HEMATOLOGI III
KELOMPOK: VI (ENAM)
KELAS : ANAKES B
PENDAHULUAN
A. DASAR TEORI
1.1 LEUKOSIT
Leukosit adalah sel darah putih yang diproduksi oleh jaringan
hemopoetik yang berfungsi untuk membantu tubuh melawan berbagai
penyakit infeksi sebagai bagian dari sistem kekebalan tubuh. Leukosit
adalah sel heterogen yang memiliki fungsi yang sangat beragam.
Walaupun demikian sel sel ini berasal dari suatu sel bakal (stem cell)
yang berdifferensiasi (mengalami pematangan) sehingga fungsi-fungsi
tersebut dapat berjalan. Maturasi / hematopoesis dari sel leukosit adalah
sebagai berikut :
Stem cell (myeloid) → myeloblast → promyelocyte →
metamyelocyte → band granulocyte → segmented granulocyte
(neutrofil, eosinofil, basofil).
Nilai normal :
Bayi baru lahir 9000 -30.000 /mm3
Bayi/anak 9000 - 12.000/mm3
Dewasa 4000-10.000/mm3
Berdasarkan granulasi sitoplasmanya, leukosit dibedakan menjadi
granuler meliputi Basofil, Eosinofil, dan Neutrofil serta agranuler
meliputi Limfosit dan Monosit. Peningkatan jumlah leukosit (disebut
Leukositosis) menunjukkan adanya proses infeksi atau radang akut,
misalnya pneumonia (radang paru-paru), meningitis (radang selaput
otak), apendiksitis (radang usus buntu), tuberculosis, tonsilitis, dan lain-
Iain. Selain itu juga dapat disebabkan oleh obat-obatan misalnya
aspirin, antibiotika terutama ampicilin, eritromycin, kanamycin,
streptomycin, dan Iain-Iain. Penurunan jumlah Leukosit (disebut
Leukopeni) dapat terjadi pada infeksi tertentu terutama virus, malaria,
alkoholik, dan Iain-Iain. Selain itu juga dapat disebabkan obat-obatan,
terutama asetaminofen (parasetamol), kemoterapi kanker, antidiabetika
oral, dan antibiotika (penicillin, cephalosporin).
Fungsi umum leukosit sebagai berikut:
1. Defensif yaitu mempertahankan tubuh dari benda benda asing yng
dilakukan oleh neutofil dan monosit.
2. Reparatif yaitu memperbaiki jaringan yang rusak yang dilakukan
oleh basofil.
Fungsi khusus leukosit sebagai berikut:
1. Neutrofil berperan dalam fagositosis.
2. Eosinofil berperan dalam respon terhadap penyakit parasit dan
penyakit alergi.
3. Basofil berperan dalam mengeluarkan histamin, heparin dan
dilepaskan setelah pengikatan IgE ke reseptor permukaan, berperan
penting pada reaksi hipersensitivitas segera.
4. Limfosit berperan dalam pertahanan tubuh lewat sel ( sel B sel T)
sel B memperantarai imunitas humoral. Sel T memperantarai
imunitas seluler.
5. Monosit berperan dalam fagositosis ekstravaskuler.
Sifat-sifat leukosit sebagai berikut:
1. Kemoktaksis yaitu tertarik pada daerah yang mengeluarkan zat
kimia tertentu.
2. Amoeboid motion yaitu dapat bergerak seperti amoeba.
3. Diapedesis yaitu dapat melewati membran kapiler sehingga dapat
melewati pembuluh darah dengan mengerutkan sel nya.
4. Fagositosis yaitu menghancurkan benda benda asing yang masuk
ke dalam tubuh yang dilakukan oleh neutrofil dan monosit.
Kelainan kuantitatif leukosit meliputi:
a) Leukositosis yaitu jumlah leukosit lebih dari normal.
Fisiologik pada latihan jasmani berat akhir kehamilan
(terutama 2 bulan terakhir), waktu partus / melahirkan,
neonates, idiopathic normal.
Kenaikan jumlah neutrofil pada keadaan patologik seperti pada
infeksi kerusakan jaringan (crush syndrome, neoplasma, luka
bakar,keracunan CO dan Pb, kelainan metaboli (eklampsia,
Gout, ketosis diabetes, syndroma cushing).
b) Leukopenia yaitu jumlah leukosit kurang dari normal (granulosit
berkurang)
a. Agranulositosis, neutropenia karena obat.
b. Depresi sumsum tulang pada anemia aplastik, osteosklerosis,
mielofibrosis, infiltrasi neoplasma.
c. Iradiasi.
d. Keracunan oleh zat benzene, urethan , Au, dll.
e. Obat-obat sitostatika (myleran, mercaptopurin), dll.
f. Infeksi oleh bakteri (thypus abdominalis, parathypus,
brucellosis), virus (influenza, campak, rubella, hepatitis),
rickettsia (thypus, scrub thypus), protozoa (malaria), infeksi
berat (TBC miller,osteomyelitis berat, septicemia.
g. Benda imun (PAP).
h. Defisiensi.
c) Reaksi leukemoid merupakan produksi berlebihan sel leukosit
kadang kadang bertambahnya sel muda baik di darah perifer
maupun di sumsum tulang. Biasanya jumlah leukosit lebih dari
30.000 sel /ul darah atau kurang dari jumlah tersebut tetapi ada sel
muda. Keadaan ini perlu dibedakan dari leukemia. Penyebabnya
adalah infeksi (pneumoni, TBC miller) tumor (limfoma hodgin)
penyakit lain (reaksi hipersensitivitas, luka bakar, metaplasia
myeloid, reaksi hemolitik).
Shift to the left (terjadi bila sel yang didapat lebih banyak
granulosit muda batang dan mieolosit) pada infeksi, toksemia,
perdarahan akut. Shift to the right (hipersegmentasi) terjadi pada
penyakit hati, anemia megaloblastik herediter.
1.2 Hitung jenis sel leukosit.
Hitung jenis leukosit adalah penghitungan jenis leukosit yang ada
dalam darah berdasarkan proporsi (%) tiap jenis leukosit dari seluruh
jumlah leukosit. Untuk mendapatkan jumlah absolut dari masing-
masing jenis sel maka nilai relatif (%) dikalikan jumlah leukosit total
(sel/µl). Sebagai contohnya, dengan limfosit 30% dan leukosit 10.000,
limfosit mutlak adalah 30% dari 10.000 atau 3.000. Hasil pemeriksaan
ini dapat menggambarkan secara spesifik kejadian dan proses penyakit
dalam tubuh, terutama penyakit infeksi. Tipe leukosit yang dihitung ada
5 yaitu basofil, eosinofil, neutrofil, monosit, dan limfosit.
B. Tujuan
1. Agar mahasiswa mampu mengetahui cara kerja dari menghitung jenis
leukosit
TINJAUAN PUSTAKA
METODE KERJA
Alat : Bahan :
1. Tabung EDTA Sampel darah
2. Pipet tetes EDTA 10%
3. Spoit Metanol
4. Torniquet Giemsa
5. Objek gelas
6. Kapas Alkohol
7. Mikroskop
2. PRINSIP PRAKTIKUM
1. Mengidentifikasi dan menghitung jenis leukosit sekurang- kurangnya
100 sel, dan dinyatakan dalam %.
2. Pemeriksaan gambaran darah tepi dapat dilakukan di counting areal
setelah melakukan pemeriksaan hitung jenis leukosit, mula-mula
dengan pembesaran 10 x kemudian dengan pembesaran 100 x dengan
minyak emersi selanjutnya dilihat masing-masing morfologi selnya.
C. CARA KERJA
1. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan
Pembuatan Darah Tepi
a) Memilih kaca obyek yang bertepi betul-betul rata untuk
digunakan sebgai "kaca penghapus"
b) Diletakkan satu tetes kecil darah ± 2-3 MM dari ujung kaca
objek di depan tetes darah.
c) Tarik objek gelas ke belakang sehingga menyentuh tetes darah,
tunggu sampai darah menyebar pada sudut tersebut.
d) Dengan gerak yang mantap lalu di doronglah objek gelas
sehingga terbentuk apusan darah sepanjang 3-4 cm pada kaca
objek.
e) Lalu dibiarkan apusan darah mengering di udara.
f) Kemudian ditulis identitas pada bagian preparat tebal ( bagian
kepala).
Pewarnaan Hapusan Darah Tepi
a) Difiksasi hapusan yang telah kering dengan metanol
b) Didiamkan selama 3 menit
c) Lalu ditetesi larutan giemsa pada seluruh hapusan
d) Didiamkan selama 30 menit
e) Kemudian diambil hapusan dan dibiarkan kering
f) Lalu diamati dibawah mikroskop perbesaran 100 +oil emersi
Pemeriksaan di mikroskop
a) Di pilih bagian yang cukup tipis dan penyebaran leukosit
merata
b) Mulai menghitung dari pinggir atas sediaan è pinggir bawah
è kekanan è pinggir atas lagi è dst
c) Lalu dilakukan terus sampai 100 sel leukosit, dihitung menurut
jenisnya
d) Kemudian dicatat kelainan morfologi pada leukosit dan jumlah
setiap jenis sel dinyatakan dalam persen
e) Kemudian dilaporkan jika terdapat eritrosit berinti per 100
leukosit
BAB IV
HASIL PRAKTIKUM
A. GAMBAR
B. HASIL
SEL 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 KET
BASOFIL 0
EOSINOFIL 1 1 2 4
NETROFIL 2 1 2 5
BATANG
NETROFIL 4 4 6 8 3 7 8 5 8 8 61
SEGMEN
LIMFOSIT 1 2 1 1 6 3 5 2 2 23
MONOSIT 2 2 1 1 1 7
JUMLAH 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 100
C. JUMLAH
1. Basofil = 0%
2. Eosinofil = 4%
3. Neutrofil batang = 5%
4. Neutrofil segmen = 61%
5. Limfosit = 23%
6. Monosit = 7%
Nilai Normal:
Eosinofil / Basofil / Stab / Segmen / Limfosit / Monosit
1 – 4% / 0 – 1% / 2 – 5%/ 36 – 66%/ 22 – 40%/ 4 – 8%
D. PEMBAHASAN
Pembuatan Darah Tepi
Pada praktikum ini awalnya menyiapkan alat dan bahan yang
akan di gunakan setelah itu, memilih kaca obyek yang bertepi
betul-betul rata untuk digunakan sebgai "kaca penghapus"
kemudian diletakkan satu tetes kecil darah ± 2-3 MM dari ujung
kaca objek di depan tetes darah. Kemudian ditarik objek gelas ke
belakang sehingga menyentuh tetes darah, lalu ditunggu sampai
darah menyebar pada sudut tersebut. Dengan gerak yang mantap
lalu di doronglah objek gelas sehingga terbentuk apusan darah
sepanjang 3-4 cm pada kaca objek. Lalu dibiarkan apusan darah
mengering di udara. Kemudian ditulis identitas pada bagian
preparat tebal ( bagian kepala). Setelah itu di lanjutkan ke
Pewarnaan Hapusan Darah Tepi
Difiksasi hapusan yang telah kering dengan metanol lalu
didiamkan selama 3 menit lalu ditetesi larutan giemsa pada seluruh
hapusan didiamkan selama 30 menit Kemudian diambil hapusan
dan dibiarkan kering Lalu diamati dibawah mikroskop perbesaran
100 + oil emersi dan hasil yang di dapatkan kemudian dicatat
kelainan morfologi pada leukosit dan jumlah setiap jenis sel
dinyatakan dalam persen dan dilaporkan jika terdapat eritrosit
berinti per 100 leukosit Basofil = 0%, Eosinofil = 4%, Neutrofil
batang = 5%, Neutrofil segmen= 61%, Limfosit = 23%, Monosit
= 7% hasil ini termasuk dalam nilai normal.
Pada praktikum diperoleh hasil hitung jenis leukosit yaitu sebagai
berikut:
Eosinofil / Basofil / Neutrofil batang / Segmen / Limfosit / Monosit
4% / – / 5% / 61% / 23% / 7%
Setelah dicocokkan dengan nilai rujukan dari differential count
diperoleh hasil bahwa jumlah jenis leukosit semua dalam keadaan normal.
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil praktikum yang dilakukan dapat disimpulkan
bahwa Basofil = 0%, Eosinofil = 4%, Neutrofil batang = 5%,Neutrofil
segmen= 61%, Limfosit = 23%, Monosit = 7%
DAFTAR PUSTAKA
https://yullyanalis.wordpress.com/2013/06/28/hitung-jenis-leukosit-
differential-count-dan-evaluasi-hapusan-darah-tepi-hdt/
https://sketsaistjourney.wordpress.com/2013/03/23/hitungjenisleukosit.
https://infolaboratoriumkesehatan.wordpress.com/tag/hitung-jenis-leukosit-
diferential-count/