Anda di halaman 1dari 8

SATUAN ACARA PENYULUHAN

Topik              : Disentri

Sub Topik        : 1. Pengertian Disentri

2. Penyebab Disentri

3. Tanda dan gejala penyakit

4. Cara mencegah disentri

Hari/tanggal    : Jumat

Waktu             : Pukul 10.30 -11.15 WIB

Tempat            : Ruang Posyandu

Sasaran            : Orangtua

Penyuluh         : Suliaswati (1807597)

I. Tujuan Intruksional Umum


Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan 1 kali pertemuan dengan
waktu ± 30 menit ini diharapkan orang tua dan warga mengetahui dan
memahami tentang penyakit disentri.
II. Karakteristik Peserta Penyuluhan
Orangtua pasien
III. Analisis tugas
A. KNOW
1. Pengertian Disentri
2. Penyebab Disentri
3. Tanda dan gejala Disentri
4. Komplikasi Disentri
5. Pencegahan Disentri
B. DO
Memberi tanggapan/pertanyaan pada saat brainstorming dan
penyuluhan berlangsung
C. SHOW
Mendengarkan dengan penuh perhatian saat penyuluhan
IV. Tujuan Intruksional khusus
Setelah diberikan penjelasan selama 30 menit diharapkan sasaran dapat
:
1. Menyebutkan pengertian Disentri dengan benar tanpa melihat
catatan/leaflet
2. Menyebutkan penyebab Disentri dengan benar tanpa melihat
catatan/leaflet
3. Menyebutkan tanda dan gejala Disentri dengan benar tanpa melihat
catatan/leaflet
4. Menyebutkan Komplikasi Disentri dengan benar tanpa melihat
catatan/leaflet
5. Menyebutkan pencegahan Disentri dengan benar tanpa melihat
catatan/leaflet
V. Pokok bahasan
Disentri pada anak
VI. Materi Penyuluhan (dilampirkan)
VII. Alokasi Waktu
1. Apersepsi : 5 menit
2. Kegiatan membuka : 5 menit
3. Penjelasan/urauan materi : 10 menit
4. Evaluasi dan penutup : 10 menit
VIII. Strategi Intruksional
1. Menjelaskan materi pengajaran
2. Menggunakan media pengajar untuk mempermudah pembahasan
peserta penyuluhan
3. Mengadakan evaluasi
IX. Media Penyuluhan
PPT ( Power Point)
X. Sumber

Arif Mansjoer, dkk, (2000). Kapita Selekta Kedokteran, Edisi 3, jilid 2,


Jakarta: Media Aesculapius.

A. Aziz Alimul Hidayat, (2008). Pengantar Ilmu Keperawatan Anak,


Jakarta: Salemba Medika.

A. Aziz Alimul Hidayat, (2009). Pengantar Ilmu Keperawatan Anak


1, Jakarta: Salemba Medika.

Ngastiyah, (2005). Perawatan Anak Sakit. Edisi 2. Jakarta: EGC.

Sujono Riyadi & Sukarmin, (2009). Asuhan Keperawatan pada Anak.


Edisi pertama. Yogyakarta: Graha Ilmu.

 
MATERI PENYULUHAN

A.    Pengertian
Disentri berasal dari bahasa Yunani, yaitu dys (=gangguan) dan enteron
(=usus), dengan karakteristik nyeri atau kram abdomen, tenesmus ani,
peningkatan frekuensi diare, dan feses lendir bercmpur darah.
Disentri merupakan peradangan pada usus besar yang ditandai dengan
sakit perut dan buang air besar yang encer terus menerus (diare) yang bercampur
lender dan darah. Darah biasanya dari dinding saluran cerna yang luka dan sering
dari dinding usus besar.
B.     Etiologi
1.      Bakteri (Disentri basiler) Shigella, penyebab disentri yang terpenting dan
tersering (± 60% kasus disentri yang dirujuk serta hampir semua kasus
disentri yang berat dan mengancam jiwa disebabkan oleh Shigella.
Kuman-kuma tersebut dapat tersebar dan menular ke oranglain melalui
makanan dan air yang sudah terkontaminasi kotoran dan lalat.

2. Amoeba (Disentri amoeba), disebabkan Entamoeba hystolitica, lebih sering


pada anak usia > 5 tahun. Memiliki 2 bentuk yaitu yang bergerak dan yang
tidak bergerak. Parasit yang berbentuk bergerak bila menyerang dinding
usus penderita.
KLASIFIKASI
1) Disentri Amoeba
2) Disentri Bacilaris
Disentri Amoebica Disentri Bacilaris
    Penyebab Entamoeba Histolitika Shigela Disentri
    Dimulai Tidak dengan tiba-tiba dan hebat Dengan hebat dan tiba-tiba
    Panas Tidak ada Ada
BAB Tidak sering kali, tidak banyak Terlalu sering, lebih banyak
darah dan lendIr dan baunya darah, lendIr dan nanah, tidak
sangat busuk bau busuk.
    Berjangkitnya Tidak berat dan tidak secara Hebat dan sering secara wabah
wabah
Diagnosa  Dapat dengan mikroskop Menghendaki pemeriksaan lebih
lanjut di laboratorium.
Prognosis Pada penyakit endokrin Pada bentuk berat angka
tergantung pada penyakit kematian tinggi, kecuali
dasarnya. Pada penyebab obat- mendapat pengobatan dini. Pada
obatan tergantung kemampuan bentuk sedang angka kema
menghindari pemakaian obat.

C.Tanda dan Gejala


a. Disentri basiler
Gejala Disentri Basiler Masa tunas berkisar antara 7 jam sampai 7 hari.
Lama gejala rerata 7 hari sampai 4 minggu. Pada fase awal pasien mengeluh nyeri
perut bawah, diare disertai demam yang mencapai 400C. Selanjutnya diare
berkurang tetapi tinja masih mengandung darah dan lendir, tenesmus, dan nafsu
makan menurun.
Kadang-kadang gejalanya tidak khas,dapat berupa seperti gejala kolera
atau keracunan makanan. Kematian biasanya terjadi karena gangguan sirkulasi
perifer, anuria dan koma uremik. Angka kematian bergantung pada keadaan dan
tindakan pengobatan. Angka ini bertambah pada keadaan malnutrisi dan keadaan
darurat misalnya kelaparan.
Diare mendadak yang disertai darah dan lendir dalam tinja. Pada disentri
shigellosis, pada permulaan sakit, bisa terdapat diare encer tanpa darah dalam 6-
24 jam pertama, dan setelah 12-72 jam sesudah permulaan sakit, didapatkan darah
dan lendir dalam tinja.
 Panas tinggi (39,50 – 400 C)
 Muntah-muntah
 Anoreksia
 Sakit kram di perut dan sakit di anus saat BAB.
 Takikardi

b. Disentri amoeba
Gejala-gejala disentri amuba biasanya berlangsung dari beberapa hari
sampai beberapa minggu. Namun, tanpa pengobatan, bahkan jika gejala hilang,
amuba dapat terus hidup di usus selama berbulan-bulan atau bahkan bertahun-
tahun. Infeksi masih dapat ditularkan kepada orang lain dan diare masih bisa
kembali. Bahayanya penyakit desentri amuba dapat bersifat fatal bila terjadi
komplikasi antara lain usus berlubang (perforasi usus), infeksi selaput rongga
perut (peritonitis), abses di hati dan otak. Dan bila infeksi amuba ini tidak diobati
secara tuntas, dapat mengakibatkan kematian.
 Diare disertai darah dan lendir dalam tinja.
 Frekuensi BAB umumnya lebih sedikit daripada disentri basiler (≤10x/hari)
 Sakit perut hebat (kolik)
 Demam dan menggigil.

d. Komplikasi
  Dehidrasi: saat di mana tubuh kita tidak seimbang dalam kadar cairannya
 Gangguan elektrolit, terutama hiponatremia ( Hyponatremia merujuk pada tingkat
sodium dalam darah yang lebih rendah dari normal. Sodium adalah penting untuk
banyak fungsi-fungsi tubuh termasuk pemeliharaan keseimbangan cairan,
pengaturan dari tekanan darah, dan fungsi normal dari sistim syaraf ).
 Sepsis (suatu kondisi dimana terjadi reaksi peradangan sistemik / inflammatory
sytemic rection yang dapat disebabkan oleh invansi bakteri, virus, jamur atau
parasit).
 Sindroma Hemolitik Uremik : suatu penyakit dimana secara tiba-tiba jumlah
trombosit menurun (trombositopenia, sel-sel darah merah dihancurkan (anemia
hemolitik) dan ginjal berhenti berfungsi (gagal ginjal).
 Malnutrisi/malabsorpsi
 Hipoglikemia kekurangan glukosa dalam darah
 Prolapsus rectum (turunnya rektum melalui anus )
 Reactive arthritis : suatu kondisi yang dipicu oleh infeksi yang terjadi di tubuh -
paling sering usus, alat kelamin atau saluran kemih. Sakit sendi dan bengkak
merupakan ciri khas dari arthritis reaktif. Artritis reaktif juga dapat menyebabkan
peradangan pada mata, kulit dan saluran yang membawa urin dari kandung kemih
(uretra). Arthritis reaktif juga kadang-kadang disebut sindrom Reiter, meskipun
istilah ini lebih akurat mengacu pada subtipe artritis reaktif terutama yang
mempengaruhi sendi, mata dan uretra.
 Komplikasi yang jarang terjadi adalah kerusakan saraf, persendian atau jantung,
dan kadang-kadang usus yang berlubang.
 Dorongan yang kuat selama proses buang air besar, menyebabkan sebagian
selaput lendir usus keluar melalui lubang dubur (prolapsus rekti).
E. Pencegahan
a. Disentri basiler
1) Antibiotik, diberikan antibiotik jenis trimethoprin-sulfamethoxazole (Bactrim,
Septra), nalidixic acid (NegGram), atau ciprofloxacin (Cipro, Ciloxan).
2) Antidiare. Pasien disentri basiler tidak oleh diberikan obat antidiare, seperti
loperamide (Imodium), paregoric, dan diphenolate (Lomotil) karena akan
meningkatkan respons penyakit.
b. Disentri amoeba
1) Antiamoeba, beberapa antiamoeba yang digunakan seperti diloxanide furoate
(Diloxide), iodoquinol (Diquinol, Yodoxin), dan metronidazole (Flagyl).
Komponen terapi disentri:
a. Koreksi dan maintenance cairan dan elektrolit
Seperti pada kasus diare akut secara umum, hal pertama yang harus diperhatikan
dalam penatalaksanaan disentri setelah keadaan stabil adalah penilaian dan
koreksi terhadap status hidrasi dan keseimbangan elektrolit.
b. Sanitasi
Beritahukan kepada orang tua anak untuk selalu mencuci tangan dengan bersih
sehabis membersihkan tinja anak untuk mencegah autoinfeksi.
Penanganan di Rumah
Anak yang tengah terserang disentri sebaiknya diberi makanan lunak, mudah
dicerna, tidak merangsang, serta mengandung protein tinggi karena protein
diperlukan untuk proses penyembuhan. Yang patut diketahui, lanjut frekuensi
buang air besar berkurang, sakit perut hilang, dan nafsu makan anak berangsur
membaik.
 Selalu menjaga kebersihan dengan cara mencuci tangan dengan sabun secara
teratur dan teliti
 Mencuci sayur dan buah yang dimakan mentah
 Memasak makanan sampai matang
 Selalu menjaga sanitasi air, makanan maupun udara
 Mengatur pembuagan sampah dengan baik

Anda mungkin juga menyukai