PATOLOGI KLINIK
DIFFERENTIAL LEUKOSIT DAN ULAS DARAH
(Suwandi, 2018)
Pemeriksaan apus darah digunakan sebagai pemeriksaan
hematologi untuk mengindentifikasi dan mengevaluasi morfologi serta
komponen sel dan menunjang diagnosis penyakit secara hematologis,
non-hematologis, memantau efek terapi dan mengetahui efek samping
dari suatu pengobatan, Pemeriksaan ini dilakukan dengan membuat
apusan darah dengan meneteskan di salah satu objek glass dan dibentuk
apusan dengan deck glass. Kemudian dilakukan pewarnaan giemsa
ataupun pewarnaan lainnya untuk di identifikasi di mikroskop. Pada
mikroskop sediaan apusan darah terlihat tiga zona berdasarkan
ketebalan granual. Pada bagian kepala merupakan zona paling tebal dan
akan semakin menipis kearah ekor dengan panjang satu per dua sampai
dua per tiga panjang objek glass. Bagian badan memiliki ketebalan
medium dan bagian ekor membentuk seperti sobekan bendera dengan
bagian cukup tipis dan cukup untuk mengidentifikasi sel darah tanpa
bertumpuk menyusun distribusi rouleaux (Suwandi, 2018).
BAB II
METODOLOGI
2.1. Alat dan bahan
2.1.1 Hematologi Leukosit
Sampel darah (Anjing)
Reagen Turk (mamalia), Reagen Modified Rees Ecker (non-
mamalia)
Kamar hitung (counting chamber)
Mikroskop
Haemocytometer
Pipet leukosit ‘1 1’
Objek glass
Cover glass
2.1.2 Pembuatan Ulas Darah
Sampel darah (Anjing)
Objek glass (2)
Spuit
Hasil
2.3.2. Pembuatan Ulas Darah
Sampel darah
Diambil darah dengan spuit
Diteteskan darah pada objek glass paling ujung (1 tetes saja)
Ditempatkan objek lain tepat pada bagaian permukaan darah yang
telah diteteskan pada objek glass
Diposisikan objek glass membentuk sudut 30°-45°
Diapuskan atau didorong dengan sudut tersebut hingga apusan
darah tipis
Dikeringkan dengan cara dibiarkan atau diayunkan (bukan ditiup
atau dipanaskan)
Hasil
Pewarnaan Diff-quick
Prepatar apusan darah
Dikeringkan dengan cara diayunkan (bukan ditiup atau dipanaskan)
Difiksasi dengan larutan methanol selama kurang lebih 5 detik,
Dilanjutkan dengan difiksasi larutan eosin selama kulang lebih 5
detik
Difiksasi lagi dengan methylen blue selama 5 detik
Dicuci dengan aliran air pelan
Dikeringkan dengan dibiarkan diudara terbuka
Diamati dibawah mikroskop dengan perbesaran 400x-1000x
Hasil
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1. Hasil
Sinyalemen : Anjing bernama Miko, berusia 3 thn.
Anamnesa : 3 hari terakhir mengalami vomit, anoreksia dan lethargi
Nilai Relatif :
Limfosit : 21 x 2 x 100% = 42%
Basofil : 0 x 2 x 100% = 0%
Neutrofil : 21 x 2 x 100% = 42%
Eosinofil : 4 x 2 x 100% =8%
Monosit : 4 x 2 x 100% = 8%
Nilai Absolut :
Limfosit : 42% x 29.600 = 12.432 sel/µL
Basofil : 0% x 29.600 = 0 sel/µL
Neutrofil : 42% x 29.600 = 12.432 sel/µL
Eosinofil : 8% x 29.600 = 2.368 sel/µL
Monosit : 8% x 29.600 = 2.368 sel/µL
3.2. Pembahasan
Berdasarkan hasil yang didapatkan anjing Miko mengalami
peningkatan leukosit (leukositosis). Khusunya pada limfosit, neutrofil, dan
eosinofil. Menurut literature kenaikan dari neutrofil merupakan respon
tubuh dalam mempertahankan diri dari efek mikroba terutama pada
bakteri. Peningkatan jumlah neutrofil atau kondisi ini bisa disebut dengan
neutrofilia merupakan konsekuensi dari kebutuhan sel neutrofil dalam
jaringan tubuh. Hal ini disebabkan oleh kortikoseroid (karena stress),
stress yang dimaksudkan muncul dari adanya rasa nyeri, anesthesia,
operasi trauma, dan neoplasia. Apabila kita lihat dari anamnesa yang
didapatkan anjing mengalami vomit, anoreksia, dan lethargi.
Kemungkinan kenaikan neutrofil ini disebabkan oleh rasa nyeri dari gejala
tersebut (Bijanti, 2010).
Lalu eosinofil berperan khusus pada respon alergi, pertahanan
terhadap parasit dan pembuangan fibrin yang terbentuk selama inflamasi,
sel ini memiliki peranan dalam hipersalivasitas, misalnya kasus alergi dan
reaksi anafilaksis (Bijanti, 2010).
Berdasarkan dugaan-dugaan ini dapat dilakukan pemeriksaan
terkait parasit pada anjing, namun jika tidak ditemukannya parasit maka
diagnos penyakit mengarah kepada alergi pada anjing.
Limfositosisi atau peningkatan limfosit menurut Bijanti, (2010)
disebutkan bahwa hal ini apabila terjadi pada anjing dapat dikarenakan
exitasis dan takut. Namun limfosit sendiri sering juga terjadi pada penyakit
kronis dan limfositik leukemia.
BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Leukosit merupakan sel darah putih yang berfungsi sebagai system
pertahanan tubuh. Leukosit dibagi menjadi granulosit yang terdiri dari
eosinophil, basophil dan neutrofil serta agranulosit yang terdiri dari
monosit dan limfosit. Dalam mengetahui fungsi leukosit dalam tuubuh
digunakan alat hemositometer dan pemeriksaan ulas daraf untuk
melakukan perhitungan differensial leukosit. Apabila kadar leukosit dalam
darah naik maka disebut leukositosis, sedangkan apabila terjadi penurunan
leukosit disebut leucopenia. Namun dalam kenaikan ataupun penurunana
leukosit dibedakan lagi tergantung dari jenis leukosit mana yang
mengalami kenaikan atau penurunan dan hal tersebut dapat menandakan
suatu gejla atau tanda dari suatu penyakit.
4.2. Saran
Puji syukur Alhamdulillah praktikum patologi klinik telah berjalan
dengan baik, video yang diberikan mudah dipahami oleh para praktikan.
Semoga untuk praktikum selanjutnya bisa menjadi lebih baik untuk
memberikan materi melalui video dengan jelas dan mudah dipahami.
DAFTAS PUSTAKA
Bijanti, R., Yuliani, M.G.A., Wahjuni, R.S., dan Utomo, R.B. 2010. Buku Ajar
Patologi Klinik Veteriner. Surabaya : Airlangga University Press.
Darmayani, S., FOnnie, E.H & Devi, E.A. 2016. Perbedaan Hasil Pemeriksaan
Jumlah Leukosit Antara Metode Manual Improved Neubauer Dengan
Metode Automatic Hematology Analyzer. Jurnal Kesehatan Manarang
Vol.2, No.2.
Imanuddin, K.A. 2015. Hubungan Jumlah Neutrofil Absolut Dengan Komplikasi
Perforasi Pda Apendisitis Akut Di Rumah Sakit Umum Daerah Palembang
Bari Periode 1 Mei 2010-30 April 2014. [Skripsi]. Palembang : Universitas
Muhammadiyah Palembang.
Stevens, A., James, S.L., and Ian S. 2011. Veterinary Hematology : A Diagnostic
Guide and Collor Atlas. England : Sounders.
Suwandi, R.D. 2018. Pengaruh Penundaan Darah Tabung Vacutainer K3edta
Pada Suhu 25oC Terhadap Morfologi Eritrosit. [Tesis], Semarang:
Universitas Muhamadiyah Semarang.
Thrall, M.A., Weiser, G., Allison, R.W., and Campbell, T.W. 2012. Veterinary
Hematology and Clinical Chemistry. UK : Wiley-Blackwell
LAMPIRAN
Scan TM
SS Diskusi
Scan ACC
SS Literatur