PENDAHULUAN
Kanker kulit merupakan kanker terbanyak di Amerika Serikat
dengan angka kejadian 40% dari seluruh kanker. Angka ini cenderung
meningkat
dengan
perubahan
lingkungan
hidup
dan
terutama
FAKTOR ETIOLOGI
Sebagian besar tumor kulit terjadi sebagai akibat kerusakan
multikausal jangka panjang dari epidermis. Faktor yang paling dikenal
adalah cahaya matahari. Terutama pada orang yang banyak terpapar
cahaya matahari, seperti para pelaut, petani, dan orang yang banyak
pergi ke daerah tropik, pada umur lanjut terjadi didaerah kulit yang
terbuka (muka, kepala, punggung tangan) perubahan-perubahan aktinik.
Dari spektrum cahaya matahari terutama bagian ultraviolet yang
memberi kerusakan terbesar. Terutama pembakaran oleh cahaya
matahari dalam hal ini merupakan faktor penting. Penderita yang
mempunyai kulit dengan sedikit pigmen, lebih cepat menderita
pembakaran oleh cahaya matahari, sehingga mempunyai risiko terbesar.
Faktor lain adalah mekanisme reparasi molekul DNA dalam inti
sel. Jika mekanisme ini (sering familial) sedikit banyak terganggu maka
mulai
umur
muda.
Juga
pada
melanoma
dipikirkan
ditemukan, lesi pra kanker itu bukan merupakan tumor ganas, namun
jika dibiarkan sewaktu-waktu dapat menjadi ganas; kapan ia menjadi
ganas, tidak diketahui. Dapat terjadi dalam waktu singkat, tapi dapat
pula terjadi dalam waktu lama. Perubahan menjadi ganas diketahui bila
pada lesi tersebut mengalami perubahan, seperti membesar, timbul
ulkus, dan lain-lain.
Kelainan kulit premaligna yang paling banyak terdapat adalah
keratosis aktinika atau keratosis senilis. Keratosis ini terdapat pada
selaput lendir terutama pada perokok dalam bentuk leukoplakia yang
kemudian dapat berubah dalam karsinoma skuamosa. Pada kulit
keratosis terutama terdapat pada muka (terutama pada telinga, punggung
hidung, kepala) dan selanjutnya pada punggung tangan.
Lesi ini dimasukkan ke dalam lesi pra kanker karena sekitar 20%
akan berubah menjadi karsinoma sel skuamosa (SCC). Beberapa cara
penatalaksanaannya adalah: penyemprotan dengan nitrogen cair
(cryosurgery), kuretase dengan electric cauter, dan penggunaan
aplikasi topikal 5-FU.
Gambar:
dan
5. Xeroderma Pigmentosum
Merupakan penyakit keturunan, autosomal resesif, dengan adanya
kelainan / cacat pada DNA repair enzymes. Kulit penderita
mengalami kekeringan dan hiperpigmentasi. Penderita akan mudah
terbakar sinar matahari, dan beberapa kelainan akan tampak pada
daerah yang lama terpapar matahari, seperti eritema, bullae, dan
edema. Pada penderita ini juga terbentuk freckles pada daerah
yang terapapar matahari. Penyakit ini merupakan risiko tinggi
terkena BCC, SCC, atau melanoma maligna.
Gambar di halaman berikut:
KANKER KULIT
Kanker kulit dibedakan atas kelompok Melanoma dan kelompok
Non Melanoma. Kelompok Non Melanoma dibedakan atas Karsinoma
Sel Basal, Karsinoma Sel Skuamosa dan karsinoma adneksa kulit.
Faktor-faktor yang berperanan dalam mekanisme karsinogenesis
keganasan pada kulit diantaranya:
sinar matahari: merupakan faktor utama terjadinya kanker. Sembilan
puluh persen kanker pada bagian tubuh yang terkena sinar matahari
karsinogen: arsenik, radiasi, batubara, obat immunosupresi
trauma dan inflamasi kronik : osteomielitis, dermatitis,
lupus
eritematosus
faktor herediter: xeroferma pigmentosum, sindroma basal cell nevus
infeksi: HPV tipe 5,8,16,18
onkogen: mutasi anti-oncogene p53
Klasifikasi Histopatologi
Superficial basal cell carcinoma
Nodular basal cell carcinoma
Infiltrative (morpheaform, aggressive growth) basal cell carcinoma
Tumor Primer
um
0
Tx
To
= Tidak ditemukan
Tis
= Kanker in situ
T1
Tis.N0.M
0
T1.N0.M
0
2cm
|II
T2.N0.M
T2
0
T3.N0.M
T3
= Tumor > 5 cm
0
T4
Tumor menginvasi
struktur ekstradermal
dalam,
misalnya
III
T4.N0.M
Nodus Regional
0
Tiap
Nx
N0
= Tidak
T.N1.M0
ada
metastasis
nodus regional
IV
Tiap
N1
Metastasis jauh
Mx
M0
M1
T.N.M1
PROSEDUR DIAGNOSTIK
A. PEMERIKSAAN KLINIS
1. Anamnesis
Dikeluhkan adanya lesi kulit yang membesar, dapat berupa borok
yang tidak sembuh-sembuh.
10
2. Pemeriksaan Fisik
Gambaran klasik dikenal sebagai "ulkus rodent" yaitu ulkus
dengan tepi tidak rata, warna kehitaman di daerah perifer tampak
hiperplasia dan di sentral tampak ulkus. Bentuk lain yang tidak
klasik, tergantung dari variasi klinis, yaitu :
a. Jenis Nodulo ulseratif (paling sering)
Lesi: mula-mula papul / nodul, diameter < 2 cm, tepi
meninggi, permukaan mengkilat, sering ada telangiektasi,
kadang dengan skuama halus dan krusta tipis. Warna seperti
mutiara kadang translusen keabu-abuan atau kekuningan.
Tumbuh lambat, bagian tengah timbul cekungan ulserasi
(ulkus rodens).
b. Jenis berpigmen
Gambaran sama dengan nodulo ulseratif hanya berwarna
coktat / hitam bintik-bintik atau homogen.
c. Jenis "morphea like" atau fibrosing (agak jarang)
Lesi: bentuk plakat, warna kekuningan, tepi tidak jelas, kadang
tepi meninggi. Pada permukaan tampak beberapa folikel
rambut yang mencekung (gambaran klinik, seperti sikatrik),
kadang tertutup krusta yang metekat erat (jarang ulserasi).
d. Jenis superficial
Lokasi: badan, leher, kepala.
11
soliter,
nodul
keras,
sering
bertangkai
pendek.
12
4) Kelainan mata:
katarak, buta kongenital.
5) Lain-lain:
Kalsifikasi falks serebri
Fibroma ovari dengan kalsifikasi
Kista limfatik di mesenterium
seperti
garis
dan
kerusakan
folikel
rambut
karena
pertumbuhan tumor
B. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Foto polos di daerah lesi untuk melihat infiltrasi, kalau perlu
dilakukan CT-scan.
2. Biopsi insisi/eksisi untuk menentukan diagnosis histopatologis.
Prosedur Terapi:
Terapi yang dianjurkan adalah eksisi luas dengan safety margin 0,5 1 cm. Bila radikalitas tidak tercapai, diberi terapi adjuvant
13
14
terbakar sinar matahari, terpapar sinar pengion, arsen, jelaga, keloid luka
bakar, penderita dengan fistula, immuno supresi, dsb.
Insidens tertinggi pada usia 50 - 70 tahun, paling sering pada kulit
berwarna di daerah tropik. Laki-laki lebih banyak dari wanita. Lesi
dapat timbul dari kulit normal atau dari lesi prakanker, pada orang kulit
kulit putih hal ini diduga akibat rangsangan sinar ultraviolet, karsinogen
kimia (Coal tar, arsen, hidrokarbon polisiklik). Sedangkan pada kulit
berwarna : predisposisi trauma, ulkus kronik, jaringan parut dan dapat
pula terjadi dari fistel yang tidak sembuh-sembuh
Predileksi: kulit yang terpapar sinar matahari, membrana mukosa,
lokasi terbanyak (orang kulit putih: wajah, ekstremitas atas, kulit
berwarna : ekstremitas bawah badan, dapat pada bibir bawah, dorsum
manus).
Klasifikasi Histopatologi
Di samping itu perlu dilaporkan pula gradasi histopatologisnya, yaitu:
Gx :
G1 :
Diferensiasi baik
G2 :
Diferensiasi sedang
G3 :
Diferensiasi buruk
G4 :
Stadium Klinis
15
Klasifikasi TNM
T - :Tumor Primer
Tx :Tumor primer tidak dapat diperiksa
T0 :Tidak ditemukan tumor primer
Tis:Karsinoma in situ
T1 : Tumor dengan ukuran terbesar <2 cm
T2 :Tumor dengan ukuran terbesar >2 s/d <5 cm
T3 :Tumor dengan ukuran terbesar >5 cm
T4 :Tumor menginvasi struktur ekstradermal dalam, seperti kartilago,
otot skelet atau tulang
M -: Metastasis jauh
MX: Metastasis jauh tidak dapat diperiksa
M0: Tidak ada metastasis jauh
M1: Terdapat metastasis jauh
Stadium
Stadium 0
Stadium I
Stadium II
Tis
T1
T2,T3
NO
NO
NO
MO
MO
MO
16
Stadium III T4
Tiap T
Stadium IV Tiap T
NO
N1
Tiap N
MO
MO
M1
Prosedur Diagnostik
A. PEMERIKSAAN KLINIS
1. Anamnesis
Penderita mengeluh adanya lesi di kulit yang tumbuh menonjol,
mudah Berdarah, dapat berbenjol-benjol, bagian atasnya terdapat
borok seperti gambaran bunga kol.
2. Pemeriksaan Fisik
Didapatkan suatu lesi yang tumbuh eksofitik, endofitik, infiltratif,
tumbuh progresif, mudah berdarah dan pada bagian akral terdapat
ulkus dengan bau yang khas. Selain pemeriksaan pada lesi primer,
perlu diperiksa ada tidaknya metastasis regional dan tanda tanda
metastasis jauh ke paru-paru, hati, dll.
B. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Radiologi: X-foto toraks, X-foto tulang di daerah lesi,
dan
17
Prosedur Terapi
Terapi untuk SCC hampir sama dengan.basalioma. Jenis tindakan
tergantung dari ukuran lesi, lokasi anatomi, kedalaman invasi, gradasi
histopatotogi dan riwayat terapi.
Prinsip terapi yaitu eksisi radikal/ luas untuk lesi primer dan
rekonstruksi penutupan defek dengan baik. Penutupan defek dapat
dengan cara penutupan primer, tandur kulit atau pembuatan flap.
Tindakan eksisi luas harus dengan batas aman 1 - 2 cm. Bila radikalitas
tidak tercapai, diberikan radioterapi adjuvant.
Untuk lesi di daerah cantus, nasolabiat fold, peri orbital dan
periaurikular, dianjurkan untuk Mohs micrographic surgery (MMS).
Untuk lesi di kepala dan leher yang menginfiltrasi tulang atau kartilago
dan belum bermetastasis jauh, dapat diberikan radioterapi.
Untuk kasus inoperabel dapat diberikan radioterapi preoperatif
dilanjutkan
dengan eksisi luas atau MMS.
Bila terdapat metastasis ke kgb regional, dilakukan diseksi kgb.
18
MELANOMA MALIGNA
Melanoma maligna ialah neoplasma maligna yang berasal dari sel
melanosit. Di samping di kulit dapat pula timbul pada mukosa. Di
Amerika Serikat melanoma maligna merupakan tumor ganas nomor 6
atau 7 terbanyak. Dapat terjadi pada usia berapapun, namun tersering
pada usia 35-55 tahun, insidensi pada pria sama dengan wanita.
Faktor risiko yang diketahui untuk terjadinya melanoma antara
lain : Congenital nevi>5% dari luas permukaan tubuh, riwayat
melanoma sebelumnya, faktor keturunan, dysplastic nevi syndrome,
terdapat 5 nevi berdiameter >5mm, terdapat 50 nevi berdiameter >2mm,
riwayat paparan/terbakar sinar matahari ter utama pada masa anak-anak,
ras kulit putih, rambut berwarna merah, mata berwarna biru,
frecles/bintik-bintik
kulit,
tinggal
di
daerah
tropis,
xeroderma
Digmentosum.
Melanoma termasuk kanker kulit yang sangat ganas, bisa terjadi
metastasis luas dalam waktu singkat melalui aliran limfe dan darah ke
alat-alat dalam.
Klasifikasi Histopatologi
Lentigo melanoma maligna (LMM)
Superfisial spreading melanoma (SSM)
Nodular Malignant Melanoma (NMM)
Acral Lentigenous Melanoma (ALM)
19
Stadium Klinis
AJCC EDISI 2002
Pentahapan TNM pada melanoma maligna kulit sama dengan
pentahapan pTNM yang didasarkanpada pengukuran kedalaman
infiltrasi tumor (Clark Level) dan ketebalan tumor (Breslow).
Bila tidak ada kecocokan antara kedua ukuran ini, maka pT yang
diambil adalah keadaan yang paling buruk TNM
pT
: Tumor primer
pT3 : Ketebalan tumor lebih dari 2mm, tidak lebih dari 4mm
pT3a: tanpa ulserasi
pT3b: dengan ulserasi
20
Nx
bening regional
N0
N1
N2
intralimfatik
N2a: Nodul Metastasis Mikroskopis
N2b: Nodul Metastasis Makroskopis
N2c: Satelit atau metastasis in-transit tanpa metastasis
regional
N3
21
M0
M1
: Metastasis jauh
M1a: Kulit, jaringan subkutan, atau didalam KGB regional
M1b: Paru-paru
M1c: Sisi lain, atau dimana terdapat peningkatan serum
LDH
STADIUM KLINIK
STADIUM
HISTOPATOLOG1K
Stadium 0 Tis
NO
Stadium 0
MO
Stadium
T1a
IA
MO
Stadium
T1 b
IB
MO
T2a
T2b
NO
MO
NO
Stadium IA
pT1a
NO
MO
NO
Stadium IB
pT1 b
NO
MO
NO
MO
Stadium
pTis
pT2a
NO
MO
NO
Stadium HA pT2b
NO
22
IIA
MO
T3a
MO
NO
MO
Stadium
T3b
IIB
MO
T4a
pT3a
NO
MO
NO
Stadium MB pT3b
NO
MO
NO
MO
pT4a
NO
MO
Stadium
T4b
NO
IIC
MO
Stadium
TiapT N1
III
MO
MO
TiapT N2
pT1-4a N2a
MO
MO
TiapT N3
NO
MO
Stadium IIIA pT1-4a N1a
MO
MO
Stadium
TiapT TiapN
pT1-4b N2a
IV
M1
MO
pT1-4a N1b
MO
pT1-4a N2b
23
MO
pT1-4a/bN2cMO
Stadium IIIC pT1-4b N1b
MO
pT1-4b N2b
MO
Tiap pT N3
MO
Stadium IV
Tiap pT TiapN
M1
Klasifikasi Clark
Tingkat I
epidermis (insitu)
Tingkat II
Tingkat III :
dermis
Tingkat V
24
Klasifikasi Breslow
Golongan I :
Golongan II :
Golongan III
Prosedur Diagnostik
A. ANAMNESIS
Keluhan
utama:
tahi
tumbuh
25
B (Border)
C (Colour)
26
level, metastasis.
4. Biopsi: prinsip harus komplit. Dilakukan biopsi terbuka oleh
karena dibutuhkan informasi mengenai kedalaman tumor. Biopsi
tergantung pada anatomical sitenya.
c) a. bila diameter lebih dari 2 cm.
b. bila secara anatomi sulit (terutama di daerah wajah)->
dilakukan insisional biopsi
d) bila kurang dari 2 cm dilakukan eksisi tumor dengan safety
margin 1 cm (diagnostik dan terapi).
Specimen dikirimkan dengan mapping dan diberi tanda batasbatas sayatan.
27
Gambar:
Lentigo Melanoma
Superficial Spreading
Melanoma
28
Nodular
Melanoma
Prosedur Terapi
Tindakan eksisi luas dengan batas aman sesuai kriteria ketebalan, yang
kemudian dilakukan rekonstruksi:
Sampai dengan ketebalan 0,76mm
Antara 0,76mm-1,5mm,
Ketebalan >1,5mm
29
Regional
dilakukan
diseksi+adjuvant
30
3. Karsinoma adneksal
Termasuk di dalamnya adalah karsinoma kelenjar ekrin, apokrin, dan
sebasea yang sangat jarang. Secara lokal bersifat destruktif namun
juga dapat bermetastase jauh.
4. Angiosarkoma
Tumor ganas yang sering timbul pada scalp, muka dan leher. Berupa
suatu lembam atau hematoma yang dapat timbul spontan maupun
setelah trauma. Dapat juga timbul pada limfedema kronik pasca
mastektomi (Sind. Stewart-Treves). Terapi berupa eksisi luas,
prognosis buruk, angka rekurensi tinggi.
5. Sarkoma Kaposi
Tampak sebagai nodul biru yang kenyal yang tersering timbul pada
ektremitas tapi dapat juga di tempat lain di mana terdapat kulit dan
viscera. Biasanya multifokal, jarang metastasis.
31
6. Dermatofibrosarkoma Protuberans
Berupa nodul besar pada badan, seringkali mengalami ulserasi dan
terinfeksi. Bila lesi membesar sering timbul rasa nyeri. Histologis
tampak sel-sel spindel yang berasal dari fibroblast. Eksisi luas yang
bebas massa tumor biasanya dapat menyembuhkan.
7. Fibrosarkoma
Lesi berupa benjolan keras, ireguler, yang terletak pada jaringan
subkutis. Histologis tampak fibroblast yang sangat anaplastik dan
tumbuh tidak terorganisir. Terapi berupa eksisi luas bebas massa
tumor. Bila tidak bebas sering timbul metastasis.
8. Liposarkoma
Timbul di antara lapisan-lapisan otot yang dalam, dan jarang dari
subkutis. Seringkali timbul pada paha. Suatu lipoma yang cepat
membesar harus dipastikan bukan suatu liposarkoma secara
histopatologis. Terapi berupa eksisi luas.
32
33
REFERENSI
1. Djoko H, Protokol Pelaksanaan Kanker Kulit, PERABOI 2003,
p.73-87
2. Glenn Goldman, MD, Assistant Professor, Department of Internal
Medicine, Division of Dermatology, University of Vermont
College of Medicine, www.emedicine.com, 2005
3. Hansen SL, Mathes SJ, Young DM, Chap. 15 Skin and
Subcutaneous Tissue,
Dermatologic
Ramsey,
MD,
Surgery
Unit,
Department
Geisinger
of
Dermatology,
Medical
Center,
www.emedicine.com, 2005
5. Murphy GF. Sellheyer K. Mihm MC, The Skin, Pathologic Basis
of Disease , 7th ed International Edition, 2005, p1227-1271
6. Neering H. Kroon BBR, Tumor Kulit, Onkologi, Panitia Kanker
RSUP dr Sardjito Yogyakarta, 5th edition, 1999, p443-465
7. Sobin, L.H. Wittekind, Ch. UICC TNM Classification of
Malignant Tumor, 6th edition. Wiley Liss, 2002. p.119-130
8. Urist, MM, MD, Soong, S, MD; Chap. 29 Melanoma and
Cutaneous Malignancies: Sabiston Textbook of Surgery. 17th Ed.,
International Ed., Elsevier-Saunders, 2004, p. 781-802.
34
35