Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

TRANSFUSI DARAH, HUBUNGAN ANATARA DONOR


DAN REPISIEN DAN MENJUAL BELIKAN
DARAH MENURUT HUKUM ISLAM
Disusun untuk memenuhi tugas

Matakuliah : Masailul Fiqhiyah


Dosen Pengampu : Ibu Dra. St. Rajiah Rusydi, M.Pd.I

Oleh:

1. Abu Dzar: 105191116920


2. Nurul Hikmah: 105191106620
3. Nurmainna: 105191107919

PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
1445H/2023M
KATA PNGANTAR

Dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, karena telah memberikan kesempatan

kepada kami, sehingga dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul “Transfusi

Darah, Hubungan Antara Donor Dan Repisien Dan Menjual Belikan Darah

Menurut Islam”.

Adapun tujuan penulis dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas pada
bidang studi/mata kuliah Masailul Fiqhiyah. Selain itu, makalah ini juga bertujuan

untuk menambah wawasan bagi para pembaca khususnya kepada penulis.

Kami juga mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak khususnya Ibu

Dra. St. Rajiah Rusydi M.Pd.I selaku dosen mata kuliah Masailul Fiqhiyah. Dan

terima kasih kepada teman kelompok yang telah membagi pengetahuannya

sehingga makalah ini dapat diselesaikan dengantepat waktu.

Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam

penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman Kami.

Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Makassar, 15 November 2023

Pemakalah
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL…… ........................................................................


KATA PENGANTAR .................................................................................
DAFTAR ISI ................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ......................................................


B. Rumusan Masalah................................................................
C. Tujuan ..................................................................................

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Transfusi Darah .................................................


B. Manfaat dan Resiko Transfusi Darah ..................................
1. Manfaat Transfusi Darah ...............................................
2. Resiko Transfusi Darah .................................................
C. Hubungan Antara Donor Darah dan Repisien ....................
D. Donor dan Transfusi Darah Serta Hukum Bisnis Stok Darah

BAB III PENUTUPAN

A. Kesimpulan .........................................................................
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Transfusi darah adalah suatu pemberian darah lengkap atau komponen darah

seperti plasma, sel darah merah, atau trombosit melalui jalur IV (Potter, 2005).

Tujuannya adalah untuk memenuhi kebutuhan klien terhadap darah sesuai dengan

program pengobatan. Transfusi darah secara universal dibutuhkan untuk

menangani pasien anemia berat, pasien dengan kelaian darah bawaan, pasien yang

mengalami kecederaan parah, pasien yang hendak menjalankan tindakan bedah

operatif dan pasien yang mengalami penyakit liver ataupun penyakit lainnya yang

mengakibatkan tubuh pasien tidak dapat memproduksi darah atau komponen darah

sebagaimana mestinya.

Pada negara berkembang, transfusi darah juga diperlukan untuk menangani

kegawat daruratan melahirkan dan anak-anak malnutrisi yang berujung pada

anemia berat (WHO, 2007). Tanpa darah yang cukup, seseorang dapat mengalami

gangguan kesehatan bahkan kematian. Oleh karena itu, tranfusi darah yang

diberikan kepada pasien yang membutuhkannya sangat diperlukan untuk

menyelamatkan jiwa.

Angka kematian akibat dari tidak tersedianya cadangan tranfusi darah pada

negara berkembang relatif tinggi. Hal tersebut dikarenakan ketidakseimbangan

perbandingan ketersediaan darah dengan kebutuhan rasional. Di negara

berkembang seperti Indonesia, persentase donasi darah lebih minim dibandingkan

dengan negara maju padahal tingkat kebutuhan darah setiap negara secara relatif

adalah sama. Indonesia memiliki tingkat penyumbang enam hingga sepuluh orang

per 1.000 penduduk. Hal ini jauh lebih kecil dibandingkan dengan sejumlah negara

maju di Asia, misalnya di Singapura tercatat sebanyak 24 orang yang melakukan


donor darah per 1.000 penduduk, berikut juga di Jepang tercatat sebanyak 68 orang

yang melakukan donor darah per 1.000 penduduk (Daradjatun, 2008).

Indonesia membutuhkan sedikitnya satu juta pendonor darah guna memenuhi

kebutuhan 4,5 juta kantong darah per tahunnya. Sedangkan unit transfusi darah

Palang Merah Indonesia (UTD PMI) menyatakan bahwa pada tahun 2008 darah

yang terkumpul sejumlah 1.283.582 kantong. Hal tersebut menggambarkan bahwa

kebutuhan akan darah di Indonesia yang tinggi tetapi darah yang terkumpul dari

donor darah masih rendah dikarenakan tingkat kesadaran masyarakat Indonesia

untuk menjadi pendonor darah sukarela masih rendah.

Hal ini dapat disebabkan oleh beberapa kendala misalnya karena masih

kurangnya pemahaman masyarakat tentang masalah transfusi darah, persepsi akan

bahaya bila seseorang memberikan darah secara rutin. Selain itu, kegiatan donor

darah juga terhambat oleh keterbatasan jumlah UTD PMI di berbagai daerah, PMI

hanya mempunyai 188unit tranfusi darah (UTD). Mengingat jumlah

kota/kabupaten di Indonesia mencapai sekitar 440.

Di rumah sakit, banyak terdapat pasien dengan perdarahan baik karena

kecelakaan maupun post operasi, dalam keadaan seperti ini tentunya pasien

membutuhkan darah untuk memenuhi kebutuhan darah. Tindakan untuk memenuhi

kebutuhan darah ini dipenuhi dengan transfusi darah, dan sebagai seorang perawat
kita sangat berperan dalam pemberian transfusi darah. Oleh karena itu, kemampuan

perawat dalam pemberian transfusi darah perlu ditingkatkan.

B. Rumusan Masalah

1. Pengertian Transfusi Darah

2. Manfaat dan Resiko Transfusi Darah

3. Hubungan Donor Darah dan Repisien

4. Donor dan Transfusi Darah Serta Hukum Bisnis Stok Darah


C. Tujuan

1. Menambah wawasan kita terhadap apa yang dimaksud dengan donor dan

transfusi darah

2. Mengetahui apa hukum dari donor dan transfusi darah serta bisnis stok darah
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Transfusi Darah

Transfusi darah adalah proses menyalurkan darah atau produk berbasis darah

dari satu orang ke sistem peredaran orang lainnya (Sudoyo, 2006). Transfusi darah

adalah suatu pemberian darah lengkap atau komponen darah seperti plasma, sel

darah merah, atau trombosit melalui jalur IV (Potter, 2005).

Menurut Peraturan Pemerintah No. 18 tahun 1980, definisi transfusi darah

adalah tindakan medis memberikan darah kepada seorang penderita yang darahnya

telah tersedia dalam botol kantong plastik.

Usaha transfusi darah adalah segala tindakan yang dilakukan dengan tujuan

untuk memungkinkan penggunaan darah bagi keperluan pengobatan dan pemulihan

kesehatan yang mencakup masalah-masalah pengadaan, pengolahan, dan

penyampaian darah kepada orang sakit.

Darah yang digunakan adalah darah manusia atau bagian-bagiannya yang

diambil dan diolah secara khusus untuk tujuan pengobatan dan pemulihan

kesehatan. Penyumbang darah adalah semua orang yang memberikan darah untuk

maksud dan tujuan transfusi darah (PMI, 2002).


Transfusi darah umumnya berhubungan dengan kehilangan darah dalam jumlah

besar yang disebabkan oleh trauma, operasi, syok dan tidak berfungsinya organ

pembentuk sel darah merah. Pemberian transfusi darah secara aman merupakan

salah satu peran perawat yang sangat penting.

Pada situasi darurat, perawat perlu mendapatkan spesimen darah secara cepat

dan aman bagi klien. Klien yang mendapatkan transfusi darah harus dimonitor

secara ketat agar tidak terjadi efek samping yang merugikan. Menurut penelitian
dilaporkan bahwa reaksi transfusi darah yang tidak diharapkan ditemukan pada

6,6% responden, dimana 55% berupa demam, 14% menggigil, 20% reaksi alergi

terutama urtikaria, 6% hepatitis serum positif, 4% reaksi hemolitik dan 1% overload

sirkulasi.

B. Manfaat dan Resiko Transfusi Darah

1. Manfaat Transfusi Darah

Pemberian transfusi darah diberikan dokter sesuai dengan indikasi medis.

Berikut beberapa manfaat transfusi darah :

• Meningkatkan kadar Hb (Hemoglobin) pada keadaan anemia,

• Mengganti darah yang hilang karena perdarahan misalnya perdarahan saat

melahirkan,

• Mengganti kehilangan plasma darah misalnya pada luka bakar,

• Mencegah dan mengatasi perdarahan karena kekurangan/kelainan komponen

darah misalnya pada penderita thalasemia.

2. Resiko Transfusi Darah

Transfusi darah jika dilakukan dengan baik sesuai prosedur jarang mengalami

komplikasi. Namun ada beberapa risiko reaksi terkait pemberian transfusi darah

yang perlu kita perhatikan yaitu :

• Demam, menggigil
• Alergi, Gatal, kemerahan di kulit

• Infeksi

• Kelebihan cairan

• Kelebihan zat besi

• Sesak nafas

• Sakit kepala

• Cemas, gelisah
• Syok

• Nyeri dada, nyeri punggung

• Penyakit graft versus host

• Reaksi transfusi lambat : antara 24 jam sampai 2 minggu setelah transfusi

Apabila terjadi salah satu dari reaksi transfusi tersebut maka transfusi akan

dihentikan dan dokter akan melakukan penanganan serta pemeriksaan lebih

lanjut.

C. Hubungan Antara Donor Darah dan Repisien

Resipien adalah orang yang menerima Organ dan/atau Jaringan tubuh Pendonor

untuk tujuan penyembuhan penyakit dan pemulihan Kesehatan. Adapun hubungan

antara donor dan resipien, adalah bahwa transfusi darah itu tidak membawa akibat

hukum adanya hubungan kemahraman antara donor dan resipien. Sebab faktor-

faktor yang dapat menyebabkan kemahraman sudah ditentukan oleh Islam

sebagaimana tersebut dalam An-Nisa:23, yaitu: Mahram karena adanya hubungan

nasab. Misalnya hubungan antara anak dengan ibunya atau saudaranya sekandung,

dsb, karena adanya hubungan perkawinan misalnya hubungan antara seorang

dengan mertuanya atau anak tiri dan istrinya yang telah disetubuhi dan sebagainya,

dan mahram karena adanya hubungan persusuan, misalnya hubungan antara

seorang dengan wanita yang pernah menyusuinya atau dengan orang yang sesusuan
dan sebagainya.

D. Donor dan Transfusi Darah Serta Hukum Bisnis Stok Darah

Secara prinsip, Donor Darah merupakan amal mulia yang dapat menyelamatkan

nyawa banyak orang. Di antara kasus wabah demam berdarah yang melanda,

diberitakan bahwa seorang ibu mengantri beberapa hari di kantor PMI demi

sekantong darah bagi anak balitanya yang terjangkit demam berdarah akut dan

harus menjalani transfusi darah. Kebetulan golongan darah yang diinginkan sedang
kosong. Pada hari ketiga saat sekantong darah yang diinginkan telah diperoleh, sang

ibu harus menghadapi kenyataan bahwa anaknya telah terlebih dahulu berpulang.

Kemudian disaat yang lain, seorang ibu yang tengah berjuang untuk melahirkan

anaknya, mengalami pendarahan yang hebat. Ketika transfusi darah dibutuhkan,

persediaan darah sedang kosong dan terlambat diberikan. Pada akhirnya sang bayi

mungil yang lahir dengan selamat harus pula menghadapi kenyataan, dibesarkan

tanpa kasih sayang sang ibu kan dungnya.

Dari sisi kesehatan banyak manfaat yang diperoleh seseorang dengan melakukan

donor darah. Di samping kontrol kesehatan melalui pemeriksaan darah secara

gratis, donor darah yang teratur dapat meringankan kerja jantung dan terjaganya

vitalitas karena lancarnya sirkulasi dan regenerasi darah yang berkesinambungan.

Dari sisi nilai ibadah, donor darah merupakan kebajikan yang sangat mulia di mata

agama. Sesuai ajaran Islam, donor darah termasuk implementasi perintah Allah

untuk saling menolong sesama sebagaimana firman-Nya:


ْ َّ َ ْ َ َ ْ ُ َ َ َ َ
ۖ‫ان‬ َ ‫او ُن ْوا َع َلى ْالا ْثم َوال ُع ْد‬
‫و‬ َ ‫الت ْق ٰوىۖ َو َلا َت َع‬‫وتعاونوا على ال ِب ِر و‬
ِ ِ ِ
Terjemahnya :

“Dan tolong-menolonglah kamu dalam kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-

menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertaqwalah kamu kepada

Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya.” (QS. Al-Maidah:2)

Lebih dari itu, kemuliaan donor darah menjadi bagian penting dari kemuliaan

akhlaq karena mampu menyelamatkan, atau setidaknya memperpanjang kehidupan

yang Allah ciptakan sebagaimana firman-Nya: Terjemahnya: “Dan barangsiapa

yang memelihara dan menyelamatkan kehidupan seorang manusia, maka seolah-

olah dia telah memelihara kehidupan manusia semuanya.” (QS. Al-Maidah: 32).
Dengan demikian para donor yang melangkah atas dasar ketulusan dan

keikhlasan digolongkan Allah dalam hamba-hamba-Nya yang terpuji karena

berkorban untuk mendahulukan kepentingan orang lain dari pada diri sendiri

sebagaimana firman-Nya: Terjemahnya: “Dan mereka mengutamakan kepentingan

orang lain atas diri mereka sendiri, sekalipun mereka dalam kondisi membutuhkan.

Dan siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka itulah orang-orang yang

beruntung.” (QS. Al-Hasyr: 9).

Sabda Nabi Muhammad SAW: “Khairunnas anfa’uhum linnas” yang artinya:

sebaik-baik manusia di antaramu adalah yang paling banyak manfaatnya bagi orang

lain (H.R. Bukhari). Semoga dengan amalan donor darah ini kita termasuk

golongan orang-orang yang terpuji di mata agama karena setidaknya telah mampu

bermanfaat bagi kehidupan sesama.

Apabila praktik transfusi darah itu memberikan imbalan sukarela kepada donor

atau penghargaan apapun baik materi maupun non materi tanpa ikatan dan

transaksi, maka hal itu diperbolehkan sebagai hadiah dan sekadar pengganti

makanan ataupun minuman untuk membantu memulihkan tenaga. Ada baiknya bila

pemerintah memikirkan dan merumuskan kebijakan dalam hal ini seperti


memberikan sertifikat setiap donor yang dapat dipergunakannya sebagai kartu
diskon atau servis ekstra dalam pelayanan kesehatan di Rumah Sakit bilamana

orang yang berdonor darah memerlukan pelayanan kesehatan, atau bahkan

mendapatkan pelayanan gratis bilamana ia memerlukan bantuan darah sehingga

masyarakat akan rajin menyumbangkan darahnya sebagai bentuk tolong-menolong

dan benar-benar menjadi tabungan darah baik untuk dirinya maupun orang lain

sehingga terjalin hubungan yang simbiosis mutualis.


Dengan demikian praktik menjual belikan darah baik secara langsung maupun

melalui rumah sakit dapat dihindarkan karena sebenarnya transfusi darah terlaksana

berkat kerjasama sosial yang murni subsidi silang melalui koordinasi pemerintah

dan bukan menjadi objek komersial sebagaimana dilarang Syariat Islam dan

bertentangan dengan peri kemanusiaan, sehingga setiap individu tanpa dibatasi

status ekonomi dan sosialnya berkesempatan untuk mendapatkan bantuan darah

setiap saat bilamana membutuhkannya sebab di sini harus berlaku hukum barang

siapa menanam kebaikan maka ia berhak mengetam pahala dan ganjaran

kebaikannya.

Rasulullah saw bersabda: “Dan Allah akan selalu menolong hamba-Nya, selama

hamba-Nya selalu menolong saudaranya” [HR. Muslim]. Mufti Syafi' mengatakan

dalam hal proses pengambilan darah dari tubuh seseorang bahwa darah diambil dari

tubuh manusia dengan jarum, tanpa mengiris bagian tubuh manapun. Dengan

demikian, meskipun darah merupakan benda najis, namun mendonorkan darah

hukumnya ja'iz (boleh), hal ini sama dengan memanfaatkan benda najis sebagai

obat. Allah berfirman:

‫عا ٍد‬ َ ‫اغ َّو ََل‬ٍ َ‫غي َْر ب‬


َ ‫ط َّر‬ُ ‫ض‬ ِ ‫ع َل ْي ُك ُم ْال َم ْيتَةَ َوالد ََّم َو َل ْح َم ْال ِخ ْن ِزي ِْر َو َما ٓ اُ ِه َّل بِ ٖه ِلغَي ِْر ه‬
ْ ‫ّٰللا ۚ فَ َم ِن ا‬ َ ‫ِانَّ َما َح َّر َم‬
‫غفُ ْو ٌر َّر ِح ْي ٌم‬
َ ‫ّٰللا‬ َ ‫َل ِاثْ َم‬
َ ‫ع َل ْي ِه ۗ ا َِّن ه‬ ٓ َ َ‫ف‬

Terjemahnya:

Sesungguhnya Dia hanya mengharamkan atasmu bangkai, darah, daging babi,

dan (daging) hewan yang disembelih dengan (menyebut nama) selain Allah.

Akan tetapi, siapa yang terpaksa (memakannya), bukan karena

menginginkannya dan tidak (pula) melampaui batas, maka tidak ada dosa

baginya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.


Difatwakan dalam kitab Liqoattu al-Bab al-Maftuh, mendonorkan darah

dibolehkan dengan catatan tidak menimbulkan mudarat terhadap pendonor dan

tidak ada tujuan untuk menjual darah tersebut. Sebab darah merupakan organ yang

mudah dan cepat tumbuh kembali, beda halnya dengan anggota tubuh yang lain,

dimana tidak dimungkinkan tumbuh kembali jika telah didonorkan. Kebolehan

disini tidaklah mengindikasikan keharusan terhadap setiap orang untuk mendonor

darahnya, tetapi donor darah haruslah ikhlas tanpa mengharap imbalan apapun. Dr.

Ahmad as-Syarabasi membolehkan donor darah, beliau bahkan berpendapat bahwa

mendonorkan darah adalah termasuk dari kebutuhan dharuri (primer/pokok) bagi

manusia. Bahkan beliau mengatakan bahwa bukanlah sebuah kelalaian jikapun

dikatakan bahwa hukum mendonorkan darah adalah fardhu kifayah (kewajiban

kolektif). Hal itu dikarenakan donor darah bisa 'menyembuhkan' orang yang sakit

dan teruka parah. Maka dengan demikian, wajib bagi manusia untuk bertabarru

dengan mendonorkan darahnya kepada orang yang membutuhkan, ikhlas karena

Allah dan tidak boleh meminta imbalan apapun.


BAB III

KESIMPULAN

A. Kesimpulan

Transfusi darah adalah tindakan medis memberikan darah kepada seorang

penderita yang darahnya telah tersedia dalam botol kantong plastik. Resipien adalah

orang yang menerima Organ dan/atau Jaringan tubuh Pendonor untuk tujuan

penyembuhan penyakit dan pemulihan Kesehatan. Adapun hubungan antara donor

dan resipien, adalah bahwa transfusi darah itu tidak membawa akibat hukum adanya

hubungan kemahraman antara donor dan resipien. Sebab faktor-faktor yang dapat

menyebabkan kemahraman sudah ditentukan oleh Islam.

Mendonorkan darah dibolehkan dengan catatan tidak menimbulkan mudarat

terhadap pendonor dan tidak ada tujuan untuk menjual darah tersebut. Sebab darah

merupakan organ yang mudah dan cepat tumbuh kembali, beda halnya dengan

anggota tubuh yang lain, dimana tidak dimungkinkan tumbuh kembali jika telah

didonorkan.

Anda mungkin juga menyukai