Anda di halaman 1dari 12

KERUGIAN DEHIDRASI DARI SINAR MATAHARI

Disusun Oleh :

NAMA                    :  SRI DEVI SIAGIAN

NIM                        :  P00933219034

Tingkat / prodi   : IIIA / DIV SANITASI

PROGRAM STUDI D-IV SANITASI LINGKUNGAN


POLTEKKES KEMENKES RI MEDAN
KABANJAHE
2021
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dehidrasi adalah kehilangan air dari tubuh atau jaringan atau keadaan yang
merupakan akibat kehilangan air yang abnormal. Menurut Guyton, dehidrasi adalah
hilangnya cairan dari semua pangkalan cairan tubuh. Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa dehidrasi merupakan keadaan kehilangan cairan tubuh.

Pada dehidrasi, keluaran air lebih besar dibanding asupan air. Dehidrasi dapat
disebabkan oleh kehilangan natrium atau larutan elektrolit lainnya seperti kalium. Penyebab
eksternal dehidrasi meliputi pajanan sinar matahari berlebihan, anoreksia atau bulimia
menyebabkan dehidrasi. Penurunan asupan cairan, demam, pengisapan gastrointestinal, obat
tertentu dan hemoragi juga dapat menyebabkan dehidrasi. Gangguan tertentu seperti
disfungsi elektrolit dan penyakit Addison juga dapat menyebabkan dehidrasi.

Pada tahap awal dehidrasi, individu merasa haus dan minum lebih banyak cairan. Jika
asupan cairan tidak dapat mengimbangi kehilangan cairan, dehidrasi semakin parah. Tubuh
mengompensasi dengan mengurangi haluaran urin dan keringat.air bergerak dari
kompartemen CIS ke dalam cairan intravaskular. Jika Universitas dehidrasi tidak segera
dikoreksi, jaringan tubuh akan mongering dan mengalami malfungsi. Sel otak paling rentan
terhadap dehidrasi; salah satu tanda dehidrasi berat adalah konfusi mental. Jika tidak
ditangani segera, maka kondisi tersebut akan berkembang menjadi koma (Guyton, 1995).

Kebutuhan cairan merupakan bagian dari kebutuhan dasar manusia secara fisiologis
(physiological needs). Kebutuhan ini memiliki proporsi besar dalam bagian tubuh dengan
hampir 90% dari total berat badan. Cairan tubuh ini sangat penting perannya dalam menjaga
keseimbangan (Homeostasis) proses kehidupan. Peranan tersebut dikarenakan air memiliki
karakteristik fisiologis (Asmadi, 2008). Cairan dalam tubuh manusia normalnya adalah
seimbang antara asupan (input) dan haluaran (output). Jumlah asupan cairan harus sama
dengan jumlah cairan yang dikeluarkan dari tubuh. Dalam rangka mempertahankan fungsi
tubuh maka tubuh akan kehilangan cairan antara lain melalui proses penguapan ekspirasi
penguapan kulit, ginjal (urine), ekskresi pada proses metabolisme (defekasi) (Rosdahl dkk,
2014).
1.2 Rumusan Masalah

1. Apa pengertian Dehidrasi?

2. Apa kerugian dehidrasi dari sinar matahari?

3. Bagaimana pencegahan dehidrasi?

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui pengertian dehidrasi

2. untuk mengetahui kerugian dehidrasi dari sinar matahari

3. untuk mengetahui pencegahan dehidrasi?


BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Dehidrasi

Menurut Mentes dan Kang (2013) dehidrasi adalah suatu keadaan penurunan total air
di dalam tubuh karena hilangnya cairan secara patologis, asupan air tidak adekuat, atau
kombinasi keduanya. Dehidrasi terjadi karena pengeluaran air lebih banyak daripada jumlah
yang masuk, dan kehilangan cairan ini juga disertai dengan hilangnya elektrolit. Dehidrasi
adalah suatu gangguan dalam keseimbangan air yang disebabkan pengeluaran dalam tubuh
melebihi pemasukan dalam tubuh sehingga jumlah air pada tubuh berkurang (Prescilla,
2009).

Menurut Sodikin (2011) tanda dan gejala dehidrasi adalah berat badan menurun, ubun
- ubun dan mata cekung pada bayi, tonus otot berkurang, turgor kulit jelek (elastisitas kulit
menurun), membran mukosa kering. Gejala klinis menyesuaikan dengan derajat atau
banyaknya kehilangan cairan yang hilang.

Hilangnya cairan menyebabkan berkurangnya volume darah, tekanan darah dan bisa
menyebabkan penderita pingsan. Kelainan ini dapat dipercepat pada kondisi kurang minum,
berkeringat banyak, muntahmuntah, diare atau penyebab lain yang mengakibatkan
pengeluaran air berlebihan.

Menurut Metta (2012) pekerja mempunyai budaya konsumsi air minum ketika saat
haus saja. Padahal rasa haus adalah tanggapan tubuh bahwa sudah mengeluarkan cairan
sebanyak 1-2 % dari berat badan manusia. Tanggapan tersebut diatur oleh sistem saraf pusat,
saat tubuh terlambat untuk minum, jumlah air di dalam tubuh menjadi rendah, sementara
osmolalitas cairan dalam tubuh menjadi meningkat. Ada perbedaan waktu tubuh akan mulai
kekurangan cairan dengan munculnya rasa haus.

2.2 Kerugian dehidrasi sinar matahari

Kekurangan cairan atau air minum dapat meningkatkan konsentrasi ionik pada
kompertemen ekstrakuler dan terjadi pengerutan sel sehingga menyebabkan sensor otak
untuk mengontrol minum dan mengontrol ekskresi urin. Pada stadium permulaan water
depletion, ion natrium dan chlor ikut menghilang dengan cairan tubuh, tetapi kemudian
terjadi reabsorpsi ion melalui tubulus ginjal yang berlebihan, sehingga ekstraseluler
mengandung natrium dan chlor berlebihan dan terjadi hipertoni. Hal ini menyebabkan air
akan keluar dari sel sehingga terjadi dehidrasi intraseluler dan inilah yang menimbulkan rasa
haus. Selain itu timbul perangsangan terhadap hipofisis yang kemudian melepaskan hormon
antidiuretik sehingga terjadinya oligura. Hal ini menimbulkan rasa haus , air liur kering,
badan terasa lemas dan berhalusinasi

Terpapar sinar matahari dapat mengalami penyakit yaitu menurunnya daya tahan
tubuh dan berpengaruh terhadap timbulnya gangguan kesehatan. Pada lingkungan panas,
tubuh mengatur suhunya dengan penguapan keringat yang dipercepat dengan pelebaran
pembuluh darah yang disertai meningkatnya denyut nadi dan tekanan darah, sehingga beban
kardiovaskuler bertambah. Jika suhu lingkungan meningkat maka yang terjadi adalah
gangguan fisiologis, untuk mengurangi gangguan fisiologis maka harus diatur untuk
istirahat sejenak, minum dan mengganti kehilangan elektrolit, dimana harus membiasakan
diri mengganti kehilangan cairan secara sistematis, karena bila tidak diganti akan
menyebabkan gangguan kesehatan. Berdasarkan penjelasan diatas maka upaya yang harus
dilakukan agar tidak kehilangan cairan adalah mempertahankan kesehatan dengan diberi
minum sesering mungkin berupa air putih atau air minum yang telah cukup garam seperti
larutan elektrolit (Natrium dan Kalium) agar dapat memperoleh masukan cairan sebagai
pengganti cairan tubuh yang hilang.

Salah satu kerugian dari dehidrasi sinar matahari adalah terkena :

Hipertermia

adalah kondisi ketika suhu tubuh terlalu tinggi. Hipertermia biasanya disebabkan oleh
kegagalan sistem regulasi suhu tubuh untuk mendinginkan tubuh. Suhu tubuh yang terlalu tinggi
akan menyebabkan munculnya beragam gangguan, mulai dari kram otot hingga gangguan pada
otak dan sistem saraf.  Suhu tubuh yang normal berada pada rentang 36–37,50C. Hipertermia
didefinisikan sebagai peningkatan suhu tubuh di atas 38,50C. Kondisi ini terjadi akibat
ketidakmampuan tubuh untuk menyeimbangkan suhu tubuh. Pada keadaan yang berat,
hipertermia dapat menyebabkan heat stroke. Kondisi ini cukup berbahaya karena bisa
menyebabkan kerusakan permanen pada otak dan organ tubuh.
Penyebab Hipertermia

Pada umumnya, hipertermia disebabkan oleh paparan suhu panas yang berlebihan dari
luar tubuh serta kegagalan sistem regulasi suhu tubuh untuk mendinginkan tubuh.

Beberapa kondisi yang bisa menyebabkan hipertemia adalah:

 Peningkatan suhu yang ada di lingkungan


 Peningkatan produksi panas dari dalam tubuh, misalnya akibat aktivitas
berlebihan, krisis tiroid, atau keracunan obat, seperti obat antikolinegik, obat MDMA
(methylenedioxymethamphetamine), dan obat simpatomimetik
 Ketidakmampuan tubuh untuk membuang panas, misalnya karena tidak mampu
memproduksi keringat

Faktor risiko hipertermia

Ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko seseorang mengalami hipertermia,
di antaranya:

 Bekerja di luar rumah dengan paparan sinar matahari atau panas yang berlebihan dan
dalam jangka waktu yang lama
 Mengalami dehidrasi akibat kurangnya cairan yang masuk, diare, atau penggunaan
obat seperti diuretik
 Mengalami gangguan pengeluaran keringat, baik akibat kelainan kulit atau kelenjar
keringat
 Masih bayi atau orang yang sudah lanjut usia
 Menderita penyakit tertentu, seperti tirotoksikosis

2.3 Keadaan yang Menyebakan Terjadinya Dehidrasi

Dehidrasi merupakan gangguan keseimbangan cairan atau air yang disebabkan oleh lebih
banyak cairan yang keluar dari cairan yang masuk. Keadaan ini dapat dipengaruhi oleh
beberapa hal antaranya (Bates, 2008).

 Lingkungan yang terlalu panas


Lingkungan yang terlalu panas akan mengakibatkan proses metabolisme pada tubuh
berjalan lebih cepat karena tubuh akan lebih mudah berkeringat sehingga hal ini jika tidak
diperhatikan akan mengakibatkan dehidrasi.

 Diare

Diare merupkan gangguan kesehatan yang akan mempenaruhi pengeluaran cairan tubuh
sehingga hal ini juga akan mempengaruhi keadaan dehidrasi pada individu

 Muntah

Merupakan keluarnya isi lambung sampai ke mulut. Isi muntahan dapat berupa cairan
bercampur makanan atau cairan lambung sahaja.

 Penggunaan obat deuretik

Penggunaan obat deuretik yang mengakibatkan ginjal mengeluarkan sejumlah besar air
dan eletrolit melalui urin

 Kurangnya asupan cairan

Akan berpengaruh terhadap kondisi cairan di dalam tubuh karena cairan dalam tubuh
berfungsi dalam proses metabolisme sehingga harus diimbangi dengan asupan cairan yang
cukup untuk menjaga keseimbangan homeostasis.

Tekanan panas pada lingkungan mempengaruhi keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh.
Meningkatnya proses metabolisme tubuh berakibat kepada meningkatnya ekskresi cairan
melalui keringat dan urin. Aktifitas fisik pada lingkungan panas dan lembab mengeluarkan
keringat lebih banyak dibandingkan dengan aktifitas fisik pada lingkungan yang dingin dan
kering. Aktifitas fisik yang berat juga mempengaruhi proses metabolisme tubuh sehingga
berpengaruh terhadap pengaturan suhu tubuh dimana pada aktifitas berat lebih banyak energi
digunakan jadi lebih banyak panas tubuh akan dihasilkan. Makanya tubuh akan
berkompensasi untuk mengatur suhu tubuh supaya tetap dalam batas normal dengan
meningkatkan pengeluaran keringat dan penghasilan urin.

2.4 Mekanisme Penyaluran panas tubuh kepada lingkungan

a. Konveksi
Proses konveksi menyangkut penyaluran panas dari kulit ke udara di lingkungan.
Kecepatan hilangnya panas oleh konveksi bergantung atas beberapa faktor seperti temperatur
udara, kecepatan angin, dan jenis pakaian yang dipakai. Apabila udara lebih panas dari kulit,
perpindahan arah berlawanan dari lingkungan ke kulit dapat terjadi.

b. Konduksi

Konduksi adalah perpindahan panas akibat paparan langsung kulit dengan benda-
benda yang ada di sekitar tubuh. Biasanya proses kehilangan panas dengan mekanisme
konduksi sangat kecil. Sentuhan dengan benda umumnya memberi dampak kehilangan suhu
yang kecil karena dua mekanisme, yaitu kecenderungan tubuh untuk terpapar langsung
dengan benda relative jauh lebih kecil dari pada paparan dengan udara, dan sifat isolator
benda menyebabkan proses perpindahan panas tidak dapat terjadi secara efektif terus
menerus.

c. Evaporasi

Evaporasi (penguapan air dari kulit) dapat memfasilitasi perpindahan panas tubuh.
Setiap satu gram air yang mengalami evaporasi akan menyebabkan kehilangan panas tubuh
sebesar 0,58 kilokalori. Pada kondisi individu tidak berkeringat, mekanisme evaporasi
berlangsung sekitar 450 – 600 ml/hari. Hal ini menyebabkan kehilangan panas terus menerus
dengan kecepatan 12 – 16 kalori per jam.

d. Radiasi

Panas yang disalurkan oleh inframerah atau radiasi panas menyangkut aliran energi
panas dari permukaan yang lebih panas ke permukaan yang lebih dingin. Kulit yang telah
hangat oleh karena aliran panas dari inti tubuh menyalurkan panas ke lingkungan. Apabila
lingkungan termasuk permukaan atau sistem seperti sumber panas atau ketel uap yang mana
secara signifikan lebih panas dari permukaan kulit, aliran panas radiasi dapat berlangsung
arah berlawanan yaitu dari lingkungan ke tubuh, yang akan menambahkan jumlah kapasitas
panas total tubuh.

2.5 Tipe Dehidrasi

Kehilangan cairan tubuh biasanya disertai gangguan keseimbangan elektrolit. Dehidrasi


dapat dikategorikan berdasarkan osmolaritas dan derajat keparahannya. Kadar natrium serum
merupakan penanda osmolaritas yang baik selama kadar gula darah normal. Berdasarkan
perbandingan jumlah natrium dengan jumlah air yang hilang, dehidrasi dibedakan menjadi
tiga tipe yaitu dehidrasi isotonik, dehidrasi hipertonik, dan dehidrasi hipotonik. Variasi kadar
natrium mencerminkan jumlah cairan yang hilang dan memiliki efek patofi siologi berbeda
(Anchala, 2014).

1. Dehidrasi isotonik (isonatremik).

Tipe ini merupakan yang paling sering (80%). Pada dehidrasi isotonik kehilangan air
sebanding dengan jumlah natrium yang hilang, dan biasanya tidak mengakibatkan cairan
ekstrasel berpindah ke dalam ruang intraseluler. Kadar. natrium dalam darah pada dehidrasi
tipe ini 135-145 mmol/L dan osmolaritas efektif serum 275-295 mOsm/L.

2. Dehidrasi hipotonik (hiponatremik).

Natrium hilang yang lebih banyak daripada air. Penderita dehidrasi hipotonik ditandai
dengan rendahnya kadar natrium serum (kurang dari 135 mmol/L) dan osmolalitas efektif
serum (kurang dari 270 mOsml/L). Karena kadar natrium rendah, cairan intravaskuler
berpindah ke ruang ekstravaskuler, sehingga terjadi deplesi cairan intravaskuler.
Hiponatremia berat dapat memicu kejang hebat; sedangkan koreksi cepat hiponatremia
kronik (2 mEq/L/jam) terkait dengan kejadian mielinolisis pontin sentral.

3. Dehidrasi hipertonik (hipernatremik).

Hilangnya air lebih banyak daripada natrium. Dehidrasi hipertonik ditandai dengan
tingginya kadar natrium serum (lebih dari 145 mmol/L) dan peningkatan osmolalitas efektif
serum (lebih dari 295 mOsm/L). Karena kadar natrium serum tinggi, terjadi pergeseran air
dari ruang ekstravaskuler ke ruang intravaskuler. Untuk mengkompensasi, sel akan
merangsang partikel aktif (idiogenik osmol) yang akan menarik air kembali ke sel dan
mempertahankan volume cairan dalam sel. Saat terjadi rehidrasi cepat untuk mengoreksi
kondisi hipernatremia, peningkatan aktivitas osmotik sel tersebu akan menyebabkan infl uks
cairan berlebihan yang dapat menyebabkan pembengkakan dan ruptur sel; edema serebral
adalah konsekuensi yang paling fatal. Rehidrasi secara perlahan dalam lebih dari 48 jam
dapat meminimalkan risiko ini (Anchala, 2014).

2.6 Pengobatan Dan Pencegahan Dehidrasi.

Tindakan pengobatan yang dilakukan di rumah adalah titik tolak keberhasilan


pengobatan tanpa dehidrasi yang dating ke sarana kesehatan, untuk memberikan pengobatan
di rumah secepat mungkin ketika mulai dehidrasi merupakan faktor penting dalam
pengobatan dehidrasi secara baik. Bila ibu mengetahui prinsip-prinsip pengolahan efektif
dehidrasi, mereka dapat memulai pengobatan sebelum mencari pertolongan medis (Noer,
2003).

Upaya Pencegahan Dehidrasi yaitu :

a. Biasakan anak minum secara teratur setiap hari, terutama bila banyak beraktifitas.

b. harus minum air paling banyak 8 gelas sehari, setara dengan 2 liter sehari.

c. Tetaplah minum sekalipun tidak begitu haus.


BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Dehidrasi adalah suatu keadaan penurunan total air di dalam tubuh karena hilangnya
cairan secara patologis, asupan air tidak adekuat, atau kombinasi keduanya. Dehidrasi terjadi
karena pengeluaran air lebih banyak daripada jumlah yang masuk, dan kehilangan cairan ini
juga disertai dengan hilangnya elektrolit.

Saran

Dari pembahasan tentang kerugian dehidrasi dari sinar matahari, agar terhindar dari
dehidrasi dapat kita lakukan pencegahan yaitu dengan minum air minum sebanyak 8
gelas/hari, minum tepat waktu apalagi aktivitas banyak dan tetaplah minum walaupun tidak
haus.
DAFTAR PUSTAKA

http://repository.um-surabaya.ac.id/2511/3/BAB_2.pdf

Anda mungkin juga menyukai