Anda di halaman 1dari 26

1

LAPORAN PENDAHULUAN

TRANFUSI DARAH

DISUSUN OLEH :

NAMA : MAYA SHINTA DEWI

NPM : 22390111

FAKULTAS ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI PROFESI BIDAN

UNIVERSITAS MALAHAYATI BANDAR LAMPUNG

2022
2

HALAMAN PERSETUJUAN

LAPORAN PENDAHULUAN

KETERAMPILAN DASAR KEBIDANAN

DI UPT PUSKESMAS PISANG BARU

TAHUN 2022

Disusun oleh:

NAMA : MAYA SHINTA DEWI

NPM : 22390111

Tangga1 Pemberian Asuhan Kebidanan : 25 OKTOBER 2022

Disetujui:

Pembimbing lapangan

Tanggal :

Di : (Maylistyarini Rahayu,Amd.Keb)

Pembimbing Akademik

Tanggal :

Di : (Annisa Ermasari,S.Tr.Keb.,Bdn.,M.Keb)
3

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya sehingga
laporan ini dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terima
kasih terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan
sumbangan baik pikiran maupun materinya.

Penulis sangat berharap semoga laporan ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar laporan ini bisa
pembaca praktekkan dalam kehidupan sehari-hari.

Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam
penyusunan laporan ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman. Untuk itu
kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan laporan ini.

Bandar Lampung,  2022

Penulis
4

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................................2
DAFTAR ISI..........................................................................................................4
BAB I.......................................................................................................................6
PENDAHULUAN..................................................................................................6
1.1 Latar Belakang....................................................................................6
1.2 Tujuan.................................................................................................7
BAB II.....................................................................................................................7
LANDASAN TEORI.............................................................................................8
2.1 Definisi Tranfusi darah......................................................................................8
2.2 Tujuan Tranfusi Darah.......................................................................................9
2.3 Indikasi.............................................................................................................9
2.4 Kontraindikasi ...................................................................................................9
2.5 Jenis Transfusi Darah......................................................................................11
2.6 Patofisiologi.....................................................................................................12
2.7 Komplikasi …………………………………………………………………..11
2.8 Penatalaksanaan……………………………………………………………...13
SOP………………………………………………………………………………14
BAB III.................................................................................................................19
PENUTUP............................................................................................................19
1.1 KESIMPULAN.................................................................................19
1.2 SARAN.............................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................21
5
6

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Transfusi darah merupakan proses pemindahan atau pemberian darah
dari seseorang (donor) kepada orang lain (resipien). Transfusi darah bertujuan
memelihara dan mempertahankan kesehatan donor, memelihara keadaan biologis
darah atau komponen-komponennya agar tetap bermanfaat, memelihara dan
mempertahankan volume darah yang normal pada peredaran darah (stabilitas
peredaran darah), mengganti kekurangan komponen seluler atau kimia darah,
meningkatkan oksigenasi jaringan, memperbaiki fungsi hemostatis, dan tindakan
terapi kasus tertentu. Transfusi darah dapat bersifat menyelamatkan jiwa setelah
terjadi perdarahan masif setelah terjadi trauma atau pembedahan dan dapat
digunakan sebagai penatalaksanaan penyakit kronis seperti anemia dan
trombositopenia (Viveronika, 2017).
Transfusi telah dimanfaatkan dalam dunia medis modern selama lebih
dari 100 tahun. Awal mulanya, transfusi pada manusia pertama dilakukan di
Perancis pada tahun 1667. Pada waktu itu pengetahuan akan transfusi masih sangat
minim sampai pada abad ke-17 transfusi mulai dikembangkan dengan pengetahuan
berdasarkan anatomi dan fisiologi tubuh manusia. Saat itu, transfusi dilakukan
dengan menggunakan darah hewan sebagai donor dan menimbulkan komplikasi
yang parah dan angka mortalitas yang tinggi. Transfusi darah mulai ditinggalkan
dan dilarang di beberapa negara sampai pada tahun 1816, John Leacock dan James
Blundell berhasil melakukan transfusi pada spesies yang sama (Watering, 2018).
Kunci dari semua praktek pembedahan atau anestesi adalah mengurangi
angka morbiditas dan mortalitas pasien. Kehilangan darah dan kondisi hipovolemia
dapat terjadi selama prosedur pembedahan (Kaur dkk., 2018). Ketersediaan darah
sangat berperan dalam berlangsungnya tindakan pembedahan seperti operasi
jantung, pembuluh darah, onkologi, dan penggantian sendi (Liumbruno dkk., 2011).
Pengambilan keputusan untuk melakukan transfusi kadang sangat sulit. Dalam
beberapa tindakan pembedahan, kehilangan darah dapat diprediksi dan kadang dapat
terjadi kehilangan darah yang tidak diduga 2 sebelumnya. Secara umum,
pertimbangan untuk dilakukan transfusi adalah berdasarkan kadar hemoglobin (Hb)
7

pasien (Kaur dkk., 2018). Sebagai tenaga medis penting dilakukan penilaian derajat
hemodilusi pada pasien yang dapat diprediksi pada pasien yang mengalami
kehilangan darah selama operasi berlangsung. Sebagai hasilnya, kadar Hb paska
operasi lebih rendah daripada kadar Hb sebelum operasi. Keputusan untuk
pemberian transfusi harus dibuat setelah pemeriksaan secara menyeluruh terhadap
kondisi umum seperti penyakit jantung, tanda-tanda oksigenasi yang tidak adekuat
ke jaringan, dan kehilangan darah yang terus-menerus (Kaur dkk., 2018). Transfusi
darah memang merupakan prosedur untuk menyelamatkan jiwa, tetapi memiliki
risiko seperti komplikasi infeksius maupun non-infeksius
1.2 Tujuan
1. Untuki mengetahui apa yang dimaksud dengan tranfusi darah?
2. Untuk mengetahui apa saja teknik dan metode yang dilakukan dalam tranfusi
darah ?
3. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan tranfusi darah
1.3 Manfaat
1. Manfaat dilakukan nya tranfusi darah dapat mengetahui kondisi atau keadaan
pasien dan Meningkatkan kadar Hb (Hemoglobin ) pada keadaan anemia
2. Mengganti darah yang hilang karena perdarahan misalnya perdarahan saat
melahirkan,
8

BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Definisi Tranfusi darah


Transfusi darah adalah pemindahan darah atau suatu komponen darah
dari seseorang (donor) kepada orang lain (resipien).Transfusi darah adalah proses
menyalurkan darah atau produk berbasis darah dari satu orang ke sistem peredaran
orang lainnya. Transfusi darah berhubungan dengan kondisi medis seperti
kehilangan darah dalam jumlah besar disebabkan trauma, operasi, syok dan tidak
berfungsinya organ pembentuk sel darah merah. (Viveronika, 2017).
Transfusi darah merupakan tindakan keperawatan yang dilakukan pada
klien yang membutuhkan darah dengan cara memasukan darah melalui vena
dengan menggunakan set transfusi. Pemberian transfusi darah digunakan untuk
memenuhi volume sirkulasi darah, memperbaiki kadar hemoglobin dan protein
serum. Banyak komplikasi dapat ditimbulkan oleh terapi komponen darah,
contohnya reaksi hemolitik akut yang kemungkinan mematikan, penularan
penyakit infeksi dan reaksi demam. Kebanyakan reaksi tranfusi yang mengancam
hidup diakibatkan oleh identifikasi pasien yang tidak benar atau pembuatan label
darah atau komponen darah yang tidak akurat, menyebabkan pemberian darah
yang inkompatibel.
Pada tahun 1900 Dr. Loustiner menemukan 4 macam golongan darah :

1 Golongan darah A

2 Golongan darah B

3 Golongan darah AB

4 Golongan darah O
Selain itu tahun 1940 ditemukan golongan darah baru yaitu Rhesus Faktor positif
dan rhesus faktor negatif pada sel darah merah (erythrocyt). Rhesus Faktor positif
banyak terdapat pada orang Asia dan Negatif Pada orang Eropa, Amerika,
Australia.
9

2.2 Tujuan Tranfusi Darah

1 Meningkatkan volume sirkulasi darah setelah pembedahan, trauma atau


perdarahan
2 Meningkatkan jumlah sel darah merah dan untuk mempertahankan kadar
hemoglobin pada klien yang mengalami anemia berat.
3 Memberikan komponen seluler yang terpilih sebagai terapi pengganti
(misal : faktor pembekuan plasma untuk membantu mengontrol
perdarahan pada klien yang menderita hemofilia)
2.3 Indikasi

1 Pasien dengan kehilangan darah dalam jumlah besar (operasi besar,


perdarahan postpartum, kecelakaan, luka bakar hebat, penyakit kekurangan
kadar Hb atau penyakit kelainan darah).
2 Pasien dengan syok hemoragi.
3 Untuk mengembalikan dan mempertahankan suatu volume peredaran darah
yang normal, misalnya pada anemia karena perdarahan, trauma bedah, atau
luka bakar luas.
4 Untuk mengganti kekurangan komponen seluler atau kimia darah, misalnya
pada anemia, trombositopenia, hipoprotrombinemia, hipofibrinogenemia,
dan lain-lain. Keadaan Anemia yang Memerlukan Transfusi Darah:
A. Anemia karena perdarahan Biasanya digunakan batas Hb 7 – 8 g/dL.
Bila Hb telah turun hingga 4,5 g/dL, maka penderita tersebut telah
sampai kepada fase yang membahayakan dan transfusi harus
dilakukan secara hati-hati.
B. Anemia hemolitik Biasanya kadar Hb dipertahankan hingga
penderita dapat mengatasinya sendiri. Umumnya digunakan patokan
5 g/dL. Hal ini dipertimbangkan untuk menghindari terlalu seringnya
transfusi darah dilakukan.
C. Anemia aplastik 6. 4.Leukemia dan anemia refrakter
D. Anemia karena sepsis
2.4 Kontraindikasi
10

1 Hb dan jumlah eritrosit dan leukosit pasien yang tidak normal.

2 Pasien yang memiliki tekanan darah rendah

3 Transfusi dengan golongan darah yang berbeda.

4 Transfusi dengan darah yang mengandung penyakit, seperti HIV/AIDS,


Hepatitis B.
Hal-hal yang perlu diperhatikan

1 Kondisi pasien sebelum ditranfusi

2 Kecocokan darah yang akan dimasukkan

3 Label darah yang akan dimasukkan

4 Golongan darah klien

5 Periksa warna darah (terjadi gumpalan atau tidak)

6 Homogenitas (darah bercampur semua atau tidak).

2.5 Jenis Transfusi Darah

1 Transfusi PRC

Tujuan transfusi PRC adalah untuk menaikkan Hb pasien tanpa


menaikkan volume darah secara nyata. Keuntungan menggunakan PRC
dibandingkan dengan darah jenuh adalah :
a. Kenaikan Hb dapat diatur sesuai dengan yang diinginkan.

b. Mengurangi kemungkinan penularan penyakit.

c. Mengurangi kemungkinan reaksi imunologi

d. Volume darah yang diberikan lebih sedikit sehingga


kemungkinan

overload berkurang

e. Komponen darah lainnya dapat diberikan pada pasien lain.

2 Transfusi suspensi trombosit


11

Tujuan transfusi suspensi trombosit adalah menaikkan kadar


trombosit darah. Dosis suspensi trombosit yang diperlukan dapat dihitung
kira-kira sebagai berikut: 50 ml suspensi trombosit menaikkan kadar
trombosit 7500- 10.000/mm pada resipien yang beratnya 50 kg. Suspensi
trombosit diberikan pada penderita trombositopeni bila:
a) Didapat perdarahan.

b) Untuk mencegah perdarahan pada keadaan dimana ada erosi yang


dapat berdarah bila kadar < 35.000/mm.
c) Untuk mencegah perdarahan spontan bila kadar trombosit <
15.000/mm
3 Transfusi dengan suspensi plasma beku (Fresh Frozen Plasma)
Plasma segar yang dibekukan mengandung sebagian besar
faktor pembekuan di samping berbagai protein yang terdapat didalamnya;
karena itu selain untuk mengganti plasma yang hilang dengan perdarahan
dapat dipakai sebagai pengobatan simptomatis kekurangan faktor
pembekuan darah. Fresh Frozen Plasma (PIT) tidak digunakan untuk
mengobati kebutuhan faktor VIII dan faktor IX (Hemofilia); untuk ini
digunakan plasma Cryoprecipitate. Pada transfusi dengan FFP biasanya
diberikan 48 kantong (175225 ml) tiap 68 jam bergantung kebutuhan.
4 Transfusi dengan darah penuh (Whole Blood)
Transfusi dengan darah penuh diperlukan untuk mengembalikan dan
mempertahankan volume darah dalam sirkulasi atau mengatasi renjatan.

2.6 PROSES Tranfusi Darah

Pada transfusi, seorang donor menyumbangkan darah lengkap dan


seorang resipien menerimanya. Tetapi konsep ini menjadi luas. Tergantung
kepada keadaan, resipien bisa hanya menerima sel dari darah, atau hanya
menerima faktor pembekuan atau hanya menerima beberapa komponen darah
lainnya. transfusi dari komponen darah tertentu memungkinkan dilakukannya
pengobatan yang khusus, mengurangi resiko terjadinya efek samping dan bisa
secara efisien menggunakan komponen yang berbeda dari 1 unit darah untuk
mengobati beberapa penderita. Pada keadaan tertentu, resipien bisa menerima
12

darah lengkapnya sendiri (transfusi autolog).


1. Proses Transfusi Darah:

A. Pengisian formulir donor darah.

B. Pemeriksaan Darah: Pemeriksaangolongan,tekanan darah dan hemoglobin


darah.

C. Pengambilan darah
Apabila persyaratan pengambilan darah telah dipenuhi barulah dilakukan
pengambilan darah.
D. Pengambilan darah
E. Pengelolaan darah.

2. Beberapa usaha pencegahan yang dikerjakan sebelum darah diberikan


kepada penderita adalah penyaringan terhadap penyakit diantaranya:
A. Penyakit Hepatitis B
B. Penyakit HIV/AIDS
C. Penyakit Hipatitis C
D. Penyakit Kelamin (VDRL). Waktu yang di butuhkan pemeriksaan darah
selama 1 – 2 jam.
E. Penyimpanan darah. Darah disimpan dalam Blood Bank pada suhu 2 – 6
derajat celcius.

2.7 Komplikasi

1 Hemolisis akut.

Jenis reaksi transfusi yang paling berbahaya terjadi apabila darah


donor tidak sesuai dengan golongan darah resipien. Antiboby dalam plasma
resipien akan segera bergabung dengan antigen pada eritrosit donor, dan
sel tersebut segera mengalami hemolisis (dihancurkan) baik dalam sirkulasi
maupun dalam sistem retikuloendotelial. Hemolisis yang paling cepat
terjadi pada ketidaksesuaian darah ABO (mis. Jika donor golongan A dan
resipien golongan O, yang memiliki antibody anti-A dan anti-B).
Ketidaksesuaian Rh biasanya lebih ringan. Reaksi ini dapat terjadi setelah
13

pemberian paling tidak 10ml darah. Proses penghancuran dinding sel darah
merah sehingga menyebabkan plasma darah yang tidak berwarna menjadi
merah. Ini dapat terjadi karena trauma darah sekunder terhadap turbulen
atau pompa pemutar.
2 Hemolisis tertunda.
Reaksi hemolisis tertunda biasanya terjadi sekitar 2-14 hari dan
ditandai dengan demam, ikterik ringan, penurunan bertahan kadar
hemoglobin, dan uji globulin anti-human secara langsung. Jarang terjadi
hemoglubinuria, dan biasanya reaksi ini tidak berbahaya. Namun demikian
harus diketahui apabila kedua tanda tersebut terjadi, maka hal ini
merupakan tanda bahwa pada pemberian transfuse selanjutnya terjadi
reaksi hemolosis akut. Pasien harus diingatkan kemungkinan terjadinya
reaksi ini dan diminta untuk segera melapor.
3 Syok Anafilaktik.
4 Toksikosis sitrat.

5 Pada toksikosis sitrat, penyebabnya adalah efek ikatan pada CPD


{Calcium Pyrophosphate Deposition (penyakit penimbunan kalsium
piropospat)} pada kalsium, serta hiperkalemia, hipokalsemia, asidosis,
hipertermia, disfungsi miokard, dan disfungsi hepar atau ginjal
menghilangkan faktor-faktor.
6 Penyakit infeksi.

a. Penyakit yang dapat menjadi komplikasi dari transfusi antara lain:


Penyakit Hepatitis B & C. Hepatitis merupakan resiko penting terapi
transfusi, baik untuk darah maupun sebagian besar komponen darah.
Darah dan produk darah yang diperoleh dari donor yang dibayar
mempunyai resiko yang lebih tinggi daripada yang diperoleh dari
donor sukarela. Produk darah hasil pengumpulan juga memberikan
resiko yang lebih tinggi. Harus dilakukan uji untuk mendeteksi virus
hepatitis B, begitu pula hepatitis C.
b. Penyakit HIV/AIDS
c. Penyakit Kelamin (VDRL)
14

d. Alergi.

e. Sebagian besar transfusi adalah aman dan berhasil; tetapi reaksi ringan
kadang bisa terjadi, sedangkan reaksi yang berat dan fatal jarang
terjadi. Reaksi yang paling sering terjadi adalah demam dan reaksi
alergi (hipersensitivitas), yang terjadi sekitar 1-2% pada setiap
transfusi. Gejalanya berupa: gatal – gatal, kemerahan, pembengkakan,
pusing, demam, sakit kepala.
f. Emboli udara.

g. Gangguan keseimbangan elektrolit.

h. Kontaminasi bakteri.

i. Penyakit graft-versus-host.
2.8 Penatalaksanaan

Memberikan darah sebaiknya berdasarkan petunjuk nasional mengenai


penggunaan klinis darah, dengan mempertimbangkan kebutuhan resipien
tersebut.
Sebelum memberikan darah atau produk darah harap diingat hal-hal berikut:

1 Perbaikan yang diharapkan pada kondisi klinis resipien tersebut.

2 Metode untuk meminimalkan kehilangan darah untuk mengurangi


kebutuhan akan transfuse.

3 Terapi alternative yang dapat diberikan, termasuk penggantian cairan


intravena atau oksigen, sebelum mengambil keputusan untuk melakukan
transfuse.

4 Resiko penularan HIV, Hepatitis, sipilis atau infeksi lainnya melalui produk
darah yang tersedia.

5 Keuntungan transfusi dibandingkan dengan resiko untuk resipien tertentu.

6 Pilihan terapi lain jika darah tidak tersedia pada saat itu. Kebutuhan akan
orang yang terlatih untuk memantau resipien tersebut dan segera bereaksi
jika timbul efek samping.
15
16

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) PEMBERIAN TRANSFUSI


DARAH

Pengertian Tindakan keperawatan yang di lakukan pada klien yang


membutuhkan darah dan/atau produk darah dengan cara
memasukkan darah melalui vena dengan menggunakan set
transfusi sesuai intruksi atau program.

Tujuan 1. Meningkatkan volume darah sirkulasi (setelah pembedahan,


trauma atau heragi).
2. Meningkatkan jumlah sel darah merah dan untuk
mempertahankan kadar hemoglobin pada klien anemia.
3. Memberikan komponen seluler tertentu sebagai terapi sulih
(misalnya: faktor pembekuan untuk membantu mengontrol
perdarahan pada pasien hemofilia).
4. memenuhi kebutuhan dasar dan mencegah terjadinya anemia

Indikasi 1. Kecelakaan, trauma atau operasi pembedahan yang besar.

2. Klien dengan penyakit kelainan darah tertentu (misalnya


anemia, leukemia)
3. Pasien dengan kadar hemoglobin di bawah 7 gr/dl atau

hematokrit di bawah 30%


Petugas Perawat, Bidan , analis
Persiapan 1. Standar Infus
Alat dan
2. Set Transfusi (Tranfusi Set) steril
Bahan
3. IV kateter sesuai ukuran ( 18 )

4. Instrumens steril ( pinset, gunting dan com )

5. Bengkok

6. Botol berisi NaCl 0,9%

7. Produk darah atau plasma yang benar sesuai program medis

8. Perlak atau Pengalas

9. Bidai atau ( k/p pada anak )

10. Tourniquet

11. Salf antibiotik

12. Kapas alkohol


17

13. Plester

14. Gunting

15. Kassa steril

16. Betadine

17. Handscoen

18. Tempat sampah

19. Tensimeter dan termometer

20. Formulir observasi khusus dan alat tulis


18

Prosedur A. Tahap Prainteraksi

1. Melakukan verifikasi data sebelumnya bila ada


2. Mencuci tangan
3. Menempatkan alat di dekat pasien dengan benar
B. Tahap Orientasi

1. Memberikan salam sebagai pendekatan terapeutik


2. Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan pada
keluarga/pasien
3. Memberikan kesempatan kepada pasien untuk bertanya
4. Menanyakan kesiapan klien sebelum kegiatan dilakukan
C. Tahap Kerja

1. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan


2. Cuci tangan
3. Gantungkan larutan NaCl 0,9% dalam botol untuk
digunakan setelah transfusi darah
4. Gunakan slang infus yang mempunyai filter (slang 'Y' atau
tunggal).
5. Lakukan pemberian infus NaCl 0,9% terlebih dahulu
sebelum pemberian transfusi darah
6. Lakukan terlebih dahulu transfusi darah dengan memeriksa
identifikasi kebenaran produk darah : periksa
kompatibilitas dalam kantong darah, periksa kesesuaian
dengan identifikasi pasien, periksa kadaluwarsanya, dan
periksa adanya bekuan
7. Buka set pemberian darah :
a. Untuk slang 'Y', atur ketiga klem
19

b. Untuk slang tunggal, klem pengatur pada posisi off


8. Setelah darah masuk, pantau tanda vital tiap 5 menit
selama 15 menit pertama, dan tiap 15 menit selama 1 jam
berikutnya.
9. Setelah darah di infuskan, bersihkan slang dengan NaCl
0,9%.
10. Catat type, jumlah dan komponen darah yang di berikan.
11. Cuci tangan setelah prosedur dilakukan.

 Cara transfusi darah dengan selang 'Y' :


a. Tusuk kantong NaCl 0,9%
b. Isi slang dengan NaCl 0,9%
c. Buka klem pengatur pada slang 'Y', dan hubungkan ke
kantong NaCl 0,9%
d. Tutup/klem pada slang yang tidak di gunakan
e. Tekan sisi balik dengan ibu jari dan jari telunjuk (biarkan
ruang filter terisi sebagian)
f. Buka klem pengatur bagian bawah dan biarkan slang terisi
NaCl 0,9%
g. Kantong darah perlahan di balik-balik 1 - 2 kali agar sel-
selnya tercampur. Kemudian tusuk kantong darah pada
tempat penusukan yang tersedia dan buka klem pada slang
dan filter terisi darah
 Cara transfusi darah dengan selang tunggal :
a. Tusuk kantong darah
b. Tekan sisi balik dengan ibu jari dan jari telunjuk sehingga
filter terisi sebagian
c. Buka klem pengatur, biarkan slang infus terisi darah
d. Hubungkan slang transfusi ke kateter IV dengan
membuka klem pengatur bawah
D. Tahap Terminasi
1. Melakukan evaluasi tindakan
2. Berpamitan dengan klien
20

3. Membereskan alat-alat
4. Mencuci tangan
5. Mencatat kegiatan dalam lembar catatan perawatan

E. Dokumentasi
Mendokumentasikan setiap tindakan: waktu pemberian, dosis,
jenis transfusi yang diberikan, reaksi transfusi atau komplikasi.

BAB III
21

PENUTUP

1.1 KESIMPULAN
Kasus transfusi masif merupakan tindakan life saving pada pasien yang
mengalami perdarahan hebat pada tindakan pembedahan mandibulektomi + free
fibular graft. Pertimbangan untuk memberikan transfusi tentunya didasarkan pada
keadaan klinis pasien. Meskipun transfusi darah pada umumnya dan transfusi masif
pada khususnya memiliki efek samping dan komplikasi yang tidak bisa dianggap
remeh, namun tindakan transfusi masif harus dilakukan untuk menjamin kebutuhan
tubuh terhadap darah dan komponen-komponennya.

1.2 SARAN
Berdasarkan pembinaan dan penerapan manajemen asuhan kebidanan yang telah
dilaksanakan, maka penulis memberikan saran kepada :
1. Mahasiswa
Agar terus melakukan asuhan kebidanan dengan baik dan benar,mencari jurnal
rujukan sebagai bahan untuk melakukan penatalaksanaan pada Asuhan
Kebidanan Komprehensif terhadap ibu hamil, ibu bersalin,Bayi Baru lahir dan
Ibu Nifas ,sehingga dalam evaluasi di temukan hasil yang memuaskan,baik
terhadap petugas kesehatan maupun terhadap klien.
2. Institusi
Diharapkan laporan ini dapat digunakan sebagai bahan evaluasi bagi institusi
pendidikan dalam menilai keterampilan mahasiswa dala memberikan asuhan
kebidanan secara komprehensif, institusi pendidikan dapat mengembangkan
keterampilan mahasiswa kebidanan agar dapat mengaplikasikan tindakan secara
optimal dan lebih terarah sesuai dengan standar operasional.
3. Bidan Praktik Mandiri
Diharapkan laporan ini dapat digunakan sebagai bahan evaluasi terhadap setiap
asuhan yang diberikan pada klien agar dapat memberikan pelayanan yang lebih
baik lagi sehingga klien mendapatkan kepuasan dari pelayanan yang telah
diberikan. Dan diharapkan profesi bidan dalam memberikan asuhan kebidanan
secara komprehensif, mempertahankan dan meningkatkan kompetensi dalam
memberikan asuhan sesuai standar pelayanan kebidanan.
22

DAFTAR PUSTAKA

Adam, Syamsunir. 2018. Dasar-dasar mikrobiologi dan Parasitologi untuk

Perawat. Jakarta: EGC

Kee, Joyce LeFever. 2018. Pedoman Pemeriksaan Laboratorium &


Diagnostik Edisi 6. Alih bahasa : Sari Kurnianingsih, Palupi
Widyastuti, Rohana Cahyaningrum, Sri Rahayu. EGC : Jakarta.
23

Sacher, Ronald A. dan Richard A. McPherson. 2004. Tinjauan Klinis


Hasil Pemeriksaan Laboratorium Edisi 11. Alih bahasa : Brahm U.
Pendit dan Dewi Wulandari. Jakarta: EGC

FORMAT JURNAL REFLEKSI

Nama : MAYA SHINTA DEWI


Tempat Praktik :
Periode : 2022/2023
Pembimbing Praktik :
1. Deskripsi Pengalaman
Pengalaman pertama saya membaca jurnal menurut Laura L Oakley
yaitu Kehamilan pada wanita dengan penyakit sel sabit (SCD) dikaitkan
dengan risiko yang lebih tinggi dari komplikasi sabit dan kehamilan. Pilihan
terbatas ada untuk mengobati SCD selama kehamilan. Transfusi darah
pertukaran profilaksis serial (SPEBT) telah terbukti efektif dalam mengobati
SCD di luar kehamilan, tetapi bukti tentang penggunaannya selama
kehamilan masih kurang. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menilai
kelayakan dan penerimaan pelaksanaan uji coba terkontrol acak fase 3 di
24

masa depan untuk menetapkan efektivitas klinis dan biaya SPEBT pada
wanita hamil dengan SCD.
2. Perasaan terhadap pengalaman
Ini adalah pengalaman pertama saya membaca jurnal menurut
Laura L Oakley yaitu Kehamilan pada wanita dengan penyakit sel sabit
(SCD) dengan melakukan tranfusi darah. Jika saya menemui pasien
seperti ini saya mampu melakukan intervensi yang dijelaskan
dalam jurnal tersebut, dikarnakan pengalam saya terlalu
minim, dan kemungkinan saya akan melakukan rujukan.
3. Evaluasi
Setelah saya membaca jurnal tersebut saya mendapat gambaran
bahwa intervensi tersebut bisa saya terapkan jika saya
mendapatkan pasien seperti Kehamilan pada wanita dengan penyakit
sel sabit (SCD) atau ibu hamil dengan anemia
4. Analisis
kemanjuran strategi rekrutmen, diukur dengan membandingkan jumlah
perempuan yang direkrut dan diacak dengan jumlah total perempuan yang
memenuhi syarat di semua pusat. Kepatuhan protokol (diukur dengan jumlah
wanita yang dialokasikan ke kelompok intervensi yang menerima SPEBT
sebagaimana dimaksud Kepatuhan protokol (diukur dengan jumlah wanita yang
dialokasikan ke kelompok intervensi yang menerima SPEBT jumlah wanita dalam
kelompok perawatan standar yang menerima transfusi karena kebutuhan klinis)
Setelah melakukan evaluasi terhadap diri saya mengenai
pengetahuan intervensi atau khsiat apa saja yang bisa
diberikan pada wanita dengan penyakit sel sabit (SCD) atau anemia .
Saya mendapat pengetahuan bahwa pasien dengan anemia dapat
saya berikan konseling pada pasient dan saya akan melakukan
rujukan pada pasient untuk mendapatkan tindak lanjut di rumah
sakit . Jika saya mendapat pasien dengan keadaan darurat
seperti ini saya akan berusaha sebisa mungkin menerapkan
intervensi menurut Laura L Oakle dengan dampak yang lebih baik
setelah saya membaca jurnal
25

5. Kesimpulan
Seseorang tenaga kesehatan mampu memenuhi kebutuhan yang
diperlukan oleh pasien, seorang tenaga kesehatan harus
mempunyai kemampuan dan kompetensi di dalam bidangnya.
Tujuannya tentu saja adalah untuk menyelesaikan masalah-
masalah serta keluhan yang dirasakan oleh pasien, untuk itu
seorang tenaga kesehatan dituntut untuk banyak tahu dan
banyak ilmu, serta hebat dalam kompetensi terutama bagaimana
cara yang benar dalam mengatasi Kehamilan pada wanita dengan
penyakit sel sabit (SCD) atau anemia yang membutuhkan tranfusi darah
sesuai dengan jurnal dan SOPnya.
6. Rencana Tindak Lanjut
Setelah membaca jurnal dan ketika nanti saya mendapat pasient
dengan ibu hamil dengan penyakit sel sabit (SCD) kepada pasien yang
anemia karena sesuai dengan modul dan jurnal yaitu Transfusi
darah pertukaran profilaksis serial pada wanita hamil dengan penyakit sel
sabit (TAPS-2) saya bisa menjelaskan hasil penelitian ini pada pasient

LEMBAR KONSUL

NAMA : MAYA SHINTA DEWI

NPM : 22390111

Hari / tanggal Keterangan Paraf


26

Anda mungkin juga menyukai