Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN

“SQUAMOUS CELL CARSINOMA REGIO PEDIS SINISTRA”

NURWAHIDA

21.04.020

CI INSTITUSI CI LAHAN

( ) ( )

YAYASAN PERAWAT SULAWESI SELATAN

STIKES PANAKUKANG MAKASSAR

PROFESI NERS

2021
1. PENDAHULUAN

Squamous Cell Carcinoma atau disebut juga Karsinoma Sel Skuamosa


merupakan kanker yang sering terjadi pada rongga mulut yang secara klinis
terlihat sebagai plak keratosis, ulserasi, tepi lesi yang indurasi, dan kemerahan.
Karsinoma sel skuamosa merupakan salah satu dari 10 jenis kanker yang paling
sering terjadi di seluruh dunia.

Karsinoma sel skuamosa merupakan salah satu jenis kanker yang berasal
dari lapisan tengah epidermis. Jenis kanker ini menyusup ke jaringan di bawah
kulit (dermis). Kulit yang terkena tampak coklat-kemerahan dan bersisik atau
berkerompeng dan mendatar, kadang menyerupai bercak pada psoriasis,
dermatitis atau infeksi jamur.

Karsinoma sel skuamosa adalah multifaktorial dan membutuhkan suatu


proses multipel. Perubahan dan terganggunya DNA dapat menjadi salah satu
faktor penyebab terjadinya kanker. Sebuah penelitian mengindikasikan virus
seperti Herpes Simplex Virus dan Papilloma Virus berperan dalam proses
tersebut. Namun penyebab pasti dari kanker masih belum jelas, tetapi faktor-
faktor pendukung dapat merangsang terjadinya kanker. Faktor-faktor tersebut
digolongkan ke dalam dua kategori, yaitu faktor internal (herediter dan faktor
pertumbuhan) dan faktor eksternal (bakteri, virus, jamur, bahan kimia, obat-
obatan, radiasi, trauma, panas, dingin, dan diet). Faktor-faktor tersebut dapat
berperan secara individual atau berkombinasi dengan faktor lain sehingga dapat
mencetuskan kanker.

Squamous cell carcinoma biasanya ditemukan di daerah tubuh yang rusak


akibat sinar UV dari sengatan matahari, radiasi dari sinar ultraviolet yang
merupakan penyebab utama dari kanker ini. Kulit yang terpapar sinar matahari
meliputi kepala, leher, telinga, bibir, lengan, kaki, dan tangan. Penyebab lain
yang diduga menjadi faktor dari timbulnya squamous cell carcinoma adalah
radiasi akibat ionisasi, virus HPV, pengaruh bahan bahan kimia,penurunan
kekebalan tubuh.

2. KLASIFIKASI
a. Perawatan
Sejumlah terapi modalitas saat ini tersedia untuk pengelolaan
squamous cell carcinoma dirongga mulut. Antara terapi yang paling penting
meliputi eksisi bedah, terapi radiasi,kemoterapi, atau kombinasi dari dua atau
lebih dari modalitas tersebut. Pengobatan yang digunakantergantung pada saiz
tumor dan lokasi, status fisik dan sosial pasien, danpengalaman serta
keterampilan dokter.
b. Bedah
Bedah adalah pilihan pengobatan pertama untuk squamous cell
carcinoma yang kecil.2Eksisi bedah lokal dapat digunakan untuk tumor ganas
rongga mulut yang berukuran 2cm dan dapat dikerluarkandengan teknik
transoral. Ketika mandibula terlibat, radiocurability adalah tidak mungkin,
dan reseksi tumor primer dengan teknik mandibula proksimal dan
pembedahan leher dibutuhkan.24Namun, stadium lanjut squamous cell
carcinoma biasanya diobati dengan program pengobatan gabungan dari
bedah, kemoterapi, dan radioterapi. Reseksi bedah karsinoma oral dengan
margin bebas tumor kurang dari 5 mm dapat diikuti denganpertumbuhan
kembali tumor ganas dan mungkin dengan metastasis yang lebih besar, dan
biasanya memerlukan administrasi pasca-operasi kemoradioterapi.
c. Radioterapi
Terapi radiasi dapat diberikan untuk menyembuhkansebagai bagian
dari gabungan radiasi-operasi dan/atau kemoterapimanajemen, atau untuk
palliation. Radiasi membunuh sel dengan berinteraksi dengan molekul
airdalam sel, memproduksi molekul yang berinteraksi denganproses biokimia
dalam sel dan menyebabkan kerusakan DNA secara lansung. Sel-sel yang
terkena mungkin mati atau tetap tidak mampudivisi. Karena potensi yang
lebih besar untuk perbaikan seldi jaringan normal dibandingkan pada sel-sel
ganas dan kerentanan yang lebih besar kepada radiasi karena fraksi
pertumbuhan yang lebih tinggi darisel tumor ganas, kelainan jenis efek
dicapai. Untuk mencapaiefek terapi, terapi radiasi diberikan dalam pecahan
hariandengan merencanakan hari untuk memberi radiasi. Relatif hipoksia
pusatsel-sel tumor kurang rentan terhadap radioterapi tetapi mungkinmenjadi
lebih baik akibat kerana sel perifer dipengaruhi olehradiasi dan dengan
demikian menjadi lebih rentan terhadapfraksi radiasi. Squamous cell
carcinoma biasanya adalah radiosensitifdan lesi awal dapat disembuhkan.
Tumor eksofitik dan beroksigen adalah yanglebih radiosensitif, manakala
tumor invasif yang besar dengan fraksi pertumbuhan yang kecil adalah kurang
responsif.Squamous cell carcinoma yang terbatas padamukosa dapat
disembuhkan dengan radioterapi. Namun, tumor yang menyebar ke tulang
mengurangi kemungkinan penyembuhan dengan radiasisendirian.
d. Kemoterapi
Kemoterapi digunakan sebagai terapi induksi sebelum terapi lokal,
kemoradioterapi simultan, dan kemoterapi adjuvan setelah pengobatan
lokal.Tujuan dari kemoterapi induksiadalah untuk mempromosikan
pengurangan tumor awal dan untuk memberikanpengobatan micrometastases
yang awal karena kontrol lokal telah meningkat dengan terapi gabungan
agresif,tetapi terjadinya kegagalan karena penyakit metastasis telah
meningkat.Efek potensial toxik dari kemoterapi termasuk mucositis,mual,
muntah, dan penekanan sumsum tulang. Agen prinsip yang telah dipelajari
sendiri atau dalam kombinasidi kepala dan tumor ganas leher adalah
methotrexate, bleomycin,Taxol dan turunannya, turunan platinum (cisplatin
dancarboplatin), dan 5-fluorouracil. Tanggapan tumor awaluntuk kemoterapi
sebelum radioterapi dapat memprediksi respontumorterhadap radiasi. Protokol
kemoterapi danradioterapi sekarang adalah untuk standar perawatan bagi
tahap 3 dan 4 sebagai terapi primer dan setelah operasi untuk penyakit dengan
prognostik yang buruk setelah operasi termasuk margin dekat, dan invasi
vaskular oleh tumor. Induksi kemoterapi masih belum menjadi standar dalam
protokol pengobatan. Namun, ada bukti tingkat respons yang baik, namun
manfaat kelangsungan hidup masih belum mapan. Dengan penggunaan
kemoradioterapi simultan yang lebih banyak, morbiditas terkait dengan terapi
ini akan menjadi lebih jelas.
3. ETIOLOGI
Faktor-faktor etiologi terbanyak yang berkaitan dengan karsinoma sel
skuamosa ialah pemakaian tembakau, konsumsi alkohol dan virus-virus (kurang
jelas). Termasuk tembakau yang dibakar maupun yang tidak dibakar, seperti
dihirup dan mungkin juga, sirih yang dikunyah (kebiasaan di India, Myanmar
dan Pakistan). Walaupun sebagian besar penderita perokok dan peminum
alkohol, sebanyak 10% penderita karsinoma sel skuamosa tidak mengaku
menggunakan tembakau atau alkohol; orang-orang ini cenderung pria atau wanita
yang lebih tua.
4. PATOFISIOLOGI
Squamous cell carcinoma disebabkan oleh interaksi antara beberapa gen
dan faktor pertumbuhan. Aktivitas selular merupakan suatu fenomena yang
terkontrol dengan ketat pada sel-sel normal. Pada sel-sel yang mempunyai gen
termutasi, regulasi selular normal akan terganggu sehingga mengakibatkan
pembentukan karsinogen karena metabolisme kimiawi yang tidak mencukupi.
Seterusnya, karsinogen ini akan mengakibatkan kerusakan DNA, dimana pada
kondisi normal, DNA yang rusak akan diperbaiki oleh enzim DNA atau sel
tersebut akan mengalami kematian sel yang terkontrol (apoptosis). Meskipun
begitu, pada kondisi tumor ganas, mekanisme perbaikan dan apoptotik akan
menjadi disfungsional sehingga merangsang pertumbuhan sel secara abnormal
(hyperplasia)
Dalam proses karsinogenesis, ada teori multistep carcinogenesisyang
membahaskan bahwa perubahan neoplastik berlaku dalam rentang waktu tertentu
karena mutasi somatik yang terjadi pada sel spesifik, misalnya sel epitel pada mukosa
rongga mulut. Hal ini akan mengakibatkan perkembangan sel normal menjadi
hiperplastik dan kemudian ke displastik dan akhirnya, membentuk sel malignan yang
menyeluruh.

5. TANDA DAN GEJALA


Pada umumnya, penyakit ini akan muncul pada area kulit yang sering
terpapar sinar matahari secara lansung, seperti kulit kepala punggung tangan,
telinga hingga bibir. Namun tak berarti penyakit ini tidak mungkin muncul diarea
kulit lainnya. Pasalnya, squamosa cell carsinoma juga bisa muncul didalam
mulut, telapak kaki, hingga alat kelamin.
Gejala utama yang biasa ditunjukkan oleh penderita penyakit ini adalah adanya
kulit yang menebal, memerah, dan kering tapi tidak kunjung membaik. Selain itu
ada beberapa tanda dan gejala yang lain seperti :
a. Bintil pada kulit yang berwaarna kemerahan
b. Luka kering yang bersisik
c. Luka baru yang muncul diarea bekas luka lama
d. Luka kemerahan yang terlihat seperti jamur.
6. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk mendiagnosis scc
regio pedis sinistra adalah :
a. Biopsi
Biopsi dari tumor ganas mulut adalah wajib sebelum
pengobatan.5Apabila suatu lesi yang mencurigakai telah diidentifikasi dalam
rongga mulut, diagnosis jaringan harus dilakukan sebelum menentukan
perawatan. Biopsi tradisional yaitu insisi atau eksisi untuk lesi kecil adalah
cara yang terbaik. Ini harus ditekan bahwa dimensi lesi yang akurat harus
diperoleh sebelum biopsi supaya mengetahui stadium lesi dengan lebih jelas.
Untuk lesi yang besar lebih baik dilakukan biopsi dari beberapa lokasi yang
berbeda untuk mengurangi kesalahan interpretasi sebagai dysplasia, nekrosis
atau inflamasi.
b. Pemeriksaan histopatologi
Evaluasi histopatologis dari tingkat di mana tumor ini menyerupai
jaringan induknya dan menghasilkan produk normal (keratin) disebut gradasi.
Lesi dinilai pada skala tiga poin (kelas I sampai III). Tingkat histopatologis
tumor agak terkait dengan perilaku biologisnya. Tumor yang cukup
membesar untuk menyerupai jaringan asalnya tampaknya tumbuh pada
kecepatan yang lebih lambat dan kemudian bermetastasis pada waktunya,
disebut well differentiated squamous cell carcinoma.
Tumor yang memproduksi keratin yang sedikit atau tidak ada,
mungkin tidak membesar sehingga menjadi sulit untuk mengidentifikasi
jaringan asal. Tumor ini sering membesar dengan cepat dan bermetastasis di
awal perjalanannya dan disebut poorly differentiated. Tumor dengan
penampilan mikroskopis di antara kedua ekstrem ini diberi label karsinoma
moderately differentiated. Sampai batas tertentu, penilaian karsinoma sel
skuamosa adalah proses subyektif, bergantung pada area sampel tumor dan
kriteria ahli patologi individu untuk evaluasi.Stadium klinis tampaknya
berkorelasi jauh lebih baik dengan prognosis daripada gradasi mikroskopik.
c. Pemeriksaan sitologi
Sitopatologi eksfoliatif adalah cabang ilmu patologi yang mempelajari
morfologi sel terdeskuamasi baik yang normal maupun yang berubah karena
proses patologis. Gambaran sitopatologi eksfoliatif yang sampelnya diambil
dari mukosa oral berhubungan erat dengan struktur morfologi jaringan epitel
skuamosa. Kelebihan dari sitopatologi eksfoliatif. Metode ini lebih mudah
dan cepat untuk diagnosis penunjang dibandingkan histopatologi.
d. Pemeriksaan radiologi
Computed tomography (CT) dan magnetic resonance imaging(MRI)
adalah jenis radiologis yang paling tepat untuk menetapkan stadium pra-
terapi tumor kepalakarena mereka memberikan informasi tentang sejauh
manalesi, infiltrasi pembuluh darah besar dan metastasisdi nodus limpa.
Computed Tomography (CT) umumnya digunakan untuk daerah
maksilofasial. CT sangat sensitif untuk mendeteksi daerah kecil kortikal
invasi tulang. Peningkatan kontras yodium digunakan untuk studi CT. Bagian
scanning terdiri dari dasar tengkorak ke clavical. Ukuran, bentuk, nekrosis
dan ekstrakapsular penyebarankelenjar getah bening dievaluasi.
7. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan squamous cell carsinoma adalah preventif dan
terapetik. Preventif dengan mengurangi terpapar sinar ultraviolet yang lama,
terutama pada anak-anak dan remaja, dan yang terpenting adalah menimalisasi
angka morbiditas. Terapetik yang utama pada pasien squamous cell carsinoma
adalah eksisi luas dari sel tumor, dan memonitor batas bebas tumor dengan
menggunakan moh’s microsurgery. Terapi lain dengan radiasi, cryoterapi, dan
kemoterapi.

8. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
a. Aktivitas/istirahat
1) Kelemahan, kelelahan, malaise, cepat lelah
2) Perasaan gelisah dan ansietas
3) Pembatasan aktivitas/kerja sehubungan dengan proses penyakit
b. Sirkulasi
1) Tanda: Bradikardia (Hiperbilurubinemia berat) ikterik pada sclera, kulit,
membran mukosa.
c. Eliminasi
1) Gejala: Urin gelap. Diare/konstipasi: Feses warna tanah liat.
Adanya/berulangnya Hemodialisa.
d. Makanan/Cairan
1) Gejala: Hilang nafsu makan (Anoreksia), penurunan BB atau meningkat
(Edema), mual/muntah.
2) Tanda: Asites
e. Neurosesori
1) Tanda: Peka terhadap rangsang, cenderung tidur, letargi, asteriktis
f. Integritas ego
1) Gejala: Ansietas, ketakutan, perasaan tak berdaya
2) Tanda: menolak, depresi
g. Nyeri/Kenyamanan
1) Gejala: Kram abdomen, nyeri tekan pada kuadran kanan atas. Mialgia,
artalgia, sakit kepala, gatal (Pruritus).
2) Tanda: Otot tegang, gelisah.
h. Pernafasan
1) Gejala: Tidak minat/enggan merokok (bagi perokok)
i. Keamanan
1) Gejala: Adanya transfusi darah/produk darah
2) Tanda: Demam, urtikaria, lesimakulopapular, eritema tak beraturan,
eksaserbasi jerawat, splenomegals, pembesaran modus servikal
posterion.
j. Seksualitas
1) Gejala: Pola hidup/perilaku meningkatkan resiko terpajan (contoh
homoseksual
k. Interaksi sosial
1) Gejala: masalah hubungan/peran berkaitan dengan kondisi
2) Ketidakmampuan aktif secara sosial
l. Penyuluhan/Pembelajaran
1) Gejala: Riwayat diketahui/mungkin terpajan pada virus, bakteri atauu
toksin (makanan terkontaminasi, air, jarum suntik atau darah)
pembawa (simptomatik atau asimptomatik). Adanya prosedur bedah
dengan anestesi haloten, terpajan pada kimia toksik, obat resep, obat
jalan atau penggunaan alkohol. Diabetes, GJK atau penyakit ginjal.
Adanya infeksi seperti flu pada pernafasan atas.
2) Pertimbangan: DRG menunjukkan rata-rata lama dirawat 6-7 hari
Rencana pemulangan: mungkin memerlukan bantuan dalam tugas,
pemeliharaan dan pengaturan rumah
9. DIAGNOSIS KEPERAWATAN
a. Perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan penurunan konsentrasi
hemoglobin
b. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan neuropati perifer
c. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik
d. Resiko perdarahan
10. PERENCANAAN KEPERAWATAN
a. Perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan penurunan konsentrasi
hemoglobin
Setelah dilakukan tindakan keperawatan, diharapkan pasien dapat sembuh
dengan kriteria hasil :
1) Denyut nadi perifer meningkat dari 68 menjadi 80
2) Penyembuhan luka meningkat dari yang parah menjadi membaik
3) Sensasi bau dari tajam menjadi tidak ada bau
4) Nyeri ekstremitas menurun dari skala 5 menjadi 2
Intervensi :

Perawatan sirkulasi :
Observasi
1) Periksa nadi perifer
2) Identifikasi faktor resiko gangguan sirkulasi
3) Monitor panas, kemerahan, nyeri, atau bengkak pada ektremitas
Terapeutik
1) Hindari pemasangan infus atau pengambilan darah diarea keterbatasan perfusi
2) Lakukan pencegahan infeksi
Edukasi
1. Anjurkan melakukan perawatan kulit yang tepat
2. Informasikan tanda dan gejala yang harus dilaporkan

b. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan neuropati perifer


Setelah dilakukan tindakan keperawatan, diharapkan pasien dapat sembuh
dengan kriteria hasil :
1. Kerusakan jaringan dan lapisan kulit dari sedang (3) menjadi cukup
menurun (4)
2. Nyeri dari sedang (skala 5) menjadi cukup menurun (2)
3. kemerahan dari sedang (3) menjadi cukup menurun (4)
Intervensi :

Perawatan Integritas kulit :


Observasi
1) identifikasi penyebab gangguan integritas kulit (mis. Perubahan sirkulasi,
perubahan nutrisi, perubahan lingkungan dll)

Terapeutik
1) Gunakan produk berbahan gel pada kulit kering
2) Hindari produk berbahan dasar alcohol pada kulit kering
Edukasi
1) Anjurkan minum air yang cukup
2) Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi

c. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik


Setelah dilakukan tindakan keperawatan, diharapkan pasien dapat sembuh
dengan kriteria hasil :
1) Keluhan nyeri dari skala 5 menurun menjadi skala 2
2) Meringis dari meningkat menjadi menurun
3) Sulit tidur meningkat menjadi menurun
4) Pola nafas dari memburuk 22 menjadi membaik 20

Intervensi :

Manajemen Nyeri :

Observasi
1) Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri,
skala nyeri
2) Identifikasi skala nyeri
3) Identifikasi factor yang memperberat dan meringkan nyeri
Terapeutik

1) Berikan teknik nonfarmakologi napas dalam untuk mengurangi nyeri

Edukasi

1) Ajarkan teknik norfarmakalogi napas dalam pada pasien untuk mengurangi


nyeri

Kolaborasi
1) Kolaborasi pemberian analgesik

Anda mungkin juga menyukai