Oleh;
ACHMAD ROMDHONI
KONSEP DASAR
A. Definisi
berasal dari lapisan tengah epidermis. Jenis kanker ini menyusup ke jaringan
di bawah kulit (dermis). Kulit yang terkena tampak coklat kemerahan dan
kanker ini dapat terjadi di lidah, bibir, esophagus, serviks, vulva, vagina,
bronkus atau kandung kencing. Pada permukaan mukosa mulut atau vulva,
B. Etiologi
kimia. Termasuk tembakau yang dibakar maupun yang tidak dibakar, seperti
dihirup dan mungkin juga, sirih yang dikunyah (kebiasaan di india, Myanmar
tampak leukoplakia dan atau eritroplakia. Bila kelenjar servikal yang terkena
dan melekat (berbeda dengan limfadenopati yang dapat digerakkan, lunak dan
sarang dan pulau-pulau sel epitel invasif dengan berbagai derajat diferensiasi
D. Pemeriksaan Diagnostik/Penunjang
dokter maupun pasien, terdapat infeksi atau iritasi lokal. Tetapi, penundaan
tersebut tidak boleh lebih dari 3-4 minggu. Kadang, luasnya lesi menyulitkan
untuk melakukan biopsi yang tepat untuk membedakan displasia atau kanker.
mempercepat biopsi dan memilih daerah yang tepat untuk melakukan biopsi.
terjadi displasia atau keganasan dengan epitel yang normal dan lesi jinak.
kuat pada epitel sel displasia dan sel kanker daripada dengan jaringan normal.
Sitologi eksfoliatif telah membantu dalam menentukan diagnosa.
Namun, kesulitan pengumpulan sel, waktu yang lama dan biaya yang mahal
berlapis skuamosa. Prosedurnya tidak menyebabkan sakit, oleh sebab itu tidak
E. Komplikasi
dekatnya, menyebar ke kelenjar getah bening atau organ lainnya, dan dapat
berakibat fatal, meskipun hal ini jarang terjadi. Risiko karsinoma sel skuamosa
agresif dapat ditingkatkan dalam kasus di mana kanker: Sangat besar atau
mendalam; Melibatkan selaput lendir, seperti bibir; Terjadi pada orang dengan
sistem kekebalan yang lemah, seperti seseorang yang mengambil obat anti-
F. Penatalaksanaan
dilakukan dengan biopsi insisi menggunakan skapel bila lesi berukuran 5 mm.
Teknik ini cepat, tidak banyak merobek jaringan dan hanya diangkat sedikit
sampling. Apabila ukuran tumor kecil, dapat dilakukan biopsi insisi ataupun
stadium kanker, stadium dini (kecil dan terlokalisasi), stadium lanjut (besar
dan menyebar). Evaluasi menggunakan teknik pencitraaan yang lebih baik
berguna bagi klinisi untuk membedakan batas dan rencana terapi, juga
menentukan prognosisnya.
lesi tersebut menghilang, dan bila terus berlanjut perlu dilakukan pembedahan.
Pada tepi lesi yang secara klinis dan mikroskopis terlihat normal, bisa menjadi
Penggunaan teknik laser sangat berguna pada terapi kanker dan dapat
individu pasien.
karsinogenesis.
G. Prognosis
diagnosis; cara pengobatan dan keterampilan; dan kerja sama Antara orang
yang sakit dengan dokter. Prognosis yang paling buruk bila tumor tumbuh di
atas sel kulti normal (de nova), sedangkan tumor yang ditemulam di kepala
dan leher, prognosisinya lebih baik dari pada ditempat lainnya. Demikian juga
ekstremitas atas.
A. PENGERTIAN ANASTESI
Anestesi (pembiusan; berasal dari bahasa Yunani an-"tidak, tanpa"
C. ANASTESI
ANASTESI UMUM
a) Parenteral (intramuscular/intravena)
b) Perektal
c) Anastesi Inhalasi
Stadium Anestesi
Guedel (1920) membagi anestesi umum dengan eter dalam 4 stadium
a. Stadium I
b. Stadium II
teratur.
c. Stadium III
4 plana yaitu:
d. Stadium IV
a. Tiopenthal :
mg/kgBB.
b. Propofol:
5%.
2) Dosis dikurangi pada manula, dan tidak dianjurkan pada anak dibawah
c. Ketamin:
d. Opioid:
mg/kgBB/mnt.
Untuk memberikan cairan dalam waktu singkat dapat digunakan vena-
daerah kubiti. Pada anak kecil dan bayi digunakan punggung kaki, depan
D. OBAT PREMEDIKASI
1. Menimbulkan rasa nyaman pada pasien (menghilangkan kekhawatiran,
pascaanastesi.
1. Analgetik narkotik
a. Morfin
ureter.
b. Petidin
Dosis premedikasi dewasa 50-75 mg (0,5-2 mg/kg BB) intravena
c. Barbiturat
Dosis dewasa 100-200 mg, pada anak dan bayi 1 mg/kg BB secara oral
atau intramuslcular.
2. Antikolinergik
10-15 menit.
3. Obat penenang (tranquillizer)
a. Diazepam
mg/kg BB intravena.
b. Midazolam
dengan diazepam.
kendali.
Kelumpuhan berkurang
denganpemberian obat pelumpuh
ototnondepolarisasi dan asidosis
terjadi di dalam darah, tidak tergantung pada fungsi hati dan ginjal. Dosis
mg/kgBB.
2. Ketamin
3. Droperidol
4. Diprivan
H. OBAT ANESTESI REGIONAL/LOKAL
saraf bila dikenakan secara lokal. Anestesi lokal ideal adalah yang tidak
mula kerja singkat, masa kerja cukup lama, larut dalam air, stabil dalam
I. INTUBASI TRAKEA
pengeluaran pipa endotrakeal.
Tujuan
Pembersihan saluran trakeobronkial, mempertahankan jalan
Indikasi
Tindakan resusitasi, tindakan anestesi, pemeliharaan jalan napas, dan
3. Peralatan
Sebelum mengerjakan intubasi trakea, dapat diingat kata STATICS
T : tubes, pipa endotrakeal
T : tape, plester
I : introducer, stilet, mandrin
C: connector, sambungan-sambungan
S : suction, penghisap lendir
Komplikasi
1) Malposisi: intubasi esofagus, intubasi endobronkial,
malposisi laryngeal cuff.
atau mukosa mulut, cedera tenggorokan, dislokasi
3) Gangguan refleks: hipertensi, takikardi, tekarian
Prematur 2,0-2,5 10 10 cm
Neonatus 2,5-3,5 12 11 cm
pasien dengan lambung penuh. Selain peralatan intubasi dipersiapkan pula alat
Suntikan obat induksi cepat diberikan sampai refleks bulu mata hilang. Tulang
akan dilakukan juga pada kondisi fisik pasien. Faktor-faktor yang perlu
sadar.
dada atau konstriksi pada leher dan dada yang disebabkan oleh gaun.
5. Saraf harus dilindungi dari tekanan yang tidak perlu. Pengaturan posisi
tersangga dengan baik untuk mencegah cedera saraf yang tidak dapat
.
.
K. HIPOTERMIA
oleh pasien sebagai akibat suhu yang rendah diruang operasi, infuse denga
cairan yang dingin, inhalasi gas-gas yang dingin, kavitas atau kula terbuka
pada tubuh, aktivitas otot yang menurun, usia lanjut atau agens obat-obatan
yang digunakan.
dalam ruang operasi diataur pada suhu 25° - 26,6°C. Cairan intravena dan
irigasi dihangatkan sampai 37°C. Gaun dan selimut basah diganti dengan
yang kering, karena gaun dan selimut yang basah memperbesar kehilangan
panas.
darah, gas darah dalam ateri, dan serum elektrolit yang cermat. Perhatikan
yang sesuai. Kehilangan panas pada pasien lansia di rung operasi dapat
selama anestesi, jaga suhu ruangan operasi harus dipertahankan pada 26,6oC.
jantung dapat juga menginduksi atau mengeluarkan reaksi tersebut, proses ini
terdiri atas cairan bagian dalam dan membrane bagian terluar. Kalsium, suatu
factor penting dalam proses kontraksi otot, normalnya disimpan dalam froses
kontraksi otot, hipertermia, dan kerusakan pada system saraf pusat. Dengan
abnormal, kekakuan atau gerakan seperti tetani yang sering terjadi pada
rahang. Kenaikan suhu tubuh sebenarnya adalah tanda lanjut yang terjadi
Hipotensi arteri yang serius dapat terjadi ketika pasien digerakkan dari
satu posisi ke posisi lainya, seperti dari posisi litotomi keposisi hozontal, dari
room) atau keruang perawatan intensif (bila ada indikasi). Secara umum,
ekstubasi terbaik dilakukan pada saat pasien dalam anestesi ringan atau sadar.
dan lain-lain.
anestesi dan ahli bedah, Alat pemantau dan peralatan khusus medikasi dan
penggantian cairan.
sampai pasien pulih dari efek anestesi (sampai kembalinya fungsi motorik dan
8. Informasi spesifik tentang siapa ahli bedah atau anestesi yang akan
diberitahukan
DAFTAR PUSTAKA
Latief, A. Said, dkk. Anestesiology. Jakarta: FKUI. 2009
Ganiswarna, Sulistia. Farmakologi dan Terapi. Jakarta: FKUI. 1995
Tjay, Tan Hoan. Obat-Obat Penting. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo.
2002