Anda di halaman 1dari 8

Bakteri tahan asam (BTA) merupakan bakteri yang memiliki ciri-ciri yaitu berantai

karbon (C) yang panjangnya 8-95 dan memiliki dinding sel yang tebal yang terdiri dari lapisan
lilin dan asam lemak mikolat, lipid yang ada bisa mencapai 60% dari berat dinding sel. Kuman
bakteri tahan asam (BTA), dikenal ada 41 spesies yang telah diakui oleh ICSB (International
Committee on Systematic Bacteriology). Sebagaian besar sudah saprofit dan sebagaian kecil
lainnya pathogen untuk manusia diantaranya Mycobacterium tuberculosis, Mycobacterium
leparae dan lain-lainnya yang dapat menyebabkan infeksi kronik. Golongan sapropit dikenal
juga dengan nama atipik (Syahrurachman, 1994).
Mycobacterium adalah salah satu bakteri yang banyak ditemukan di masyarakat. Salah
satu spesiesnya adalah Mycobacterium tuberculosis yang dapat menularkan kuman tuberculosis
melalui udara, percikan dahak, atau ludah yang terinfeksi oleh kuman tuberculosis (Girsang,
2013).
Tipikal organism dalam jaringan, basil tuberkel adalah bakteri batang, lurus dengan
ukuran sekitar 0,4 – 3 µm. Pada media buatan, bentuk kokoid dan filamentous tampak bervariasi
dari satu spesies ke spesies lain. Mikrobakteria tidak dapat dikelompokan sebagai gram positif.
Segera setelah diwarnai dengan pencelupan dasar mereka tidak dapat didekolorisasi oleh alcohol,
tanpa memperhatikan pengobatan dengan iodine. Basil tuberkel yang benar ditandai dengan
“pencepat asam”-misalnya 95% etil alcohol yang berisi 3% asam hidroklorat (asam alcohol)
mendekolorisasi semua bakteri dengan cepat kecuali mikobacteria. Pencepat asam tergantung
pada integritas lilin pembungkus. Pewarnaan teknik Ziehl-Neelsen digunakan untuk identifikasi
bakteri cepat asam (Brooks, 2005).
Pewarnaan BTA dikenal 3 macam pewarnaan untuk bakteri tahan asam, yaitu: Ziehl
Neelsen, Fluorokrom, Kinyoun Gabbet, berikut adalah cara melakukan 3 pewarnaan.
a. Pewarnaan Ziehl Neelsen
Pewarnaan Ziehl Neelsen. Larutan carbol fuchsin 0,3% dituang pada seluruh
permukaan sediaan, kemudian dipanaskan diatas nyala api sampai keluar asap tetapi
tidak sampai mendidih atau kering selama 5 menit. Sediaan kemudian dibiarkan
dingin atau dicuci kering anginkan selama 5-7 menit lalu kelebihan zat warna
dibuang dan dicuci dengan air yang mengalir perlahan. Setelah itu larutan asam
alkohol 3% (hydrochloric acid-ethanol) dituang pada sediaan dan dibiarkan 2-4 menit
kemudian dicuci dengan air mengalir selama 1-3 menit, kelebihan larutan dibuang.
Larutan methylene blue 0,1% dituang sampai menutup seluruh permukaan, dibiarkan
1 menit lalu larutan dibuang dan dicuci dengan air mengalir.
b. Pewarnaan Fluorokrom
Pewarnaan Fluorokrom (Auramine O). Sediaan direndam didalam larutan
Auramine (Merck), dibiarkan selama 15 menit kemudian dicuci dengan air bebas
klorin atau H2O destilata dan dikeringkan. Sediaan lalu direndam didalam asam
alkohol, dibiarkan selama 2 menit, dicuci dengan H2O destilata dan dikeringkan.
Setelah itu sediaan direndam didalam potasium permanganat 0,5%, dibiarkan selama
2 menit, dicuci dengan H2O destilata dan dikeringkan di udara.
c. Pewarnaan Kinyoun Gabbet
Pewarnaan Kinyoun Gabbet. Larutan Kinyoun (fuchsin basis 4g, fenol 8ml,
alkohol 95% 20ml, H2O destilata (100ml) dituang pada permukaan sediaan,
dibiarkan selama 3 menit, kemudian kelebihan zat warna dibuang dan dicuci dengan
air yang mengalir perlahan. Selanjutnya larutan Gabbet (methylene blue 1g, H2SO4
96% 20ml, alkohol absolut 30ml, H2O destilata 50ml) dituang pada permukaan
sediaan, dibiarkan 1 menit kemudian kelebihan zat warna dibuang dan dicuci dengan
air yang mengalir perlahan, kemudian sediaan dikeringkan di udara (Karuniawati,
2005).
Uji bakteri tahan asam (BTA) pada praktikum ini menggunakan prosedur pewarnaan
dengan menggunakan metode pewarnaan diferensial, prosedur pewarnaan ini yang menampilkan
perbedaan diantara sel-sel mikroba atau bagian-bagian sel mikroba. Dengan teknik ini biasanya
digunakan lebih dari satu larutan zat pewarna atau reagen pewarna. Salah satunya dengan
menggunakan cara teknik pewarnaan BTA dengan persiapan meliputi ulasan warna dengan
karbol fuchsin, dipusatkan dan diberi warna tandingan metilen blue. Hal tersebut dilakukan guna
memisahkan bakteri tahan asam yang tetap mempertahankan warna aslinya apabila dikenai
larutan asam (Mycobacterium) dari bakteri tak tahan asam yang pudar warnanya dikarenakan
oleh larutan asam (Pelczar, 1986).
Dalam pewarnaan Ziehl Nelson digunakan beberapa jenis reagen diantaranya ialah:
a. Karbol Fuchsin berfungsi untuk mewarnai dinding selnya.
b. Alkohol asam 3% berfungsi untuk melunturkan dinding sel yang tebal.
c. Methylen Blue berfungsi untuk mewarnai bagian background
d. Sedangkan fiksasi dalam percobaan ini dilakukan untuk membuka pori-pori sel.
Mycobacterium tidak dapat diwarnai dengan cara Gram, tetapi jika berhasil maka
hasilnya adalah Gram positif. Perlakuannya dengan cara pemanasan, pencucian dengan
menggunakan air mengalir, pemberian zat warna dan pemberian alkohol. Tujuan pencucian
dengan menggunakan alkohol adalah supaya warna merah yang tersisa setelah ditetesi karbol
fuchsin hilang. Sedangkan perlakuan pencucian dengan menggunakan air mengalir bertujuan
untuk menutup kembali lemaknya. Pemberian zat warna seperti karbol fuchsin dan metilen blue
bertujuan untuk mematikan bakteri Mycobacterium Tuberculosis. Zat warna yang dapat
membunuh Mycobacterium Tuberculosis adalah Malachite green. Hasil preparat menunjukan sel
berwarna merah dengan background biru, hal ini disebabkan karena karbol fuchsin bersifat asam
sehingga dapat diserap oleh dinding sel bakteri tersebut. Sedangkan metilen biru bersifat basa
sehingga tidak dapat diserap oleh dinding sel bakteri (Pelczar, 1986).
Patogenesis Mycobacterium tuberkuloseadalah Mikrobacteria dalam droplet dengan
diameter 1-5µm dihirup dan mencapai alveoli. Penyakit dihasilkan dari pembentukan dan
proliferasi organism virulen dan interaksi dengan inang. Basil virulen yang diinjeksikan (yaitu
BBG) bertahan hanya dalam beberapa bulan atau tahun dalam inang yang normal. Resistensi dan
hipersensitivitas inang sangat mempengaruhi perkembangan penyakit (Brooks, 2005).
Saat seseorang terpapar pertama kali dengan bakteri Mycobacterium tuberculosis, saat
itulah terjadi infeksi primer. Saat bakteri masuk ke tubuh, system kekebalan tubuh akan
merespons dengan menghasilkan makropag (sel kekebalan yang dapat mendeteksi dan
menghancurkan benda asing yang masuk ke tubuh). Makropag kemudian menelan dan membawa
bakteri ke limpa untuk ditahan atau dihancurkan. Akan tetapi, terkadang sel-sel bakteri ini masih
dapat memperbanyak diri. Perbanyakan sel-sel bakteri ini akan mengakibatkan perubahan tahap
infeksi primer menjadi TBC primer. Gejala-gejala TBC primer antara lain batuk, demam,
berkeringat saat malam, dan penurunan berat badan (Widiyanto, 2014).
Jika sel-sel bakteri tidak memperbanyak diri maka kemungkinan yang lain adalah adanya
penghambatan sel bakteri oleh makropag. Makropag akan membentuk sebuah dinding pengaman
untuk membungkus sel bakteri. Gabungan antara makropag dan sel bakteri ini kemudian
berkembang menjadi sebuah tonjolan yang disebut tuberkel atau granuloma. Selama system
kekebalan tubuh masih kuat, sel bakteri berada dalam keadaan tidak aktif (dormant) di dalam
bungkusan makropag selama beberapa tahun. Pada keadaan ini, sel bakteri tidak mampu
menimbulkan infeksi lebih lanjut, sehingga orang tidak akan mengalami serangan TBC aktif.
Namun, jika kekebalan tubuh menurun, tuberkula akan terbuka dan melepaskan sel-sel bakteri.
Pada tahap ini, infeksi akan berkembang menjadi TBC sekunder (Widiyanto, 2014).
Penurunan kekebalan tubuh akibat infeksi HIV atau kualitas gizi yang buruk bisa
mempercepat perkembangan infeksi menjadi TBC sekunder. Pada TBC sekunder, sel bakteri
yang semula tidak aktif menjadi aktif, memperbanyak diri, kemudian menyerang berbagai
jaringan di dalam paru-paru. Kerusakan yang terjadi di dalam paru-paru biasanya ditandai
dengan penumpukan cairan pada pleura (selaput pembungkus paru-paru). Selain menyerang
paru-paru, sel-sel bakteri juga akan menyebar ke berbagai organ lainnya melalui aliran darah.
Gejala yang muncul pada tahap TBC sekunder adalah batuk yang disertai darah (Widiyanto,
2014).
Penyakit yang disebabkan Mycobacterium sp adalah Microbacteria lain pada derajat
patogenik yang berbeda telah ditumbuhkan dari sumber manusia lain dalam decade terakhir.
Mikroba atipikal ini dikelompokan sesuai dengan kecepatan pertumbuhan pada temperature yang
berbeda dan produksi pigmen. Beberapa diantaranya diidentifikasi menggunakan pemeriksaan
DNA. Sebagian besar terjadi dalam lingkungan, tidak ditransmisikan dengan cepat dari orang ke
orang, dan merupakan pathogen oportunistik. Spesies yang signifikan menyebabkan penyakit
seperti dibawah ini.
a. Mycobacterium avium complex
Mycobacterium avium sering kali disebut MAC atau MAI
(M.aviumintracellulare) komplek. Organism ini tumbuh secara optimal pada
temperature 41oC, menghasilkan koloni halus, lunak, dan tidak berpigmen. Dalam
lingkungan terbuka mereka ada dimana-mana, dan telah dibiakan dari air, tanah,
makanan, dan binatang termasuk burung.
Organisme MAC sering menyebabkan penyakit pada seseorang yang
mengidap immunokompeten. Namun, di Amerika Serikat, infeksi disseminasi MAC
merupakan infeksi bakteri opportunities yang umum pada pasien AIDS. Resiko
pengembangan disseminasi infeksi MAC pada orang-orang terinfeksi AIDS
bertambah banyak ketika jumlah limfosit positif CD-4 berkurang hingga <100/ µl.
Paparan lingkungan dapat menimbulkan kolonisasi MAC pada saluran
respirasi atau gastrointestinal. Bakterimia transien yang terjadi akan diikuti dengan
invasi jaringan. Bakterimia dan infiltrasi jaringan ekstransif menghasilkan disfungsi
organ. Beberapa organ dapat dipengaruhi. Dalam paru-paru, nodul, diffuse infiltrate,
rongga, dan lesi endobronkhial merupakan hal yang umum. Manifestasi lain
termasuk perikartidis, abses jaringan lunak, lesi kulit, melibatkan nodus limfe, infeksi
tulang dan lesi system saraf pusat. Pasien yang sering mengalami simtom nonspesifik
seperti demam, keringat dingin, sakit perut, diare, dan penurunan barat badan
(Brooks, 2005).
b. Mycobacterium kansasi, M. malmoense, dan M. xenopi
Spesies-spesies ini menyebabkan infeksi paru yang lambat menyerupai
tuberculosis pada pasien predisposisi penyakit paru kronik seperti bronkiektasis,
silikosis, dan penyakit obstruksi jalan napas. Terapi awal dengan obat standar
mungkin harus disesuaikan mengikuti uji kerentanan (Gillespie, 2007).
c. Mycobacterium marinum, dan M. ulcerans
Mycobacterium marinum menyebabkan infeksi granulomatosa kronik pada
kulit dan didapat dari sungai, kolam renang yang tidak dikelola dengan baik, maupun
kolam ikan. Penyakit ini ditandai oleh lesi pustular yang berkrusta. Infeksi
M.ulcerans berhubungan dengan pertanian di Afrika dan Australia. Ekstremitas
bawah biasanya terkena lesi popular, yang membentuk ulkus dan dapat merusak
jaringan dibawahnya termasuk tulang (Gillespie, 2007).
d. Mycobacterium scrofulaceum
Bakteri ini adalah skotokromogen yang kadang-kadang ditemukan di air dan
sebagai saprofit pada orang dewasa yang mengidap penyakit paru-paru kronik.
Bekteri menyebabkan limfadenitis servikal kronis pada anak-anak, dan jarang
penyakit granulomatus lain. Pembedahan eksisi yang meliputi nodus limfa servikal
memberikan hasil yang baik dan resistensi terhadap obat antituberkulosis (Brooks,
2005).
e. Mycobacterium leprae
Mycobacterium leprae tidak dapat dibiakkan pada media buatan. Organism
ini menyerang saraf perifer, menyebabkan anesthesia. Destruksi jari dan deformitas
terjadi kemudian, mengakibatkan pasien mengalami cacat berat. Hasil akhir dari
infeksi tergantung dari respon imun setiap individu, membentuk spectrum dari
‘tuberkuloid’ yang didominasi oleh respons TH1, ‘borderline’ sampai ‘lepromatosa’
yang didominasi oleh respons Th2. Pasien dengan penyakit tuberkuloid memiliki
respons imun yang diperantarai-sel yang kuat, memiliki banyak granuloma, dan
pausitas bakteri pada jaringan berhubungan dengan kerusakan saraf tropic,
sedangkan pasien dengan penyakit lepromatosa memiliki imunitas yang diperantarai-
sel(cell-mediated immunity, CMI) yang buruk, tidak terdapat granuloma, dan
merupakan penyakit generalisata (Gillespie, 2007).
Perbandingan hasil praktikum dengan pustaka dahak dari pasien penderita TB diekstrak
dengan mengunakan teknik Ziehl Neelsen dan asam cepat terdapat noda merah dengan latar biru
yang merupakan basil positif. BTA mudah dikenali dalam Negara yang memiliki tingkat insiden
TB MDR yang rendah dan Negara yang memiliki tingkat insiden TB MDR yang tinggi. Data
perubahan dalam gen rpoB dari M. tuberculosis menyebabkan resistensi rifampisin (Zanden,
2003).
Sputum yang digunakan dalam praktikum BTA setelah diekstrak dengan menggunakan
teknik Zeehl Neelsen tidak menghasilkan noda warna merah dengan latar biru. Hal ini
menunjukan bahwa dalam sputum tersebut resusnya negative ( tidak mengandung bakteri
Mycobacterium tuberkulose).

I. PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Bakteri tahan asam adalah bakteri yang memiliki ciri- berantai karbon (C) yang panjangnya
8-95 dan memiliki dinding sel yang tebal yang terdiri dari lapisan lilin dan asam lemak
mikolat, lipid yang ada bisa mencapai 60% dari berat dinding sel.
2. Mycobacterium sp adalah bakteri yang terdapat di masyarakat dimana salah satu spesiesnya
adalah Mycobacterium tuberkulose yang memiliki cirri batang sedikit bengkok, tidak
berspora, dan merupakan bakteri tahan asam yang memiliki lapisan peptidoglikan yang tebal.
3. Teknik pewarnaan BTA terdiri dari teknik pewarnaan Ziehl Nelson, Kinyoun Gabbet, dan
Fluorochrom, dimana reagen yang digunakan dalam pewarnaan Ziehl Nelson adalah karbol
fucshin, alkohol asam, dan methylen blue
4. Patogenesis Mycobacterium tuberkulose adalah Mikrobacteria dalam droplet dihirup dan
mencapai alveoli. Penyakit dihasilkan dari pembentukan dan proliferasi organism virulen dan
interaksi dengan inang.
5. Penyakit lain yang disebabkan oleh Mycobacterium sp adalah bronkiektasis, silikosis, dan
penyakit obstruksi jalan napas, infeksi granulomatosa kronik pada kulit, limfadenitis servikal
kronis, dan lepra.
6. Hasil yang di dapatkan pada percobaan yang kami lakukan yaitu negative, karena tidak
ditemukan bakteri tahan asam yang berwarna merah dengan background biru. Sedangkan
pada sampel yang digunakan sebagai control, kami melihat dan ada bakteri dinyatakan positif
dengan bentuk batang gak bengkok dan berwarna merah dengan background biru

Anda mungkin juga menyukai