Anda di halaman 1dari 3

Karsinoma epidermoid (kulit)

a. Definisi
Karsinoma sel skuamosa (KSS) adalah neoplasma maligna yang berasal dari
keratinosit suprabasal epidermis. Neoplasma ini merupakan jenis neoplasma non
melanoma kedua terbanyak setelah karsinoma sel basal. (Grossman, 2008)
Karsinoma sel skuamosa merupakan tumor yang lazim timbul pada area yang
terpajan mathari terutama pada usia tua dan lebih tinggi pada pria. Faktor-faktornya
antara lain ; industri (tar dan minyak), ulkus kronik, luka bakar lama, paparan arsenik,
dan radiasi pengion. Pada kulit di awali lesi in situ. (Kumar, 2013)
b. Epidemiologi
Karsinoma sel skuamosa kebanyakan terjadi pada individu yang berusia tua.
Kejadian ini juga banyak diderita oleh individu pria. (Kumar, 2013)
c. Etiologi
Seperti pada kanker lainnya, penyebab pasti pada kanker kulit belum diketahui
secara jelas. Terdapat factor yang menyebabkan pertumbuhan kanker sel skuamosa
adalah arsen, sinar matahari, hidrokarbon, suhu, virus, dan radiasi kronis. (Habib,
2009)
d. Patogenesis
Mutasi TP53 yang disebabkan karena kerusakan DNA akibat pajanan sinar
ultraviolet. Hal tersebut mengirimkan sinyal untuk mengatur diferensiasi wajar pada
epitel skuamosa normal. Namun, sinar ultraviolet (khususnya UVB) berefek
imunosupresif sementara pada kulit dengan menganggu antigen presenting cell oleh
sel Langerhans yang memicu tumorogenesis. Resiko meningkat pada penderita yang
mengalami penekanan system imun akibat kemoterapi dan xeroderma pigmentosum.
Lesi pada kulit ini diawali oleh lesi in situ. (Kumar, 2013)
e. Gambaran Klinis
Gambaran lesi kulit KSS pada umumnya berupa nodul yang mengalami
ulserasi atau berupa suatu plak/papul verukosa yang menunjukkan tanda-tanda
kornifikasi dan/atau hiperkeratosis. (Grossman, 2008)
f. Gambaran makroskopis dan mikroskopis
Makroskopis :

Ulkus luas 9 6 cm2, tepi tampak jaringan parut tipis. Terdapat


krusta dan jaringan rapuh yang mudah berdarah di bagian tengah ulkus.
Lesi KSS pada penderita secara klinis memenuhi kriteria T-3 (diameter tumor
lebih dari 3 cm), N-2 (dijumpai keterlibatan kelenjar limfe bilateral tetapi masih
mobile) serta M-0 (metastasis belum jelas). Klasifikasi metastasis pada penderita
masih dalam batas M-0, tetapi sangat patut diduga hal ini mungkin sudah merupakan
M-1 (metastasis jauh) karena bukti akan adanya metastasis jauh, pada saat kasus ini
dilaporkan, belum diusut tuntas karena penderita belum diperiksa lebih lanjut.
(Laurentia, 2009).
Mikroskopis :

Klasifikasi KSS dari jaringan ulkus penderita secara histo-PA sesuai dengan
stadium-IV kriteria Broders yang menunjukkan jumlah sel yang berdiferensiasi baik
kurang dari 25% serta jumlah sel yang tidak berdiferensiasi lebih dari 75%, tanpa
menemukan gambaran keratinisasi dan jembatan interseluler. Jaringan tumor juga
menunjukkan gambaran sel-sel spindel. Keadaan ini juga sesuai dengan klasifikasi
neoplasma yang poorly differentiated (high grade) tumor. (McKee, 2007).
g. Prognosis
Prognosisnya sangat bervariasi, tergantung pada banyak faktor diantaranya
lokasi, ukuran tumor, dan tingkat diferensiasi sel-sel, serta kedalaman perluasannya.
Lesi-lesi kecil yang timbul dari kulit yang rusak secara klinik mudah disembuhkan,
sedangkan lesi pada bibir mudah metastasis dan mempunyai prognosis yang jelek.
(Graham, 2011).
Kumar V, Cotran RS, Robbins SL. Buku Ajar Patologi. 9 th ed . Jakarta : Penerbit
Buku Kedokteran EGC, 2013

Habib, T.P., Squamous Cell Carcinoma. Dalam : A Colour Guide to Diagnosis and
Therapy. St. Louis: Mosby. 2009. 666-668.

Grossman D, Leffel DJ. Squamous Cell Carcinoma. In: Wolff K, Goldsmith LA, Katz
SI, Gilchrest BA, Leffell ASPJ, editors. Fitzpatrick`s Dermatology in General
Medicine. 7 ed. New York: McGraw-Hill; 2008. p. 102836

McKee PH, Calonje E, Granter SR. Pathology of the Skin. In: McKee PH, Calonje E, Granter
SR, editors. Disorder of Pigmentation. 3 ed. Philadelphia: Elsevier Mosby; 2007. p. 1199
208.

Graham, R. 2005. Lecture Notes on Dermatologi. Ed. 8. Jakarta: Erlangga

Anda mungkin juga menyukai