NURWAHIDA
21.04.020
CI INSTITUSI CI LAHAN
( ) ( )
PROFESI NERS
2021
1. PENDAHULUAN
Karsinoma sel skuamosa merupakan salah satu jenis kanker yang berasal
dari lapisan tengah epidermis. Jenis kanker ini menyusup ke jaringan di bawah
kulit (dermis). Kulit yang terkena tampak coklat-kemerahan dan bersisik atau
berkerompeng dan mendatar, kadang menyerupai bercak pada psoriasis,
dermatitis atau infeksi jamur.
2. KLASIFIKASI
a. Perawatan
Sejumlah terapi modalitas saat ini tersedia untuk pengelolaan
squamous cell carcinoma dirongga mulut. Antara terapi yang paling penting
meliputi eksisi bedah, terapi radiasi,kemoterapi, atau kombinasi dari dua atau
lebih dari modalitas tersebut. Pengobatan yang digunakantergantung pada saiz
tumor dan lokasi, status fisik dan sosial pasien, danpengalaman serta
keterampilan dokter.
b. Bedah
Bedah adalah pilihan pengobatan pertama untuk squamous cell
carcinoma yang kecil.2Eksisi bedah lokal dapat digunakan untuk tumor ganas
rongga mulut yang berukuran 2cm dan dapat dikerluarkandengan teknik
transoral. Ketika mandibula terlibat, radiocurability adalah tidak mungkin,
dan reseksi tumor primer dengan teknik mandibula proksimal dan
pembedahan leher dibutuhkan.24Namun, stadium lanjut squamous cell
carcinoma biasanya diobati dengan program pengobatan gabungan dari
bedah, kemoterapi, dan radioterapi. Reseksi bedah karsinoma oral dengan
margin bebas tumor kurang dari 5 mm dapat diikuti denganpertumbuhan
kembali tumor ganas dan mungkin dengan metastasis yang lebih besar, dan
biasanya memerlukan administrasi pasca-operasi kemoradioterapi.
c. Radioterapi
Terapi radiasi dapat diberikan untuk menyembuhkansebagai bagian
dari gabungan radiasi-operasi dan/atau kemoterapimanajemen, atau untuk
palliation. Radiasi membunuh sel dengan berinteraksi dengan molekul
airdalam sel, memproduksi molekul yang berinteraksi denganproses biokimia
dalam sel dan menyebabkan kerusakan DNA secara lansung. Sel-sel yang
terkena mungkin mati atau tetap tidak mampudivisi. Karena potensi yang
lebih besar untuk perbaikan seldi jaringan normal dibandingkan pada sel-sel
ganas dan kerentanan yang lebih besar kepada radiasi karena fraksi
pertumbuhan yang lebih tinggi darisel tumor ganas, kelainan jenis efek
dicapai. Untuk mencapaiefek terapi, terapi radiasi diberikan dalam pecahan
hariandengan merencanakan hari untuk memberi radiasi. Relatif hipoksia
pusatsel-sel tumor kurang rentan terhadap radioterapi tetapi mungkinmenjadi
lebih baik akibat kerana sel perifer dipengaruhi olehradiasi dan dengan
demikian menjadi lebih rentan terhadapfraksi radiasi. Squamous cell
carcinoma biasanya adalah radiosensitifdan lesi awal dapat disembuhkan.
Tumor eksofitik dan beroksigen adalah yanglebih radiosensitif, manakala
tumor invasif yang besar dengan fraksi pertumbuhan yang kecil adalah kurang
responsif.Squamous cell carcinoma yang terbatas padamukosa dapat
disembuhkan dengan radioterapi. Namun, tumor yang menyebar ke tulang
mengurangi kemungkinan penyembuhan dengan radiasisendirian.
d. Kemoterapi
Kemoterapi digunakan sebagai terapi induksi sebelum terapi lokal,
kemoradioterapi simultan, dan kemoterapi adjuvan setelah pengobatan
lokal.Tujuan dari kemoterapi induksiadalah untuk mempromosikan
pengurangan tumor awal dan untuk memberikanpengobatan micrometastases
yang awal karena kontrol lokal telah meningkat dengan terapi gabungan
agresif,tetapi terjadinya kegagalan karena penyakit metastasis telah
meningkat.Efek potensial toxik dari kemoterapi termasuk mucositis,mual,
muntah, dan penekanan sumsum tulang. Agen prinsip yang telah dipelajari
sendiri atau dalam kombinasidi kepala dan tumor ganas leher adalah
methotrexate, bleomycin,Taxol dan turunannya, turunan platinum (cisplatin
dancarboplatin), dan 5-fluorouracil. Tanggapan tumor awaluntuk kemoterapi
sebelum radioterapi dapat memprediksi respontumorterhadap radiasi. Protokol
kemoterapi danradioterapi sekarang adalah untuk standar perawatan bagi
tahap 3 dan 4 sebagai terapi primer dan setelah operasi untuk penyakit dengan
prognostik yang buruk setelah operasi termasuk margin dekat, dan invasi
vaskular oleh tumor. Induksi kemoterapi masih belum menjadi standar dalam
protokol pengobatan. Namun, ada bukti tingkat respons yang baik, namun
manfaat kelangsungan hidup masih belum mapan. Dengan penggunaan
kemoradioterapi simultan yang lebih banyak, morbiditas terkait dengan terapi
ini akan menjadi lebih jelas.
3. ETIOLOGI
Faktor-faktor etiologi terbanyak yang berkaitan dengan karsinoma sel
skuamosa ialah pemakaian tembakau, konsumsi alkohol dan virus-virus (kurang
jelas). Termasuk tembakau yang dibakar maupun yang tidak dibakar, seperti
dihirup dan mungkin juga, sirih yang dikunyah (kebiasaan di India, Myanmar
dan Pakistan). Walaupun sebagian besar penderita perokok dan peminum
alkohol, sebanyak 10% penderita karsinoma sel skuamosa tidak mengaku
menggunakan tembakau atau alkohol; orang-orang ini cenderung pria atau wanita
yang lebih tua.
4. PATOFISIOLOGI
Squamous cell carcinoma disebabkan oleh interaksi antara beberapa gen
dan faktor pertumbuhan. Aktivitas selular merupakan suatu fenomena yang
terkontrol dengan ketat pada sel-sel normal. Pada sel-sel yang mempunyai gen
termutasi, regulasi selular normal akan terganggu sehingga mengakibatkan
pembentukan karsinogen karena metabolisme kimiawi yang tidak mencukupi.
Seterusnya, karsinogen ini akan mengakibatkan kerusakan DNA, dimana pada
kondisi normal, DNA yang rusak akan diperbaiki oleh enzim DNA atau sel
tersebut akan mengalami kematian sel yang terkontrol (apoptosis). Meskipun
begitu, pada kondisi tumor ganas, mekanisme perbaikan dan apoptotik akan
menjadi disfungsional sehingga merangsang pertumbuhan sel secara abnormal
(hyperplasia)
Dalam proses karsinogenesis, ada teori multistep carcinogenesisyang
membahaskan bahwa perubahan neoplastik berlaku dalam rentang waktu tertentu
karena mutasi somatik yang terjadi pada sel spesifik, misalnya sel epitel pada mukosa
rongga mulut. Hal ini akan mengakibatkan perkembangan sel normal menjadi
hiperplastik dan kemudian ke displastik dan akhirnya, membentuk sel malignan yang
menyeluruh.
8. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
a. Aktivitas/istirahat
1) Kelemahan, kelelahan, malaise, cepat lelah
2) Perasaan gelisah dan ansietas
3) Pembatasan aktivitas/kerja sehubungan dengan proses penyakit
b. Sirkulasi
1) Tanda: Bradikardia (Hiperbilurubinemia berat) ikterik pada sclera, kulit,
membran mukosa.
c. Eliminasi
1) Gejala: Urin gelap. Diare/konstipasi: Feses warna tanah liat.
Adanya/berulangnya Hemodialisa.
d. Makanan/Cairan
1) Gejala: Hilang nafsu makan (Anoreksia), penurunan BB atau meningkat
(Edema), mual/muntah.
2) Tanda: Asites
e. Neurosesori
1) Tanda: Peka terhadap rangsang, cenderung tidur, letargi, asteriktis
f. Integritas ego
1) Gejala: Ansietas, ketakutan, perasaan tak berdaya
2) Tanda: menolak, depresi
g. Nyeri/Kenyamanan
1) Gejala: Kram abdomen, nyeri tekan pada kuadran kanan atas. Mialgia,
artalgia, sakit kepala, gatal (Pruritus).
2) Tanda: Otot tegang, gelisah.
h. Pernafasan
1) Gejala: Tidak minat/enggan merokok (bagi perokok)
i. Keamanan
1) Gejala: Adanya transfusi darah/produk darah
2) Tanda: Demam, urtikaria, lesimakulopapular, eritema tak beraturan,
eksaserbasi jerawat, splenomegals, pembesaran modus servikal
posterion.
j. Seksualitas
1) Gejala: Pola hidup/perilaku meningkatkan resiko terpajan (contoh
homoseksual
k. Interaksi sosial
1) Gejala: masalah hubungan/peran berkaitan dengan kondisi
2) Ketidakmampuan aktif secara sosial
l. Penyuluhan/Pembelajaran
1) Gejala: Riwayat diketahui/mungkin terpajan pada virus, bakteri atauu
toksin (makanan terkontaminasi, air, jarum suntik atau darah)
pembawa (simptomatik atau asimptomatik). Adanya prosedur bedah
dengan anestesi haloten, terpajan pada kimia toksik, obat resep, obat
jalan atau penggunaan alkohol. Diabetes, GJK atau penyakit ginjal.
Adanya infeksi seperti flu pada pernafasan atas.
2) Pertimbangan: DRG menunjukkan rata-rata lama dirawat 6-7 hari
Rencana pemulangan: mungkin memerlukan bantuan dalam tugas,
pemeliharaan dan pengaturan rumah
9. DIAGNOSIS KEPERAWATAN
a. Perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan penurunan konsentrasi
hemoglobin
b. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan neuropati perifer
c. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik
d. Resiko perdarahan
10. PERENCANAAN KEPERAWATAN
a. Perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan penurunan konsentrasi
hemoglobin
Setelah dilakukan tindakan keperawatan, diharapkan pasien dapat sembuh
dengan kriteria hasil :
1) Denyut nadi perifer meningkat dari 68 menjadi 80
2) Penyembuhan luka meningkat dari yang parah menjadi membaik
3) Sensasi bau dari tajam menjadi tidak ada bau
4) Nyeri ekstremitas menurun dari skala 5 menjadi 2
Intervensi :
Perawatan sirkulasi :
Observasi
1) Periksa nadi perifer
2) Identifikasi faktor resiko gangguan sirkulasi
3) Monitor panas, kemerahan, nyeri, atau bengkak pada ektremitas
Terapeutik
1) Hindari pemasangan infus atau pengambilan darah diarea keterbatasan perfusi
2) Lakukan pencegahan infeksi
Edukasi
1. Anjurkan melakukan perawatan kulit yang tepat
2. Informasikan tanda dan gejala yang harus dilaporkan
Terapeutik
1) Gunakan produk berbahan gel pada kulit kering
2) Hindari produk berbahan dasar alcohol pada kulit kering
Edukasi
1) Anjurkan minum air yang cukup
2) Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
Intervensi :
Manajemen Nyeri :
Observasi
1) Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri,
skala nyeri
2) Identifikasi skala nyeri
3) Identifikasi factor yang memperberat dan meringkan nyeri
Terapeutik
Edukasi
Kolaborasi
1) Kolaborasi pemberian analgesik