Anda di halaman 1dari 28

ASUHAN KEPERAWATAN ANAK

DENGAN DIAGNOSA DHF


Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Anak
II
Dosen Pengampu : Puji Purwaningsih, S.Kep., Ns.

Oleh :
RANI NOOR EVADIA
NIM : 010401085

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN


NGUDI WALUYO UNGARAN

2007
LEMBAR PERSETUJUAN
Makalah Keperawatan Anak II yang berjudul DHF ini telah disetujui
untuk diseminarkan pada Mata Kuliah Keperawatan Anak II.

Oleh:
Dosen Pengampu:

(Puji purwaningsih, S.Kep., N.s)

BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Infeksi virus dengue telah menjadi masalah kesehatan yang serius pada
banyak negara tropis dan subtropis, oleh karena peningkatan jumlah penderita,
menyebarluasnya daerah yang terkena wabah dan manifestasi klinis berat yang
merupakan keadaan darurat yaitu Dengue Hemorrhagia Fever (DHF) dan Dengue
Shock Syndrome (DSS).
Antara tahun 1975 dan 1995, DD/DBD terdeteksi keberadaannya di 102 negara di
lima wilayah WHO yaitu: 20 negara di Afrika, 42 negara di Amerika, 7 negara di
Asia Tenggara, 4 negara di Mediterania Timur dan 29 negara di Pasifik Barat.
Seluruh wilayah tropis di dunia saat ini telah menjadi hiperendemis dengan keempat serotipe virus secara bersama-sama di wilayah Amerika, Asia Pasifik, dan
Afrika. Indonesia, Myanmar, Thailand masuk kategori A yaitu: KLB/ wabah siklis,
terulang pada jangka waktu antara 3 sampai 5 tahun. Menyebar sampai daerah
pedesaan, sirkulais serotipe virus beragam (WHO, 2000).
Di Indoensia penyakit DBD pertama kali ditemukan pada tahun 1968 di Surabaya
dan sekarang menyebar ke seluruh propinsi di Indonesia. Timbulnya penyakit
DBD ditengarai adanya kolerasi antara strain dan genetik, tetapi akhir-akhir ini
ada tendensi agen penyebab DBD di setiap daerah berbeda. Hal ini kemungkinan
adanya faktor geografik, selain faktor genetik dari hospesnya. Selain itu
berdasarkan macam manifestasi klinik yang timbul dan tata laksana DBD secara
konvensional sudah berubah.
B. TUJUAN
Mengetahui definisi DHF, mengetahui etiologi DHF pada anak,
mengidentifikasi manifestasi klinis DHF pada anak, menjelaskan patofisiologi
DHF pada anak, mengetahui penatalaksanaan medis DHF pada anak serta mampu
memberikan asuhan keperawatan yang tepat pada orang tua dan anak selama
proses hospitalisasi.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.

ANATOMI FISIOLOGI
Darah adalah kendaraan atau medium untuk transportasi massal jarak jauh

berbagai bahan antara sel dan lingkungan eksternal atau antara sel-sel itu sendiri.
Transportasi semacam itu penting untuk memelihara homeostatis. Darah terjadi
dari cairan kompleks, yaitu plasma tempat unsur-unsur sel eristrosit, leukosit dan
trombosit terbenam di dalamnya.
Eritrosit (sel darah merah) atau SDM pada dasarnya adalah suatu kantung
hemoglobin yang terbungkus membran plasma yang mengangkut O 2 dan CO2
(dalam tingkat yang lebih rendah) di dalam darah. Leukosit (sel darah putih) SDP,
unit ini pertahanan sistem imun yang mobil, diangkut dalam darah ke tempattempat cidera atau invasi mikroorganisme penyebab penyakit.
Karena darah sangat penting sangat penting, harus terdapat mekanisme yang dapat
memperkecil kehilangan darah apabila terjadi kerusakan pembuluh darah.
Trombosit (keping darah) penting dalam hemostatis, penghentian perdarahan dari
sutu pembuluh yang cidera.
Darah membentuk sekitar 8% dari berat tubuh total dan memiliki volume
rata-rata 5 liter pada wanita dan 5,5 liter pada pria. Darah terdiri dari tiga jenis
unsur sel khusus, eritrosit, leukosit, trombosit, yang terendam dalam cairan
kompleks plasma. Pergerakan konstan darah sewaktu mengalir melalui pembuluh
menyebabkan unsur-unsur sel tersebar relatif merata di dalam plasma. Namun,
apabila suatu sampel darah utuh ditaruh dalam sebuah tabung reaksi dan diberi zat
untuk mencegah pembekuan, unsur-unsur sel yang lebih berat akan secara
perlahan mengendap di dasar dan plasma yang lebih ringan naik ke bagian atas.
Proses ini dipercepat oleh pemusungan (centrifugasi), yang dengan cepat
menyebabkan sel-sel mengendap di dasar tabung. Karena lebih dari 99% sel
adalah eritrosit, hematokrit, atau packed cell volum pada dasarnya mewakili
presentasi volume darah total yang ditempati oleh eritrosit. Plasma membentuk
volume sisanya. Hematokrit pada wanita rata-rata adalah 42% dan pria sedikit
lebih tinggi, yaitu 48%,sedangkan volume rata-rata yang ditempati oleh plasma

pada wanita adalah 58% pada pria 55%. Sel darah putih dan trombosit yang tidak
berwarna dan kurang padat dibandingkan dengan eritrosit mengendap membentuk
sebuah lapitas tipis berwarna krem buffu coal di atas kolom sel darah merah.
Lapisan ini menempati kurang dari 1% volume darah total.
Unsur-unsur darah:
1. Plasma
Plasma karena berupa cairan, 99% terdiri dari air yang berfungsi
sebagai medium untuk mengangkut berbagai bahan dalamd arah. Selain
itu, karena air memiliki kemampuanmenahan panas dengan kapasitas
tinggi. Plasma mampu menyerap dan mendistribusikan banyak panas yang
dihasilkan oleh metabolisme di dalam jaringan sementara suhu darah itu
sendiri hanya mengalami sedikit perubahan. Energi panas yang tidak
diperlukan untuk mempertahankan suhu tubuh dikeluarkan ke lingkungan
ketika darah mengalir ke permukaan kulit.
Protein plasma adalah sekelompok konstituen plasma yang tidak
sekedar diangkut. Komponen-komponen penting ini dalam keadaan
normal tetap berada dalam plasma, tempat mereka melakukan banyak
fungsi bermanfaat. Karena merupakan konstituen plasma berukuran
terbesar. Protein-protein plasma biasanya tidak keluar dari pori-pori di
dinding kapiler. Juga tidak seperti konstituen plasma lainnya yang larut
dalam air plasma, protein plasma berada dalam disversi koloid.
2. Eritrosit
Setiap mililiter darah mengandung rata-rata 5 milyar eritrosit (sel
darah merah), yang secara klinissering dilaporkan dalam hitung sel darah
merah sebagai 5 juta/mm3. Eritrosit adalah sel gepeng berbentuk piringan
yang di bagian tengah kedua sisinya mencekung, seperti sebuah donat
dengan bagian tengah menggepeng bukan berlubang (eritrosit adalah
lempeng bikonkaf dengan garis tengah 8m).
3. Leukosit
Leukosit atau sel darah putih adalah unit-unit yang dapat bergerak
(mobil) dalam sistem pertahanan tubuh. Imunitas mengacu pada

kemampuan tubuh menahan atau mengeliminasi sel abnormal atau benda


asing yang berperan merusak. Leukosit dan turunnya berperan dalam:
Menahan invasi oleh patogen (mikroorganisme penyebab infeksi)
misalnya bakteri virus melalui proses fagositosis. Mengidentifikasi dan
menghancurkan sel-sel kanker yang muncul di dalam tubuh.
Berfungsi sebagai petugas pembersih yang membersihkan
sampah tubuh dengan memfagosit debris yang ebrasal dari sel yang mati
atau cidera. Yang terakhir ini penting dalam penyembuhan luka dan
perbaikan jaringan.
Jenis-jenis leukosit yaitu:
Neutrofil
Eosinofil
Basofil
Monosit
Limfosit
4. Trombosit
Selain eritrosit dan leukosit, trombosit adalah jenis unsur ketiga
yang terdapat di dalam darah. Trombosit bukanlah suatu sel utuh tapi
fragmen atau potongan kecil sel (bergaris tengah sekitar 2-4 m yang
terlepas dari tepi luar suatu sel besar (bergaris tengah sampai 60 m)
disusun tulang yang dikenal sebagai megakariosit berasal dari sel bakal
yang belum berdifferensiasi (undifferensiasi) yang sama dengan yang
menghasilkan turunan eritrosit dan leukosit. Trombosit pada dasarnya
adalah suatu vesikel yang mengandung sebagian dari sitoplasma
megakarosit terbungkus oleh membran plasma.
Dalam setiap mililiter darah pada keadaan normal terdapat sekitar
250.000 trombosit (kisarannya 150.000-350.000/mm3). Trombosit tetap
berfungsi selama sekitar sepuluh hari untuk kemudian disingkirkan dari
sirkulasi oleh makrofag jaringan, terutama makrofag yang terdapat di
dalam limpa dan hati dan diganti oleh trombosit baru yang dikeluarkan
dari sumsum tulang.

Trombosit tidak keluar dari pembuluh darah seperti yang dilakukan


oleh pembuluh darah seperti yang dilakukan oleh sel darah putih, tetapi
sekitar sepertiga dari trombosit total selalu tersimpan dalam rongga-rangga
berisi darah di limpa. Simpanan trombosit ini dapat dikeluarkan dari limpa
ke dalam sirkulasi sesuai dengan kebutuhan (misalnya pada saat terjadi
perdarahan) oleh kontraksi limpa yang diinduksi oleh stimulasi simpatis.
Karena merupakan fragmen sel, trombosit tidak memiliki nukleus.
Namun, sel ini diperlengkapi oleh organel dan sistem enzim sitosol untuk
menghasilkan energi dan mensintesis produk skretorik yang disimpan di
granula-granula yang tersebar di seluruh sitosolnya. Selain itu trombosit
mengandung aktin dan miosin dalam konsentrasi yang tinggi sehingga
trombosit dapat kontraksi. Kemampuan sekretorik dan berkontraksi ini
penting dalam homeostatis.
B.

DEFINISI
Penyakit dengue adalah infeksi akut yang disebabkan oleh arbovirus

(arthropodborn virus) dan ditularkan melaui igitan nyamuk aedes (aedes


albopictus dan aedes aegypti).
(Ngastiyah,1997)
Dengue haemorrahagic (DHF) atau Demam berdarah dengue adalah
penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan melalui
gigitan nymuk aedes aegepti. Penyakit ini dapat menyeraang semua orang dan
dapat mengakibatkan kematian, terutama pada anak. Penyakit ini juga sering
menimbulkan kejadian luar biasa atau wabah.
(Nursalam,2005)
Dengue ialah suatu infeksi arbovirus (arthropod bone virus) akut;
ditularkan oleh nyamuk spesies aedes.
(FKUI, 1985)
Demam dengue adalah contoh dari penyakit yang disebarkan oleh vektor.
Penyakit ini disebabkan oleh virus yang disebarka melalui populasi manusia yaitu
oleh nyamuk aedes aegypti. Nyamuk hidup didaerah tropis dan berkembang biak
pada sumber air yang pendek.

(Brunner&Sudart.,2002)
Demam Dengue, adalah demam virus akut yang disertai sakit kepala, nyeri
otot, sendi dan tulang, penurunan jumlah sel darah putih dan ruam-ruam. Demam
Berdarah Dengue atau Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) adalah demam dengue
yang disertai pembesaran hati dan tanda-tanda perdarahan. Pada keadaan yang
lebih parah bisa terjadi kegagalan sirkulasi darah dan penderita jatuh dalam
keadaan syok akibat kebocoran plasma. Keadaan ini disebut Dengue Shock
Syndrome (DSS).
(http://uk.messenger.yahoo.com/download/index.html)
Demam berdarah dengue sendiri adalah suatu penyakit yang disebabkan
oleh infeksi virus dengue. Virus ini bisa masuk ke dalam tubuh manusia dengan
menggunakan nyamuk Aedes aegypti sebagai perantaranya.
(www.medicastore.co.id.2006)
Musim

penghujan

datang

penderita

demam

berdarah

terus

bertambah.Demam berdarah adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus


Dengue dan ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti. Apa itu Demam
berdarah? Bagaimana Menanganinya ataupun mencegahnya? ...........
Musim penghujan datang , penderita demam berdarah terus bertambah.
Bahkan kadang rumah sakit harus menyediakan tambahan tempat tidur untuk
pasien demam berdarah. Penyakit ini tidak kenal usia, dapat menyerang orang
dewasa , anak-anak, dan balita. Bahkan dapat menyebabkan kematian terutama
pada anak-anak dan tidak jarang menimbulkan kejadian luar biasa atau wabah.
Demam berdarah adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus Dengue
dan ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti.
((c) Dr.SuriViana - www.infoibu.com)
Demam berdarah atau demam berdarah dengue adalah penyakit febril akut
yang ditemukan di daerah tropis, dengan penyebaran geografis yang mirip dengan
malaria. Penyakit ini disebabkan oleh salah satu dari empat serotipe virus dari
genus Flavivirus, famili Flaviviridae. Setiap serotipe cukup berbeda sehingga
tidak ada proteksi-silang dan wabah yang disebabkan beberapa serotipe
(hiperendemisitas) dapat terjadi. Demam berdarah disebarkan kepada manusia
oleh nyamuk Aedes aegypti. (Wikipedia Indonesia,2007)

Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit infeksi virus yang


dibawa melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti. Biasanya ditandai dengan demam
yang bersifat bifasik selama 2-7 hari, ptechia dan adanya manifestasi perdarahan.
(Puskesmas Sukarami Palembang tahun 2004, 2005, 2006)
C.

DAUR HIDUP VIRUS DENGUE


1. Virus dengue dalam tubuh nyamuk
Nyamuk mendapatkan virus ini pada saat melakukan gigitan pada manusia
(makhluk vertebrata) yang pada saat itu sedang mengandung virus dengue
di dalam darahnya (viraemia). Virus yang sampai ke dalam lambung
nyamuk akan mengalami repliasi (memecah diri/berkembang biak),
kemudian akan migrasi yang akhirnya akan sampai di kelenjar ludah.
Virus yang berada di lokasi ini setiap saat siap untuk dimasukkan ke dalam
kulit tubuh manusia melalaui gigitan nyamuk.
2. Virus dengue dalam tubuh manusia
Virus memasuki tubuh manusia melalui gigitan nyamuk yang menembus
kulit. Setelah itu disusul oleh periode tenang selama kurang lebih 4 hari,
dimana vrus melakukan replikasi secara cepat dalam tubuh manusia.
Apabila jumlah virus sudah cukup maka virus akan memasuki sirkulasi
darah (viraemia), dan pada saat ini manusia yang terinfeksi akan
mengalami gejala panas. Dengan adanya virus dengue dalam tubuh
manusia, maka tubuh akan memberi reaksi. Bentuk reaksi tubuh terhadap
virus ini antara manusia yang satu dengan manusia yang lain dapat
berbeda, dimana perbedaan reaksi ini akan memanifestasikan perbedaan
penampilan gejala klinis dan perjalanan penyakit.
Nyamuk aedes ini hidup dan berkembang biak pada tempat-tempat

penampungan air bersih yang tidak berhubungan langsung dengan tanah seperti :
bak mandi/wc , minuman burung, air tempayan/gentong, kaleng dan ban bekas,
dll. Perkembangan hidup nyamuk ini dari telur hingga dewasa memerlukan waktu
sekitar 10-12 hari. Hanya nyamuk betina yang menggigit dan menghisap darah
serta memilih darah manusia untuk mematangkan telurnya, nyamuk jantan hidup

dari sari bunga tumbuh-tumbuhan. Kemampuan terbang berkisar antara 40-100


meter dari tempat berkembang biaknya. Tempat istirahat yang disukainya adalah
benda-benda yang tergantung yang ada di dalam rumah , seperti gordyn, kelambu,
baju/pakaian di kamar yang gelap dan lembab.
(http://www.rw14.web.id atau http://www.rw14.org)

D.

ETIOLOGI
Penyebab penyakit demam berdarah dengue (DBD) atau Dengue

Haemorrhagic Fever (DHF) adalah virus dengue. Di indonesia, virus tersebut


sampai saat ini telah diisolasi menjadi 4 serotipe virus dengue yang termasuk
dalam group B dari arthropedi borne viruses (arboviruses), yaitu DEN-1,DEN2,DEN-3 dan DEN-4. Ternyata DEN-2 dan DEN-3 merupakan serotipe yang
menjadi peyebab terbanyak. Infeksi oleh salah satu serotipe menimbulkan
antibodi seumur hidup terhadap serotipe bersankutan, tetapi tidak ada
perlindungan terhadap serotipe lain. Virus dengue ini terutama itularkan melalui
vektor nyamuk aedes aegypti. Nyamuk aedes albopictus, aedes polynesiensis dan
beberapa spesies lain kurang berperan.(Nursalam,2005)
Virus dengue termasuk dalam kelompok arbovirus B. dikenal 4 serotipe
virus dengue yang saling tidak mempunyai imunitas silang.(FKUI,1985)
Penyakit DBD disebabkan oleh Virus Dengue dengan tipe DEN 1, DEN 2,
DEN 3 dan DEN 4. Virus tersebut termasuk dalam group B Arthropod borne
viruses (arboviruses). Keempat type virus tersebut telah ditemukan di berbagai
daerah di Indonesia antara lain Jakarta dan Yogyakarta. Virus yang banyak
berkembang di masyarakat adalah virus dengue dengan tipe satu dan tiga. 3.
(Tri Djoko Wahono,2006)
E.

PATOFISIOLOGI
Mekanisme

sebenarnya

mengenai

patofisiologi,

hemodinamikadan

biokimia DHF hingga kini belum diketahui secara pasti. DHF dapat terjadi bila
seseorang setelah terinfeksi dengue untuk pertama kalinya mendapat infeksi
berulang dengan tipe virus dengue yang berbeda. Fenomena patofisiologi utama
yang menentukan berta penyakit yang membedakan DHF dari dengue klasik
adalah meningkatny permeabilitas dinding pembuluh darah, menurunnya volume

plasma, serta terjadinya hipotensi, trombositopeni dan diastesis hemorragik. Pada


kasus berat, renjatan terjadi secara akut dan nilai hematokrit meningkat bersamaan
dengan menghilangnya plasma melalui endotel dinding pembuluh darah. Ada
dugaan bahwa renjatan terjadi sebagai akibat dari kebocoran plasma ke daerah
vaskular melalui kapiler yang rusak, sehingga mengakibatkan menurunnya
volume plasma dan meningkatnya nilai hematokrit. Bukti dugaan ini adalah
ditemukannya cairan yang tertimbun dalam rongga peritonium, pelura dan
perikard yang ternyata melebihi pemberian cairan infus, serta terjadinya
bendungan pembuluh darah paru. Plasma merembes selama perjalanan penyakit
mulai dari awal demam sampai puncaknya pada masa renjatan. Trombositopeni
yang hebat, gangguan fungsi trombosit dan kelainan fungsi koagulasi merupakan
penyebab utama terjadinya perdarahan. Perdarahan kulit umumnya disebabkan
oleh faktor kapiler dan trombositopeni, sedangkan perdarahan masif diakibatkan
oelh kelainan yang lebih kompleks, yaitu trombositopeni, gangguan faktor
pembekuan.
Secara kronologis prosesnya dimulai dari nyamuk aedes yang tidak
bervirus menggigit dan mengisap darah seseorang yang telah terkena demam
berdarah dengue. Nyamuk yang sudah terinfeksi virus kemudian menggigit orang
sehat dan memindahkan virusnya bersama air ludah ke dalam tubuh. Pada saat
tersebut, virus memperbanyak diri dan menginfeksi sel-sel darah putih serta
kelenjar getah bening untuk kemudian masuk ke sistem sirkulasi darah. Virus ini
sebenarnya hanya ada di dalam darah selama 3 hari sejak ditularkan oleh nyamuk.
Pada hari-hari itulah terjadi pertempuran antara antibodi dan virus dengue yang
dianggap sebagai benda asing oleh tubuh. Badan biasanya mengalami gejala
demam dengan suhu tinggi antara 39 sampai 40 derajat celcius. Akibat
pertempuran tersebut terjadi penurunan kadar trombosit dan bocornya pembuluh
darah sehingga membuat plasma darah mengalir ke luar. Penurunan trombosit ini
mulai bisa dideteksi pada hari ketiga. Masa kritis penderita demam berdarah
berlangsung sesudahnya, yakni pada hari keempat dan kelima.
Pada fase ini, suhu badan turun dan biasanya diikuti oleh sindrom shock
dengue karena perubahan yang tiba-tiba. Muka penderita pun menjadi memerah
atau facial flush. Biasanya, penderita juga mengalami sakit pada kepala, tubuh

bagian belakang, otot, tulang dan perut (antara pusar dan ulu hati). Tidak jarang
diikuti dengan muntah yang berlanjut dan suhu dingin dan lembab pada ujung jari
serta kaki.
Penanganan yang benar pada fase tersebut sangat ditekankan agar
penderita bisa melewati masa kritisnya dengan baik. Caranya dengan banyak
memberikan asupan cairan kepada penderita sebagai pengganti plasma darah. Hal
ini dikarenakan banyaknya cairan tubuh yang hilang dengan cepat akibat
merembesnya plasma darah yang keluar dari pembuluh darah. Saat ini, larutan
gula garam atau oralit masih merupakan cairan terbaik karena komposisinya
setara dengan plasma darah. Pemberian infus diberikan apabila penderita dalam
kondisi muntah terus, tidak bisa makan dan minum, menderita kejang, kesadaran
menurun atau derajat kebocoran plasma darahnya tinggi, yang biasa terjadi pada
fase kritis. Begitu pula dengan transfusi trambosit yang akan diberikan jika
trambosit penderita di bawah 100.000 dengan pendarahan yang cukup banyak.
Bila masa kritis itu bisa dilewati dengan baik maka pada hari keenam dan ketujuh
kondisi penderita akan berangsur membaik dan kembali normal pada hari ketujuh
atau kedelapan.
(www.medicastore.co.id.2006)
F.

MANIFESTASI KLINIS
Infeksi oleh virus Dengue menimbulkan variasi gejala mulai sindroma

virus nonspesifik sampai perdarahan yang fatal.Gejala Demam Dengue tergantung


Pada umur penderita. Pada bayi dan anak-anak kecil biasanya berupa demam
Disertai dengan ruam-ruam pada kulit. Pada anak-anak yang lebih besar dan
dewasa, biasa dimulai dengan demam ringan atau tinggi (>39 derajat C) yang
tiba-tiba dan berlangsung selama 2 - 7 hari, disertai dengan sakit kepala hebat,
nyeri dibelakang mata, nyeri sendi dan otot, mual-muntah dan ruam-ruam. Bintikbintik perdarahan di kulit sering terjadi, kadang-kadang disertai bintik-bintik
perdarahan di tenggorokan dan selaput bening mata. Penderita juga sering
mengeluh nyeri menelan, perasaan tidak enak di ulu hati, nyeri di tulang rusuk
kanan atau nyeri di seluruh perut. Kadang-kadang demam mencapai 40 - 41
derajat C dan terjadi kejang demam pada bayi.
(http://uk.messenger.yahoo.com/download/index.html)

Masa tunas 3-15 hari tetapi rat-rata 5-8 hari. Gejala kinik timbul secara
mendadak berupa suhu tinggi, nyeri pada otot seluruh tubuh, nyeri dibelakang
kepala hebat, suara serak, batuk, epitaksis serta disuria. Penyakit biasanya akan
sembuh sendiri dalam 5 hari dengan penurunan suhu secara lisis. Maka penyakit
ini juga disebut vyfdaagse koorts (demam 5 hari).
(Ngaasiyah,1997)
Gejala yang timbul
Biasanya ditandai dengan 4 gejala klinis utama; demam tinggi 2-7 hari,
fenomena perdarahan, pembesaran hati dan kegagalan sirkulasi / syok.
Gejala penyerta ; nyeri kepala, nyeri otot, timbul ruam / kemerahan di kulit,
nyeri tulang, mual, nyeri ulu hati.
Fenomena perdarahan yang sering terjadi adalah timbul bercak-bercak merah
di muka dan lengan-tungkai dan langit-langit mulut. Mimisan dan perdarahan
gusi juga dapat terjadi. Keadaan yang lebih berat dapat menyebabkan
perdarahan organ dalam tubuh.
Laboratorium yang mendukung: trombositopenia ( trombosit kurang dari
100.000/ mm3) , hemokonsentrasi ( kadar Ht lebih 20% dari normal).
Fase kritis adalah saat suhu turun ,yaitu antara hari ketiga dan kelima. Resiko
terjadinya syok meningkat ( keringat banyak, gelisah. Ujung kaki tangan
dingin) dan dapat menjadi fatal.
Penderita juga sering mengeluh nyeri menelan, perasaan tidak enak di ulu hati,
nyeri di tulang rusuk kanan atau nyeri di seluruh perut. Kadang-kadang
demam mencapai 40 - 41 derajat C dan terjadi kejang demam pada bayi.
DHF adalah komplikasi serius demam dengue yang dapat mengancam
jiwa penderitanya, ditandai oleh:
a.. Demam tinggi yang terjadi tiba-tiba
b.. Tanda-tanda perdarahan
c.. Pembesaran hati
d.. Kadang-kadang disertai syok
Tanda-tanda perdarahan pada DHF dimulai dari tes Torniquet positif dan
bintik-bintik perdarahan di kulit (ptechiae). Ptechiae ini bisa terlihat di seluruh

anggota gerak, ketiak, wajah, dan gusi. Juga bisa terjadi perdarahan hidung, gusi
dan perdarahan dari saluran cerna dan perdarahan dalam urin. Berdasarkan
gejalanya DHF dikelompokkan menjadi 4 tingkatan :
a) Derajat 1: demam diikuti gejala tidak khas. Satu-satunya tanda perdarahan
adalah tes torniquet positif atau mudah memar.
b) Derajat 2: gejala derajat 1 ditambah dengan perdarahan spontan.
Perdarahan bisa terjadi di kulit atau di tempat lain.
c) Derajat 3: terjadi kegagalan sirkulasi yang ditandai dengan denyut nadi
yang cepat dan lemah , hipotensi, suhu tubuh yang rendah, kulit lembab
dan penderita gelisah.
d) Derajat 4: terjadi syok berat dengan nadi yang tidak teraba dan tekanan
darah yang tidak dapat diperiksa.
Fase kritis pada penyakit ini terjadi pada akhir masa demam. Setelah
demam selama 2 - 7 hari, penurunan suhu biasanya disertai dengan tanda-tanda
gangguan sirkulasi darah. Penderita berkeringat, gelisah, kaki dan tangan dingin
dan mengalami perubahan tekanan darah dan denyut nadi. Pada kasus yang tidak
terlalu berat gejala-gejala ini hampir tak terlihat, menandakan kebocoran plasma
yang ringan. Bila kehilangan plasma hebat, akan terjadi syok, syok berat dan
kematian bila tidak segera ditangani.
Pada penderita dengan DSS, kondisi penderita akan cepat memburuk. Ditandai
dengan nadi cepat dan lemah, tekanan darah menurun hingga kurang dari 20
mmHg atau terjadi hipotensi. Kulit dingin, lembab dan penderita mula-mula
terlihat mengantuk kemudian gelisah. Bila keadaan ini tidak segera ditangani
penderita akan meninggal dalam Waktu 12-24 jam. Dengan pemberian cairan
pengganti, kondisi penderita akan dengan cepat membaik. Pada syok yang berat
sekalipun, penderita akan membaik dalam 2-3 hari. Tanda-tanda adanya perbaikan
adalah jumlah urine yang cukup dan kembali nya nafsu makan.
(http://uk.messenger.yahoo.com/download/index.html)
Gejala pada penyakit demam berdarah diawali dengan :
a) Demam tinggi yang mendadak 2-7 hari (38 C- 40 C
b) Manifestasi pendarahan, dengan bentuk : uji tourniquet positif puspura
pendarahan, konjungtiva, epitaksis, melena, dsb

c) Hepatomegali (pembesaran hati).


d) Syok, tekanan nadi menurun menjadi 20 mmHg atau kurang, tekanan
sistolik sampai 80 mmHg atau lebih rendah.
e) Trombositopeni, pada hari ke 3 - 7 ditemukan penurunan trombosit sampai
100.000 /mm.
f) Hemokonsentrasi, meningkatnya nilai Hematokrit.
g) Gejala-gejala klinik lainnya yang dapat menyertai: anoreksia, lemah, mual,
muntah, sakit perut, diare kejang dan sakit kepala.
h) Pendarahan pada hidung dan gusi.
i) Rasa sakit pada otot dan persendian, timbul bintik-bintik merah pada kulit
akibat pecahnya pembuluh darah.
http://www.rw14.web.id atau http://www.rw14.org

G.

KOMPLIKASI
1. Hepatomegali
2. Syok Hipovolemik
3. Perdarahan
4. Kematian
5. Splenomegali

H.

PEMERIKSAAN PENUNJANG
1)

Serologi dan reaksi berantai polimerasetersedia untuk


memastikan diagnosa demam berdarah jika terindikasi secara klinis.
Isolasi virus dengan dari serum, plasma, leukosit ataupun otopsi.

2)

Ditemukannya anti bodi IgG ataupun AgM yang


meningkatkan tinggi titernya mencapai empat kali lipat terhadap satu atau
lebih antigen dengue dalam spesimen serta berpandangan.

3)

Dibuktikan adanya virus dengue dari jaringan otopsi


dengan cara immunokimiawi atau dengan cara immuno-flouresens,
ataupun di dalam spesimen serum dengan uji ELISA.

4)

Dibuktikan dengan keberadaan gambaran

genomic

sekuen virus dari jaringan otopsi, sediaan serum atau cairan serebro spinal
(CSS); dengan uji Polymerase Chain Reaction (PRC).
5)

Tes Tourniquet yang positif.

6)

Adanya perdarahan dalam bentuk petekiae, ekimosis atau


purpura.

7)

Perdarahan

selaput

lendir

mukosa,

alat

cerna

gastrointestinal, tempat suntikan atau di tempat lainnya.


8)

Terjadi trombositopenia (100.000/ml atau kurang) dan


hemokonsentrasi yang dapat dilihat dari meningginya nilai hematokrit
pada masa kovalen.

Pada pasien dengan 2 atau 3 patokan klinik disertai adanya trombositopenia dan
hemokonsentrasi tersebut jika dilakukan pemerikasaan serologis ternyata
diagnosis tepat. Berdasarkan patokan dari WHO (1975) DBD dibagi menjadi 4
derajat sebagai berikut :
a)

Derajat I . Demam disertai gejala tidak khas, hanya


terdapat menifstasi perdarahan (uji turniket positif)

b)

Derajat II. Seperti derajat I disertai perdarahan


spontan dikulit dan perdarahan lain.

c)

Derajat III. Ditemukan kegagalan sirkulasi darah


dengan adanya nadi ceapat dan lemah, tekanan nadi menurun (kurang dari
20mmHg) atau hipotensi disertai kulit yang dingin dn lembab, gelisah

d)

Derajat IV. Renjatan berat dengan nadi tak teraba


dan tekanan darah yang tidak dapat diukur.
(Ngastiah, 1997)

I.

PENATALAKSANAAN MEDIS
a) DBD tanpa renjatan
Demam tinggi, anoreksia dan sering muntah menyebabkan pasien dehidrasi
dan haus. Pada pasien ini harus diberi banyak minum. Yaitu 11/2-2 liter dalam
24 jam. Dapat diberikan teh manis, sirup susu dan bila mau harus banyak
oralit. Cara pemberian minum demi sedikit- sediikit dan orang tua menunggu
dilibatkan dalam gegiatan ini. Jika anak tidak mau minum sesuai yang

dianjurkan tidak dibenarkan pemasangan sonde karena resiko merangsang


terjadinya pendarahan.
Keadaan hiperpireksia diatasi dengan obat anti teripetik dan kompres dingin.
Jika terjadi kejang- kejang diberi luminal dan anti konfulsan lainnya. Luminal
diberikan dengan dosis: anak umur kurang 1 tahun 50 mg IM; anak lebih dari
1 tahun 75 mg. Jika 15 menit kejang belum berhenti luminal diberikan lagi
dengan dosis 3 mg/ kg BB. Anak diatas 1 tahun diberi 50 mg, dan dibawah 1
tahun 30 mg, dengan memperhatikan adanya depresi fungsi vital.
Infus diberikan dengan pasien DBD tanpa rejatan apabila:
1. pasien terus-menerus muntah, tidak dapat diberikan minum
sehingga mengancam adanya dehidrasi.
2. hematokrit yang cenderung meningkat.
Hematokrit

mencerminkan

derajat

kebocoran

plasma

dan

biasanya

mendahului munculnya secara klinik perubahan fungsi vital (hipotensi,


penurunan tekanan nadi); sedangkan turunnya nilai trombosit biasanya
mendahului naiknya hematokrit. Oleh karena itu, pada pasien yang diduga
menderita DBD harus diperiksa Ht, Hb dan trombosit setiap hari mulai hari
ke-3 sakit sampai demam telah turun 1-2 hari. Niali Ht itulah yang
menentukan apakah pasien perlu dipasang infus atau tidak.
b) DBD disertai renjatan (DSS)
Pasien yang mengalami renjatan (syok) harus segera dipasang infus sebagai
pengganti cairan yang hilang akibat kebocoran plasma. Cairan yang diberikan
biasanya Ringer Laktat. Jika pemberian cairan tersebut tidak ada respon
diberikan palsma atau plasma ekspander, banyaknya 20-30 ml/kgBB.
(Ngastiyah,1997)
PENCEGAHAN
Nyamuk aedes betina sebagai perantara memang tidak berbahaya selama belum
terkena virus dengue. Namun sebaiknya kita mencegah perkembangan nyamuk
tersebut mengingat infeksi virus dengue telah menyebar luas. Metode yang baik

saat ini adalah menguras segala tempat air tergenang, menutup lubang dan
mengubur barang-barang bekas yang potensial menjadi sarang nyamuk. Sebagai
pertahanan tubuh, konsumsi vitamin C minimal 60 mg dan air sebanyak 1 liter
setiap hari. Jangan lupakan waktu untuk beristirahat. Ada baiknya menggunakan
cairan penolak nyamuk yang dioleskan ke tubuh supaya terhindar dari gigitan
nyamuk.

Mencegah

akan

selalu

lebih

baik

ketimbang

mengobati.

(www.medicastore.co.id.2006)
STRATEGI PENANGGULANGAN DEMAM BERDARAH
Sampai saat ini belum ditemukan vaksin yang dapat menangkal virus dengue
dengan berbagai serotipe. Satu-satunya usaha pencegahan atau pengendalian
dengue adalah dengan memerangi nyamuk yang berperan pada penularan virus
dengue. Aedes aegypti berkembang biak terutama di tempat-tempat buatan
manusia seperti wadah plastik, ban mobil bekas dan tempat lain yang menampung
air hujan. Nyamuk ini menggigit pada siang hari, beristirahat di dalam rumah dan
meletakkan telurnya pada tempat-tempat air bersih tergenang.
Pencegahan yang efektif seharusnya dilaksanakan secara integral bersama-sama
antara masyarakat, pemerintah dan petugas kesehatan. Upaya pemberantasan
meliputi : Pencegahan , yang dikenal dengan gerakan 3 M , yaitu;
1. menguras tempat penampungan air secara teratur sekurang-kurangnya
seminggu sekali atau menaburkan bubuk abate kedalamnya.
2. menutup rapat-rapat tempat penampungan air
3. mengubur/menyingkirkan barang-barang bekas yang dapat menampung air
hujan; seperti kaleng bekas , plastik, dll
Pemberantasan vektor /nyamuk ;
penyemprotan /Kunjungan ke ruamh-rumah untuk pemantauan jentik
dan abatisasi. fogging fokus pada lokasi ditemui kasus.
Penyuluhan dan kerja bakti melakukan kegiatan 3M.
Ditempat penampungan air seperti bak mandi diberikan insektisida yang
membunuh larva nyamuk seperti abate. Hal ini bisa mencegah perkembangbiakan
nyamuk selama beberapa minggu, tapi pemberiannya harus diulang setiap
beberapa waktu tertentu. Ditempat yang sudah terjangkit DHF dilakukan
penyemprotan insektisida secara fogging. Untuk perlindungan yang lebih intensif,

orang-orang yang tidur siang sebaiknya menggunakan kelambu, memasang kasa


nyamuk di pintu dan jendela, menggunakan semprotan nyamuk di dalam rumah
dan obat-obat nyamuk yang dioleskan. Terapi dengan TOGA
Kapsul Buah Makasar 3 x1 kaps/hari
Kapsul Mimba 3 x 1 Kaps/hari
Kapsul Sambiloto 3 x 1 Kaps/hari
Fungsi ketiga kapsul diatas adalah untuk menekan perkembangan virus
Tapak Liman 3 x 1 Kaps/hari
Juice Jambu Biji Merah
Fungsi kedua bahan diatas adalah untuk meningkatkan kesehatan dan juga
tromboisit darah.
http://uk.messenger.yahoo.com/download/index.html
Pesan untuk orang tua
Jika anak anda mengalami demam tinggi
lebih dari 2 hari segera periksakan ke dokter, dengan tetap memberikan
cairan yang cukup dan obat penurun panas.
Jika anak anda dinyatakan tersangka demam
berdarah yang dipulangkan maka ;
1.

control setiap hari ke rumah sakit selam masih demam.

2.

berikan obat penurun panas bila diperlukan.

3.

berikan minum sedikitnya 4-6 gelas perhari, disamping air putih


dapat diberikan the manis, sirup, jus buah, oralit,dll.

4.

apabila sewaktu-waktu dijumpai tanda kegawatan ,yaitu ; anak


tampak lemas, badan dingin terutama tangan dan kaki, muntah terus
menerus, kejang, mimisan, perdarahan lain. Segera anak dibawa kembali
ke rumah sakit.
(c) Dr.SuriViana - www.infoibu.com

PENGOBATAN
Untuk mengatasi demam biasanya diberikan parasetamol. Salisilat tidak
digunakan karena akan memicu perdarahan dan asidosis. Parasetamol diberikan
selama demam masih mencapai 39 derajat C, paling banyak 6 dosis dalm 24 jam.
Kadang-kadang diperlukan obat penenang pada anak-anak yang sangat gelisah.

Kegelisahan ini biasa terjadi karena dehidrasi atau gangguan fungsi hati. Haus dan
dehidrasi merupakan akibat dari demam tinggi, tidak adanya nafsu makan dan
muntah. Untuk mengganti cairan yang hilang harus diberikan cairan yang cukup
melalui mulut atau melalui vena. Cairan yang diminum sebaiknya mengandung
elektrolit seperti oralit. Cairan lain yang biasa digunakan adalah jus buah-buahan.
http://uk.messenger.yahoo.com/download/index.html
Penderita HARUS SEGERA DIRAWAT bila ditemukan gejala-gejala seperti di
bawah ini :
a. Takikardia, denyut jantung meningkat.
b. Kulit pucat dan dingin
c. Denyut nadi melemah
d. Terjadi perubahan derajat kesadaran, penderita terlihat ngantuk atau tertidur
terus menerus.
e. Urine sangat sedikit
f. Peningkatan konsentrasi hematokrit secara tiba-tiba
g. Tekanan darah menurun hingga kurang dari 20 mmHg
Dengan tanda-tanda tersebut berarti penderita mengalami dehidrasi yang
signifikan, sehingga diperlukan pengganti cairan secara intravena (infus-red).
Oksigen juga diperlukan pada penderita yang mengalami syok. Transfusi darah
hanya diberikan pada penderita dengan tanda-tanda perdarahan yang signifikan.

J.

Perencanaan Pulang dan Perawatan di Rumah


1. Beritahu pada orang tua intruksi-intruksi pemberian obat
a) Waktu dan rute pemberian
b) Pemantauan adanya efek yang tidak diinginkan
2. Intruksikan pada orang tua untuk memantau memantau adanya tanda-tanda
dan gejala DHF dan melaporkannya dengan segera (misal, renjatan,
kesadaran menurun, kesukaran bernapas, penumpukan cairan pada perut,
ptekie, ekimosis, darah dalam uria atau feses dan nyeri yang dirasakan
anak)
3. Meminta orang tua memantau aktivitas anak

a) Anjurkan aktivitas yang tenang; anak tidak boleh mengikuti olah raga
kontak fisik sampai jumlah trombositnya normal.
b) Seimbangkan waktu istirahat dan aktivitas; tingkatkan aktivitas sesuai
toleransi.
c) Jelaskan mengenai proses tumbang anak dan intruksikan untuk
memfasilitasi anak sesuai dengan proses tumbang.
4. Intruksikan orang tua untuk menghindari kontak anak dengan orang yang
sedang infeksi.
5. Intruksikan orang tua untuk menghindari pemakaian obat-obatan yang
dijual bebas yang dapat mempengaruhi pembekuan darah (misal, aspirin,
antihistamin dan obat anti inflamasi non steroid).

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK
DENGAN DHF
A.

PENGKAJIAN
1.

Identitas pasien

Nama, umur (pada DHF paling sering menyerang anak-anak dengan usia
kurang dari 15 tahun), jenis kelamin, alamat, pendidikan, nama irang tua,
pendidikan orang tua dan pekerjaan orang tua.
2.

Keluhan utama

Alasan / keluhan yang menonjol pada pasien DHF untuk datang ke Rumah
Sakit adalah panas tinggi dan anak lemah.
3.

Riwayat penyakit sekarang

Didapatkan adanya keluhan panas mendadak yang disertai menggigil dan


saat demam kesadaran kompos mentis. Turunnya panas terjadi antara hari
ke-3 dan ke-7 dan anak semakin lemah. Kadang-kadang disertai dengan
keluhan batuk plek, nyeri telan, mual, muntah, anoreksia, diare/konstipasi,
sakit kepala, nyeri otot dan persendian, nyeri ulu hati dan pergerakan bola
mata terasa pegal, serta adanya manifestasi perdarahan pada kulit, gusi
(grade III,IV), melena atau hematemesis.
4.

Riwayat penyakit yang pernah diderita

Penyakit apa saja yang pernah diderita. pada DHF, anak bisa mnegalami
serangan ulangan DHF dengan tipe virus yang lain.
5.

Riwayat imunisasi

Apabila anak mempunyai kekebalan yang baik, maka kemungkinan akan


timbulnya komplikasi dapat dihindarkan.
6.

Riwayat gizi

Status gizi anak yang menderita DHF dapat bervariasi. Semua anak dengan
status gizi baik meupun buruk dapat beresiko, apabila terdapat faktor
predisposisinya. Anak yang menderita DHF sering mengalami keluhan
mual, muntah dan nafsu makan menurun. Apabila kondisi ini brelanjut dan
tidak disertai dengan pemenuhan nutrisi yang mencukupi, maka anak akan
dapat mnegalamipenurunan berat badan sehingga status gizinya menjadi
kurang.
7.

Kondisi lingkungan

Sering terjadi didaerah yang padat penduduknya dan lingkungan yang


kurang bersih (seperti air yang menggenang dan gantungan baju dikamar).
8.

Pola kebiasaan
1)

Nutrisi dan metabolisme : frekuensi, jenis, pantangan,


nafsu makan berkurang dan nafsu makan menurun

2)

Eliminasi alvi (buang air besar). Kadang-kadang anak


mengalami diare / konstipasi. Sementara DHF pada grade III-IV bisa
trejadi melena.

3)

Eliminasi urine (buang air kecil) perlu dikaji apakah


sering kencing, sidikit/banyak, sakit/tidak. Pada DHF grade IV
sering terjaid hematuria.

4)

Tidur dan istirahat. Anak sering mengalami kurang tidur


karena mengalami sakit/nyeri otot dan persendian sehingga kuantitas
dan kualitas tidur meupun istirahatnya kurang.

5)

Kebersihan. Upaya keluarga untuk menjaga kebersihan


diri lingkungan cenderung kurang terutama untuk memberishkan
tempat sarang nyamuk aedes aegeypi.

6)

Perilaku dan tanggapan bila ada keluarga yang sakit serta


upaya untuk menjaga kesehatan.

9.

Pemeriksaan fisik, meliputi inspeksi, palpasi, auskultasi dan


perkusi dari ujung rambut sampai ujung kaki. bedasarkan tingkatan
(grade) DHF, keadaan fisik anak adalah sebagai berikut :
1) Grade I : kesadaran kompos mentis, keadaan umum lemah, tandatanda vital dan nadi lemah.

2) Grade II : Kesadaran kompos mentis, keadaan umum lemhah, ada


perdarahan spontan petekia, perdarahan gusi dan telinga, serta nadi
lemah, kecil dan tidak teratur, serta tensi menurun.
3) Grade III : kesadaran apatis, somnolen, keadaan umum lemah, nadi
lemah, kecil dan tidak teratur, serta tensi menurun
4) Grade IV : kesadaran koma, tanda-tanda vital : nadi tidak teraba,
tensi tidak terukur, pernafasan tidak teratur, ekstremitas dingin,
berkeringat dan kulit tampak biru.
10.

Sistem integumen
1) Adanya petekia pada kulit, turgor kulit menurun, dan muncul
keringat dingin dan lembab.
2) kuku sianosis / tidak
3) Kepala dan leher.
Kepala terasa nyeri, muka tampak kemerahan karena demam (flusy),
mata anemis, hidung kadang mengalami perdarahan (epitaksis) pada
grade II,III,IV. Pada mulut didapatkan bahwa mukosa mulut kering,
terjadi perdarahan gusi dan nyeri telan. Sementara tenggorokan
mengalami hyperemia pharing dan terjadi perdarahan telinga (pada
grade II,III,IV).
4) Dada
Bentuk simetris dan kadang-kadang terasa sesak. Pada foto thorax
terdapat adanya cairan yang tertimbun pada paru sebelah kanan (efusi
pleura), rales +, ronchi + yang biasanya terdapat pada grade III dan IV.
5) Abdomen. mengalami nyeri tekan, pembesaran hati (hepatomegali)
dan asites
6) Ekstremitas. akral dingin, serta terjadi nyeri otot, sendi serta tulang.

11.

Pemeriksaan laboratorium
1) Hb dan PVC meningkat ( 20%)
2) Trambositopenia ( 100.000/ml)
3) Leukopenia (mungkin normal atau lekositosis)
4) Ig D dengue positif

5) Hasil pemeriksaan kimia darah menunjukkan : hipoproteinemia,


hipokloremia dan hiponatremia
6) Urium dan Ph darah mungkin meningkat
7) Asidosis metabolik : pCO2,35-40 mmHg dan HCO3 rendah
8) SGOT/SGPT mungkin meningkat
(Nursalam,2005)
B.

DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Diagnosis medis : dugaan (suspect) DHF
2. Masalah yang dapat ditemukan pada pasien DHF antara lain :
1) Resti gangguan keseimbangan cairan dan elektroilit
2) Nyeri
3) Ketidakseimbangan suhu tubuh (Hipertemi)
4) Resiko tinggi injuri
5) Gangguan pertukaran gas
6) Kurangnya pengetahuan keluarga tentang proses penyakit, diet dan
perawatan
7) Potensial untuk terjadinya tranfusi

C.

PERENCANAAN
Apabila terdapat tanda-tanda DHF, segere rujuk ke rumah sakit untuk

mendapatkan penanganan segera. Sementara untuk mengatasi permasalahannya,


perencaan yang diperlukan adalah :
1.

Peningkatan suhu tubuh


1) Kajilah saat timbulnya demam
2) Observasi tanda-tanda vital : suhu, nadi, tensi dan pernafasan setiap
3 jam atau lebih sering lagi
3) Berikan penjelasan mengenai penyebab demam atau peningkatan
suhu tubuh.
4) Berikan penjelasan kepada pasien / keluarga tentang hal-hal yang
dapat dilakukan untuk mengatasi demam dan menganjurkan kepada
pasien / keluarga untuk bersikap kooperatif
5) Jelaskan pentingnya tirah baring bagi pasien dan akibatnya jika hal
tersebut tidak dilakukan

6) Anjurkan pasien untuk banyak minum, paling tidak 2,5 liter tiap 24
jam dan jelaskan manfaat bagi pasien
7) Beri kompres dingin pada daerah axilla dan lipatan dada
8) Anjurkan agar pasien tidak memakai selimut dari pakaian yang tebal
9) Catatlah asupan dan keluaran cairan
10) Berikan terpai cairan IV dan obat-obatan sesuai dengan program
dokter
2.

Gangguan rasa nyaman nyeri :


1) Kajilah tingkat nyeri yang dialami pasien dengan menggunakan
skala nyeri (0-10). Biarkan pasien memutuskan tingkat nyeri yang
dialami, tipe nyeri yang dialami dan respon pasien terhadap nyeri
2) Berikan posisi yang nyaman dan usahakan situasi yang tenang
3) Berikan suasana yang gembira pada pasien, alihkan perhatian pasien
dari rasa nyeri (libatkan keluarga) misalnya : membaca buku,
mendengar musik dan menonton TV
4) Berikan kesempatan pada pasien untuk berkomunikasi dengan
teman-temannya atau orang dekat
5) Berikan obat-obatan analgetik (kolaborasi dengan dokter)

3.

Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi (kurang dari kebutuhan):


1) Kajilah keluhan mual, sakit menelan, dan muntah yang dialami oleh
pasien
2) Berikan makanan yang mudah ditelan, seperti bubur dan tim serta
hidangkan selagi masih hangat
3) Berikan makanan dalam porsi kecil dan frekuensi sering
4) Jelaskan manfaat makanan / nutrisi bagi pasien terutama saat sakit
5) Catatlah jumlah / porsi makanan yang dihabiskan oleh pasien setiap
hari

4.

Gangguan keseimbangan cairan dana elektrolit :


1) Monitor tanda penurunan trombosit yang disertai dengan tanda klinis
2) Monitor jumlah trombosit setiap hari
3) Berikan penjelasan mengenai pengaruh trombositopenia pada pasien
4) Anjurkan pasien untuk banyak istirahat

5.

Kurangnya pengatahuan keluarga tentang proses penyakit, diet dan


perawatan:
1) Berikan kesempatan pada pasien / keluarga untuk menanyakan halhak yang ingin diketahui sehubungan dengan penyakitnya
2) Jelaskan semua prosedur yang akan dilakukan dan manfaatnya bagi
pasien dan keluarga
3) Jelaskan tentang proses penyakit, diet, perawatan dan obat-obatan
pada pasien dengan bahasa dan kata-kata yang mudah dimengerti

6.

Potensial untuk terjadinya reaksi tranfusi


1) Pesan darah / komponen darah sesuai dengan instruksi medis
2) Cek ulang formulir permintaan darah sebelum dikirim
3) Sebelum pemberian tranfusi yakinkan bahwa pada daerah tusukan
infus tidak tampak tanda-tanda plebitis dan lairan infus lancar
4) Gunakan blood set untuk pemberian tranfusi
5) Berikan cairan normal saline (NaCl) sebelum pemberian tranfusi
6) Jangan tunda pemberian tranfusi lebih dari 30 menit setelah darah
diterima dari bank darah
7) Cek ulang / yakinkan bahwa darah ayng akan diberikan sesuai
dengan kebutuhan pasien (perhatikan jenis darah, golongan darah,
jumlah darah dan masa kedaluarsa). perhatikan dan cocokan kode
yang tertulis pada kantung darah dengan label darah yang ada
8) Minta perawat lain untuk bersama-sama mengecek seorang diri
9) Jelaskan tentang tanda-tanda atau reaksi yang mungkin terjadi
selama pemberian tranfusi
10) Anjurkan pasien / keluarga melaporkan jika ada tanda-tanda atau
reaksi tranfusi.
(Nursalam,2005)

DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Sudart.2002. Keperawatan Medikal Bedah I. Jakarta : EGC Behrman,
Kliegm, Arvin.2000. Ilmu Kesehatan Anak Nelson .Jakarta : EGC
FKUI.1985. Ilmu Kesehatan Anak Ed III. Jakarta : EGC:
Nursalam. Dr.dkk.2005. Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak. Jakarta :Salemba
Medika
Price, Sylvia. Patofisologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Jakarta : EGC :
1994
Copyright 2002 Harian KOMPAS
Editor: Tri Djoko Wahono. 2005
(www.medicastore.co.id.2006)
(c) Dr.SuriViana - www.infoibu.com
http://www.rw14.web.id atau http://www.rw14.org
Harry Wahyudhy Utama, S.KedPencapaian Program Pemberantasan
Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) di Puskesmas Sukarami
Palembang tahun 2004, 2005, 2006
http://uk.messenger.yahoo.com/download/index.html
Sudin yankes.2004
Wikipedia Indonesia, ensiklopedia bebas berbahasa Indonesia

Anda mungkin juga menyukai