Anda di halaman 1dari 29

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas

rahmat-Nya Panduan Pelayanan Darah ini dapat di selesai dengan baik.

Panduan Pelayanan Darah ini diharapkan dapat meningkatkan mutu

pelayanan pada Rumah Sakit Daerah Kalabahi. Dalam Panduan Pelayanan Darah

ini perlu adanya kritik dan saran dari berbagai pihak terkait untuk peningkatan

pelayanan hemodialisis di Rumah Sakit Daerah Kalabahi

Akhir kata kami ucapkan bayak terima kasih kepada semua pihak yang telah

membantu terwujudnya Panduan Pelayanan Unit Hemodialisa di Rumah Sakit

Daerah Kalabahi.

Kalabahi, 2018
Tim penyusun

i
DAFTAR ISI

Caver
Kata Pengantar .................................................................................................i
Daftar Isi .............................................................................................................ii
BAB I Pendahuluan ...........................................................................................1
A. Latar Belakang .....................................................................................1
B. Tujuan ..................................................................................................2
1. Tujuan Umum ...............................................................................2
2. Tujuan Khusus ..............................................................................2
C. Definisi ..................................................................................................2
BAB II Ruang Lingkup `......................................................................................3
BAB III Tata Laksana .........................................................................................4
A.Rekomendasi Pemberian Transfusi Darah ...........................................4
1. Sel Darah Merah ...............................................................................4
2. Trombosit ..........................................................................................4
3. Plasma Beku Segar ..........................................................................5
4. Kriopresipitat .....................................................................................5
B. Waktu Pelayanan ..................................................................................5
C. Reaksi Transfusi ...................................................................................5
1. Reaksi Akut .....................................................................................6
2. Reaksi Lambat ................................................................................8
3. Penularan Infeksi ............................................................................9
D. Tata Laksana Permintaan Darah .........................................................10
E. Tata Laksana Penyimpanan Darah Dan Komponen Darah .................11
F. Tatalaksana Identifikasi ........................................................................11
G. Tata Laksana Pemberian Informed Consent .......................................11
H. Tata Laksana Pemberian Transfusi Darah Dan Produk Darah ...........13
I. Prosedur Transfusi Darah Di Rumah Sakit Daerah Kalabahi ...............14
J. Tata Laksana Penanganan Reaksi Transfusi .......................................16

ii
K. Tata Laksana Pencacatan Dan Pelaporan .......................................... 19
1. Laporan Rutin ................................................................................. 19
2. Laporan Berkala ............................................................................. 20
L. Pengelolaan Limbah ............................................................................. 20
M. Alur Pelayanan Trnsfusi Darah ............................................................ 21
BAB IV Dokumentasi ......................................................................................... 23
BAB V Penutup .................................................................................................. 24

iii
iv
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Pelayanan darah merupakan salah satu bagian penting dalam bidang
kesehatan. Secara keseluruhan, pelayanan darah dibutuhkan untuk menangani
pasien yang mengalami perdarahan, anemia berat, pasien yang hendak men-
jalani tindakan operasi, pasien dengan kelainan darah bawaan. Pelayanan
darah menyelamatkan nyawa dan meningkatkan kualitas kesehatan, tetapi
banyak pasien yang membutuhkan pelayanan namun tidak memiliki akses yang
tepat untuk mendapat darah yang aman (WHO, 2016).
Salah satu indikator kesehatan suatu negara adalah tingginya angka
mortalitas dan morbiditas. Tingginya angka mortalitas dan morbiditas tidak ter-
lepas dari kualitas peayanan darah. Kebutuhan darah semakin meningkat di
dunia ini dimana 1 pasien dari 7 pasien yang masuk rumah sakit memerlukan
transfusi darah. Ketidakseimbangan antara penyediaan darah dan kebutuhan
darah semakin meningkat di dunia. Saat ini hanya di 62 negara, persediaan
darah 100% berasal donor darah sukarela dan 40 negara lagi masih tergantung
pada donor dari keluarga dan donor darah yang dibayar. Kebutuhan darah se-
tiap hari di negara seperti United States, adalah sekitar 36.000 unit sel darah
merah tetapi hanya 13,6 juta jumlah seluruh darah dan unit sel darah merah
yang dapat dikumpulkan dalam satu tahun. Hanya 10% dari populasi yang
memenuhi syarat benar-benar mendonor darah setiap tahun, meskipun diperki-
rakan 38 persen dari populasi United States memenuhi syarat untuk mendonor
darah
Jumlah kebutuhan minimal darah di Indonesia telah mencapai sekitar
5,1 juta kantong per tahun atau 2% jumlah penduduk, sedangkan penyediaan
darah dan komponennya saat ini hanya sebanyak 4,6 juta kantong dari 3,05 juta
donasi. Sebanyak 86,20% dari 3,05 juta donasi itu berasal dari donor darah
sukarela. Indonesia masih kekurangan jumlah penyediaan darah secara na-
sional sekitar 500 ribu kantong pentingnya ketersediaan darah di bank darah
(UTD) karena untuk memenuhi kebutuhan akan transfusi darah yang dapat ter-
jadi kapan saja seperti untuk korban kecelakaan yang dalam kondisi gawat daru-
1
rat yang membutuhkan transfusi darah, pasien operasi mayor seperti operasi be-
dah umum , seksio sesarea, para penderita penyakit darah, namun ketersediaan
stok darah di PMI sering kali tidak mencukupi kebutuhan di masyarakat. Hal ini
yang membuat RSD Kalabahi menyiapkan Unit Tranfusi Darah untuk melayani
setiap permintaan darah yang dibutuhkan di RSD Kalabahi.
B. TUJUAN
1. Tujuan
Umum
Meningkatkan kualitas pelayanan darah berdasarkan standar prosedur di
Rumah Sakit Daerah Kalabahi dan peraturan perundang-undangan yang
berlaku dengan mengutamakan keselamtan pasien
2. Tujuan
Khusus
1. Di harapkan PPA mampu memberikan penjelasan terkait pelayanan darah
yang dilakukan pada pasien
2. Diharapkan PPA mampu memfasilitasi ketersediaan darah di Unit Transfusi
darah
3. Mampu mengidentifikasi setiap pasien yang berhak mendapatkan transfusi
darah
4. PPA mampu memonitoring penderita yang mendapatkan transfuse darah
5. PPa mampu mengindetifikasi dan merespon reaksi trasfusi
C. DEFINISI
1. pelayanan transfusi darah adalah upaya pelayanan kesehatan yang meliputi
perencanaan, pengarahan dan pelestarian pendonor darah, penyediaan
darah, pendistribusian darah, dan tindakan medis pemberian darah kepada
pasien untuk tujuan penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan.
2. Transfusi darah adalah tindakan medis memberikan darah kepada seorang
penderita yang darahnya telah tersedia dalam kantong plastic.
3. Donor darah atau penyumbang darah adalah semua orang yang memberikan
darah untuk maksud dan tujuan transfusi darah
4. Resipien atau penerima darah adalah semua orang yang mendapat tamba-
han darah.

2
BAB II
RUANG LINGKUP

1. Pelaksana panduan ini adalah tenaga kesehatan terdiri dari :


a. Staf Medis
b. Staf Perawat
c. Staf Bidan
d. Unit Transfusi Darah
2. Instalasi yang terlibat dalam pelaksanaan Panduan Pelayanan Darah adalah :
a. Instalasi Gawat Darurat
b. Instalasi Bedah Sentral
c. Instalasi Rawat Inap terdiri dari :
1. Ruang Perawatan Bedah Infeksi
2. Ruang Perawatan VVIP dan VIP
3. Ruang Perawatan Penyakit Dalam
4. Ruang Perawatan Kebidanan dan Penyakit Kandungan( Nifas)
5. Ruang Bersalin
6. Ruang Perawatan Kelas I
7. Ruang Ruang Penyakit Anak
8. Ruang Perinatologi
9. ICU
10. Ruang khusus

3
BAB III
TATA LAKSANA

A. REKOMENDASI PEMBERIAN TRANSFUSI DARAH


1) Sel Darah Merah
a. Transfusi sel darah merah hampir selalu diindikasikan pada kader He-
moglobin (Hb) <7 g/dl, khusus untuk kasus obstetri akut. Transfusi
darah ditunda jika pasien asimptomatik dan/atau penyakitnya memiliki
terapi spesifik lain, maka batas kader Hb yang lebih rendah dapat diter-
ima. (Rekomendasi A)
b. Transfusi sel darah merah dapat dilakukan pada kader Hb 7-10 g/dl
apabila ditemukan hipoksia atau hipoksemia yang bermakna secara
klinis dan laboratorium. (Rekomendasi C)
c. Transfusi tidak dilakukan bila kader Hb ≥10 g/dl, kecuali bila ada in-
dikasi tertentu, misalnya penyakit yang membutuhkan kapasitas trans-
port oksigen lebih tinggi (contoh: penyakit paru obstruktif kronik berat
dan penyakit jantung iskemik berat) (Rekomendasi A)
d. Transfusi pada neonatus dengan gejala hipoksia dilakukan pada kader
Hb≤11 g/dl; bila tidak ada gejala batas ini dapat diturunkan mencapai 7
g/dl (seperti pada anemia bayi prematur). Jika terdapat penyakit jan-
tung atau paru atau yang sedang membutuhkan suplementasi oksigen
batas untuk dilakukan transfusi adalah Hb ≤13 g/dl. (Rekomendasi C)
2) Trombosit
a. Trombosit diberikan untuk mengatasi perdarahan pada pasien dengan
trombositopenia bila hitung trombosit <50.000/uL, bila terdapat per-
darahan mikrovaskular difus batasnya menjadi <100.000/uL. Pada ka-
sus DHF dan DIC supaya merujuk pada penatalaksanaan masing-
masing. (Rekomendasi C)
b. Profilaksis dilakukan bila hitung trombosit <50.000/uL pada pasien
yang akan menjalani operasi, prosedur invasif lainnya atau sesudah
transfusi masif.(Rekomendasi C)
c. Pasien dengan kelainan fungsi trombosit yang mengalami perdarahan.
(Rekomendasi C)
4
3) Plasma Beku Segar
a. Mengganti defisiensi faktor IX (hemofilia B) dan faktor inhibitor koagu-
lasi baik yang didapat atau bawaan bila tidak tersedia konsentrat faktor
spesifik atau kombinasi. (Rekomendasi C)
b. Neutralisasi hemostasis setela terapi warfarin bila terdapat perdarahan
yang mengancam nyawa. (Rekomendasi C)
c. Adanya perdaraan dengan parameter koagulasi yang abnormal setelah
transfusi masif atau operasi pintasan jantung atau pada pasien dengan
penyakit hati. (Rekomendasi C)
4) Kriopresipitat
a. Profilaksis pada pasien dengan defisiensi firbrinogen yang akan men-
jalani prosedur infasif dan terapi pada pasien yang mengalamai per-
darahan. (Rekomendasi C)
b. Pasien dengan hemofilia A dan penyakit von willlebrand yang men-
galami perdarahan atau yang tidak responsif terhadap pemberian
desmopresin asetat atau akan menjalani operasi. (Rekomendasi C)

B. Waktu Pelayanan
Pelayanan darah di Rumah Sakit Daerah Kalabahi diberikan pelayanan
C. REAKSI TRANSFUSI
Resiko transfusi darah sebagai akibat langsung transfusi merupakan
bagian situasi klinis yang kompleks. Jika suatu operesi dinyatakan potensial
menyelamatkan nyawa hanya bila didukung dengan transfusi darah, maka
keuntungan dilakukannya transfusi jauh lebnih tinggi daripada resikonya.
Sebaliknya, transfusi yang dilakukan pasca bedah pada pasien yang stabil
hanya memberikan sedikit keuntungan klinis atau sama sekali tidak
menguntungkan. Dalam hal ini resiko akibat transfusi yang didapat mungkin
tidak sesuai dengan keuntungannya. Resiko transfusi darah ini dapat
dibedakan atas reaksi cepat, reaksi lambat, penularan penyakit transfusi dan
resiko transfusi masif.

5
1. Reaksi Akut
Reaksi akut adalah reaksi yang terjadi selama transfusi atau dalam
24 jam setelah transfusi. Reaksi akut dapat dibagi menjadi tiga kategori
yaitu ringan, sedang-berat dan reaksi yang membahayakan nyawa.
Reaksi ringan ditandai dengan timbulnya pruritus, urtikaria dan rash.
Reaksi ringan ini disebabkan oleh hipersensitivitas ringan. Reaksi sedang-
berat ditandai dengan adanya gejala gelisa, lemah, pruritus, palpitasi,
dispnea ringan dan nyeri kepala. Pada pemeriksaan fisis dapat ditemukan
adanya warna kemerahan di kulit, urtikaria, demam, takikardia, kaku otot.
Reaksi sedang-berat biasanya disebabkan oleh hipersensitivitas sedang-
berat, demam akibat reaksi transfusi non-hemolitik (antibodi terhadap
leukosit, protein, trombosit), kontaminasi pirogen dan/atau bakteri.
Pada reaksi yang membahayakan nyawa ditemukan gejala gelisa,
nyeri dada, nyeri disekitar tempat masuknya infus, napas pendek, nyeri
punggung, nyeri kepala, dan dispnea. Terdapat pula tanda-tanda kaku
otot, demam, lemah, hipotensi (turun≥20% tekanan darah sistolik),
takikardia (naik ≥20%), hemoglobinuria dan perdarahan yang tidak jelas.
Reaksi ini disebabkan oleh hemolisis intravaskular akut, kontaminasi
bakteri, syok septik, kelebihan cairan, anafilaksis dan gagal paru akut
akibat transfusi.
a. hemolisis intravaskular akut adalah reaksi yang disebabkan inkompati-
bilitas sel darah merah. Antibodi dalam plasma pasien akan melisiskan
sel darah merah yang inkompatibel. Meskipun volume darah inkompati-
bel hanya sedikit (10-50 ml) namun sudah dapat menyebabkan reaksi
berat. Semakin banyak volume darah yang inkompatibel maka akan
semakin meningkakan rsiko.
Penyebab terbanyak adalah inkompatibilitas ABO. Hal ini biasa terjadi
akibat kesalahan dalam permintaan darah, pengambilan contoh darah
dari pasien ke tabung yang belum diberikan label, kesalahan
pemberian label pada tabung dan ketidaktelitian identitas pasien
sebelum transfusi. Selain itu penyebab lainnya adalah adanya antibodi
pada plasma pasien melawan antigen golongan darah lain (selain

6
golongan darah ABO) dari darah yang ditransfusikan, seperti sistem
Idd, Kell atau Duffy.

Jika pasien sadar, gejala dan tanda biasanya timbul dlam beberapa
menit awal transfusi, kadang-kadang timbul jika telah diberikan kurang
dari 10 ml. Jika pasien tidak sadar atau dalam anestesia, satu-satunya
tanda inkompatibilitas transfusi. Pengawasan pasien dilakukan sejak
awal transfusi dari setiap unit darah.

b. Kelebihan cairan
Kelebihan cairan menyebabkan gagal jantung dan edema paru. Hal ini
dapat terjadi bila telalu banyak cairan yang ditransfusikan, transfusi
telalu cepat, atau penurunan fungsi ginjal. Kelebihan cairan terutama
terjadi pada pasien dengan anemia kronik dan memiliki penyakit dasar
kardiovaskular.
c. Reaksi anafilaksis
Resiko meningkat sesuai dengan kecapatan transfusi. Sitokin dalam
plasma merupakan salah satu penyebab bronkokonstriksi dan
vasokonstriksi pada risipien tertentu. Selain itu defisiensi IgA dapat
menyebabkan reaksi anafilaksis sangat berat. Hal ini dapat disebabkan
produk darah yang banyak mengandung IgA. Reaksi ini terjadi dalam
beberapa menit awal transfusi dan ditandai dengan syok (kolaps
kardiovaskular), distress pernapasan dan tanda demam. Anafilaksis
dapat berakibat fatal bila tidak ditangani dengancepat dan agresif.
d. Cedera paru akut akibat transfusi (Transfusion-associated acute lung
injury =TRALI)
Cedera paru akut disebabkan oleh plasma donor yang mengandung
antibodi yang melawan leukosit pasien. Kegagalan fungsi paru
biasanya timbul dalm 1-4 jam sejak awal transfusi, dengan gambaran
foto toraks kesuraman yang difus. Tidak ada terapi spesifik, namun
diperlukan bantuan pernapasan di ruang rawat intensif.

7
2. Reaksi Lambat
a. Reaksi hemolitik lambat
Reaksi hemolitik lambat timbul 5-10 hari setelah transfusi
dengan gejala dantanda demam, anemia, ikterik dan homoglobinuria.
Reaksi hemolitik lambat yang berat dan mengancam nyawa disertai
syok, gagal ginjal dan DIC jarang terjadi. Pencegahan dilakukan
pemeriksaan laboratorium antibodi sel darah kompatibel dengan
antibodi tersebut.
b. Purpura pasca transfusi
Purpura pasca transfusi merupakan komplikasi yang jarang
tetapi potensial membahayakan pada transfusi sel darah merah atau
trombosit. Hal ini disebabkan adanya antibodi langsung yang melawan
antigen spesifik trombosit pada resipien. Lebih banyak terjadi pada
wanita. Gejala dan tanda yang timbul adalah perdarahan dan adanya
trombositopenia berat akut 5-10 hari setelah transfusi yang biasanya
terjadi bila hitung trombosit <100.000/uL. Penatalaksana penting
terutama bila hitung trombosit ≤50.000/uL. Dan perdarahan yang tidak
terlihat dengan hitung trombosit 20.000/uL.pencegaham dilakukan
dengan memberikan trombosit yang kompatibel dengan antibodi
pasien.
c. Penyakit graft-versus-host
Komplikasi ini jarang terjadi namun potensial membahayakan.
Biasanya terjadi pada pasien imunodefisiensi, terutama pasien dengan
transplantasi sumsum tulang; dan pasien imunokompeten yang
diberikan transfusi dari individu yang memmiliki tipe jaringan
kompatibel (HLA: human luecocyte antigen), biasanya yang memiliki
hubungan darah. Gejala dan tanda seperti demam, rash kulit dan
deskumasi, diare, hipatitis, pansitopenia, biasanya tiombul 10-12 hari
setelah transfusi. Tidak ada terapi spesifik, terapi hanya bersifat
suportif.
d. Kelebihan besi
Pasien yang bergantung pada transfusi berulang dalam jangka
waktu panjang akan mengalami akumulasi besi dalam tubuhnya
8
(hemosiderosis). Biasanya ditandai dengan gagal organ (jantung pada
hati). Tidak ada mekanisme fisiologis untuk menghilangkan kelebihan
besi. Obat pengikat besi seperti desferioksamin, diberikan untuk
meniminimalkan akumulasi besi dan mempertahankan kadar serum
feritin <2.000 mg/l.
e. Supresi imun
Transfusi darah dapat mengubah sistem imun resipien dalam
beberapa cara dan hal ini terjadi perhatian karena adanya pendapat
yang mengatakan bahwa angka rekurensi tumor dapat meningkat.
Selain itu juga terdapat pendapat yang menyatakan bahwa transfusi
darah meningkatkan resiko infeksi pasca bedah karena menurunnya
respons imun: sampai saat ini, penelitian klinis gagal membuktikan hal
ini.
Busch dkk18 (1993) melakukan randomizet trial terhadap 475
pasien kanker kororektal. Penelitian membandingkan prognosis antara
pasien kanker kororektal yang dilakukan transfusi allogenik.
Didapatkan hasil bahwa resiko rekurensi meningkat secara bermakna
pada pasien yang dilakukan transfusi darah, baik allogenik maupun
autolog, bila dibandingkan dengan yang tidak dilakukan transfusi;
resiko relatif rekurensi adalah 2,1 dan 1,8; angkah tersebut tidak
berbeda bermakna satu dengan yang lain.
3. Penularan Infeksi
Resiko penularan penyakit infeksi melalui transfusi darah
bergantung pada berbagai hal, antara lain prevalensi penyakit di
masyarakat, keefektifan skrining yang digunakan, status imun resipien dan
jumlah donor tiap unit darah. Saat ini dipergunakan model matematis
untuk menghitung resiko transfusi darah, antara lain untuk penularan HIV,
virus hepatitis C, hepatitis B dan virus human T-cell lymphotropic (HTLV).
Model ini berdasarkan fakta bahwa penularan penyakit terutama timbul
pada sat window period (periode sekerang setelah infeksi dimana darah
donor sudah infeksius tetapi hasil skrining masih negatif).

9
D. TATA LAKSANA PERMINTAAN DARAH
Setiap pasien yang di Rawat Inap, baik diruangan, ICU atau Kamar
Operasi bila membutuhkan darah maupun komponen darah, mendapatkan
Surat Permintaan Darah yang ditandatangani oleh dokter yang merawat
(DPJP). Surat Permintaan Darah tersebut beserta sampel darah yang
diambilkan oleh perawat ruangan di bawah oleh keluarga pasien ke UTD PMI
untuk meminta darah serta dilakukan uji saring dan uji cocok serasi. Setelah
mendapatkan darah yang diminta, maka keluarga pasien kembali ke Rumah
Sakit. Setibanya di Rumah Sakit, keluarga pasien diharukan menyerahkan
darah tersebut ke perawat ruangan atau unit peminta untuk dilakukan
pencatatan, pemeriksaan, dan/atau penyimpanan darah serta administrasi
transaksi keuangan sesuai dengan jumlah darah yang diserakan dan biaya
tindakan yang dilakukan.
Pasien membutuhkan
Transfusi darah

 Dokter mengisi formulir permintaan darah


 Perawat RI / OK / ICU melakukan sampling

PMI :
 Golongan Darah
 Cross Match
 Uji Serologi

Ke UPD untuk Proses selantnya

 Darah diserakan ke Perawat RI / OK.


 Darah ditransfusikan sesuai kebutuhan dan dicacat reaksi
yang timbul dilapor ke UTD

 Pasien keluar RS ditagih.


 UPD tiap bulan merekap laporan dan transaksi
 UPD mengecek tagihan dari PMI

Keuangan membayar
PMI

10
E. TATA LAKSANA PENYIMPANAN DARAH DAN KOMPONEN DARAH
Darah yang belum diberikan haruslah simpan dalam lemari es. Penyimpanan
darah sampai darah tersebut dibutuhkan/diambil kembali oleh keluarga
pasien. Bila masih ada sisa darah, maka sisa darah tersebut bisa diberikan
kepada pasien lain yang membutuhkan sesuai dengan prosedur yang
berlaku. Apabila ada darah yang rusak atau mendekati kadaluarsa, maka
darah tersebut haruslah dikembalikan ke PMI.
Untuk Fresh Frozen Plasma (FFP), dikarenakan Rumah Sakit Efarina
Etaham masih belum memiliki Lemari Pendingin Khusus (harus disimpan
dalam suhu minus 200C) maka permintaan dan pengambilan FFP diatur
sedemikian rupa sehingga setelah FFP tersebut dicairkan, dalam waktu
kurang dari 4 jam sudah harus ditransfusikan kepada pasien yang
memerlukan.
F. TATA LAKSANA IDENTIFIKASI
1. Setiap kali akan dilakukan pemberian transfusi darah, perawat wajib
melakukan identifikasi atas diri pasien, maupun produk darah yang akan
diberikan
2. Perawat menanyakan identitas pasien dengan menanyakan “Bapak/Ibu na-
manya siapa? Tanggal Lahir?” dan mencocokkan dengan dokumen rekam
medis yang berisi identitas pasien
3. Pada sat menerima produk darah dari PMI yang dibawah oleh keluarga
pasien, perawat mengecek kebenaran kantong darah, meliputi jenis darah, go-
longan darah, nomor kantong dan tanggal kadaluarsa serta mencocokkan
dengan formulir pengiriman kantong darah
4. Sebelum memberikan produk darah kepada pasien, perawat mengulang kem-
bali prosedur identifikasi pasien.
G. TATA LAKSANA PEMBERIAN INFORMED CONSENT
1. Sebelum pemberian transfusi darah, DPJP wajib memberikan informasi dan
edukasi kepada pasien dan keluarganya, meliputi:
a. Diagnonis dan prognosis secara rinci dan juga prognosis apabila tidak dio-
bati
b. Ketidakpastian tentang diagnosis (diagnosis kerja dan diagnosis banding)
termasuk pemeriksaan lanjutan sebelum dilakukan pengobatan
11
c. Pilihan pengobatan atau penatalaksanaan terhadap kondisi kesehatannya,
termasuk pilihan untuk tidak diobati
d. Tujuan dari rencana pemeriksaan atau pengobatan; rincian dari prosedur
atau pengobatan yang dilaksanakan, termasuk tindakan subsider seperti
penanganan nyeri, bagaimana pasien seharusnya mempersiapkan diri, rin-
cian apa yang akan dialami pasien selama dan sesudah tindakan, terma-
suk efek samping yang biasa terjadi dan yang serius
e. Untuk setiap pilihantindakan, diperlukan tindakan tentang kelebihan/keun-
tungan dan tindakan kemungkinan keberhasilannya, dan diskusi tentang
kemungkinan resiko yang serius atau sering terjadi dan perubahan gaya
hidup sebagai akibat dari tindakan tersebut
f. Nyatakan bila rencana pengobatan tersebut adalah upaya yang masih
eksperimental
g. Bagaimana dan kapan kondisi pasien dan akibat sampingannya akan di-
monitor atau dinilai kembali
h. Nama dokter yang bertanggungjawab secara keseluruhan untuk pengob-
atan tersebut, serta bila mungkin nama-nama anggota tim lainnya
i. Bila melibatkan dokter yang sedang mengikuti pelatihan atau pendidikan,
maka sebaiknya dijelaskan peranannya di dalam rangkaian tindakan yang
akan dilakukan
j. Mengingatkan kembali bahwa pasien dapat mengubah pendapatnya setiap
waktu. Bila hal itu dilakukan maka pasien bertanggungjawab penuh atas
konsekuensi pembatalan tersebut
k. Mengingatkan bahwa pasien berhak memperoleh pendapat kedua dari
dokter lain. Bila memungkinkan, juga diberitahu tentang perincian biaya.
2. Informasi diberikan dalam konteks nilai budaya dan latar belakang mereka.
Sehingga melahirkan seorang interpreter mungkin merupakan suatu sikap
yang penting, baik dia seorang profesional ataukah salah seorang anggota
keluarga. Ingat bahwa dibutuhkan persetujuan pasien terlebih dahulu dalam
mengikutsertakan interpreter bila hal yang akan didiskusikan merupakan hal
yang bersifat pribadi.
3. Dapat menggunakan alat bantu seperti leaflet atau bentuk publikasi lain apa-
bila hal itu dapat membantu memberikan informasi yang terakhir. Misalnya, se-
12
belum leaflet yang menjelaskan tentang prosedur yang umum. Leaflet tersebut
akan membuat jelas kepada pasien karena dapat ia bawah pulang dan digu-
nakan untuk berpikir lebih lanjut, tetapi jangan sampai mengakibatkan tidak
ada diskusi.
4. Apabila dapat membantu, tawarkan kepada pasien untuk membawah keluarga
atau teman dalam diskusi atau membuat rekaman dengan tape recorder
5. Memastikan bahwa informasi yang membuat pasien tertekan (distress) agar
memberikan dengan cara yang sensitif dan empati. Rujuk mereka untuk kon-
seling bila dilerlukan.
6. Mengikutsertakan salah satu anggota tim pelayanan kesehatan dalam diskusi
misalnya, perawat, baik untuk memberikan dukungan kepada pasien maupun
untuk turut membantu memberikan penjelasan.
7. Menjawab semua pertanyaan pasien dengan benar dan jelas
8. Memberikan cukup waktu bagi pasien untuk memahami informasi yang
diberikan dan kesempatan bertanya tentang hal-hal yang bersifatklarifikasi, se-
belum kemudian diminta membuat keputusan
9. Pasien memberikan informend consent dengan menandatangani formulir yang
telah tersedia.
H. TATA LAKSANA PEMBERIAN TRANSFUSI DARAH DAN PRODUK DARAH
1. Jelaskan prosedur kepada klien. Tentukan apakah klien pernah mendapatkan
transfusi sebelumnya dan catatan reaksi jika ada
2. Minta klien untuk melaporkan gajala berikut : menggigil, sakit kepala gatal dan
kemerahan dengan segera
3. Pastikan bahwa klien telah menandatangani format persetujuan/ informed
concern
4. Cuci tangan dan gunangan sarung tangan
5. Buat jalur IV dengan kateter besar
6. Gunakan selang infus yang mempunyai filter. Gantungkan larutan NaCl 0,9%
untuk diberikan setelah menginfuskan / pemberian transfusi darah
7. Ikuti protokol institusi dalam mendapatkan produk darah dari bank darah.
Minta darah bila telah siap menggunakannya
8. Dengan perawat yang lain, identifikasi kebenaran produk darah dan klien :

13
a. Periksa kompatibilitas yang tertera pada kantong darahd an informasi
pada kantong itu sendiri
b. Untuk darah lengkap, periksa golongan ABO dan tipe RH pada catatan
klien
c. Periksa ulang produk darah dengan pesanan dokter
d. Tanyakan nama klien dan periksa / cocokkan dengan gelang nama
e. Dapatkan dara dasar tanda-tanda vital klien
9. Mulai untuk menstransfusikan darah :
a. Utamakan / isi jalur IV dengan 0,9% normal saline
b. Mulai transfusi dengan lambat menlalui tetesan pertama pada filter
c. Atur kecepatan tetesan 2ml/menit pada 15 menit pertama transfusi dan
tetap bersama klien. Jika ditemukan adanya reaksi, hentikan transfusi,
siram / suntik jalur IV dengan normal suline secara lambat dan beritahu
dokter dan bank darah
10. Monitor tanda-tanda vital
a. Dapatkan tanda vital klien setiap 5 menit selama 15 menit pertama trans-
fusid an setiap jarum untuk yang berikutnya mengikuti kebijakan institusi /
rumah sakit
b. Observasi klien terhadap adanya kemerahan, ruam kulit, gatal, dispnea,
bintik-bintik merah di kulit
11. Lepaskan dan buang sarung tangan. Cuci tangan
12. Lanjutkan mengoservasikan terhadap reaksi samping / efek samping transfusi
13. Catat pemberian darah dan produk darah. Catat cairan yang digunakan
mengikuti kebijakan rumah sakit / institusi
Bila transfusi sudah selesai. Kembalikan kantong plastik dan selangnya ke
bank darah.
I. PROSEDUR TRANSFUSI DARAH DI RUMAH SAKIT DAERAH KALABAHI
Adapun pelaksanaan transfusi darah dilakukan di Instalasi Rawat Inap,
ICU, IBS, dan Unit Hemodialisa serta IGD.
Standart Prosedur Operasional transfusi darah di Rumah Sakit Daerah Kalabahi
sebagai berikut :
1. Petugas mencuci tangan
2. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
14
3. Ganti baju pasien dengan baju infus
4. Lihat prosedur pemasangan infus terlebih dahulu sebelum pemberian trans-
fusi darah
5. Sebelum transfusi dilakukan terlebih dahulu cek kelengkapannya yang
meliputi :
 Penandatanganan informed consent tindakan pemberian transfusi darah
yang disetujui oleh pasien, keluarga yang bertanggungjawab, perawat se-
bagai saksi dan diketahui oleh dokter yang merawat
 Indentifikasi kebenaran produk darah, sesuaikan nama pasien, tanggal
lahir, nomor register, komponen darah yang diperlukan, nomor kantong
darah dengan labelnya dan tanggal kadaluwarsanya
 Catat jenis dan jumlah darah yang dimasukkan di lembar observasi cairan
6. Perawat memakai handrub dan sarung tangan
7. Buka kantong darah, hubungkan selang transfusi dengan IV cateter lalu buka
klem pengatur tetesannya
8. Setelah darah masuk pantau tanda vital setiap 5 menit selama 15 menit per-
tama dan setiap 15 menit selama 1 jam sebelumnya
9. Bila terlihat gejala reaksi transfusi tutuplah saluran transfusion set segera
ganti cairan NaCl 0,9% beserta set infusnya dan segera lapor dokter
10. Bila kondisi klien tidak memungkinkan misalnya ada kelainan jantung an ginjal
maka kecepatan tetesan tergantung keadaan klinis pasien
11. Bila tidak ada hipovoleneik atau kelainan jantung kecepatan transfusi tergan-
tung keadaan klinis pasien, 1 cc atau 2 cc per kilogram BB per jam (20-40
tetes/menit, maksumal 1000cc dalam 24 jam). Setelah semua komponen
darah habis bersihkan selang infuse dengan NaCl 0,9% sampai bersih
12. Satu unit darah selesai maksimal 4 jam. Catat jenis, jumlah, nomor seri darah,
suhu dan tekanan darah sebelum dn sesudah darah dimasukkan, obat-
obatan yang diberikan sebelum darah dimasukkan serta reaksi yang timbul
setelah darah dimasukkan di lembar I.D.1
13. Mintakan tanda tangan dokter yang memberikan instruksi transfusi darah se-
bagai penanggung jawab (model A dan LD.1)
14. Bersihkan dan rapikan alat-alat yang digunakan dan mencuci tangan

15
Hal-hal yang Perlu Diperhatikan
1. Dilarang memasukkan obat kedalam labu merah maupun transfusion set
(atau selang transfusi)
2. Transfusion set yang telah digunakan lebih dari 4 jam dapat digunakan lagi
3. Pasien rawat jalan boleh pulang sete;ah 3 jam pasca transfusi. Pada pasien
yang perlu transfusi tapi masih demam sebaiknya diatasi dulu demamhya bila
selama transfusi terdapat reaksi demam dapat segera diketahui, namun
bukanlah suatu kontra indikaso untuk transfusi bagi pasien tersebut bila
mendesak (pasien sepsis).
4. Pasa pasien yang belum sadar dari anesteri umum jika transfusi dapat di-
tunda sebaiknya ditunggu sampai pasien sadar karena beberapa tanda dini
dari reaksi transfusi
J. TATA LAKSANA PENANGANAN REAKSI TRANSFUSI
Pengertian reaksi transfusi yang timbul dari transfusi darah adalah reaksi
yang timbul akibat adanya antigen pada lekosit atau trombosit pasien, yang
tesensitisasi oleh antigen melalui transfusi sebelumnya. Untuk mencatat dan
melaporkan reaksi transfusi harus dikenal kriteria diagnosa.
Adapun kriteria diagnosa sebagai berikut :
 Sakit kepala yang disertai rasa dingin tiba-tiba, lalu gemeteran disertai ke-
naikan suhu badan
 Terjadi dalam jangka waktu 12 jam setelah transfusi dijalankan
 Sering bereaksi baik dengan pengobatan
 Dapat menjadi berat, terjadi batuk dan sesak
 Pemeriksaan penunjang yang diperlukan adalah memeriksa ulang uji keco-
cokan dari semua pasien terhadap sel-sel darah donor dan X-Foto Thorax.
Reaksi anafilaksis merupakan reaksi hipersensitif tipe 1 atau hipersensiti-
fikasi yang dimediasi oleh lg E, yang menyebabkan lepasnya mediator-mediator
dari sel mast, dan terjadinya sangat cepat dan menyeluruh. Adapun kriteria diag-
nosa reaksi anafilaksis sebagai berikut :
 Hipotensi atau syok akibat vasidilatasi yang luas
 Urtikari atau angioedema
 Bronkospasme

16
 Angioedema pada laring dan hipofaring serta bronkospasme menyebabkan
sumbatan jalan nafas.
Reaksi hemolitik akibat transfusi adalah reaksi transfusi paling berat dan
dapatt fatal, yang mengakibatkan pecahnya sel-sel darah merah, bisa terjadi
karena intravaskuler maupun ekstravakuler.
Kriteria diagnosa reaksi hemotilik mayor sebagai berikut :
 Terjadinya cepat dan bersifat intravaskuler
 Demam dan menggigil, nyeri punggung dan kepala
 Bisa terjadi dyspneu, hipotensi dan kolaps vaskuler
 Pada kasus yang berat, dapat terjadi DIC atau gagal ginjal akut akibat nekro-
sis tubuler atau terjadi keduanya
 Pasien dibawah anesteri umum tak memberikan banyak gejala tapi dapat di-
curigai dari adanya perdarahan umum dan oliguria
Kriteria diagnosa reaksi hemotilik minor sebagai berikut :
 Terjadinya lambat dan bersifat ekstravaskuler
 Kadang muncul 5-10 hari post transfusi
 Pemeriksaan penunjang Hematokrit gagal atau tak meningkat seperti harapan
hemoglobinemia dan hemglobinuria, bilirubin indirek meningkat, rebal fuction
test meningkat
Reaksi transfusi akut ringan adalah reaksi tak diinginkan yang timbul aki-
bat ketidakcocokan antara darah donor dan darah resipien atau pasien yang ter-
jadi selama atau setelah (dalam waktu 24 jam) sesudah transfusi diberikan. Ke-
mungkinan penyebabnya adalah hipersensitif ringan. Kriteria diagnosanya adalah
didapatkan reaksi sulit yang terbatas berupa urtikaria, ruam atau pruritus (gatal-
gatal).
Reaksi transfusiakut cukup berat merupakan reaksi tak diinginkan yang
timbul akibat ketidakcocokan darah donor darah resipien atau pasien yang bersi-
fat akut dengan gejala cukup berat. Reaksi akut terjadi selama atau segera
(dalam waktu 24 jam) sesudah transfusi diberikan.
Kemungkinan penyebabnya adalah hipersensitifitas (sedang-berat) reaksi
transfusi febris non hemolitik (antibody terhadap lekosit, trombosit, protein
termasuk lg A).
Adapun kriteria diagnosa sebagai berikut :
17
 Tanda : flusing, urikaria, rigor, febris, gelisah, takikardia
 Gejala : kecemasan, pruritus, palpitasi, dispnea ringan, sakit kepala
Reaksi transfusi akut yang mengancam jiwa merupakan reaksi tak di-
inginkan yang timbul akibat ketidakcocokan antara darah donor dengan darah re-
sipien yang bersifat akut dan dapat mengancam jiwa pasien. Reaksi akut terjadi
selama atau segera (dalam waktu 24) sesudah transfusi diberikan. Kemungkinan
penyebabnya adalah hemolisis akut intravaskuler, kontaminasi bakteri dan syok
septik, kelebihan mutan cairan, anfilaksis cedera paru akut yang berkaitan den-
gan cedera (TRALI).
 Tanda : Rigor, febris, gelisah, hipotensi (penurunan sistolik sebesar 20%).
Hemoglobinuria (urin berwarna merah), perdarahan yang tidak dapat dije-
laskan sebabnya (DIC).
 Gejala : Kecemasan, nyeri dada, nyeri di dekat tempat transfusi, gawat perna-
pasan atau sesak napas, nyeri pinggang atau punggung, sakit kepala disp-
nea.
 Pasa pasien yang tidak sadar atau dibius, keadaan hipotensi dan perdarahan
yang tidak terkendali mungkin merupakan satu-satunya tanda yang menun-
jukkan transfusi yang tidak kompatibel
 Pemeriksaan penunjang, hematokrit gagal atau tidak meningkat sesuai hara-
pan, hemoglobinemia dan hemoglobinuria, bilirubin indirek meningkat dan re-
nal fuction test meningkat.
Reaksi transfusi ini harus diberitahukan dengan segera kepada dokter
yang merawat pasien dan ke PMI. Kemudian unit dengan set transfusinya, urine
yang baru diambil dan sample darah (satu sampel yang dibekukan dan satu lagi
yang diberi antikoagulan) yang diambil dari pembuluh vena yang berlawanan
dengan tempat infus dikirimkan ke Unit Pelayanan Darah. Pengiriman ini
bersama blanko permintaan yang sesuai dari Bank darah untuk pemeriksaan lab-
oratorium
Selalu dilakukan pengecekan terhadap spesimen urine yang baru untuk
menemukan tanda-tanda hemoglobinuria. Kemudian untuk mengumpulkan urine
24 jam dan mengisi kartu keseimbangan cairan serta mencatat asupan serta
keluaran urin, serta mempertahankan keseimbangan cairan, serta memper-
hatikan perdarahan yang terjadi pada tempat tusukan atau luka.
18
Reaksi transfusi hemolitik lambat adalah reaksi transfusi yang menye-
babkan hemolisis sel-sel darah merah resipien, yang timbul 5-10 hari sesudah
transfusi.
Adapun kriteria diagnosa sebagai berikut :
 Gejala timbul 5-10 hari pasca transfusi, berupa febris, anemia, ikterus,
kadang-kadang hemogloninuria
 Reaksi transfusi hemolitik lambat yang berat dengan disertai syok, gagal gin-
jal, serta DIC yang mengancam jiwa pasien merupakan kejadian yang langka.
Purpura paska transfusi merupakan komplikasi yang jarang terjadi, tetapi
dapat berakibat fatal pada tindakan transfusi sel darah merah atau konsentratr,
komplikasi terjadi karena antibodi terhadap antigen spesifik, trombosit yang ada
dalam darah resipen. Kejadian ini paling banyak dijumpai pada pasien wanita.
Adapun kriteria dioagnosa sebagai berikut :
 Benda-benda perdarahan
 Trombositpenia akut berat terjadi 5-10 hari sesudah transfusi, disertai dengan
penurunan jumlah trombosit hingga kurang dari 100.000 ml.
Semua jenis reaksi transfusi harus dicatat dan dilaporkan kepada dokter
yang merawat pasien dan unit pelayanan darah untuk setiap bulannya dilaporkan
kepada direktur. Direksi memberikan evaluasi dan tindak lanjut
K. TATA LAKSANA PENCACATAN DAN PELAPORAN
1. Laporan Rutin
a. Permintaan rutin dan darurat meliputi golongan darah, jenis darah (kompo-
nen), jumlah (kantong / cc).
b. Stok darah per bulan/minggu
c. Pengambilan darah yang tidak terpakai meliputi; golongan darah, jenis
darah (komponen), jumlah , nomor kantong / unit.
d. Jumlah darah rusak / expired.
e. Jumlah pemakaian darah meliputi; golongan darah, jenis darah (kompo-
nen), jumlah kantong / unit / cc.
f. Jumlah pemeriksaan uji golongan darah
g. Kejadian terjadi transfusi darah meliputi; jumlah, nomor kantong/unit darah,
dan tanggal
h. Response Time (penyerahan) permintaan
19
i. Cacatan suhu lemari es.
j. Pencacatan dan pelaporan administrasi keuangan dimana setiap akhir bu-
lan dilakukan rekapitulasi transaksi kredit yang sudah dilakukan dan di
cross check dengan tagihan bulanan dari PMI. Setelah dikoreksi dan di-
paraf, tagihan PMI dan rekapitulasi transaksi tersebut kemudian diserahkan
ke bagian keuangan untuk proses selnjutnya.
k. Pencacatan dan pelaporan terhadap kegiatan tersebut di atas bersifat in-
tern dan dibukukan dalam arsip tersendiri.
2. Laporan Berkala
Laporan berkala adalah laporan yang dikerjakan secara berkala, tiap 1 bulan
sekali dan dilaporkan ke bagian Rekam Medis Rumah sakit, meliputi rekapan
laporan rutin selama 1 bulan.
L. PENGELOLAAN LIMBAH
Penanganan Limbah Medis Padat
Pengelaolaan Limbah Medis Padat adalah suatu kegiatan yang dilakukan
didalam mengelola sampah medis padat yaitu bahan atau peralatan bekas yang
digunakan untuk keperluan medis . limah medis yang dimaksud : spuith, sarung
tangan , disposable, kasa, kapas, blood set, bekas botol infuse dan limbah meid
lainya yang tercemar darah atau cairan tubuh pasien . penanganan limbah medis
padat dilakukan sesuai prosedur yang telah ditetapkan oleh rumah sakit, seba-
gai berikut :
 Sampah medis padat dipisahkan sesuai jenisnya, yaitu sampah medis tajam
seperti jarum dan sampah medis tidak tajam, yaitu kapas, kertas saring, spuit
(penghisap), sarung tangan sekali pakai, tabung spesimen plastik, kemasan
reagen dan lain-lain
 Sampah medis tajam (jarum) dibuang dalam kontainer khusus tertutup
 Sampah medis tidak tajam dibuang dalam kontainer tertutup dengan plastik
warna kuning. Khusus untuk sampai medis tidak tajam spuit (penghisap),
tabung spesimen darah plastik dibuang dalam kontainer khusus bertutup
yang terpisah

20
 Untuk wadah spesimen urine dan feses yang terbuat dari plastik, setelah
spesimennya dibuang ke spoel hok, wadah spesimennya langsung dibuang
dalam kontainer tertutup dengan plastik warna kuning bersama sampah
medis lainnya
 Untuk kemasan reagen, setelah dicuci bersih, ditampung ditempat tersendiri
untuk selajutnya dibuang dan dibakar dalam inseneratior rumahs akit
 Spesimen darah dibuang dalam wadah tersendiri yang berisi desinfektan
 Petugas pengangkut sampah rumah sakit mengambil sampah padat tajam
dan tidak tajam untuk dibakar di insenerator rumah sakit.

21
M. ALUR PELAYANAN TRNSFUSI DARAH

Rekrutmen Donor

Seleksi donor

Pengambilan darah

Pemeriksaan laboratorium darah: uji gol. darah


donor, uji saring IMLTD, uji saring antibodi donor

Pengolahan komponen darah

Penyimpanan darah di
UTD

Permintaan darah dari BDRS

Distribusi darah dari UTD

Pemeriksaan laboratorium darah: uji gol. darah


pasien dan donor, uji silang serasi, uji saring
antibodi pasien

Pemberian darah kepada


pasien

22
Monitoring pasien selama proses
trasfusi

Evaluasi/audit proses
transfusi

Monitoring pasien pasca


transfusi
Gambar: Alur Pelayanan Transfusi Darah

23
BAB IV
DOKUMENTASI

Sistem pelayanan darah di rumah sakit dilakukan Oleh Unit Transfusi


Darah.dengan mengirim format permintaan darah dan sample darah.
1. Format permintaan darah

24
BAB V
PENUTUP

Panduan ini disusun untuk menjadi acuan pelaksanaan pelayanan darah


sesuai prosedur di Rumah Sakit Daerah Kalabahi. Tentunya masih banyak kekuran-
gan dan kelemahan dalam pembuatan panduan ini, karena terbatasnya penge-
tahuan dan kurangnya rujukan atau referensi.
Tim penyusun banyak berharap para pembaca memberikan kritik dan saran
yang membangun kepada tim penyusun demi kesempurnaan panduan di kesem-
patan berikutnya. Semoga panduan ini berguna bagi pelayanan Rumah Sakit
Daerah Kalabahi
.
Kalabahi November 2018
Rumah Sakit Daerah
Kalabahi

Ttd

Penyusun

25

Anda mungkin juga menyukai