Anda di halaman 1dari 16

Transfusi Darah menurut Pandangan Agama Islam

TINGKAT I

AKADEMI KEPERAWATAN DHARMA HUSADA KEDIRI

TAHUN AKADEMIK 2019/2020

Dosen Pembimbing :

Agus Dwi Santoso, M.Pd.I

NAMA KELOMPOK :

1. Dika Daryanto (201949013)

2. Elok Habieba (201949015)

3. Fernanda Dwi C. P. (201949016)

4. Reginanto Setiawan (201949034)

AKADEMI KEPERAWATAN DHARMA HUSADA KEDIRI

Jl. Penanggungan No.41A Kediri, Kode Pos 64114 Telp.(0354) 772628

TAHUN AKADEMIK 2019/2020

1
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarahkatuh.

Alhamdulilah kami panjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT. Sehingga saya
telah menyelesaikan makalah tentang Tranfusi darah menurut pandangan agama
Islam dengan tepat waktu.

Penulis menyampaikan terima kasih pada Dosen Pembimbing yang telah


membantu proses pembuatan makalah ini

Bapak Agus Dwi Santoso, M.Pd.I

Penulis menyadari atas ketidak sempurnaan penyusunan makalah ini. Penulis


mengharapkan adanya masukan berupa kritik atau saran yang berguna. Terima
kasih.

Kediri, Februari 2020

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i

DAFTAR ISI............................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1

A. Latar Belakang.......................................................................................1
B. Fokus Masalah.......................................................................................2
C. Tujuan Penulisan....................................................................................2
D. Manfaat Penulisan..................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................3

A. Definisi Tranfusi Darah..........................................................................3


B. Macam-macam Transfusi Darah............................................................3
C. Cara Transfusi Darah.............................................................................4
D. Transfusi Darah Menurut Islam.............................................................5
E. Hukum Donor Darah..............................................................................6
F. Peraturan Perundang-undangan.............................................................9
G. Fatwa MUI perihal transfusi darah......................................................10

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan..........................................................................................11
B. Saran....................................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada 50 tahun terakhir ini, pelayanan tranfursi darah di dunia sangat


berkembang. Misalnya, United Kingdom National Blood Transfusion Service
baru saja memulai kegiatannya pada saat perang dunia kedua. Beberapa kemajuan
dramatis pada bidang bedah dan kedokteran telah dimungkinkan akibat
tersedianya komponen darah secara luas.

Transfusi darah membantu cara-cara pengobatan yang sudah ada, namun perlu
diperhatikan bahwa transfusi darah itu bukanlah pekerjaan yang tanpa resiko.
Transfusi / pemindahan darah telah dilakukan kira-kira 100 tahun yang lalu. (abad
ke 18), dimana pada masa itu pengetahuan tentang fisiologi dan sirkulasi darah
yang dirintis oleh William Harvey masih sangat sempit sekali. Dalam kondisi itu
umumnya transfusi banyak mengalami kegagalan. Dr. Karl Laindsteiner pada
tahun 1900 mengumumkan penemuannya tentang golongan darah manusia,
setelah ditemukan golongan darah manusia ini kecelakaan akibat transfusi tidak
lagi membahayakan, tetapi sebaliknya banyak menolong jiwa manusia dari
ancaman kematian karena kehilangan darah.

A. Fokus Masalah
Memberikan pengetahuan kepada mahasiswa dan masyarakat tentang Tranfusi
Darah menurut pandangan Islam itu bagaimana dan seperti apa.

1
B. Tujuan Penulisan
1. Makalah ini dibuat bertujuan untuk menambah wawasan keagamaan
tentang tranfusi darah.
2. Makalah ini dibuat untuk dapat dipahami tentang tranfusi darah menrut
pandangan agama Islam.

C. Manfaat Penulisan
1. Manfaat umum
Dapat memahami tentang pengetahuan tentang tranfusi darah menurut
pandangan agama Islam.
2. Manfaat khusus
a) Agar dapat mengetahui apa yang dimaksud transfusi darah.
b) Agar dapat mengetahui macam-macam transfusi darah.
c) Agar dapat mengetahui tranfusi menurut agama Islam.
d) Agar dapat mengetahui hukum donor darah.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Transfusi Darah


Transfusi darah adalah proses menstranfer darah atau darah berbasis
produk dari satu orang ke dalam sistem peredaran darah orang lain. Transfusi
darah dapat menyelamatkan jiwa dalam beberapa situasi, seperti kehilangan
darah besar karena trauma, atau dapat dg igunakan untuk menggantikandarah
yang hilang selama operasi.
Transfusi darah juga dapat digunakan untuk mengobati anemia berat atau
trombositopenia yang disebabkan oleh penyakit darah. Orang yang menderita
hemofilia atau penyakit sel sabit mungkin memerlukan transfusi darah sering.
Awal transfusi darah secara keseluruhan digunakan, tapi praktek medis
modern umumnya hanya menggunakan komponen darah.
Transfusi darah : Memindahkan cairan (darah) dari seorang donor kepada
seorang akseptor (resipien).

B. Macam-macam Transfusi darah


1. Transfusi sel darah merah
Istilah “transfusi darah” seringkali diartikan secara luas oleh dokter
jika yang dimaksudkan mereka adalah transfusi sel darah merah.
Keluhan terhadap kelemahan linguistik ini adalah bahwa darah
seringkali ditransfusikan tanpa perhatian yang cukup pada kebutuhan
spesifik penderita atau terhadap kemungkinan efek membahayakan
dari transaksi.
2. Transfusi Trombosit dan Granulosit
Transfusi trombosit dan granulosit diperlukan bagi penderita
trombositopenia yang mengancam jiwa, dan neutropenia yang di
sebabkan karena gagal sumsum tulang. Transfusi drah dapat

3
dikelompokkan menjadi dua jenis utama tergantung pada sumber
mereka:
1. “Transfusi homolog”, atau transfusi darah yang disimpan
menggunakan orang lain. Ini sering disebut “Allogeneic bukan
homolg”.
2. “Autologus transfusi”, atau transfusi menggunakan darah pasien
sendiri disimpan.
C. Cara Transfusi darah
Donor darah harus disimpan dalam lemari es untuk mencegah
pertumbuhan bakteri dan memperlambat metabolisme sel. Transfusi harus
dimulai dalam 30 menit setelah unit telah diambil keluar dari penyimpanan
dikendalikan.
Sebelum darah diberikan, rincian pribadi pasien dicocokkan
dengan darah untuk ditransfusikan, untuk meminimalkan risiko reaksi
transfusi. Kesalahan administrasi merupakan sumber signifikan dari reaksi
transfusi dan upaya telah dilakukan untuk membangun redundansi ke
dalam proses pencocokan yang terjadi di samping tempat tidur.
Sebuah unit (hingga 500 ml) biasanya diberikan selama 4 jam,
pada pasien dengan risiko gagal jantung kongestif, banyak dokter
mengelola diuretik untuk mencegah overload cairan, suatu kondisi yang
disebut Transfusi Overload Peredaran Darah Terkait atau taco.
Acetaminophen dan / atau antihistamin seperti diphenhydramine kadang-
kadang diberikan sebelum transfusi untuk mencegah jenis lain reaksi
transfusi.
Darah ini paling sering disumbangkan sebagai seluruh darah
dengan memasukkan kateter ke dalam vena dan mengumpulkan dalam
kantong plastik (dicampur dengan antikoagulan) melalui gravitasi. Darah
yang dikumpulkan ini kemudian dipisahkan menjadi komponen-komponen
untuk membuat penggunaan terbaik dari itu. Selain dari sel darah merah,
plasma, dan trombosit, produk darah yang dihasilkan komponen juga
termasuk protein albumin, faktor pembekuan konsetrat, kriopresipitat,
4
berkonsentrasi fibrinogen, dan imunoglobulin (antibodi). Sel darah merah,
plasma dan trombosit juga dapat disumbangkan individu melalui proses
yang lebih kompleks yang disebut apheresis.

D. Transfusi darah menurut Agama Islam


1. Hakekat Darah
a. Darah adalah bagian dari badan (anggota badan).
b. Memindahkan darah berarti memindahkan anggota badan.
2. Ayat-ayat di Al-Qur’an mengenai darah
a. ”Sesungguhnya Allah hanya mengharamkan bagimu bangkai, darah,
daging babi, dan (daging) hewan yang disembelih dengan (menyebut
nama) selain Allah. Tetapi barangsiapa terpaksa (memakannya), bukan
karena menginginkannya dan tidak (pula) melampaui batas, maka
tidak ada dosa baginya. Sungguh, Allah Maha Pengampun,Maha
Penyayang.” (Al Baqarah : 173)
b. “Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah, daging babi,
(daging hewan) yang disembelih atas nama selain Allah, yang tercekik,
yang terpukul, yang jatuh, yang ditanduk, dan diterkam binatang buas,
kecuali yang sempat kamu menyembelihkan, dan (diharamkan
bagimu) yang disembelih untuk berhala. Dan (diharamkan juga)
mengundi nasib dengan anak panah, (mengundi nasib dengan anak
panah itu) adalah kefasikan. Pada hari ini orang-orang kafir telah putus
asa untuk (mengalahkan) agamamu, sebab itu janganlah kamu takut
kepada mereka dan takutlah kepada-Ku. Pada hari ini telah
Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan
kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama
bagimu. Maka barang siapa terpaksa karena kelaparan tanpa sengaja
berbuat dosa, sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang. ”(Al Maidah : 3)

5
Berdasarkan firman Allah Subhanahu wa Ta’ala, Allah Berfirman :
c. “Mengapa kamu tidak mau memakan (binatang-binatang yang
halal) yang disebut nama Allah ketika menyembelihkan, padahal
sesungguhnya Allah telah menjelaskan kepada kamu apa yang
diharamkan-Nya atasmu,kecuali apa yang terpaksa kamu
memakannya. Dan sesungguhnya kebanyakan (dari manusia)
benar-benar hendak menyesatkan (orang lain) dengan hawa nafsu
mereka tanpa pengetahuan. Sesungguhnya Tuhanmu, Dialah yang
lebih mengetahui orang-orang yang melampaui batas.” (Al na’am :
119)

E. Hukum Donor Darah


1. Pandangan ulama terdahulu mengenai tranfusi darah yakni
memanfaatkan anggota badan adalah haram baik dengan cara jual beli
ataupun dengan cara lainnya.

Memanfaatkan anggota badan manusia tidak diperbolehkan. Ada yang


beralasan karena :

1. Najis
2. Merendahkan, alasan kedua adalah alasan yang benar (Al-Fatwa
Al-Hidayah)

“Tidak diperkenankan menjual rambut manusia ataupun


memanfaatkannya. Karena manusia itu terhormat bukan hina.”(Al
Murghinani)

Adapun tulang dan rambut manusia tidak boleh dijual, bukan karena najis
atau suci,tetapi karena menghormatinya. Menjualnya berarti
merendahkannya (Al Kasani) menjual air susu wanita (BOLEH). Karena
susu itu suci dan bermanfaat sehingga Allah memperbolehkan untuk
meminumnya walaupun tidak dalam keadaan terpaksa (Madzhab, Maliki,
Hambali dan Syafi’I) menjual air susu (HARAM). Karena susu adalah
6
bagian dari anggota badan (Madzhaba Hanafi) Ulama terdahulu sangat
berhati-hati dalam hal perlakuan terhadap anggota badan manusia
(manusia merupakan makhluk terhormat dalam pandangan Islam) Pada
saat itu belum terpikirkan perkembangan ilmu kedokteran yang sepesat
sekarang.

Menurut Al-Lajnah Ad-Daimah Lil Buhuts Al-Ilmiyah Wal Ifta

Hukum asal dalam pengobatan, hendaknya dengan menggunakan sesuatu


yang diperbolehkan menurut syari’at. Namun, jika tidak ada cara lain untuk
menambahkan daya tahan dan mengobati orang sakit kecuali dengan darah
orang lain, dan ini menjadi satu-satunya usaha menyelamatkan orang sakit
atau lemah, sementara para ahli memiliki dugaan kuat bahwa ini akan
memberikan manfaat bagi pasien, maka dalam kondisi seperti ini
diperbolehkan untuk mengobati dengan darah orang lain.

1. Menurut Ulama Sekarang

a. Mengenai akibat hukum adanya hubungan kemahraman antara


donor dan resipien
Menurut Ust. Subki Al-Bughury, adapun hubungan antara donor dan
resipien,adalah bahwa transfusi darah itu tidak membawa akibat
hukum adanya hubungan kemahraman antara donor dan resipien.
Sebab faktor-faktor yang dapat menyebabkan kemahraman sudah
ditentukan oleh Islam sebagaimana tersebut dalam An-Nisa : 23,
yaitu : Mahram karena adanya hubungan nasab. Misalnya hubungan
antara anak dengan ibunya atau saudaranya sekandung, dsb. Karena
adanya hubungan persusuan, misalnya hubungan antara seorang
dengan wanita yang pernah mnyusuinya atau dengan orang yang
sesusuan dan sebagainya.
Serta pada (An-Nisa : 24) ditegaskan bahwa selain wanita-wanita yang
tersebut pada An-Nisa : 23 diatas adalah halal dinikahi. Sebab tidak
ada hubungan kemahraman. Maka jelaslah bahwa transfusi darah tidak

7
mengakibatkan hubungan kemahraman antara pendonor dengan
resipien. Karena itu perkawinan antara pendonor dengan resipien itu
diizinkan oleh hukum Islam.

b. Mengenai Hukum menerima transfusi darah dari non-muslim


Menurut ust. Ahmad sarwat pada hakikatnya tubuh orang kafir
bukan benda najis. Buktinya mereka tetap dibolehkan masuk ke dalam
masjid-masjid manapun di dunia ini, kecuali masjid di tanah haram.
Kalau tubuh orang kafir dikatakan najis, maka tidak mungkin Abu
Bakar minum dari satu gelas bersama dengan orang kafir. Kalau kita
belajar fiqih thaharah, maka kita akan masuk ke dalam salah satu bab
yang membahas hal ini, yaitu Bab Su’ur.
Di sana disebutkan bahwa su’ur adami (ludah manusia) hukumnya
suci, termasuk su’ur orang kafir. Maka hukum darah orang kafir yang
dimasukkan ke dalam tubuh seorang muslim tentu bukan termasuk
benda najis. Dan kantung darah tentu tidak boleh dibawa untuk shalat,
karena kantung darah itu najis.
Namun begitu darah segar itu dimasukkan ke dalam tubuh
seseorang, maka darah itu sudah tidak najis lagi. Dan darah orang kafir
yang sudah masuk ke dalam tubuh seorang muslim juga tidak najis.
Sehingga hukumnya tetap boleh dan dibenarkan ketika seorang muslim
menerima transfusi dari donor yang tidak beragama Islam.

c. Donor darah pada bulan Ramadhan


Menurut Asy Syaikh Utsaimin, tidak boleh bagi seseorang untuk
menyedekahkan darahnya yang sangat banyak dalam keadaan dia
sedang berpuasa wajib, seperti puasa pada bulan Ramadhan.
Kecuali jika di sana ada keperluan yang darurat (mendesak), maka
dalam keadaan seperti ini boleh baginya untuk menyedekahkan
darahnya untuk menolak/mencegah darurat tadi. Dengan demikian

8
dia berbuka dengan makan dan minum. Lalu dia harus mengganti
puasanya yang dia tinggalkan/berbuka.
1. Syarat donor dan transfusi darah menurut agama Islam
Syarat Donor dan Transfusi Darah adalah sebagai berikut :
a. Tidak menyebabkan kerusakan (kematian pada diri donor).
b. Memberikan manfaat (mencegah kerusakan/kematian) pada
akseptor.
c. Donor atau Transfusi tidak boleh dilakukan bila menyebabkan
kematian pada diri donor (darah diambil terlalu banyak), meskipun
memberikan manfaat kepada resipien.
d. Donor darah dapat mencegah bahaya yang sudah pasti (mencegah
kerusakan/kematian resipien).
e. Bahaya yang timbul akibat donor atau transfusi dapat diperkirakan.
f. Perbedaan kerugian yang terjadi dan manfaat yang diperoleh jelas
(manfaat lebih besar dari kerugian).
g. Donor darah memberikan manfaat yang sangat besar dan termasuk
mendonorkan anggota badan yang dapat dipilih.
h. Pendonor tidak akan mendapat kerugian/kerusakan yang berarti,
bahkan mndapat manfaat.
i. Transfusi darah tidak sama dengan “memakan darah”.
j. Kerusakan / kerugian akibat transfusi dapat diperkirakan dan
dicegah dengan adanya kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan.

F. Peraturan Perundang - undangan yang mengatur tentang

Donor Darah
Undang-Undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan (UU
Kesehatan) dan Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 2011 tentang
Pelayanan Darah (PP 7/2011).
Pasal 1 angka 6 PP7/2011, Donor darah dapat didefinisikan kegiatan
menyumbangkan darah atau komponennya kepada pasien untuk tujuan
penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan.
9
Kriteria untuk dapat menjadi pendonor darah adalah :
1. Setiap orang dapat menjadi pendonor darah.
2. Pendonoran darah dilakukan dengan secara sukarela.
3. Pendonor darah harus memenuhi persyaratan kesehatan.
4. Peendonor darah harus memberikan informasi yang benar perihal
kesehatan dan perilaku hidupnya.
5. Pendonor darah dilarang memberikan informasi menyesatkan
berkaitan dengan status kesehatan dan perilaku hidupnya.

G. Fatwa MUI perihal donor darah dan transfusi darah


Para Alim ulama indonesia yang meninjau soal transfusi darah dan Ilmu
Kedokteran dan Hukum Agama Islam, Telah menuangkan keputusannya
dalam fatwa nomer : 6 tahun 1956 tertanggal 2 oktober 1956 dari Majelis
Pertimbangan Kesehatan dan syarat Depkes RI, telah memutuskan sebagai
berikut :
1. Bahwa yang di haramkan mengenai darah dalam Al – Qur`an adalah
memakan dan meminumnya yaitu memasukan melalui kerongkongan.
2. Alim ulama berpendapat bahwa haramnya darah adalah beralasan
karena darah itu najis. Dari penyelidikan Ilmu Kedokteran sekarang
ini, ternyata bahwa :
a. Darah yang dikeluarkan melalui suntikkan pemindahan darah
sesudah diperiksa dari segi dan dipilih sangat bermanfaat untuk
jadi obat.
b. Diantara penyakit ada yang tidak dapat diobati kecuali dengan
satu satunya jalan yaitu dengan menambahkan darah yang sehat
dan cocok kepada darah si sakit yaitu penyakit kekurangan
darah (animea), luka parah karena kecelakaan,operasi besar dst.
Memasukkan darah dengan suntikkan pemindahan darah,
tidaklah sama dengan memasukkanya dengan jalan memakan
dan meminum meminumnya baik saluran maupun akibat atau
hasilnya.
10
c. Berobat dengan darah boleh hukumnya karena tidak ada nash
yang sharih dari AL – QUR`AN dan HADIST mengenai :
 haramnya darah buat jadi obat
 najisnya darah
 larangan berobat dengan najis
d. Karena darah itu ada manfaatnya bahkan ada kalanya orang
berobat dengan darah dengan jalan memindahkan darah darah
yang sehat dan cocok, maka tetaplah pengobatan dengan
pemindahan darah(transfusi) itu boleh hukumnya.

11
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan

Tranfusi darah adalah proses penyaluran darah atau produk berbasis darah
dari 1 orang ke sistem peredaran darah orang lainnya. Tranfusi darah
berhubungan dengan kondisi medis dapat menyelamatkan jiwa dalam
beberapa situasi, seperti kehilangan darah dalam jumlah besar disebabkan
trauma, operasi, syock dan tidak berfungsinya organ pembentuk sel darah
merah.

Melakukan tranfusi darah dari pendapat kalangan ulama fiqih baik pada
masa lampau atau sekarang hukumnya di perbolehkan, asal dengan
memperhatikan syariat Islam yang harus dipenuhi. Adanya bank darah
untuk persediaan hukumnya boleh. Pemberian tranfusi darah antar agama
juga diperbolehkan.

B. Saran

Bagi anda yang melakukan tranfusi darah baik sebagai donor darah
ataupun resepien harus mengikuti syarat yang telah di tentukan. Baik
menurut Agama atau Medis hal ini perlu diperhatikan untuk menghindari
hal-hal yang tidak di inginkan.

12
DAFTAR PUSTAKA
Ansori wildan,2016,Makalah Transfusi Darah Menurut Pandangan Islam diakses
pada Minggu,09 Februari 2020,08.00 di

https://id.scribd.com/doc/303420116/Makalah-Tranfusi-Darah-Menurut-
Pandangan-Islam

Dusturuna,Surat Al-Baqarah Ayat 173 diakses pada Minggu, 09 Februari


2020,08.15 di

https://www.dusturuna.com/quran/2-173/

TafsirWeb.Surat An-Nisa Ayat 23 diakses pada Minggu, 09 Februari 2020,09.00


di

https://tafsirweb.com/

TafsirQ.com.al ma’idah ayat 3 diakses pada Minggu,09 Februari 2020,19.30 di

https://tafsirq.com/topik/al+maidah+ayat+3

Khan,Nisa.Fatwa MUI perihal Donor DAN Transfusi Darah diakses pada Rabu,04
Maret 2020,11.30 di

https://www.academia.id/20338506/Fatwa_MUI_Perihal_Donor_Darah_dan_Tra
nsfusi_Darah

13

Anda mungkin juga menyukai