Anda di halaman 1dari 14

PARKINSON

A. PENGERTIAN
Penyakit Parkinson, yang mempengaruhi sebagian besar manusia yang berusia lanjut dapat
pula terjadi pada berbagai jenjang usia. Penyakit parkinson merupakan hasil dari degenerasi
bertahap sel-sel saraf di bagian otak tengah yang mengontrol gerakan tubuh. Tanda-tanda
pertama ketika terkena penyakit parkinson seperti perasaan lemah dan kaku pada tungkai atau
gemetar yang terjadi pada satu tangan ketika sedang beristirahat.
Akhirnya, perasaan gemetar akan semakin memburuk, otot cenderung kaku, serta
keseimbangan dan koordinasi tidak sebaik seperti sedia kala. Depresi, masalah kognitif, masalah
mental atau emosional lain bisa juga menjadi tanda seseorang menderita penyakit parkinson.
Penyakit Parkinson biasanya dimulai antara usia 50 dan 65, menyerang sekitar 1 % dari
seluruh populasi. Penyakit parkinson lebih sering dialami oleh pria dibandingkan wanita. Obat
dapat mengobati gejala penyakit parkinson, dan penyakit ini tidak secara langsung mengancam
jiwa.
B. PENYEBAB
Penyebab pasti terjadinya penyakit Parkinson masih belum diketahui. Seseorang bisa
mengidap penyakit Parkinson jika tubuhnya, khususnya otak kekurangan zat yang disebut
dopamine. Dopamine adalah mediator yang dibutuhkan otak untuk mengatur dan
mengkoordinasi kapan dan jenis gerakan yang harus dilaksanakan oleh otot. Normalnya,
dopamine dihasilkan oleh sel-sel saraf tertentu di otak, bila sel saraf tersebut rusak sehingga
produksi dopamine berkurang maka kemampuan otak mengatur dan mengkoordinasi gerakan
akan terganggu dengan risiko timbul gerakan yang abnormal.
Pada beberapa kasus, Parkinson merupakan komplikasi yang sangat lanjut dari ensefalitis
karena virus (suatu infeksi yang menyebabkan peradangan otak). Kasus lainnya terjadi jika
penyakit degeneratif lainnya, obat-obatan atau racun mempengaruhi atau menghalangi kerja
dopamin di dalam otak. Misalnya obat anti psikosa yang digunakan untuk mengobati paranoia
berat dan skizofrenia menghambat kerja dopamin pada sel saraf. Penyebab dari kemunduran sel
saraf dan berkurangnya dopamin terkadang tidak diketahui. Penyakit ini cenderung diturunkan,
walau terkadang faktor genetik tidak memegang peran utama.
Berikut ini adalah penyebab terjadinya penyakit Parkinson, yaitu:
Faktor keturunan.
Kepala terluka atau pernah mengalami trauma kepala akibat kecelakaan benturan di
kepala.
Efek samping dari penggunaan obat-obatan yang dikonsumsi dalam jangka waktu yang
lama seperti obat hipertensi, jantung, dan stroke.
Usia, karena Penyakit Parkinson umumnya dijumpai pada usia lanjut dan jarang timbul
pada usia di bawah 30 tahun.
Ras, di mana orang kulit putih lebih sering mendapat penyakit Parkinson daripada
orang Asia dan Afrika.
Genetik, faktor genetik amat penting dengan penemuan pelbagai kecacatan pada gen
tertentu yang terdapat pada penderita Penyakit Parkinson, khususnya penderita Parkinson
pada usia muda.

Toksin (seperti 1-methyl-4-phenyl-1,2,3,6-trihidroxypyridine (MPTP), CO, Mn, Mg,


CS2, methanol, etanol, dan sianida), penggunaan herbisida dan pestisida, serta jangkitan.
Tekanan emosional.
Penggunaan obat-obatan terlarang.
Paparan racun lingkungan.
Stroke.
Tiroid dan gangguan paratiroid.
Trauma kepala berulang (misalnya, trauma terkait dengan tinju).
Tumor otak.
Kelebihan cairan di sekitar otak (disebut hidrosefalus).
Radang otak (ensefalitis) akibat infeksi.
Jenis kelamin. Laki-laki lebih berisiko daripada wanita.
Merokok.
Pekerjaan, khususnya petani karena risiko terpapar pestisida/herbisida lebih besar.
Penyebab-penyebab
Parkinson
di
Usia
Muda
Faktor pertama yang memungkinkan terjadinya Parkinson usia muda adalah faktor keturunan.
Salah satu buktinya adalah sebuah keluarga di Gresik, dimana dua putri di keluarga tersebut
mengidap penyakit Parkinson, penyakit yang juga diidap oleh sang ayah.
Namun begitu, faktor keturunan bukan satu-satunya penyebab Parkinson usia muda karena racun
yang kuat juga dapat menyebabkan Parkinson. Pestisida adalah salah satu jenis racun yang
diduga dapat menyebabkan penyakit ini. Selain pestisida, anipsychotics yang biasanya digunakan
dalam penyembuhan penyakit kejiwaan pun juga dapat mempengaruhi gejala penyakit yang satu
ini mengingat penggunaan anipsychotics berkaitan erat dengan menurunnya aktivitas
dopaminergic. Tak hanya racun atau toksin, trauma otak juga merupakan salah satu pemicu
Parkinson di usia muda. Mereka yang memiliki bakat Parkinson juga dapat terkena Parkinson di
usia muda.
C. FAKTOR-FAKTOR
Beberapa faktor yang bisa memicu penyakit parkinson ini adalah:
Faktor keturunan. Mutasi genetik tertentu bisa menyebabkan meningkatnya risiko
terkena penyakit Parkinson. Diduga ada gen yang tidak sehat yang disalurkan kepada
anak oleh orang tua, tapi hal ini sangat jarang terjadi.
Faktor lingkungan. Pajanan terhadap racun tertentu yang ada di lingkungan bisa
meningkatkan risiko terkena penyakit Parkinson, misalnya pestisida, herbisida, asap
kendaraan bermotor, dan polusi pabrik. Tapi risikonya cukup kecil dan belum ada bukti
kuat yang bisa dikaitkan dengan penyakit Parkinson.
Terdapat beberapa faktor lain yang menyebabkan munculnya gejala utama dari penyakit
Parkinson, seperti tremor, otot kaku, dan melambatnya gerakan. Tapi faktor-faktor ini hanya
menimbulkan gejala Parkinson dan tidak berarti orang yang mengalaminya menderita penyakit
Parkinson. Faktor yang dimaksud adalah:
Efek samping obat-obatan. Ada beberapa obat yang bisa mengakibatkan munculnya
gejala Parkinson seperti tremor dan otot yang kaku.
Stroke. Jika terjadi serangan stroke yang parah, beberapa bagian otak bisa tidak
berfungsi lagi.
Gangguan otak lainnya yang bersifat progresif.

D. GEJALA PENYAKIT PARKINSON


Gejala dari Penyakit Parkinson merupakan akibat dari degenerasi sel saraf dopaminergik yang
berada di area substansia nigra, bagian dari otak yang mengontrol dan mengatur gerakan tubuh.
Gejala-gejalanya antara lain otot yang bergetar (tremor), gerakan yang melambat (bradikinesia),
kekakuan otot (rigiditas) dan gangguan berjalan atau masalah keseimbangan.
Sejalan dengan berlangsungnya penyakit, gejala-gejala ini biasanya semakin memburuk dan
mempengaruhi kemampuan pasien untuk bekerja dan menjalankan fungsinya.
Berikut ini adalah 4 gejala utama dari penyakit PD (Parkinson Disorder) atau bisa
disingkat TRAP, yaitu:
1. Tremor
Tremor Istirahat (Rest Tremor) yang khas ini merupakan gejala yang paling jelas, sering terdapat
pada awal penyakit dan mudah diidentifikasi oleh penderita maupun keluarganya sendiri. Rest
tremor ini bersifat kasar (kurang lebih 4 siklus/detik), dan gerakannya seperti memulung pil (pillrolling) atau seperti menghitung uang logam. Tremor dapat dimulai dari satu ekstremitas saja
pada awal gejala dan dapat menyebar sehingga mengenai seluruh anggota tubuh (lengan, rahang,
lidah, kelopak mata, tungkai) bahkan juga suara. Tremor ini berupa gerakan getar yang biasanya
muncul pada gerak tangan, lengan, atau tungkai saat rileks. Misalnya saat memegang koran atau
gagang telepon.
Tremor dapat menghilang jika otot berelaksasi total ataupun dengan melakukan gerakan. Faktor
fisik dan emosi dapat mencetuskan timbulnya tremor ini. Ada jenis tremor yang lainnya dengan
frekuensi 7-8 siklus/menit. Tidak seperti yang 4 siklus/menit, tremor ini dapat tetap ada pada
gerakan penderita dan tidak berhubungan dengan posisi diam dari anggota gerak (bukan rest
tremor) dan lebih mudah hilang pada posisi otot yang relaksasi. Pasien bisa menampakkan gejala
kedua tremor ini atau hanya salah satunya.
Pada awalnya tremor terjadi pada satu tangan, akhirnya akan mengenai tangan lainnya, lengan
dan tungkai. Tremor juga akan mengenai rahang, lidah, kening, dan kelopak mata. Biasanya
penderita mengeluh tangannya bergetar saat beristirahat, namun tidak saat melakukan aktivitas.
Tremor yang terjadi pada kepala menyebabkan kepala menggeleng, mulut membuka menutup,
dan lidah terjulur tertarik tarik.
Tremor juga akan muncul atau bertambah berat pada keadaan stres. Saat konsentrasi pun bisa
muncul gejala tremor, namun pada saat tidur lelap gejala ini tidak muncul. Pada kondisi lanjut,
tremor juga akan muncul meski sedang beraktivitas.
2. Rigiditas
Rigiditas: kekakuan; peningkatan tonus otot. Dikombinasikan dengan rest tremor, kekakuan ini
menghasilkan fenomena cog-wheel atau roda gigi saat ekstremitas digerakkan secara pasif. Hal
ini juga sangat jelas dapat dirasakan dengan cara mempalpasi otot pasien bahkan pada keadaan
rileks dan rasa ingin jatuh.
Rigiditas, yang didefinisikan sebagai tahanan terhadap gerakan pasif sehingga apabila persendian
penderita digerakkan orang lain, akan terasa seperti roda gigi. Penderita mengeluh otot kaku,
nyeri sendi, dan lelah. Keadaan ini terkadang menyerupai gejala rematik. Postur tubuh dapat
menjadi membungkuk ke depan. Pada keadaan yang lanjut gerakan sendi bisa menjadi terbatas.
Rigiditas disebabkan oleh peningkatan tonus pada otot antagonis dan otot protagonis dan
terdapat pada kegagalan inhibisi aktivitas motoneuron otot protagonis dan otot antagonis
sewaktu gerakan. Meningkatnya aktivitas alfa motoneuron pada otot protagonis dan otot
antagonis menghasilkan rigiditas yang terdapat pada seluruh luas gerakan dari ekstremitas
yang terlibat.

3. Akinesia/Bradykinesia
Bradykinesia/Akinesia: pengurangan atau tidak adanya gerakan sama sekali. Gerakan cepat,
berulang-ulang menghasilkan sebuah gerakan disritmik dan pengurangan kekuatan gerakan.
Bradikinesia, berupa menurunnya gerakan motorik tubuh secara keseluruhan. Misalnya, sulit
bangkit dari kursi, memulai berjalan atau berbalik ke tempat tidur. Wajah tampak murung dan
sedih, kedipan mata berkurang atau tatapan mata kosong seperti orang melamun. Suara juga
dapat berubah menjadi halus dan pelan, sehingga sulit didengar. Gaya berjalan menjadi kaku
seperti robot, langkah menjadi kecil-kecil dan pendek, langkah diseret, lengan tidak atau kurang
melenggang. Dalam hal makan, penderita juga mengalami kelambanan, baik mengunyah atau
menelan, dan bahkan dapat mengeluarkan air liur.
Bradikinesia menyebabkan berkurangnya ekspresi muka serta mimik dan gerakan spontan
berkurang sehingga wajah mirip topeng, kedipan mata berkurang, menelan ludah berkurang
sehingga ludah keluar dari mulut. Gerakan penderita menjadi lamban sehingga gerak asosiatif
menjadi berkurang misalnya: sulit bangun dari kursi, sulit mulai berjalan, lamban mengenakan
pakaian atau mengancingkan baju, lambat mengambil suatu obyek, bila berbicara gerak bibir dan
lidah menjadi lamban. Terjadi perubahan pada tulisan tangan. Saat menulis, tulisan penderita
Parkinson biasanya lama-lama akan semakin mengecil sampai tidak terbaca. Dan jika terjadi di
usia produktif, maka akan mengganggu pekerjaannya.
Bradikinesia merupakan hasil akhir dari gangguan integrasi dari impuls optik sensorik, labirin,
propioseptik dan impuls sensorik lainnya di ganglia basalis. Hal ini mengakibatkan perubahan
pada aktivitas refleks yang mempengaruhi alfa dan gamma motoneuron.
4. Hilangnya refleks postural
Postural instability (ketidakstabilan postural): tidak adanya refleks postural sehingga
mengakibatkan ketidakseimbangan.
Instabilitas Postural yang ditandai dengan memburuknya keseimbangan tubuh sehingga
penderita mudah jatuh. Ketika sedang berjalan penderita dapat mengalami kesulitan berhenti
sehingga saat akan berhenti dapat kehilangan keseimbangan.
Meskipun sebagian peneliti memasukkan sebagai gejala utama, namun pada awal stadium
penyakit Parkinson gejala ini belum ada. Hanya 37% penderita penyakit Parkinson yang sudah
berlangsung selama 5 tahun mengalami gejala ini. Keadaan ini disebabkan kegagalan integrasi
dari saraf propioseptif dan labirin dan sebagian kecil impuls dari mata, pada level talamus dan
ganglia basalis yang akan mengganggu kewaspadaan posisi tubuh. Keadaan ini mengakibatkan
penderita mudah jatuh.
Gejala Parkinson berbeda pada setiap dari mereka yang mengalaminya. Gejala umumnya dimulai
pada satu sisi bagian tubuh dan biasanya memburuk pada sisi tersebut bahkan setelah gejala
mulai terjadi pada kedua sisi tubuh.
Berikut ini adalah gejala-gejala Parkinson yang biasa ditunjukkan oleh penderitanya, yaitu:
Kurangnya ekspresi muka serta mimik. Muka menjadi seperti topeng, kedipan mata
berkurang, disamping itu kulit muka seperti berminyak dan ludah sering keluar dari
mulut. Wajah penderita menjadi kurang ekspresif dan datar karena otot-otot wajah untuk
membentuk ekspresi tidak bergerak. Kadang berkurangnya ekspresi wajah ini
disalahartikan sebagai depresi, walaupun memang banyak penderita Parkinson yang
akhirnya mengalami depresi. Pandangan tampak kosong dengan mulut terbuka dan
matanya jarang mengedip.

Langkah menjadi kecil, yang khas pada penyakit Parkinson. Pada stadium yang lebih
lanjut sikap penderita dalam posisi kepala difleksikan ke dada, bahu membongkok ke
depan, punggung melengkung ke depan, dan lengan tidak melenggang bila berjalan.
Pengucapan kata-kata yang monoton dengan volume yang kecil dan khas pada penyakit
Parkinson. Pada beberapa kasus suara mengurang sampai berbentuk suara bisikan yang
lamban. Bicara sering terdengar sangat lembut dan seperti menggumam.
Mata kurang berkedip, melirik ke arah atas terganggu, konvergensi menjadi sulit, gerak
bola mata menjadi terganggu.
Mengalami kesulitan dalam berbicara karena kata-katanya sulit dipahami, suara menjadi
pelan, lemah, dan tidak dapat dimengerti. Kata-katanya sulit didengar dan dipahami.
Mengalami kesulitan atau kekakuan dalam melakukan gerak tubuh juga merasakan
ketegangan atau sakit seperti terjadi kekakuan pada otot, ketika berjalan, memutar, jalan
di tempat yang sempit yang akan membuat penderita kesulitan dalam bergerak.
Hilangnya indera penciuman yang diakibatkan oleh proses penurunan perkembangan
syaraf.
Mengalami depresi sebelum terjadinya dalam masalah pergerakan. Para ahli yakin,
kelainan mental merupakan bagian dari pernyakit Parkinson sendiri, bukan hanya reaksi
dari memiliki penyakit Parkinson.
Terjadi gemetaran pada tangan, kaki, rahang, juga kepala ketika sedang beristirahat atau
sedang tidak melakukan aktivitas apapun.
Perubahan dalam gerak motorik. Hal yang bisa dilihat dengan adanya perubahan dalam
tulisan tangan yang menjadi lebih kecil dan berdesakan. Dalam pergerakannya sangat
lambat dan kadang ceroboh.
Mengalami kondisi membeku seperti patung pada saat berjalan atau berputar arah dan
tidak mampu melangkah.
Mengeluh merasakan tegang atau sakit, kekakuan pada otot, lengan dan tubuh hingga
sulit untuk bergerak. Bangun dari tempat tidur atau berdiri dari kursi menjadi sangat
sukar. Orang yang menderita Parkinson jarang membuat gerakan-gerakan spontan.
Tidak bisa bertahan lama dalam posisi berdiri. Petunjuk umumnya penderita akan
kehilangan keseimbangan tubuh dan bisa terjatuh. Mereka biasanya akan berjalan dengan
langkah-langkah kecil dan lambat. Namun, jika pasangan Anda mengalami hal seperti ini
dan tidak diikuti gejala Parkinson lainnya, mungkin saja dia mengalami diagnosa yang
berbeda.
Terjadi masalah pada sisi lain tubuh Anda. Gejalanya berupa jari-jari yang bergetar atau
kekakuan pada kaki. Pergerakan motoris pada penderita Parkinson awalnya hanya
mengganggu satu sisi tubuh. Selanjutnya dalam beberapa tahun ke depan gangguan ini
akan menyebar ke sisi yang lain.
Penderita seperti kekurangan tenaga.
Saat penderita berjalan, satu tangan tidak berayun sebanyak tangan lainnya dan
pergerakan yang lambat ini akan menjalar pada seluruh tubuh. Sebagai contoh, awalnya
tangan berayun lebih lamban dari biasanya, selanjutnya diikuti dengan jarang berkedip
dan menelan ludah.
Hilangnya keseimbangan dan kesulitan untuk memutar tubuh atau menghentikan
langkah.

Merasakan gejala timbulnya rasa sakit seperti rasa terbakar atau rasa geli.
Air liur menetes dan penderita mengalami kesulitan menelan makanan. Penderita
seringkali ileran atau tersedak karena kekakuan pada otot wajah dan tenggorokan
menyebabkan kesulitan menelan.
Masalah ketidakseimbangan postur dan koordinasi badan yang dapat mengakibatkan
jatuh.
Mengalami kesulitan dalam memulai suatu pergerakan dan terjadi kekakuan otot. Jika
lengan bawah ditekuk ke belakang atau diluruskan oleh orang lain, maka gerakannya
terasa kaku. Kekakuan dan imobilitas bisa menyebabkan sakit otot dan kelelahan.
Kekakuan dan kesulitan dalam memulai suatu pergerakan bisa menyebabkan berbagai
kesulitan. Otot-otot kecil di tangan seringkali mengalami gangguan, sehingga pekerjaan
sehari -hari (misalnya mengancingkan baju, menulis dan mengikat tali sepatu) semakin
sulit dilakukan.
Mengalami kesulitan dalam melangkah dan seringkali berjalan tertatih-tatih dimana
lengannya tidak berayun sesuai dengan langkahnya. Jika penderita sudah mulai berjalan,
mereka mengalami kesulitan untuk berhenti atau berbalik. Langkahnya bertambah cepat
sehingga mendorong mereka untuk berlari kecil supaya tidak terjatuh. Sikap tubuhnya
menjadi bungkuk dan sulit mempertahankan keseimbangan sehingga cenderung jatuh ke
depan atau ke belakang.
Berbicara sangat pelan dan tanpa aksen (monoton) dan menjadi gagap karena mengalami
kesulitan dalam mengartikulasikan fikirannya.
Mengalami gangguan keseimbangan tubuh.
Merasakan sakit seperti terbakar, perasaan geli, hilangnya motivasi, susah tidur, ataupun
merasakan tekanan. Kebanyakan gejala ini akan memperparah penderita penyakit
Parkinson.
Sembelit serta masalah berkemih.
Nyeri pada sekitar leher.
Berkeringat terlalu berlebih.
Pergantian pada suasana hati serta kepribadian.
Tangan dan lengan bergetar dalam keadaan diam atau sedang santai.
Demensia atau masalah pada mental dan daya ingat.
Berjalan dengan langkah kecil, lambat, terseret, sulit membelok arah dan sulit berhenti.
Kekakuan otot leher, lengan, punggung dan tungkai, sampai posisi badan membungkuk.
Gangguan keseimbangan tubuh sehingga mudah terjatuh ke belakang.
Pada beberapa penderita ditemukan ujung jari tangan yang keras dan menekuk ke dalam
secara tidak normal (yang dapat dihilangkan dengan pemberian obat antiparkinson
umum).
Sebagian besar penderita memiliki intelektual yang normal, tetapi ada juga yang menjadi
pikun.
E. CARA MENCEGAH PENYAKIT PARKINSON
Bagaimana mencegah penyakit Parkinson? Berikut ini beberapa caranya, yaitu:
- Menghindari trauma otak dengan menghindari benturan yang keras karena pada dasarnya

penyakit Parkinson disebabkan karena rusaknya neuron, unit terkecil otak manusia yang
berfungsi menyampaikan pesan dari otak ke syaraf yang kemudian akan diteruskan ke
anggota tubuh lain dan sebaliknya.
Meningkatkan latihan fisik dan aktivitas mental
Latihan fisik dan aktivitas mental adalah metode yang efektif dalam pencegahan dan
pengobatan Parkinson dan juga dapat menunda penuaan jaringan otak. Dalam kehidupan
sehari-hari beberapa latihan fisik dapat membantu menjaga kesehatan serta latihan
membantu untuk mencegah penyakit. Perlu diketahui bahwa berolahraga, harus memilih
bervariasi, misalnya: berjalan di atas jalan berkerikil sambil membungkuk untuk menunda
hypokinesia.
Menjauh dari zat beracun
Hindari bahan kimia yang beracun, seperti insektisida, herbisida, pestisida, dan sebagainya.
Menghindari atau mengurangi zat beracun terhadap sistem saraf manusia, zat beracun
seperti karbon monoksida, karbon dioksida, mangan, merkuri, dll. Knalpot mobil
mengandung banyak karbon monoksida, karbon disulfida, gas beracun sianida, dan gas
beracun lainnya, gas-gas ini dapat menyebabkan kematian sel.
Menghindari kelelahan mental.
Membatasi asupan vitamin B6
Karena vitamin B6 meninggalkan efek Shidopa, oleh karena itu setiap hari selama
melakukan pengobatan harus membatasi asupan vitamin B6.
Menghindari melakukan kegiatan di luar ruangan jika cuaca panas. Pada hari-hari yang
panas penderita Parkinson sangatlah sensitif, sehingga selama hari-hari panas pasien
sebaiknya tinggal di dalam rumah, cobalah untuk melakukan kegiatan di luar ruangan pada
pagi atau sore hari.
Mengenakan sesuatu yang sederhana
Dalam berpakaian agar dapat memudahkan dalam memilih pakaian dianjurkan memilih
ritsleting yang berada di depan dan tidak perlu yang tertutup. Cobalah untuk memakai
sepatu dengan tidak mengikat tali sepatu, jangan memakai sepatu karet karena grip sepatu
yang terlalu kuat.
Memiliki cara makan yang benar
Karena penderita penyakit Parkinson mengalami kekakuan otot, maka anggota keluarga
pasien jangan memaksa pasien untuk makan dan minum dengan cepat. Minum minuman
dingin dapat memilih dengan menggunakan sedotan plastik yang fleksibel, minum
minuman panas dengan pegangan lebar, dan gelas yang ringan.
Pencegahan infeksi
Penderita penyakit Parkinson mudah terkena penyakit bronkitis atau pneumonia, oleh
karena itu, batuk atau demam harus ditangani dengan secepatnya, agar infeksi serius terjadi
kemudian.

F. KOMPLIKASI PENYAKIT PARKINSON


Adapun komplikasi yang harus dicermati ialah:
Dekubitus (luka lecet di bokong, tumit, punggung akibat lama tertekan).
Malnutrisi karena penderita menolak makan karena kesusahan mencerna makanan.
Luka karena terjatuh karena badan tidak bisa berjalan dengan benar.
Radang paru akibat kesedot makanan/minuman.
Gangguan BAB (buang air besar) dan BAK (buang air kecil).

Gangguan fungsi seksual.


Depresi.
Demensia.

G. DIAGNOSIS PENYAKIT PARKINSON


Diagnosis penyakit Parkinson berdasarkan klinis dengan ditemukannya gejala motorik utama
antara lain tremor pada waktu istirahat, rigiditas, bradikinesia dan hilangnya refleks postural.
Kriteria diagnosis yang dipakai di Indonesia adalah kriteria Hughes (1992):

Possible : didapatkan 1 dari gejala-gejala utama

Probable : didapatkan 2 dari gejala-gejala utama

Definite : didapatkan 3 dari gejala-gejala utama

Untuk kepentingan klinis diperlukan adanya penetapan berat ringannya penyakit dalam hal ini
digunakan stadium klinis berdasarkan Hoehn and Yahr (1967) yaitu:

Stadium 1: Gejala dan tanda pada satu sisi, terdapat gejala yang ringan, terdapat gejala
yang mengganggu tetapi menimbulkan kecacatan, biasanya terdapat tremor pada satu
anggota gerak, gejala yang timbul dapat dikenali orang terdekat (teman).

Stadium 2: Terdapat gejala bilateral, terdapat kecacatan minimal, sikap/cara berjalan


terganggu.

Stadium 3: Gerak tubuh nyata melambat, keseimbangan mulai terganggu saat


berjalan/berdiri, disfungsi umum sedang.

Stadium 4: Terdapat gejala yang berat, masih dapat berjalan hanya untuk jarak tertentu,
rigiditas dan bradikinesia, tidak mampu berdiri sendiri, tremor dapat berkurang
dibandingkan stadium sebelumnya.

Stadium 5: Stadium kakhetik (cachactic stage), kecacatan total, tidak mampu berdiri dan
berjalan walaupun dibantu.

H. PENGOBATAN PENYAKIT PARKINSON


Pengobatan penyakit Parkinson saat ini bertujuan untuk mengurangi gejala motorik dan
memperlambat progresivitas penyakit. Tetapi selain gangguan motorik penyakit Parkinson juga
mengakibatkan gejala non motorik seperti depresi dan penurunan kognitif, disamping terdapat
efek terapi obat jangka panjang. Tidak ada obat untuk Parkinson, tetapi banyak jenis obat dan
operasi dapat mengendalikan gejala penyakit tersebut. Perawatan pada penderita penyakit

Parkinson bertujuan memperlambat atau menghambat perkembangan penyakit dengan


pemberian obat dan terapi fisik untuk melatih sel-sel otot.
Walaupun Penyakit Parkinson sampai dengan saat ini belum dapat disembuhkan, terdapat
kemajuan dalam pengobatan beberapa tahun belakangan ini, berdasarkan pada pemahaman baru
dari kondisi dan proses penyakitnya. Diagnosa awal, obat-obatan, strategi rehabilitasi, dan
upaya menolong diri sendiri telah memberikan manfaat pada pasien Penyakit Parkinson dan
meningkatkan kualitas hidup mereka.
o Pengendalian gejala dengan obat.
Penyakit Parkinson bisa diobati dengan berbagai obat, tetapi tidak satupun dari obat-obat
tersebut yang menyembuhkan penyakit atau menghentikan perkembangannya, fungsi obat-obat
tersebut adalah untuk membuat penderita lebih mudah melakukan suatu gerakan dan
memperpanjang harapan hidup penderita. Untuk mempertahankan mobilitasnya, penderita
dianjurkan untuk tetap melakukan kegiatan sehari-harinya sebanyak mungkin dan mengikuti
program latihan secara rutin.
Ada beberapa jenis obat yang bisa dipakai untuk mengendalikan gejala penyakit Parkison,
yaitu:
-

Obat yang menaikkan kadar dopamine di otak yaitu levodopa: Madopar,

Obat yang cara kerjanya mirip dopamin (Dopamin agonist): Sifrol,

Obat yang bekerja menghambat kerusakan dopamine di otak (MAO B inhibitor): Jumex,

Yang membantu koordinasi kerja otot (antikolinergik) antara lain: Artane,

Lain-lain misalnya: Amantadine

Obat poten (pilihan utama) untuk Parkinson sampai sekarang ini adalah levodopa, walaupun
penggunaannya sudah mulai dikurangi disebabkan oleh banyaknya efek samping yang
ditemukan.
Khusus untuk levodopa masa kerja obat ada batasannya, artinya suatu saat efek obat tersebut
akan berkurang bahkan menghilang walaupun dosisi telah optimal (fenomena on off) sehingga
perlu dikombinasikan dengan obat lain.
Obat anti Parkinson terdiri atas empat golongan, diantaranya:
Obat Dopaminerik sentral: Prekursor DA (Levodopa) dan Agonis DA (Bromokriptin,
apomorfin, ropinirol, pramipreksol)
Levodopa.

Pengobatan dasar untuk Parkinson adalah levodopa-karbidopa. Di dalam otak, levodopa diubah
menjadi dopamin. Obat ini mengurangi tremor dan kekakuan otot dan memperbaiki gerakan.
Penderita Parkinson ringan bisa kembali menjalani aktivitasnya secara normal dan penderita
yang sebelumnya terbaring di tempat tidur menjadi kembali mandiri. Penambahan Karbidopa
dimaksudkan untuk meningkatkan efektivitas Levodopa di dalam otak dan untuk mengurangi
efek Levodopa yang tidak diinginkan di luar otak. Kini ada kombinasi tiga obat selain Levodopa
dan Karbidopa juga ditambahkan Entacapone. Dimana fungsi Entacapone membantu kerja kedua
obat tersebut dengan memperlancar masuknya kedua obat tersebut ke otak.
Mekanisme Kerja. Di dalam otak Levodopa dirubah menjadi Dopamin. Pengubahan levodopa
menjadi dopamin membutuhkan adanya dekarboksilase asam L-amino aromatik.
Efek samping. Yang paling sering terjadi adalah mual, muntah dan anoreksia. Pada permulaan
terapi juga dapat timbul hipotensi ortostatis dan gangguan pusat ringan seperti gelisah, rasa takut,
bingung dan pikiran kacau.
Interaksi Obat. Piridoksin, sebagai ko-enzim, mempercepat perombakan perifer levodopa dengan
jalan memperkuat kegiatan dekarboksilase.
Bromokriptin.
Bromokriptin merupakan prototip kelompok ergolin yaitu alkaloid ergot yang bersifat
dopaminergik, yang dikelompokkan sebagai ergolin.
Mekanisme Kerja. Bromokriptin merangsang reseptor dopeminergik. Obat ini lebih besar
afinitasnya terhadap reseptor D2 dan merupakan antagonis reseptor D1. organ yang dipengaruhi
ialah yang memilki reseptor dopamin yaitu SSP, kardiovaskular, poros hipotalamus dan saluran
cerna.
Efek samping. Efek samping bromokriptin memperlihatkan variasi individu yang nyata.
Gangguan psikis berupa halusinasi penglihatan dan pendengaran lebih sering ditemukan
dibandingkan dengan pemberian levodopa. Efek samping yang jarang-jarang terjadi adalah
eritromelalgia, kemerahan, nyeri, panas dan edema ditungkai bawah.
Interaksi Obat. Pemberian obat bersama antasid atau makanan, mengurangi mual yang berat.
Antipsikotropika dan metoklorpromida sebagai antagonis dopamin, dapat mengurangi efeknya.
-

Obat antikolinergik sentral:

Senyawa antikolinergik sentral: triheksifenidil, biperidin, sikrimin, prosiklidin, benzotropin


mesilat, dan karamifen.
Senyawa antihistamin : Difenhidramin, klorfenoksiamin, orfenadrin, dan fenindamin.
Derivat fenotiazin : etopropazin, prometazin, dan dietazin.

Antikolinergik merupakan obat alternatif levodopa dalam pengobatan Parkinsonisme. Prototip


kelompok ini adalah triheksifenidil. Termasuk dalam kelompok ini adalah biperidin, prosiklidim,
benzotropin, dan antihistamin.
Mekanisme Kerja. Dasar kerja obat ini adalah mengurangi efektivitas kolinergik yang berlebihan
di ganglia basal.
Efek samping. Antiparkinson kelompok antikolinergik menimbulkan efek samping sentral dan
perifer. Efek samping sentral dapat berupa gangguan neurologik yaitu: ataksia, disartria,
hipertermia, gangguan mental, pikiran kacau, amnesia, delusi, halusinasi, somnolen, dan koma.
Interaksi Obat. Obat Parkinson dapat melawan atau meniadakan efek antipsikotika dan bisa
mencetuskan gejala psikosi pada pasien yang ditangani dengan dua obat. Dengan demikian
dianjurkan untuk menurunkan dosis obat Parkinson. Sebaliknya antidepresiva dapat memperkuat
efek kognitif dari antikolinergika.
-

Obat Dopamino-antikolinergik: Amantadin dan Antidepresan trisiklik

Amantadin
Amantadin adalah antivirus yang digunakan terhadap influenza Asia. Secara kebetulan
penggunaan amantandin pada seorang pasien yang menderita influenza yang juga menderita
Parkinson memperlihatkan perbaikan gejala neurologik. Kenyataan ini merupakan titik tolak
penggunaan amantandin.
Mekanisme kerja. Amantandin diduga meningkatkan aktivitas dopaminergik serta menghambat
aktivitas kolinergik di korpus striatum. Amantandin membebaskan DA dari ujung saraf dan
menghambat ambilan prasinaptik DA, sehingga memperpanjang waktu paruh DA di sinaps.
Efek samping. Efek samping amantandin menyerupai gejala intoksikasi atropin. Gejala yang
dapat timbul adalah depresi, gelisah, insomnia, pusing, gangguan saluran cerna, mulut kering dan
dermatitis.
-

Penghambat MAO-B: Selegilin

Selegilin merupakan penghambat monoamin oksidase-B (MAO-B) yang relatif spesifik. Saat ini
dikenal dua bentuk penghambat MAO, tipe A yang terutama berhubungan dengan deaminasi
oksidatif norepinefrin dan serotonin, tipe B yang memperlihatkan aktivitas terutama pada
dopamin.
Mekanisme kerja. Selegilin menghambat deaminasi dopamin sehingga kadar dopamin sehingga
kadar dopamin di ujung saraf dopaminergik lebih tinggi. Selain itu, ada hipotesis yang
mengemukakan bahwa selegilin mungkin mencegah pembentukan neurotoksin endogen yang
membutuhkan aktivasi oleh MAO-B.

Efek samping. Efek samping berat tidak dilaporkan terjadi, efek samping kardoivaskuler jelas
kurang dari penghambat MAO-A. Hipotensi, mual, kebingungan dan psikosis pernah dilaporkan.

Obat-obatan untuk mengobati penyakit Parkinson:


Obat

Aturan Pemakaian
Keterangan
Merupakan pengobatan utama untuk
Parkinson. Diberikan bersama karbidopa
Levodopa
untuk meningkatkan efektivitasnya & Setelah
beberapa
tahun
(dikombinasikan dengan mengurangi
efek
sampingnya digunakan, efektivitasnya bisa
karbidopa)
Mulai dengan dosis rendah, yang berkurang
selanjutnya ditingkatkan sampai efek
terbesar diperoleh
Pada awal pengobatan seringkali
ditambahkan pada pemberian levodopa
Bromokriptin
atau
untuk meningkatkan kerja levodopa atau Jarang diberikan sendiri
pergolid
diberikan kemudian ketika efek samping
levodopa menimbulkan masalah baru
Seringkali diberikan sebagai tambahan Bisa meningkatkan aktivitas
Seleglin
pada pemakaian levodopa
levodopa di otak
Obat
antikolinergik
Pada stadium awal penyakit bisa
(benztropin
&
diberikan tanpa levodopa, pada stadium
triheksifenidil), obat anti
Bisa menimbulkan beberapa
lanjut diberikan bersamaan dengan
depresi
tertentu,
efek samping
levodopa, mulai diberikan dalam dosis
antihistamin
rendah
(difenhidramin)
Digunakan pada stadium awal untuk
Bisa menjadi tidak efektif
penyakit
yang
ringan
Amantadin
setelah
beberap
bulan
Pada stadium lanjut diberikan untuk
digunakan sendiri
meningkatkan efek levodopa

o Operasi.
Untuk penderita yang tidak berhasil dikelola dengan obat, tindakan operasi dengan cara
menanamkan elektrode (implant) di otak yang disebut Deep brain stimulation adalah pilihan
yang sangat membantu.
Metode khusus untuk mencegah Penyakit Parkinson
Berikut ini adalah metode khusus untuk mencegah penyakit Parkinson, yaitu:

Mengkonsumsi teh hijau, karena kandungan polifenol di dalam teh hijau terbukti
mengurangi senyawa beracun yang dapat mengganggu fungsi sel-sel saraf di otak.
-

Menerapkan pola hidup sehat, dengan konsumsi gizi seimbang.

Melakukan olahraga dan aktivitas fisik secara rutin.

Meningkatkan konsumsi sayuran dan buah yang mengandung antioksidan, seperti brokoli,
raspberry, blueberry, kiwi, dan sayuran serta buah-buahan lainnya.
-

Menghindari terpapar senyawa yang banyak terkandung di dalam pestisida dan herbisida.

Menghindari makanan yang terpapar pestisida dan herbisida.

Apa yang perlu dilakukan oleh penderita Penyakit Parkinson


Seorang penderita penyakit Parkinson bisa melakukan beberapa hal ini untuk mengatasi
penyakitnya, yaitu:
Terus berusaha melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri agar otot tidak semakin
kaku karena jarang digunakan. Bisa juga dilakukan terapi fisik di pusat-pusat rehabilitasi medis
yang terdekat.
-

Mendengarkan musik.

Perbanyak makanan bergizi dan kaya serat karena pada umumnya penderita
mengalami konstipasi (susah buang air besar) karena berkurangnya aktivitas fisik yang mereka
lakukan.
-

Memiliki pola hidup sehat.

Menghindari bergerak dengan cepat.

Menghindari membawa barang saat berjalan.

Mengusahakan selalu menantap ke depan saat berjalan jangan menunduk ke bawah.

Menghindari memutar badan secara paksa.

Mengikuti terapi fisik, terapi bicara, dan terapi okupasi. Melakukan terapi fisik dan
pemakaian alat bantu mekanik (misalnya kursi roda) bisa membantu penderita tetap mandiri.
Mengkonsumsi makanan kaya serat untuk mengatasi sembelit akibat kurangnya aktivitas,
dehidrasi dan beberapa obat. Makanan tambahan dan pelunak tinja bisa membantu memperlancar
buang air besar.

Memperhatikan porsi makan.

Makan makanan bergizi.

Berolahraga rutin, tapi jangan berlebihan hingga melewati batas kemampuan tubuh.

Usahakan mengistirahatkan tubuh.

Upayakan untuk menghindari stres.

Peritmbangkan memakai peralatan khusus di rumah supaya membantu gerakan tubuh


seperti pegangan pada tangga.
-

Rutin berkonsultasi dengan dokter guna mengetahui perkembangan penyakit Anda.

Bagi Anda yang memiliki keluarga penderita penyakit Parkinson, dampingi dan dukung mereka
dalam perjuangan melawan penyakitnya karena depresi dan kehilangan semangat hidup akan
membuat mereka semakin terpuruk dalam penderitaan.

Anda mungkin juga menyukai