Makalah Ini Disususun Untuk Memenuhi Tugas Ketrampilan Klinik Praktik Kebidanan II
Di Susun Oleh:
TAHUN 2021
i
Kata Pengantar
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga
saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul Kebutuhan Eliminasi Urine Dan
Alvi ini tepat pada waktunya. Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk
memenuhi tugas Ibu Shinta Ayu Nani,S.S.T.,M.Kes pada Mata Kuliah Ketrampilan Klinik
Praktik Kebidanan]. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan
tentang Kebutuhan Eliminasi Urine Dan Alvi bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
bapak/ibu] [na
Saya mengucapkan terima kasih kepada Ibu Shinta Ayu Nani,S.S.T.,M.Kes ,Selaku dosen
Pembimbing Mata Kuliah Ketrampilan klinik praktik kebidanan yang telah memberikan
tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi
yang saya tekuni.
Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini.
Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena
itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi kesempurnaan makalah ini.
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL........................................................................................ i
KATA PENGANTAR...................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................ 1
1.Latar Belakang............................................................................................... 1
2.Rumusan Masalah.......................................................................................... 1
3.Tujuan............................................................................................................ 1
BAB II PEMBAHASAN........................................................................... 2
1.Pengertian Eliminasi...................................................................................... 2
A. Kesimpulan........................................................................................... 20
B. Saran..................................................................................................... 20
iii
BAB I PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG
2.RUMUSAN MASALAH
3.TUJUAN
1
BAB II PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN ELIMINASI
Merupakan proses pembuangan sisa metabolism tubuh berupa urin dan alvi.
Kebutuhan eliminasi ini dibagi menjadi 2, yaitu eliminasi urin dan eliminasi alvi.
Jenis-jenis eliminasi :
- Ginjal
Ginjal berperan sebagai pengatur komposisi dan volume cairan dalam tubuh dan
juga menyaring bagian dari darah untuk dibuang dalam bentuk urin. Bagian ginjal
terdiri atas nefron dimana melalui nefron urin disalurkan ke dalam bagian pelvis
- Kandung kemih
Kandung kemih terdiri atas otot halus yang berfungsi sebagai penampung air seni
lingkar bagian dalam diatur oleh sistem simpatis. Akibat dari rangsangan ini, otot
lingkar menjadi kendur dan terjadi kontraksi sphingter bagian dalam sehingga urin
2
Berkemih merupakan proses pengosongan vesika urinaria ( kandung kemih ).
Vesika urinaria dapat menimbulkan rangsangan saraf bila urinaria berisi ±250-400
sphincter internal. Urine dilepaskan dari vesica urinaria,tetapi masih tetahan untuk
spikter
dipengaruhi oleh beberapa factor dimana jika faktor-faktor ini mengalami masalah
atau tidak bekerja dengan baik maka akan menimbulkan gangguan-gangguan pada
eliminasi urine. Berikut ini beberapa faktor dan gangguan yang terjadi dalam
eliminasi urine.
jumlah dan tipe makanan merupakan faktor utama yang mempengaruhi out put
urine.
2. Respon
pengeluaran hidup
3
3. Kondisi penyakit
dan lain-lain
1. Urgensi
berkemih.
2. Disuria
3. Inkontinensia urin
mengontrol eskresi.
Pengambilan urin biasa merupakan pengambilan urin seperti buang air kecil biasa
- P.U.S
4
- P.U.S 24 jam
Bertujuan untuk mengetahui jumlah urin selama 24 jam dan mengukur berat jenis,
Hal ini dilakukan untuk menampung urin dan mengetahui kelainan dari urin
(warna dan jumlah) pada pasien yang tidak mampu buang air kecil sendiri.
3. Melakukan keteterisasi
Kateterisasi terbagi menjadi 2 tipe intermiten (straight kateter) dan tipe indwelling
(foley kateter):
Tipe intermiten
Tipe indwelling
c. Obstruksi uretra.
A.2. Eliminasi alvi (BAB)
5
Sistem tubuh yang memiliki peran dalam proses eliminasi alvi (BAB)
adalah sistem gastrointestinal bawah yang meliputi usus halus dan usus besar pada
batas antara usus besar dan ujung usus halus terdapata katup iieocaecal. Katup ini
biasanya mencegah zat yang masuk ke usus besar sebelum waktunya, dan
mencegah produk buangan untuk kembali keusus halus. Produk buangan yang
memasuki usus besar isinya berupa cairan. Setiap hari saluran anus menyerap
Defekasi adalah proses pengosongan usus yang sering disebut buang air
besar terdapat dua pusat yang menguasai refleks untuk defekasi, yang terletak
dimedula dan sum sum tulang belakang. Apa bila terjadi rangsangan parasimpatis,
sfingter anus bagian dalam akan mengendor dan usus besar mengucup. Reflek
defekasi dirangsang untuk buang air besar kemudian sfingter anus bagian luar
yang diawasi oleh sistem saraf parasimpatis, setiap waktu menguncup atau
mengendor . Feses terdiri atas sisa makanan seperti selulosa yang tidak
direncanakan dan zat makanan lain yang seluruhnya tidak dipakai oleh tubuh,
cairan tubuh.
defekasi yaitu pertama, refleks, defekasi intrinsik yang dimulai dari adanya zat
sisa makanan (feses) dalam rektum sehingga terjadi distensi, kemudian flexsus
6
lalu pada saat sfingter interna relaksasi, maka terjadilah proses defekasi. Kedua ,
reflek defekasi para simpatis. Adanya feses dalam rektum yang merangsang saraf
interna, maka terjadi lah proses defekasi saat sfingter internal berelaksasi.
a. Konstipasi
tinggi mengalami stasis usus besar sehingga menimbulkan eliminasi yang jarang
Tanda klinis:
Kemungkinan penyebab:
7
d. menurunnya peristaltik karena stres psikologis.
b. Diare
mengalami pengeluaran feses dalam bentuk cair. Diare sering disertai kejang usus,
Tanda klinis :
Kemungkinan penyebab :
e. Sters psikologis.
c. Inkontinensia usus
proses defekasi normal mengalami proses pengeluaran feses tak disadari. Hal ini
8
kemampuan otot untuk mengontrol pengeluaran feses dan gas melalui sfingter
Tanda klinis :
Kemungkinan penyabab :
c. Kurangnya kontrol sfingter akibat cedera medula spinalis, CVA, dan lain-lain.
d. Kerusakan kognitif.
d. Kembung
e. Hemorroid
f. Fecal impaction
Merupakan masa feses keras dilipatan rektum yang diakibatkan oleh retensi
1. usia
9
defekasi yang berbeda.
2.diet
Diet atau pola jenis makanan yang di konsumsi dapat memengaruhi proses
defekasi.
3.asupan cairan
keras oleh karena proses absorpsi air yang kurang sehingga dapat mengaruhi
4.aktivitas
proses defekasi, sehingga proses pergerakan peristaltik pada daerah kolon dapat
5.pengobatan
6.gaya hidup
Kebiasaan atau gaya hidup dapat mempengaruhi proses defekasi. Hal ini
dapat terlihat pada seseorang yang memliki gaya hidp sehat/ melakukan kebiasaan
buang air besar ditempat yang bersih atau toilet, maka ketika seseorang tersebut
bua ng air besar ditempat yang terbuka atau tempat yang kotor maka ia akan
10
7.penyakit
8.nyeri
BESAR)
melalui biakan dengan cara toucher (lihat prosedur pengambilan feses melalui
tanggan).
Alat :
2. Etiket khusus.
11
Prosedur kerja :
1. Cuci tanggan.
3. Anjurkan untuk buang air besar lalu ambil feses melalui lidi kapas yang telah
anus.
6. Cuci tanggan.
keperawatan yang dilakukan pada pasien yang tidak mampu buang air besar
(penampung) untuk uang air besar ditempat tidur, dengan tujuan memenuhi
1. Alas / perlak.
2. Pispot .
3. Air bersih.
4. Tisu.
6. Sarung tangan.
12
Prosedur kerja :
1. Cuci tangan.
6. Tempatkan pispot diantara pengalas tepat di bawah glutea dengan posisi bagian
7. Setelah pispot tepat dibawah glutea, tanya kan pada pasien apa sudah nyaman
8. Anjurkan pasien untuk buang air besar pada pispot yang disediakan.
9. Setelah selesai siram dengan air hingga bersih dan keringkan dengan tisu.
untuk mengosongkan usus pada proses prabedah agar dapat mencegah terjadinya
obstruksi makanan sebagai dampak dari pascaoperasi dan merangsang buang air
besar bagi pasien yang mengalami kesulitan dalam buang air besar.
1.pengalas
13
2.irigator lengkap dengan kanula rekti
3.cairan hangat kurang lebih 700 ml-1000 ml dengan suhu 40,5-43 derajat celcius
4.bengkok
5.jeli
6.pispot
7.sampiran
8.sarung tangan
9.tisu
Prosedur kerja:
1.cuci tangan
3.atur ruangan, letakkan sampiran apabila di bangsal umum atau tutup pintu
6.irigator diisi cairan hangat sesuai dengan suhu badan(40,5-43 derajat celcius)
dan hubungkan kanula rekti,kemudian cek aliran dengan membuka kanula dan
7.gunakan sarung tangan dan asupan kanula kira-kira 15cm kedalam rektum ke
arah kolon desenden sambil pasien diminta untuk bernapas panjang dan
memegang irigator setinggi 50cm dari tempat tidur.buka klemnnya dan air
14
dialirkan sampai pasien menunjukkan keinginan untuk buang air besar.
8.anjurkan pasien untuk menahan sebentar bila mau buang air besar dan pasang
pispot atau anjurkan ke toile. Jika pasien tidak mampu mobilisasi jalan bersihkan
9.cuci tangan
usus, dengan tujuan untuk mengosongkan usus pada pasien prabedah atau untuk
prosedur diagnostik.
1.pengalas
4.bengkok
5.jeli
6.pispot
7.sampiran
8.sarung tangan
9.tisu
Prosedur kerja:
15
1.cuci tangan
6.irigator diisi cairan hangat sesuai dengan suhu badan dan hubungkan kanula
usus,kemudian cek aliran dengan membuka kanula dan keluarkan air kebengkok
7.masukkan kanula ke dalam rektum ke arah kolon asenden kurang lebih 15-20
cm sambil pasien di suruh napas panjang dan pegang irigator setinggi 30 cm dari
tempat tidur dan buka klem sehingga air mengalir pada rektum sampai pasien
8. anjurkan pasien untuk menahan sebentar bila mau buang air besar dan pasang
pispot atau anjurkan ke toile. Jika pasien tidak mampu mobilisasi jalan bersihkan
10.cuci tangan
e. Membersihkan gliserin
peristaltik usus,sehungga pasien dapat buang air besar (khususnya pada orang
16
mengalami sembelit) dan juga dapat digunakan untuk persiapan operasi.
1.spuit gliserin
3.bengkok
4.pengalas
5.sampiran
6.sarung tangan
7.tisu
Prosedur kerja
1.cuci tangan
5.gunakan sarung tnagan, kemudian spuit diisi gliserin kurang lebih 10-20 cc dan
kedalam anus sampai pangkal kanula dengan ujng spuit diarahkan kedepan dan
17
7.stelah selesai,cabut dan masukkan ke dalam bengkok. Anjurkan pasien menahan
sebentar rasa ingin defekasi dan pasang pispot.apabila pasien tidak mampu ke
toilet,bersihkan dengan air dengan hingga bersih dan keringkan dengan tisu.
respon pasien.
pasien cara ini digunakan untuk mengambil atau mengahancurkan masa feses
1.sarung tangan
2.minyak pelumas/jeli
4.pengalas
5.sarung tangan
Prosedur kerja:
1.cuci tangan
18
3.gunakan sarung tangan dan beri minyak pelumas (jeli) pada jari telunjuk.
7.gunakan pispot bila ingin buang air besar atau bantu ke toilet.
9.cuci tangan.
19
BAB III
Penutup
A. Kesimpulan
Kebutuhan eliminasi terdiri dari dua yaitu kebutuhan eliminasi urine dan
2. Stress
3. asupan
Gangguan eliminasi urine adalah retensi urine dan enurisis. Sedangkan faktor
1. Usia
2. Diet
3. Asupan
4. Cairan
5. Gaya hidup
6. Aktifitas
7. Kebiasaan
B. Saran
- Menjaga kebersihan daerah tempat keluarnya urin atau alvi agar tidak terjadi
20
gangguan-gangguan yang tidak di inginkan.
A. DISKUSI PERTANYAAN
Apa yang disebut dengan berkemih (Nurlita Riza)
Berkemih dapat disebut juga dengan buang aair kecil atau juga bisa
disebut dengan defekasi.
21