi
•perencanaan terapi jangka panjang untuk mengurangi risiko kekambuhan, memantau dan mengurangi beratnya efek
samping obat,
APG-II
• dapat digunakan pada dosis terapetik tidak akan menginduksi efek samping ekstrapiramidal.
• Keuntungan menurunkan dosis menjadi “dosis efektif minimal” harus menjadi pertimbangan risiko kekambuhan
dan sering terjadi eksasebasi skizofrenia.
• Saat ini terbukti bahwa obat-obat APG-II berpotensi mencegah kekambuhan.
Source : Prudic J (2005). Electroconvulsive therapy. Dalam: Sadock BJ, Sadock VA (Eds.) Kaplan & Sadock’s , 8th
Edition.
PROGNOSIS
BAIK BURUK
• Onset lambat • Awitan awal
• Tidak ada faktor pencetus
• Faktor pencetus yang jelas • Onset berbahaya
• Onset akut • Sosial premorbid yang buruk, seksual, dan riwayat kerja
• Sosial premorbid yang baik,seksual, dan • Penarikan diri, perilaku autis
riwayat kerja • lajang, cerai, atau janda dari
• Riwayat keluarga skizofrenia
• Gejala gangguan mood (terutama depresi • Sistem pendukung yang buruk
gangguan) • Gejala negatif
• Menikah • Tanda dan gejala neurologis
• • Riwayat trauma perinatal
Riwayat keluarga dengan gangguan mood
• Tidak ada remisi dalam 3 tahun
• Sistem pendukung yang baik • Sering kambuh
• Gejala positif • Sejarah assaultiveness
Source : Sadock, B, et al. Synopsis of Psychiatry: Behavioral Sciences/Clinical Psychiatry, 11th ed. 2015