Disusun
Oleh:
Kelompok 6
Dosen Pengampu:
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS PUTRA INDONESIA “YPTK”
PADANG
2024
BAB I
ALZHEIMER
1. Pengertian Alzheimer
Penyakit eurodege ditemukan pertama kali pada tahun 1907 oleh seorang ahli Psikiatri dan
neuropatologi yang bernama Alois Alzheimer. Ia mengobservasi seorang wanita berumur 51
tahun, yang mengalami gangguan intelektual dan memori serta tidak mengetahui kembali
ketempat tinggalnya, sedangkan wanita itu tidak mengalami gangguan anggota
gerak,koordinasi dan reflek. Alzheimer adalah penyakit eurodegenerative yang umumnya
memengaruhi fungsi kognitif, termasuk memori. Gejalanya berkembang secara bertahap, mulai
dari kesulitan mengingat informasi hingga gangguan kemampuan berbicara dan menjalankan
aktivitas sehari-hari. Penyebab pasti Alzheimer belum sepenuhnya dipahami, tetapi plak beta-
amiloid dan jelaga neurofibrilar di otak diyakini berperan dalam proses patologis. Penyakit
Alzheimer adalah jenis demensia yang menyebabkan gangguan pada kemampuan berpikir, daya
ingat, dan fungsi berbahasa. Ini merupakan penyakit eurodegener otak yang progresif dari
waktu ke waktu dan menyebabkan kerusakan pada berbagai bagian otak. Ini merupakan jenis
demensia yang menyebabkan gangguan pada kemampuan berpikir, daya ingat, dan
fungsi berbahasa.
Faktor risiko penyakit Alzheimer termasuk usia, riwayat keluarga, dan kekurangan bahan kimia
penting dalam otak. Usia adalah faktor risiko paling penting, di mana risiko terkena Alzheimer
meningkat setelah usia 65 tahun. Beberapa faktor penyebab Alzheimer yaitu:
3. Gejala Alzheimer
Gejala Alzheimer meliputi penurunan daya ingat, kesulitan berbicara, perubahan suasana hati,
dan masalah dengan fungsi eksekutif. Menurut penelitian, Penelitian terbaru menunjukkan
bahwa orang dengan gangguan kognitif ringan memiliki peningkatan risiko untuk berkembang
menjadi Alzheimer. Selain itu, faktor lingkungan juga dapat berkontribusi pada timbulnya
penyakit Alzheimer.Pada tahap lanjut, penderita Alzheimer mungkin mengalami kesulitan
dalam melakukan aktivitas sehari-hari dan merawat diri sendiri, Beberapa gejala Alzheimer
yaitu:
Penting untuk diingat bahwa gejala Alzheimer dapat bervariasi dan tergantung pada tingkat
keparahan penyakit.
Selain obat, pendekatan nonfarmakologis seperti terapi bicara, fisioterapi, dan stimulasi mental
dapat membantu. Perubahan gaya hidup seperti pola makan sehat dan olahraga juga memiliki
dampak positif. Dukungan keluarga dan jaringan sosial juga penting untuk kesejahteraan
penderita Alzheimer. Tetap berkonsultasi dengan dokter untuk mengatur
perawatan yang terbaik.
BAB II
PARKINSON
1. Pengertian Parkinson
Penyebab penyakit Parkinson belum sepenuhnya dipahami, namun faktor eurode dan
lingkungan diyakini berperan. Kerusakan pada sel-sel saraf yang menghasilkan dopamine di
otak juga terkait dengan perkembangan penyakit ini.
Penyakit Parkinson berkaitan dengan hilangnya sel-sel saraf eurodegener dalam bagian otak
yang disebut substantia nigra. Faktor eurode dapat memainkan peran, dan beberapa mutasi
gen tertentu telah terkait dengan risiko Parkinson. Paparan zat toksik seperti pestisida dan
trauma kepala seringkali diidentifikasi sebagai faktor risiko tambahan. Meskipun belum ada
obat yang dapat menyembuhkan Parkinson, terdapat pengobatan untuk mengelola gejalanya.
Kerentanan Genetik: Faktor eurode dapat memainkan peran, dan adanya riwayat
keluarga dengan Parkinson dapat meningkatkan risiko.
Eksposur Lingkungan: Paparan terhadap zat kimia tertentu atau toksin lingkungan,
seperti pestisida, herbisida, atau logam berat, telah dikaitkan dengan peningkatan risiko
Parkinson.
Usia: Risiko Parkinson cenderung meningkat seiring bertambahnya usia. Meskipun
penyakit ini dapat terjadi pada usia muda, insidensinya lebih tinggi pada orang tua.
Jenis Kelamin: Beberapa penelitian menunjukkan bahwa laki-laki mungkin memiliki
risiko sedikit lebih tinggi dibandingkan perempuan.
Trauma Kepala Berat: Cedera kepala berat atau trauma otak dapat menjadi faktor
risiko.
Penting untuk diingat bahwa faktor-faktor ini dapat berinteraksi secara kompleks, dan bukan
satu-satunya penyebab.
3. Gejala Parkinson
Gejala Parkinson melibatkan perubahan gerakan dan dapat berkembang secara bertahap.
Beberapa gejalanya meliputi tremor (getaran), kaku otot, kesulitan berjalan, lambatnya
gerakan, dan ketidakstabilan postur. Gangguan tidur, depresi, dan masalah kognitif juga dapat
terjadi. Penting untuk dicatat bahwa gejala Parkinson dapat bervariasi antara individu.
Beberapa gejala umum penyakit Parkinson melibatkan gangguan gerakan dan
fungsi otot, seperti:
Tremor: Getaran atau gemetar, sering dimulai pada satu sisi tubuh, terutama di tangan
saat istirahat.
Kekakuan (Rigidity): Keadaan otot yang kaku dan sulit untuk digerakkan.
Bradykinesia: Penurunan kemampuan untuk bergerak dengan lancar dan cepat.
Masalah Keseimbangan dan Koordinasi: Kesulitan mempertahankan keseimbangan dan
koordinasi tubuh.
Perubahan Sikap Tubuh: Postur tubuh yang terpengaruh, seperti tubuh yang condong
ke depan atau postur tubuh yang bungkuk.
Perubahan Tulisan Tangan: Tulisan tangan yang menjadi lebih kecil dan sulit dibaca,
dikenal sebagai “micrographia”.
Gangguan dalam Berbicara: Kesulitan dalam mengucapkan kata-kata dengan jelas dan
berbicara dengan volume normal.
Gangguan Tidur: Insomnia atau gangguan tidur lainnya dapat terjadi.
Masalah Mental dan Emosional: Depresi, kecemasan, dan masalah kognitif
mungkin juga muncul.
4. Pengobatan Parkinson
Pengobatan Parkinson difokuskan pada mengelola gejala dan meningkatkan kualitas hidup.
Obat-obatan seperti levodopa, agonis eurodeg, dan inhibitor MAO-B dapat digunakan untuk
mengatasi kekurangan eurodeg dalam otak. Terapi fisik, terapi okupasi, dan dukungan
psikologis juga dapat membantu mengurangi dampak gejala. Dalam kasus tertentu, intervensi
bedah seperti stimulasi otak dalam atau pemasangan pompa levodopa dapat dipertimbangkan.
Setiap rencana perawatan disesuaikan dengan kebutuhan individu.
BAB III
KESIMPULAN
Penyakit Alzheimer dan Parkinson adalah dua penyakit eurodegenerative yang memengaruhi
fungsi otak dan gerakan tubuh.
DAFTAR PUSTAKA
Gerry Gunawan, M. D. (2017). Parkinson and Stem Cell Therapy. Malang Neurology Journal 3 (1), 39-46.