Anda di halaman 1dari 46

SKIZOFRENIA

Disusun oleh :
Falenissa Inca Biyansari (406182010)
Egie Magdani Ainul Kamil (406182022)

Pembimbing:
Dr. dr. Richard Budiman Sp.KJ (K)

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kedokteran Jiwa - RSK Jiwa Dharmawangsa


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 23 Maret – 17 April 2021
TERMINOLOGI

Kaplan & sadock


• Sindrom dengan kumpulan penyebab yang bervariasi di mana setiap penderita dan
gejala yang timbul dapat mempengaruhi fungsi kognitif, persepsi, memori dan pola
pikir, biasanya efeknya berat dan bertahan lama.
PPDGJ III
• Penyimpangan yang fundamental dan karakteristik dari pikiran dan persepsi, serta
afek yang tidak wajar (inappropriate) atau tumpul (blunted), kesadaran yang jernih
(clear consciousness) dan kemampuan intelektual biasanya tetap terpelihara,
walaupun kemunduran kognitif tertentu dapat berkembang kemudian
PDSKJI
• Gangguan yang ditandai dengan adanya distorsi realita, disorganisasi, dan
kemiskinan psikomotor

Source :
• Sadock, B, et al. Synopsis of Psychiatry: Behavioral Sciences/Clinical Psychiatry, 11th ed. 2015
• Maslim, et al Diagnosis PPDGJ-III dan DSM-V. 2013
• PDSKJI. Konsensus tatalaksana skizofrenia. 2011
EPIDEMIOLOGI

• World Health Organization (WHO)


• 7 dari 1000 orang populasi dewasa adalah pasien Skizofrenia.
• Skizofrenia berkontribusi dalam terjadinya 2,8% disabilitas di seluruh dunia
• Riskesdas
• 2013 : 7,2 kasus per 1000 orang  biasanya terjadi pada usia dewasa dan
menjadi kronis.
• 2018 : 6,7 per 1000 rumah tangga.
• Perbandingan antara laki-laki dan perempuan adalah 1,4 : 1  lebih tinggi
pada mereka yang tinggal di perkotaan

Source : Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) 2013 dan 2018


ETIOPATOFISIOLOGI

• Genetic  risiko penurunan 40% jika terdapat keluarga positif


• Mutase genetic  gen neuregulin/NGR1 yang berkontribusi pada signal
glutamate dan perkembangan otak, gen dinsbindin (DTNBP1) yang
berkontribusi untuk pengeluaran glutamate, dan polimorfisme katekolamin-
O-metil transferase (COMT) yang meregulasi fungsi glutamate
• Gangguan perkembangan janin dan berat badan lahir rendah
• Malnutrisi dan defisiensi vitamin
• Tinggal di perkotaan dan menjadi migran
• Penggunaan zat adiktif, terutama kanabis
• Stress psikologis

Source :Sadock, B, et al. Synopsis of Psychiatry: Behavioral Sciences/Clinical Psychiatry, 11th ed. 2015
ETIOPATOFISIOLOGI

Kelainan anatomi
• pelebaran ventrikel 3 dan lateral
• atrofi bilateral lobous temporal medial (terutama pada girus hipokampus, parahipokampus, dan
amigdala)
• disorientasi spasial sel pyramid hipokampus
• penurunan volume korteks prefrontal dorso lateral.

Kelainan biokimia
• Adanya aktivitas dopaminergic yang berlebihan  aktivasi reseptor D2 pada jalur mesolimbic
menyebabkan timbulnya gejala positif
• Adanya peningkatan sistem noradrenergic yg memodulasi sistem dopaminergic
• Adanya hiperaktivitas serotonin
• Adanya hiperaktivitas dari glutamate dan hipoaktivitas GABA
• Penurunan kadar muskarinik dan nikotinik di beberapa bagian regio otak

Source :Sadock, B, et al. Synopsis of Psychiatry: Behavioral Sciences/Clinical Psychiatry, 11th ed. 2015
ETIOPATOFISIOLOGI

Menurut studi Positron Emission Tomography (PET) , pd skizofrenia terjadi


:

1.Penurunan rasio ambilan glukosa pada lobus frontal-oksipital inferior


kiri (hipofrontal)
2.Abnormalitas asimetris hemisfer kiri dan kanan  metabolisme
hemisfer kiri lebih tinggi
3.Peningkatan aktivitas lobus temporal kiri  krn ditemukannya gejala
positif pada :
• kejadian pasca kejang pasien pasien epilepsi lobus temporal kiri
• pasien yang mengalami atrofi temporal kortikal

Source :Sadock, B, et al. Synopsis of Psychiatry: Behavioral Sciences/Clinical Psychiatry, 11th ed. 2015
ETIOPATOFISIOLOGI

• Gangguan sirkuit cortical-striatal-thalamic (melibatkan kortek


medial-frontal) pasien menjadi apatis, letargis, lambat, serta
penurunan inisiatif

• Peningkatan umur menjadi faktor penyebab penurunan metabolisme


glukosa pada korteks medial frontal  akibat efek neurotoksik dari
kelebihan dopamine dan glutamat pada regio tersebut

• Rendahnya metabolisme glukosa pada otak  muncul gejala


negative pada skizofrenia

Source :Sadock, B, et al. Synopsis of Psychiatry: Behavioral Sciences/Clinical Psychiatry, 11th ed. 2015
ETIOPATOFISIOLOGI
Menurut studi transkranial Doppler sonografi (TCD), pd skizofrenia terjadi :

1. Penurunan viskositas aliran darah pada arteri serebral anterior, media, dan posterior 
berefek pada korteks dorsolateral prefrontal, cinguloparietal, dan korteks temporal
2. Peningkatan supply darah pada arteri serebral anterior (ACA) dan lobus temporal kiri
 sebagai kompensasi dari disfungsi neural parsial
3. Penurunan aliran darah otak secara umum menyebabkan inaktivitas dan gejala
katatonia
4. Penurunan aliran darah pada lobus temporal medial kiri, nucleus kaudatus ,dan
prefrontal area  timbul gejala psikomotor yang buruk, disorganisasi, dan distorsi
realitas pada penyakit skizofrenia
5. Penurunan aliran darah pada 3 daerah limbic (nucleus akumbens, korteks insularis, dan
girus parahipokampal) juga di daerah vermis serebralis  keadaan penurunan kepasitas
dalam merespon domain olfaktori dengan perasaan senang (anhedonia)

Source : Sadock, B, et al. Synopsis of Psychiatry: Behavioral Sciences/Clinical Psychiatry, 11th ed. 2015
TANDA & GEJALA

Gejala positif  perilaku psikotik yang umumnya tidak terlihat pada orang sehat. Orang-orang dengan
gejala positif mungkin “kehilangan kontak” dengan beberapa aspek realita. Gejalanya termasuk :
• Halusinasi
• Delusi
• Gangguan pikiran (cara berpikir yang tidak biasa atau disfungsi pikiran)
• Gangguan gerakan (gerakan tubuh yang gelisah)

Gejala negatif  gangguan terhadap emosi dan perilaku normal. Gejalanya termasuk :
• Afek datar (mengurangi ekspresi emosi melalui ekspresi wajah atau nada suara)
• Kurangnya perasaan senang dalam kehidupan sehari-hari
• Kesulitan dalam memulai dan mempertahankan kegiatan
• Sedikit berbicara

Source : Sadock, B, et al. Synopsis of Psychiatry: Behavioral Sciences/Clinical Psychiatry, 11th ed. 2015
ALUR DIAGNOSIS

Source : PDSKJI. Konsensus tatalaksana skizofrenia. 2011


ALUR DIAGNOSIS

Source : PDSKJI. Konsensus tatalaksana skizofrenia. 2011


DSM-V

A. Jika ada dua atau lebih gejala dibawah ini, dimana gejala ini tampak secara signifikan selama
periode 1 bulan (atau kurang jika dilakukan terapi yang berhasil) dan sedikitnya satu dari gejala
nomor 1,2, atau 3 :
1. Waham
2. Halusinasi
3. Bicara yang kacau
4. Perilaku katatonik atau aneh
5. Simptom negatif (emosi yang hilang, atau penarikan diri)
B. Adanya gangguan secara fungsi satu atau lebih fungsi penting, seperti bekerja, hubungan
interpersonal, atau perawatan diri.
C. Gejalanya berlangsung persisten minimal 6 bulan. Periode 6 bulan ini harus mencakup sedikitnya
1 bulan dari gejala (atau berkurang karena efek pengobatan) yang dijumpai pada kriteria A dan
juga termasuk gejala prodromal atau gejala sisa. Selama gejala prodromal atau gejala sisa,
keluhan yang nampak berupa gejala negatif atau dua atau lebih gejala yang ada pada kriteria A.

Source : Sadock, B, et al. Synopsis of Psychiatry: Behavioral Sciences/Clinical Psychiatry, 11th ed. 2015
DSM-V

D. Gangguan skizoafektif dan depresi atau gangguan bipolar dengan psikotik


dikesampingkan jika, 1) tidak ada gambaran depresi mayor atau episode manik
yang terjadi pada fase aktif ini, atau 2) jika terjadi episode mood selama fase
aktif, yang menunjukkan gejala minimal atau sebagian besar pada fase aktif
atau gejala sisa pada penyakit saat ini.
E. Gangguan ini tidak diakibatkan oleh efek psikologi dari penggunaan obat
seperti penyalahgunaan obat atau kondisi medis lain.
F. Jika ada riwayat gangguan spektrum autism atau gangguan komunikasi pada
masa anak, diagnosis tambahan Skizofrenia dibuat jika ada gejala dominan
halusinasi atau waham minimal 1 bulan (atau kurang jika dengan keberhasilan
pengoobatan). Beberapa gejala harus pesisten secara berkelanjutan selama
periode sedikitnya 6 bulan.

Source : Sadock, B, et al. Synopsis of Psychiatry: Behavioral Sciences/Clinical Psychiatry, 11th ed. 2015
DSM-V

• Gejala prodromal sering mendahului pada fase aktif dan diikuti dengan gejala
sisa yang ditandai dengan ringannya atau batas ambang mulai adanya
halusinasi atau waham.
• Pasien memiliki kepercayaan disertai ideas of reference atau magis, mereka
memiliki persepsi yang tidak biasa seperti merasakan kehadiran seseorang
yang tidak bisa dilihat nyata, kata-katanya tidak bisa dimengerti dan samar-
samar, serta kebiasaan yang aneh tetapi tidak jelas dan tidak jelas seperti:
mengomel pada orang-orang.
• Gejala negatif sering pada masa prodromal dan dapat menjadi berat.
• Individu yang aktif secara sosial dapat menarik diri dari kebiasaanya.
• Gejala-gejala ini sering menjadi pertanda awal dari gangguan Skizofrenia.

Source : Sadock, B, et al. Synopsis of Psychiatry: Behavioral Sciences/Clinical Psychiatry, 11th ed. 2015
PPDGJ III

Persyaratan normal untuk diagnosis skizofrenia adalah: dari gejala-gejala di bawah ini harus ada paling
sedikit satu gejala yang sangat jelas (dan biasanya dua gejala atau lebih apabila gejala-gejala itu kurang
jelas) dari salah satu kelompok (a) sampai 9d) atau paling sedikit dua dari kelompok (e) sampai (h), yang
harus selalu ada secara jelas pada sebagian besar waktu selama satu bulan atau lebih

a.Thought echo, thought insertion, atau thought withdrawal, dan thought broadcasting
b.Waham dikendalikan (delusion of control), waham dipengaruhi (delusion of influence) atau waham
pasivitas (delusion of passivity) yang jelas merujuk pada gerakan tubuh atau gerakan extremitas, atau
pikiran, perbuatan atau perasaan (sensasi) khusus; delusional perception
c. Suara halusinasi yang berkomentar secara terus menerus terhadap perilaku pasien atau
mendiskusikan perihal pasien di antara mereka sendiri, atau jenis suara halusinasi lain yang berasal
dari salah satu bagian tubuh

Source : Maslim, Rusdi. Diagnosis Gangguan Jiwa, Rujukan Ringkas PPDGJ-III dan DSM-V.. Jakarta; 2013
PPDGJ III

d.Waham-waham menetap jenis lain yang menurut budayanya dianggap tidak wajar serta sama sekali mustahil, seperti
misalnya mengenai identitas keagamaan atau politik, atau kekuatan dan kemampuan “makhluk super” (misalnya
mampu mengendalikan cuaca, atau berkomunikasi dengan makhluk asing dari dunia lain)

e.Halusinasi yang menetap dalam setiap modalitas, apabila disertai baik oleh waham yang mengambang/melayang
maupun yang setengah berbentuk tanpa kandungan afektif yang jelas, atau pun oleh ide-ide berlebihan (over-valued
ideas) yang menetap, atau apabila terjadi setiap hari selama berminggu-minggu atau berbulan-bulan terus menerus

f. Arus pikiran yang terputus atau yang mengalami sisipan (interpolasi) yang berakibat inkoherensi atau pembicaraan
yang tidak relevan atau neologisme

g.Perilaku katatonik seperti keadaan gaduh gelisah (excitement), sikap tubuh tertentu (posturing), atau fleksibilitas
serea (waxy flexibility), negativisms, mutisme, dan stupor

Source : Maslim, Rusdi. Diagnosis Gangguan Jiwa, Rujukan Ringkas PPDGJ-III dan DSM-V.. Jakarta; 2013
PPDGJ III

d.Gejala-gejala negative seperti bersikap masa bodoh (apatis), pembicaraan yang terhenti, dan
respons emosional yang menumpul atau tidak wajar, biasanya mengakibatkan penarikan diri
dari pergaulan sosial dan menurunkan kinerja sosial, tetapi harus jelas bahwa semua hal
tersebut tidak disebabkan oleh depresi atau medikasi neuroleptik, bahwa semua hal tersebut
tidak disebabkan oleh depresi atau medikasi neuroleptik;
e.Suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu keseluruhan dari beberapa aspek
perilaku perorangan, bermanifestasi sebagai hilangnya minat, tidak bertujuan, sikap malas,
sikap berdiam diri (self absorbed attitude) dan penarikan diri secara sosial.

Apabila didapati kondisi yang memenuhi kriteria gejala di atas tetapi baru dialami kurang dari
satu bulan, maka harus dibuat diagnosis Gangguan Psikotik Lir Skizofrenia Akut (F23.2). Apabila
gejala-gejala berlanjut lebih dari satu bulan dapat dilakukan klasifikasi ulang.

Source : Maslim, Rusdi. Diagnosis Gangguan Jiwa, Rujukan Ringkas PPDGJ-III dan DSM-V.. Jakarta; 2013
F20.1 Skizofrenia Hebefrenik

• Memenuhi kriteria umum diagnosis skizofrenia


• Pertama kali ditegakkan di usia 15-25 tahun
• Kepribadian premorbid : pemalu, senang sendiri (tidak harus)
• Umumnya butuh pengamatan 2-3 bulan:
• Perilaku tidak bertanggung jawab/hampa tujuan
• Afek dangkal, inappropriate, giggling, self satisfied, senyum sendiri, sombong, grimace, pranks,
pengulangan kata
• Disorganisasi, rambling dan inkoheren
• Gangguan afektif, dorongan kehendak, gangguan proses pikir -> menonjol
• Halusinasi dan waham, mungkin ada tapi tidak menonjol • Preokupasi pikiran dangkal
dan dibuat-buat.
• Berubah nama jadi S. Disorganized

Source : Maslim, Rusdi. Diagnosis Gangguan Jiwa, Rujukan Ringkas PPDGJ-III dan DSM-V.. Jakarta; 2013
F20.2 Skizofrenia Katatonik

• Memenuhi Kriteria Umum Diagnosis Skizofrenia


• Satu/lebih mendominasi :
– Stupor/mutisme
– Gaduh gelisah
– Posisi tubuh tertentu yang aneh dan dipertahankan – Negativisme
– Rigiditas
– Fleksibilitas cerea
– Command automatism
– Pengulangan kata-kata/kalimat
• Gejala katatonik belum langsung berarti skizofrenia
• Bisa muncul dari penyakit otak, gangguan metabolic, alcohol, obat- obatan, bisa
terjadi pada gangguan afektif

Source : Maslim, Rusdi. Diagnosis Gangguan Jiwa, Rujukan Ringkas PPDGJ-III dan DSM-V.. Jakarta; 2013
F20.3 Skizofrenia Tak Terinci
(Undifferentiated)

• Memenuhi kriteria umum diagnosis skizofrenia


• Tidak memenuhi kriteria untuk diagnosis skizofrenia paranoid,
hebefrenik, ataupun katatonik
• Tidak memenuhi kriteria untuk skizofrenia residual atau depresi pasca
skizofrenia.

Source : Maslim, Rusdi. Diagnosis Gangguan Jiwa, Rujukan Ringkas PPDGJ-III dan DSM-V.. Jakarta; 2013
F20.4 Depresi Pasca-Skizofrenia

• Diagnosis ditegakkan hanya kalau:


–Pasien telah menderita skizofrenia sebelumnya (12 bulan terakhir)
– Beberapa gejala masih ada, tapi tidak menonjol
–Gejala depresi menonjol dan mengganggu, memenuhi kriteria
episode depresif (F32.-) paling sedikit 2 minggu.
• Apabila tidak ada gejala skizofrenia, diagnosis menjadi F32.-.
• Bila gejala masih menonjol, diagnosis menjadi F20.0-F20.3

Source : Maslim, Rusdi. Diagnosis Gangguan Jiwa, Rujukan Ringkas PPDGJ-III dan DSM-V.. Jakarta; 2013
F20.5 Skizofrenia Residual

Untuk suatu diagnosis yang meyakinkan:


• Gejala negative skizofrenia (perlambatan psikomotor, aktivitas
menurun, afek tumpul, sikap pasif, tidak ada inisiatif, limited
vocabulary, komunikasi non verval buruk, perawatan diri dan kinerja
social buruk
• Ada riwayat 1 episode psikotik (yang memenuhi Dx Skizofrenia)
• Minimal 1 tahun gejala nyata waham dan halusinasi sangat berkurang
dan telah timbul gejala negative.
• Tidak ada dementia/gangguan organic lain

Source : Maslim, Rusdi. Diagnosis Gangguan Jiwa, Rujukan Ringkas PPDGJ-III dan DSM-V.. Jakarta; 2013
F20.6 Skizofrenia Simpleks

• Sulit dibuat dengan yakin


–  Gejala negative di S. Residual tanpa riwayat halusinasi, waham atau
manifestasi lain dari episode psikotik
–  Perubahan perilaku pribadi yang bermakna, kehilangan minat yang
mencolok, tidak berbuat sesuatu, tanpa tujuan hidup, dan penarikan diri.
–  Gejala psikotiknya kurang jelas.

F20.8 Skizofrenia Lainnya


F20.9 Skizofrenia YTT

Source : Maslim, Rusdi. Diagnosis Gangguan Jiwa, Rujukan Ringkas PPDGJ-III dan DSM-V.. Jakarta; 2013
TERAPI

Rawat Inap
• Tujuan: diagnostik, stabilitas pengobatan, keselamatan pasien karena
bunuh diri atau ide pembunuhan; perilaku yang sangat tidak teratur
atau tidak pantas, termasuk ketidakmampuan untuk memenuhi
kebutuhan dasar seperti makanan, pakaian, dan tempat tinggal.
• 4 hingga 6 minggu
• Selama rawat inap, pasien harus diberi fasilitas perawatan setelahnya,
termasuk rumah keluarga, keluarga asuh, rumah kos, dan rumah
singgah.

Source : PDSKJI. Konsensus tatalaksana skizofrenia. 2011


TERAPI

Antipsikotik mengurangi ekspresi gejala psikotik dan mengurangi


tingkat kekambuhan.
• Sekitar 70% pasien yang diobati dengan antipsikotik mencapai remisi.
• Dikategorikan menjadi dua kelompok utama:
• antipsikotik konvensional (lama)  generasi pertama
• antagonis reseptor dopamine (baru)  generasi kedua (serotonin
dopamine antagonists (SDAs))
• Melawan reseptor dopamin postsynaptic di otak

Source : PDSKJI. Konsensus tatalaksana skizofrenia. 2011


TERAPI

Perawatan farmakologis berbeda-beda bergantung pada fase penyakit pasien:


1. STADIUM AKUT ditandai  gejala psikotik positif dan agitasi / agresi terkait yang membutuhkan klinis segera
• Gejala episode psikotik pertama atau, lebih umum, kambuh pada individu yang telah mengalami beberapa episode
sebelumnya.
• Perawatan selama fase ini berfokus pada meringankan gejala psikotik yang paling parah.
• fase akut (4 hingga 8 minggu)  fase stabilisasi (gejala akut telah terkontrol)

2. FASE STABILISASI (6bulan), perawatan berfokus pada konsolidasi keuntungan terapeutik, dengan perawatan serupa
seperti yang digunakan pada stadium akut.

3. TAHAP STABIL atau pemeliharaan ketika penyakit berada dalam tahap remisi relatif atau stabil secara gejala.
• Tujuan selama fase ini adalah untuk mencegah kekambuhan atau eksaserbasi psikotik dan untuk membantu pasien
dalam meningkatkan tingkat fungsinya.

Meskipun pengendalian gejala psikotik positif merupakan tujuan utama di ketiga tahap pengobatan, minimalisasi gejala
negatif dan disfungsi kognitif juga sangat relevan karena gejala negatif dan gangguan kognitif telah dikaitkan lebih dengan
gangguan fungsional daripada gejala positif, yang menyebabkan kesenjangan yang cukup besar dalam mencapai pemulihan.

Source : PDSKJI. Konsensus tatalaksana skizofrenia. 2011


TERAPI

Source : PDSKJI. Konsensus tatalaksana skizofrenia. 2011


1. STADIUM AKUT

• Tujuan terapi pada fase akut adalah mencegah ODS (Orang Dengan Skizofrenia)
• melukai dirinya atau orang lain
• mengendalikan perilaku yang merusak
• mengurangi beratnya gejala psikotik dan gejala terkait lainnya, misalnya agitasi, agresi, dan gaduh gelisah.
• Langkah pertama:
• berbicara dan memberi ketenangan.
• Langkah selanjutnya
• keputusan untuk memulai pemberian obat oral
• Pengikatan atau penempatan ODS di ruang isolasi (seklusi)
• bila ODS berbahaya terhadap dirinya dan orang lain
• bila usaha restriksi lainnya tidak berhasil.
• untuk sementara : sekitar 2-4 jam
• digunakan untuk memulai pengobatan
• Intervensi nonfarmakologik, perilaku, dan intervensi sosial, serta lingkungan harus pula dilakukan.
• Semua objek berbahaya yang dapat digunakan ODS sebagai senjata, segera disingkirkan.
• Situasi yang dapat merangsang ODS, misalnya radio atau televisi sebaiknya dimatikan.
• Jumlah petugas di ruang akut, hendaklah cukup.

Source : PDSKJI. Konsensus tatalaksana skizofrenia. 2011


TERAPI
Obat Antipsikotik Rentang Dosis Anjuran Waktu paruh (jam)
(mg/hari)
Antipsikotik generasi I
Fenotiazin
Klorpromazin 300–1000 6
Flufenazin 5–20 33
Perfenazin 16–64 10
Thioridazin 300–800 24
Trifluoperazin 15–50 24
Butirofenon
Haloperidol 5–20 21
Lainnya
Loksapin 30–100 4
Antipsikotik generasi II
Aripiprazol 10–30 75
Klozapin 150–600 12
Olanzapin 10–30 33
Quetiapin 300–800 6
Risperidon 2–8 24
TERAPI – PENGATURAN DOSIS

Dalam pengaturan dosis


mempertimbangkan Dosis
• Onset efek primer (efek maintenance
Dosis awal Taperring off
(bertahan 6 bulan
klinis) : 2-4 minggu
– 2 tahun)
• Onset efek sekunder
(efek samping) : 2-6 jam
• Waktu paruh : 12-14 jam Dosis
(pemberian 1-2x/hari) Diturunkan tiap 2
anjuran(dinaikan
minggu
• Dosis pagi dan malam 2-3 hari)
dapat berbeda untuk
mengurangi dampak ES
Dosis efektif Dosis optimal
(dievaluasi 2 (pertahankan 8-12
minggu) minggu)

Source : Muslim R. Penggunaan klinis obat psikotropik. Edisi 2014


TERAPI – APG 1

APg-I
• Klorpromazin digunakan tahun 1952 sebagai sedatif pasca operasi.

• Klasifikasi
• Fenotiazin (mis, klorpromazin)
• obat-obat berpotensi rendah (low potency)
• Nonfenotiazin (mis, haloperidol)
• obat-obat potensi tinggi (high potency)  hanya memerlukan dosis kecil untuk memperoleh
efek yang setara dengan klorpromazin 100mg.

Source : PDSKJI. Konsensus tatalaksana skizofrenia. 2011


TERAPI – APG 1

Farmakokinetik
• obat-obat yang menginduksi enzim (enzyme inducer): karbamazepin, fenitoin, etambutol, dan
barbiturate (hambat kerja APG-)
• Clearance Inhibitors: Selective Serotonin Re-uptake Inhibitor (SSRI), Tricyclic Antidepressant (TCA), Beta
Blocker, (hambat ekskresi)
• Kondisi stres, hipoalbumin karena malnutrisi atau gagal ginjal dan gagal hati dapat (pengaruhi ikatan
protein)
• antagonis reseptor dopamin di otak
• Sistem dopamin yang terlibat : sistem nigrostriatal, mesolimbokortikal, dan tuberoinfundibuler.
• Manifestasi efek samping: berkaitan dengan hambatan yang berlebihan pada sistem-sistem tersebut.
• Hambatan sistem nigrostriatal: gangguan terutama pada aktivitas motorik dapat terjadi
• Hambatan sistem mesolimbokortikal: memengaruhi fungsi kognitif
• Hambatan sistem tuberoinfundibular: gangguan endokrin

Source : PDSKJI. Konsensus tatalaksana skizofrenia. 2011


TERAPI – APG 1

Efek samping
• Neurologis akut
• akatisia, distonia akut dan parkinsonism (acute extrapyramidal syndrome), sindroma Neuroleptik Maligna
(emergensi)
• Pada kondisi kronis atau efek samping pengobatan jangka panjang
• diskinesia tardiva (tardive dyskinesia).
• Kardiovaskular
• hipotensi ortostatik (postural hypotension)
•Gastrointestinal
• efek antikholinergik perifer, rasa kering di mulut, sering merasa haus
• Endokrin
• Peningkatan kadar prolaktin
• Disfungsi seksual

Source : PDSKJI. Konsensus tatalaksana skizofrenia. 2011


TERAPI – APG 1

•Terapi inisial
• Segera setelah diagnosis ditegakkan,
• dosis dimulai dari dosis anjuran dinaikkan perlahan-lahan secara bertahap dalam waktu 1 – 3 minggu, sampai dicapai dosis optimal yang dapat
mengendalikan gejala

•Terapi pengawasan
• Setelah diperoleh dosis optimal, dosis tersebut dipertahankan selama lebih kurang 8 – 10 minggu sebelum masuk ke tahap pemeliharaan.

•Terapi pemeliharaan
• Dosis mulai diturunkan bertahap sampai diperoleh dosis minimal yang masih dapat dipertahankan tanpa menimbulkan kekambuhan.
• Berlangsung jangka panjang tergantung perjalanan penyakit, dapat sampai beberapa bulan bahkan beberapa tahun.
• bila kondisi
• akut pertama kali maka terapi diberikan sampai 2 tahun
• kronis dengan beberapa kali kekambuhan maka terapi diberikan sampai 5 tahun bahkan seumur hidup bila dijumpai riwayat agresifitas
berlebih, baik terhadap diri sendiri maupun orang lain misalnya bunuh diri atau mencelakakan orang lain.

Source : PDSKJI. Konsensus tatalaksana skizofrenia. 2011


TERAPI – APG 1

Penatalaksanaan Efek samping


• Sindroma ekstrapiramidal (distonia akut, akathisia atau parkinsonisme) terlebih dahulu
dilakukan penurunan dosis
• Bila tidak dapat ditanggulangi -> diberi obat-obat antikolinergik (triheksifenidil, benztropin,
sulfas atropin, atau difenhidramin injeksi IM atau IV)
• Obat yang paling sering digunakan adalah triheksifenidil dengan dosis 3 kali 2 mg per
hari.
• Bila tetap tidak berhasil  APG-II

Source : PDSKJI. Konsensus tatalaksana skizofrenia. 2011


TERAPI – APG 1

OBAT DOSIS WAKTU PARUH TARGET EFEK SAMPING


(MG/HARI) (JAM) EKSTRAPIRAMIDAL

Trihexifenidil 1–15 4 Akathisia, dystonia, parkinsonism


hidrokhlorid
Amantadin 100–300 10–14 Akathisia, parkinsonism
Propranolol 30–90 3–4 Akathisia
Lorazepam 1–6 12 Akathisia
Difenhidramin 25–50 4–8 Akathisia, dystonia, parkinsonism

• SNM
o semua antipsikotika harus dihentikan
o Untuk relaksasi otot :
 dantrolen dengan dosis 0,8 – 2,5mg/kgBB/hr, intravena, dengan dosis maksimal 10 mg/hari.
 Bila telah bisa per oral, dapat diberikan tablet dantrolen 100-200mg/hari

o ekstrapiramidal : bromokriptin 20-30mg/hari dibagi dalam 4 dosis

Source : PDSKJI. Konsensus tatalaksana skizofrenia. 2011


TERAPI – APG 1

Source : PDSKJI. Konsensus tatalaksana skizofrenia. 2011


TERAPI – APG 2
Obat Antipsikotik Rentang Dosis Anjuran Waktu paruh (jam)
(mg/hari)
Antipsikotik generasi I
APg-II Fenotiazin
Klorpromazin 300–1000 6
• Dosis efektif tidak Flufenazin 5–20 33
menimbulkan efek samping Perfenazin 16–64 10
ekstrapiramidal Thioridazin 300–800 24
• Efek terapeutiknya : Trifluoperazin 15–50 24
antagonis reseptor serotonin Butirofenon
Haloperidol 5–20 21
dan dopamin.
Lainnya
Loksapin 30–100 4
Antipsikotik generasi II
Aripiprazol 10–30 75
Klozapin 150–600 12
Olanzapin 10–30 33
Quetiapin 300–800 6
Risperidon 2–8 24
APG 2 - RISPERIDONE

RISPERIDONE Derivat benzisoksazol


Dosis • Oral : 2 bentuk (tablet dan cairan)
• Dosis awal: 2 mg/hari dan besoknya dapat dinaikkan menjadi 4 mg/ hari.
• Bila ODS agitasi  + lorazepam 2mg/hari  hingga agitasinya terkendali.
• Perbaikan dengan risperidon terlihat dalam delapan minggu pertama  jika tidak : naikkan dosis
hingga 8 mg/hari.
• Dosis untuk orang tua atau penderita Parkinson adalah 1 mg/hari atau lebih kecil untuk mencegah
terjadinya efek samping.
Interaksi obat Fluoksetin dan paroksetin
menginhibisi enzim CYP 2D6 dan memblok konversi risperidon menjadi metabolitnya sehingga
kadar risperidon dapat meningkat.
Karbamazepin
menginduksi enzim CYP 2D6 sehingga meningkatkan konversi risperidon menjadi metabolit 9-
hidroksi risperidon.
Efek samping • sakit kepala dan pusing lebih sering terjadi pada risperidon dengan dosis 6 mg/hari.
• Sedasi, merasa lelah, pusing, hipotensi ortostatik, palpitasi, peningkatan berat badan, berkurangnya
gairah seksual, disfungsi ereksi lebih sering terjadi pada risperidon
• Peningkatan berat badan
• Reseptor kolinergik muskarinik  mulut kering, mata, kabur, dan retensi urin (sementara)
APG 2 - QUETIAPIN

QUETIAPIN Derivat dibenzotiazepin, bekerja sebagai antagonis 5-HT1A dan 5-HT2A, dopamin D1, D2,
histamin H1 serta reseptor adrenergik a1 dan a2.
Efiksasi • Bila dibandingkan dengan obat APG-I, quetiapin lebih bermanfaat untuk
neurokognitif.
• Perbaikan yang bermakna pada kognisi global, pemikiran dan kelancaran verbal, dan
daya ingat segera lebih baik pada kelompok subjek yang mendapat quetiapin 300-
600mg/ hari
Dosis • Quetiapin untuk fase akut skizofrenia dengan kisaran dosis antara 300-800 mg/hari.
• Quetiapin tablet IR (immediate release) dengan dosis 25 mg, 100 mg, 200 mg, dan
300 mg, dengan pemberian dua kali per hari.
• quetiapin-XR dengan dosis 300 mg dan 400 mg, satu kali per hari.
Efek samping • risiko sedasi cukup tinggi
• Risiko hipotensi ortostatik, takikardi, peningkatan berat badan dan abnormalitas
metabolik derajatnya sedang.
• Tidak ada efek samping ekstrapiramidal meskipun dosisnya > 800 mg/hari.
• Risiko terjadinya akatisia sangat rendah
• penambahan berat badan berkisar antara 2-9 kg

Source : PDSKJI. Konsensus tatalaksana skizofrenia. 2011


APG 2 - ARIPIPRAZOL

ARIPIPRAZOLE Antipsikotika dihidroquinolinon dan Stabilisator system Dopamin Serotonin


FK FD • Konsentrasi puncak plasma terjadi dalam waktu 3-5 jam.
• Metabolisme di hepar
• Interaksi obat: Famotidin, Valproat, Antihipertensi
Dosis 10 - 15 mg dan diberikan sekali sehari.
Kontraindiksasi • Hipersensitif
• kelainan jantung
• Riwayat kejang
• Pengendara mobil
Efek samping • Sakit kepala, mengantuk, agitasi, dispepsia, ansietas, dan mual, ataksia,
insomnia, kejang

Source : PDSKJI. Konsensus tatalaksana skizofrenia. 2011


APG 2 - OLANZAPINE

OLANZAPINE Antipsikotika dihidroquinolinon dan Stabilisator system Dopamin Serotonin


FK FD • Memberikan efek antipsikotika dengan gejala EPS minimal
• Diabsorbsi dengan baik melalui pemberian oral.
• Konsentrasi puncak 4-6 jam
Dosis 5-30mg/hari
Mula-mula dosis yang dianjurkan adalah 10 mg/hari, di malam hari.
Kemudian 5 mg di pagi hari dan 10 mg di malam hari.
Efek samping • penambahan berat badan
• Intoleransi glukosa,
• hiperglikemia,
• hiperlipidemia,
• ketoasidosis diabetik

Source : PDSKJI. Konsensus tatalaksana skizofrenia. 2011


2. FASE STABILISASI

Tujuan
• Mengurangi stress,
• mengurangi kekambuhan,
• meningkatkan adaptasi ODS terhadap kehidupan dalam masyarakat,
• memfasilitasi pengurangan gejala secara terus-menerus dan konsolidasi remisi,
• meningkatkan proses penyembuhan
•Penurunan dosis atau penghentian pengobatan pada fase ini dapat menyebabkan kekambuhan.

Farmakoterapi
•perencanaan terapi jangka panjang untuk mengurangi risiko kekambuhan, memantau dan mengurangi beratnya efek
samping obat,
APG-II
• dapat digunakan pada dosis terapetik  tidak akan menginduksi efek samping ekstrapiramidal.
• Keuntungan menurunkan dosis menjadi “dosis efektif minimal” harus menjadi pertimbangan risiko kekambuhan
dan sering terjadi eksasebasi skizofrenia.
• Saat ini terbukti bahwa obat-obat APG-II berpotensi mencegah kekambuhan.

Source : PDSKJI. Konsensus tatalaksana skizofrenia. 2011


ECT (ELECTROCONVULSIVE
THERAPY)
Rekomendasi satuan tugas APA
a. ECT efektif untuk ODS dalam situasi berikut:
• Episode sekarang dengan awitan yang tiba-tiba atau tertunda.
• Skizofrenia tipe katatonik
• Riwayat respons yang baik terhadap ECT
b. ECT efektif untuk skizofreniform dan gangguan skizoafektif
c. ECT efektif untuk gangguan psikotik yang tidak ditentukan di tempat lain (not otherwise specified)

Rekomendasi komite khusus royal College of Psychiatrist


d. ECT tidak direkomendasikan untuk pasien skizofrenia tipe II, dengan pengecualian adalah ketika gejala-gejala depresif yang nyata muncul dalam konteks suatu
sindrom tipe II.
e. Penggunaan ECT pada ODS tipe I adalah terbatas pada pasien:
1. Yang tidak mampu menoleransi dosis neuroleptik yang ekivalen dengan
• klorpromazin 500 mg/hari
2. Yang memiliki respons jelek terhadap dosis neuroleptik yang ekivalen
• dengan klorpromazin 500 mg/hari
3. Subkelompok spesifik, khususnya ketika gejala-gejala psikotik dijumpai dalam hubungannya dengan gejala-gejala afektif dan/atau perubahan perilaku motorik
c. ECT bisa mengurangi perilaku antisosial yang muncul sebagai respons terhadap gejala psikotik tipe I yang mendasarinya ketika medikasi antipsikotik sendiri gagal
mengatasi gejala-gejala psikotik

Source : Prudic J (2005). Electroconvulsive therapy. Dalam: Sadock BJ, Sadock VA (Eds.) Kaplan & Sadock’s , 8th
Edition.
PROGNOSIS

BAIK BURUK
• Onset lambat • Awitan awal
• Tidak ada faktor pencetus
• Faktor pencetus yang jelas • Onset berbahaya
• Onset akut • Sosial premorbid yang buruk, seksual, dan riwayat kerja
• Sosial premorbid yang baik,seksual, dan • Penarikan diri, perilaku autis
riwayat kerja • lajang, cerai, atau janda dari
• Riwayat keluarga skizofrenia
• Gejala gangguan mood (terutama depresi • Sistem pendukung yang buruk
gangguan) • Gejala negatif
• Menikah • Tanda dan gejala neurologis
• • Riwayat trauma perinatal
Riwayat keluarga dengan gangguan mood
• Tidak ada remisi dalam 3 tahun
• Sistem pendukung yang baik • Sering kambuh
• Gejala positif • Sejarah assaultiveness

Source : Sadock, B, et al. Synopsis of Psychiatry: Behavioral Sciences/Clinical Psychiatry, 11th ed. 2015

Anda mungkin juga menyukai