Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

ANATOMI DAN FISIOLOGI SEL DARAH PUTIH (LEUKOSIT)

Dosen Pengampuh : Ns. Nelfa Takahepis, S.Kep., M.Kep

Disusun Oleh :

Kelompok 2

Sindi Mandang (2101052)

Ivana Sihure (2101074)

Meyssi Ocha Putri Mokoagow (2101064)

Rosida Jailolo (2101062)

Agustina Viane Lape (2101059)

Mohamad Novaldi Napu (2101053)

Silvia Gabriela Elisabet Loho (2101054)

Nizila Musa (2101063)

Program Studi Ners

Universitas Muhammadiyah Manado

2022

1
Kata Pengantar

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Alla SWT berkat rahmat-Nya kami dapat

menyelesaikan tugas makalah kami dengan judul “ANATOMI DAN FISIOLOGI

LEUKOSIT”. Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini memang masih banyak

kekurangan dan masih jauh dari kata kesempurnaan baik dari segi Bahasa, penulisan, dan

pengolahan. Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik, saran dan masukan yang sifatnya

membangun. Atas saran dan kritikan dari para pembaca kami mengucapkan terima kasih.

2
DAFTAR ISI

JUDUL MAKALAH.......................................................................................1

KATA PENGANTAR....................................................................................2

DAFTAR ISI...................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang.......................................................................................4

B. Rumusan masalah.................................................................................5

C. Tujuan penulisan...................................................................................6

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Leukosit..............................................................................7

B. Anatomi Leukosit.................................................................................8

C. Pembentukan Leukosit..........................................................................9

D. Fisiologi Leukosit.................................................................................9

E. Kadar Normal Leukosit........................................................................15

F. Faktor Leukosit Abnormal....................................................................16

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan...........................................................................................18

B. Saran.....................................................................................................18

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................19

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Leukosit yang diproduksi oleh jaringan hemopoetik terdiri dari

polimorfonuklear (neutrophil) dan jaringan limfatik mononuclear yang memiliki

peran masing-masing dalam system pertahanan tubuh terhadap infeksi. Leukositosis

adalah meningkatnya jumlah leukosit dalam darah dari nilai normal (<10.000/mm)

(Husson et al., 2016). Peningkatan jumlah sel darah putih ini menandakan ada proses

infeksi di dalam tubuh. Pada proses infeksi bakteri Staphylococus aureus akan terjadi

leukositosis. Bakteri Staphylococus aureus dapat menginfeksi melalui kulit, jaringan

lunak, saluran pernafasan, tulang, persendian dan endovascular. Infeksi yang

disebabkan oleh S.aureus di mediasi oleh factor virulensi dan respon imun sel inang.

Bakteri menempel ke jaringan sel inang kemudian berkoloni dan menginfeksi

lalu bakteri akan bertahan, tumbuh dan mengembangkan infeksi berdasarkan

kemampuan bakteri untuk melawan pertumbuhan sel inang. Respon sel inang

diperantaian oleh leukosit yang diperoleh dari ekspresi molekul adhesi pada sel

endotel. Kemampuan dinding sel S.aureus yaitu peptidoglikan dan asam terikoat,

memacu pelepasan sitokin. Staphylococus aureus juga menghasilkan factor

penghambat reactive oxygen species (ROS)-mediated killing oleh neutrofil, seperti

pigmen karotenoid dari S.aureus dan enzim superoksida dismutase. Leukosit dan

faktor sel inang lainnya dapat dirusak lokal oleh toksin yang dihasilkan oleh bakteri

tersebut. Selain itu adanya protein adheren ekstraseluler mengakibatkan respon anti

inflamasi. Protein juga menghambat sekresi leukosit sel inang dengan cara

4
berinteraksi langsung dengan protein adhesif sel inang dan fibrinogen. Apabila tubuh

tidak mampu melawan infeksi pada kerusakan kulit atau luka pada organ tubuh

karena bakteri akan mengalahkan mekanisme pertahanan tubuh. Saat bakteri masuk

ke peredaran darah bakteri dapat menyebar ke organ lain. Resnpon inflamasi yaitu

dengan menarik protein plasma dan fagosit ke sel target agar dapat melisiskan atau

mengaktifkan agen yang masuk, membersihkan debris dan mempersiapkan jaringan

untuk proses penyembuhan. Respon anti inflamasi maliputi kerusakan mikovaskular,

meningkatnya permeabilitas kapiler dan migrasi leukosit ke jaringan radang.

Berdasarkan bulletin yang diterbitkan oleh WHO, setiap tahunnya terjadi

750.000 kasus infeksi baik bakteri maupun virus di Amerika Serikat. Hal seperti ini

juga terjadi di negara berkembang seperti negara-negara ASEAN. Kondisi seperti

standar hidup dan higenis yang rendah, malnutrisi, infeksi kuman akan meningkatkan

angka kejadian sepsis. WHO juga menerbitkan laporan mengenai beban penyakit

tersering dari kematian pada negara beroendapatan rendah. Kemenkes menyatakan

penyakit infeksi utama yang ada di Indonesia meliputi ISPA, pneumonia,

tuberkolosis, hepatitis, diare, malaria. Infeksi saluran pernafasan dan tuberkolosis

termasuk 5 besar penyebab kematian di Indonesia. (Depkes RI, 2013).

B. Rumusan Masalah

1. Apa itu Leukosit ?

2. Bagaimana Anatomi Leukosit ?

3. Bagaimana Pembentukan Leukosit ?

4. Bagaimana Fisiologi Leukosit ?

5. Bagaimana Kadar Normal Leukosit ?

6. Apa Faktor Leukosit Abnormal ?

5
C. Tujuan Penulisan

1. Untuk Mengetahui Pengertian Leukosit

2. Untuk Mengetahui Bagaimana Anatomi Leukosit

3. Untuk Mengetahui Pembentukan Leukosit

4. Untuk Mengetahui Fisiologi Leukosit

5. Untuk Mengetahuui Kadar Normal Leukosit

6. Untuk Mengetahui Apa Faktor Leukosit Abnormal

6
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Leukosit

Sel darah putih, leukosit (white blood cell, WBC) adalah sel yang membentuk

komponen darah. sel darah putih ini berfungsi untuk membantu tubuh melawan

berbagai peenyakit infeksi sebagai bagian dari sistem kekebalan tubuh. Sel darah

putih tidak berwarna, memiliki inti, dapat bergerak secara ameboid, dan dapat

menembus dinding kapiler/diapedesis. Dalam keadaan normalnya terkandung 4x109

hingga 11x109 sel darah putih di dalam satu liter darah manusia dewasa yang sehat

sekitar 7.000-25.000 sel per tetes. Dalam setiap milimeter kubik darah terdapat 6.000

sampai 10.000 (rata-rata 8.000) sel darah putih. Dalam kasus leukimia, jumlahnya

dapat meningkat hingga 50.000 sel per tetes.

Dalam tubuh, leukosit tidak berhubungan secara ketat dengan organ satu jaringan

tertentu, mereka bekerja secara independent seperti organisme sel tunggal. Leukosit

mampu bergerak secara bebas dan berinteraksi dan menangkap serpihan seluler,

partikel asing, atau mikroorganisme penyusup. Selain itu, leukosit tidak bisa

membelah diri atau bereproduksi dengan cara mereka sendiri, melainkan mereka

adalah produk dari sel punca hematopoletic pluripotent yang ada pada sumsum tulang.

7
B. Anatomi Leukosit

8
C. Pembentukan Leukosit

Untuk terbentuknya leukosit terdapat dua proses pembentukan leukosit, yaitu :

1. Granulopoesis

Perkembangan granulopoesis dimulai dengan keturunan pertama dari

hemositoblas yang dinamakan myeloblast, selanjutnya berdeferensiasi secara

berturut-turut melalui tahap promyelosit, myelosit, metanyelosit batang dan

segmen.

2. Limfopoesis

Limfosit juga berasal dari sel induk yang berpotensi seperti sel induk limfosit

yang selanjutnya dengan unsur-unsur epitel jaringan limfoid akan berdeferensi

menjadi limfosit.

D. Fisiologis Leukosit

Leukosit memiliki beberapa macam jenis sel yang di definisikan secara mikroskopik

berdasarkan terdapatnya butiran atau granula dalam sitoplasmanya, lekosit terbagi

menjadi dua, yaitu :

a. Granulosit

Granulosit yaitu lekosit yang di tandai dengan kehadiran butiran dalam sitoplasma

bila dilihat dengan mikroskop cahaya. Ada tiga jenis granulosit, yaitu eosinophil,

basophil, dan netrofil yang dinamai sesuai dengan sifat pewarnaan.

9
1. Eosinofil

Eosinofil adalah sel darah putih dari kategori granulosit yang berperan dalam

sistem kekebalan dengan melawan parasite multiseluler dan beberapa infeksi

pada mahkluk vertebrata. Bersama-sama dengan sel bidang, eosinofil juga ikut

mengendalikan makanisme-mekanisme alergi. Eosinofil terbentuk pada proses

haematopoiesis yang terjadi pada sumsum tulang sebelum bermigrasi ke

dalam sirkulasi darah. Eosinofil mengandung sejumlah zat kimiawi antara lain

histamin, eosinofil peroksidase, ribonuclease, deoksiribonuklease, lipase,

plasminogen, dan beberapa asam amino yang dirilis melalui proses

degranulasi setelah eosinofil teraktivasi. Zat-zat ini bersifat toksin terhadap

parasite dan jaringan tubuh. Eosinofil merupakan sel substrat peradangan

dalam reaksi alergi. Aktivasi dan pelepasan racun oleh eosinofil diatur dengan

ketat untuk mencegah penghancuran jaringan yang tidak diperlukan. Individu

normal mempunyai rasio eosinofil sekitar 1% hingga 6% terhadap sel darah

putih dengan ukuran sekitar 12-17 mikrometer. Eosinofil dapat ditemukan

pada medulla oblongata dan sambungan antara konteks otak besar dan timus,

dan didalam saluran pencernaan, ovarium, uterus, limpa, dan lympnodes.

Tetapi tidak dijumpai di paru, kulit, esofagus, dan organ dalam lainnya, pada

10
kondisi normal, keberadaan eosinofil pada area ini sering merupakan pertanda

adanya msatu penyakit. Eosinofil dapat bertahan dalam sirkulasi darah selama

8-12 jam, dan bertahan lebih lama sekitar 8-12 hari di dalam jaringan apabila

tidak terdapat stimulus.

2. Basofil

Basofil adalah granulosit dengan populasi paling minim, yaitu sekitar 0,01%-

0,3% dari sirkulasi sel darah putih. Basophil mengandung banyak granula

sitoplasmik dengan dua lobus. Seperti granulosit lain, basofil dapat tertarik

keluar menuju jaringan tubuh dalam kondisi tertentu. Saat teraktivasi basofil

mengeluarkan antara lain histaminm heparin, kondroitin, elastase, dan

lisofosfolipase, leukotriene dan beberapa macam sitokina. Basofil memainkan

peran dalam reaksi alergi seperti asam.

11
3. Neutrofil

Neutrofil adalah bagian sel darah putih dari kelompok granulosit. Bersama

dengan dua sel granulosit lain, eosinofil dan basofil yang mempunyai granula

pada sitoplasma, disebut juga polymorphonuclear karena bentuk inti sel

mereka yang aneh. Granula neutrofil berwarna merah kebiruan dengan 3 inti

sel. Neutrofil berhubungan dengan pertahanan tubuh terhadap infeksi bakteri

dan proses peradangan kecil lainnya, serta menjadi sel yang pertama hadir

Ketika terjadi infeksi disuatu tempat. Dengan sifat fagostik yang mirip dengan

makrofag, neutrofil menyerang pathogen dengan serangan respiratori

menggunakan berbagai macam substansi beracun yang mengandung bahan

mengoksidasi kuat, termasuk hidrogen periksida, oksigen radikal bebas, dan

hipoklorit.

Rasio sel darah putih dari neutrofil umumnya mencapai 50%-60%. Sumsum

tulang normal orang dewasa memproduksi setidaknya 100 miliar neutrofil

sehari, dan meningkat menjadi sepuluh kali lipatnya juga terjadi inflamasi

akut. Setelah lepas dari sumsum tulang, neutroful akan mengalami 6 tahap

morfologis : mielocit, metamielocit, neutrofil non-segmen (band), neutrofil

segmen. Neutrofil segmen merupakan sel aktif dengan kapasitas penuh, yang

12
mengandung granula sitoplasmik (primer atau azurofil, sekunder, atau

spesifik) dan inti sel berongga yang kaya kromatin. Sel neutrofil yang rusak

terlihat sebagai nanah.

b. Agranulosit

Agranulosit ditandai dengan ketiadaan jelas butiran dalam sitoplasmanya.

Agranulosit terbagi atas dua, yaitu limfosit dan monosit.

1. Limfosit

Limfosit adalah sejenis sel darah putih pada sistem kekebalan mahkluk

vertebrata ada dua kategori besar limfosit, limfosit berbutiran besar (large

granula lymphocytes) dan limfosit kecil. Limfosit memiliki peranan penting

dan terpadu dalam sistem pertahanan tuubuh.

13
Limfosit dibuat di sumsum tulang hati (pada fetus) dengan bentuk awal yang

sama tepi kemudian berdiferensiasi. Limfosit dapa menghasilkan atibodi pada

anak-anak dan akan meningkat seiring dengan bertambahnya usia.

2. Monosit

Monosit (monocyte, mononuclear) adalah kelompok darah putih yang menjadi

bagian dari sistem kekebalan. Monosit dapat dikenali dari warna inti selnya.

Pada saat terjadi peradangan, monosit bermigrasi menuju lokasi infeksi,

mengganti sel makrofag dan DC yang rusak atau bermigrasi, dengan

membelah diri atau berubah menjadi salah satu sel tersebut. Monosit

diproduksi di dalam sumsum tulang dari sel punca haematopoetik yang disebut

monoblas. Setengah jumlah diproduksi tersimpan di dalam limpa pada bagian

pulpa. Monosit tersirkulasi dalam peredaran darah dengan rasio plasma 3%-

5% selama satu hingga tinga hari, kemudian bermigrasi ke seluruh jaringan

tubuh. Sesampai di jaringan , monosit akan menjadi matang dan terdiferensiasi

menjadi beberapa jenis makrofag, sel dendritik dan osteoklas.

14
Umunya terdapat pengelompokkan makrofag berdasarkan aktivasi monosit,

uaitu makrofag hasil aktivasi hormone M-CSF dan hormone GM-CSF.

Makrofag M-CSF mempunyai sitoplasma yang lebih besar, kapasitas

fagositosis yang lebih tinggi dan lebih tahan terhadap infeksi virus stomatitis

vesicular. Kebalikannya, makrofag GM-CSF lebih bersifat sitotosik terhadap

sel yang tahan terhadap sitojina jenis TNF, mempunyai ekspresi MHC kelas II

lebih banyak, dan sekresi PGE yang lebih banyak dan teratur. Setelah itu,

turunan jenis makrofag akan ditentukan lebih lanjut oleh stimulant lain seperti

jenis hormone dari kelas interferon dan kelas TNF. Stimulasi hormone sitokin

jenis GM-CSF dan IL-4 akan mengaktivasi monosit dan makrofag untuk

menjadi sel dendritik.

E. Kadar Normal Leukosit

Leukosit dalam darah jumlahnya lebih sedikit dari pada eritrosit dengan rasio 1 : 700.

Dalam keadaan normalnya terkandung 4x109 hingga 11x109 sel darah putih didalam

seliter darah manusia dewasa yang sehat-sekitar 7.000-25.000 sel per tetes. Dalam

setiap milimeter kubik darah terdapat 6.000-10.000 (rata-rata 8.000) sel darah putih.

Dalam kasus leukimia, jumlahnya dapat meningkat hingga 50.000 sel per tetes. Juka

jumlahnya lebih dari 11.000 sel/mm3 maka keadaan ini disebut lekositosis dan bila

jumlah kurang dari 4.000 sel/mm3 maka disebut leukopenia.

Nilai normal leukosit yaitu :

 Dewasa : 4.000-11.000/ul

 Neonates (Bayi baru lahir) : 10.000-26.000/ul

 Anak umu 1 tahun : 6.000-18.000/ul

 Anak umur 4-7 tahun : 5.000-15.000/ul

15
 Anak umur 8-12 tahun : 4.500-13.500/ul

F. Faktor Leukosit Abnormal

Presentasi dari sel-sel lekosit dapat memberikan informasi mengenai berbagai

keadaan penyakit. Jumlah absolut dari berbagai jenis sel-sel lekosit dapat memberi

petunjuk apakah terdapat penyakit sumsum tulang primer, atau apakah kelainan

merupakan suatu reaksi terhadap proses penyakit sekunder.

Peningkatan jumlah lekosit di atas normal disebut lekositosis, sedangkan penurunan

jumlah lekosit dibawah normal di sebut leukopenia. Variasi jumlah lekosit di

pengaruhi oleh :

1. Jumlah yang masuk peredaran darah dan yang keluar dari peredaran darah, di

pengaruhi oleh bakteri, endotoksin, besar pori dinding sinusoid, tingkat maturasi

sel

2. Distribusinya

3. Kombinasi antara jumlah dan distribusi

Indikasi dilakukannya pemeriksaan hitung lekosit adalah tes rutin sebagai bagian dari

tes darah lengkap (full blood count), untuk menentukan lekositosis atau leukopenia,

dan pemantauan penyakit atau pengobatan.

Kadar sel darah putih atau leukosit yang terlalu tinggi atau leukositosis, bisa

mengindentifikasikan :

16
1. Naiknya produksi leukosit guna melawan infeksi

2. Reaksi obat-obatan

3. Penyakit pada sumsum tulang, sehingga produksi leukosit menjadi abnormal

4. Gangguan sistem imun

Sementara kadar sel dararh putih bisa juga dibawah normal (kurang dari 3.500 sel per

mikroliter darah) karena :

1. Infeksi virus

2. Kelainan kongenital yang terkait dengan fungsi sumsum tulang

3. Kanker

4. Gangguan autoimun

5. Obat-obatan yang merusak sel darah putih

Kenaikan jumlah leukosit (leukositosis) dapat dijumpai misalnya pada infeksi,

inflamasi, anemia, leukimia, reaksi leukemoid, nekrosis jaringan (infrak miokardial,

sirosis hati, luka bakar, kanker organ, emfisema, ulkus peptikum), penyakit kolagen,

penyakit parasitik, stress (pembedahan, demam, kekacauan emosional yang

berlangsung lama), keadaan fisiologik (misalnya Latihan jasmani berat, akhir

kehamilan, waktu partus, neonates), dan lain-lain. Pengaruh obat obat misalnya

aspirin, heparin, digitalis, epinefrin, litiim, histamin, antibiotic (ampicillin,

eritromisin, kanamisin, metisilin, tetrasiklin, vankomisin, streptomisin), senyawa

emas, prokainamid (pronestly), triameteren (dyrenium), alopurinol, kalium iodida,

derivate hidanation, sulfonamida (aksi lama).

Peneurunan jumlah leukosit (leukopenia) dapat dijumpai misalnya pada penyakit

hematopoietic (anemia aplastic, anemia pernisiosa, hiperplenisme, penyakit graucher),

infeksi virus, malaria, agranulositosis, alkoholisme, systemic lupus erythematosus

17
(SLE), demam tifoid, iradiasi, malnutrisi. Pengaruh obat : penisilin, sefalotin,

kloranfenikol, asetaminofen (Tylenol), sulfonamida, propilitiourasil, babriturat, obat

anti kanker, diazepam (Valium), diuretic (furosemide (laxis), asam etakrinat (edecrin),

klordiazepoksid (Librium), agen hipoglikrmik oral, indometasin (Indocin), metildopa

(aldomet), rifampin, fenotiazin.

18
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Leukosit ( White Blood Cell) adalah sel yang membentuk komponen darah. Sel darah

putih berfungsi untuk membantu tubuh melawan berbagai penyakit infeksi sebagai

bagian dari sistem kekebalan tubuh. Nilai normal leukosit berbeda-beda pada masing-

masing umur manusia. Untuk terbentuknya Leukosit terdapat proses terjadinya

pembentukan Leukosit tersebut, terdapat dua proses pembentukan leukosit, yaitu

Granulopoeisis, Limfopoesis.

Berdasarkan terdapatnya butiran atau granula dalam sitoplasmanya, leukosit terbagi

menjadi dua, yaitu : Granulosit (Eosinofil, Basofil, Neutrofil) dan Agranulosit

(Limfosit dan Monosit)

Kadar sel darah putih atau leukosit dapat dipicu karena naiknya produksi leukosit

guna melawan infeksi, reaksi obat-obatan, penyankit pada sumsum tulang, sehingga

produksi

leukosit menjadi abnormal, gangguan sistem imun, infeksi virus, kelainan kongenital

yang terkait dengan fungsi sumsum tulang, kanker, gangguan autoimun, dan obat-

obatan yang merusak sel darah putih.

B. Saran

Semoga dengan adanya makalah ini para pembaca dapat mengetahui dan memahami

anatomi dan fosiologi Leukosit. Kami juga menyadari bahwa dalam penyusunan

19
makalah ini masih ada banyak kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Untuk itu

kami sangat berharap kritik dan saran dari para pembaca untuk memperbaiki kembali

makalah ini.

DAFTAR PUSTAKA

Sutedjo, AY. 2008. Mengenal Penyakit Melalui Hasil Pemeriksaan Laboratorium.

Yogyakarta: Amara Books.

Riswanto. 2013. Pemeriksaan Laboratorium Hematologi. Yogyakarta: Alfamedia dan Kanal

Media.

World Health Organization. 2003. Pedoman Teknik Dasar Untuk Laboratorium Kesehatan.

Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Tjokronegoro, Arjatmo & Utama, Hendra. 1992. Pemeriksaan Laboratorium Hematologi

Sederhana. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.

Price, Sylvia A & Wilson, Lorraine M. 1992. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses

Penyakit. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

https://www.academia.edu/36424599/makalah-leukosit-docx

https://id.m.wikipedia.org

20

Anda mungkin juga menyukai