Anda di halaman 1dari 19

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Baik atas berkatNya sehingga penyusunan Laporan
Pemaparan Pelayanan Darah di RSUD Zainal Abidin Pagaralam dapat diselesaikan.
Terima kasih pada semua pihak yang telah berperan mulai dari pemberian rekomendasi
untuk diadakan Pemaparan, hingga memberikan izin dan akomodasi untuk pelaksanaan
Pemaparan di RSUD Zainal Abidin Pagaralam.
Semoga Laporan ini bisa menjadi acuan untuk menindaklanjuti Peningkatan Mutu
Pelayanan Darah di UTD RSUD Zainal Abidin Pagaralam, sehingga masyarakat Kabupaten Way
Kanan yang memerlukan pelayanan darah bisa memperoleh pelayanan darah yang dibutuhkan
dengan aman, dan memenuhi standar pengendalian mutu yang telah ditetapkan oleh Kementerian
Kesehatan.
Laporan ini diharapkan bisa menjadi dasar untuk peningkatan mutu pelayanan darah di
UTD RSUD Zainal Abidin Pagaralam, dan terbentuknya jejaring pelayanan darah antara UTD
RSUD Zainal Abidin Pagaralam dengan Dinas Kesehatan Kabupaten Way Kanan serta Bank
Darah seluruh Rumah Sakit swasta di wilayah Kabupaten Way Kanan.

Blambangan Umpu, 19 September 2019

Kepala Unit Transfusi Darah


RSUD Zainal Abidin Pagaralam

dr. Melania Dessy Savitri


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
BAB I PENDAHULUAN 1
A. LATAR BELAKANG 1
B. TUJUAN 2
C. RUANG LINGKUP 3
D. DASAR HUKUM 3
BAB II LAPORAN KEGIATAN 4
A. PELAKSANAAN PEMAPARAN 4
B. PROSES DAN METODE PEMAPARAN 6
C. HASIL PELAKSANAAN KEGIATAN 8
D. HAMBATAN YANG DIHADAPI 8
E. HAL-HAL YANG PERLU DILAPORKAN 8
BAB III KESIMPULAN DAN SARAN 10
A. KESIMPULAN 10
B. SARAN 11
BAB IV PENUTUP 13
LAMPIRAN I KODE ETIK INTERNASIONAL TRANSFUSI DARAH 14
LAMPIRAN II ALUR PELAYANAN TRANSFUSI DARAH 15
LAMPIRAN III DONOR DARAH 16
LAMPIRAN IV KRITERIA PENOLAKAN DONOR DARAH 17
LAMPIRAN V ALUR KERJA PEMBERIAN DARAH 18
LAMPIRAN VI CONTOH PERJANJIAN KERJA SAMA ANTARA UTD DAN BDRS 19
LAMPIRAN VII FOTO KEGIATAN PELATIHAN 22

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Setiap orang mempunyai hak yang sama dalam memperoleh akses atas sumber daya di
bidang kesehatan dan berhak atas pelayanan kesehatan yang aman, bermutu, terjangkau.
Pelayanan darah yang aman adalah bagian dari penyelenggaraan upaya kesehatan. Pelayanan
Darah adalah upaya pelayanan kesehatan yang memanfaatkan darah manusia sebagai bahan
dasar dengan tujuan kemanusiaan dan tidak untuk tujuan komersial.
Pelayanan Transfusi Darah adalah upaya pelayanan kesehatan yang meliputi
perencanaan, pengerahan dan pelestarian pendonor darah, penyediaan darah, pendistribusian
darah, dan tindakan medis pemberian darah kepada pasien untuk tujuan penyembuhan
penyakit dan pemulihan kesehatan.
Untuk menjamin ketersediaan darah, mutu, keamanan, sistem informasi pendonor
darah, akses, rujukan dan efisiensi Pelayanan Darah dibentuk jejaring Pelayanan Transfusi
Darah, yang merupakan wadah dan sarana komunikasi aktif antar UTD, BDRS, dan dinas
kesehatan dalam pelayanan transfusi darah. Jejaring Pelayanan Transfusi Darah tingkat
kabupaten dibentuk oleh Bupati. Setiap UTD dan BDRS harus terdaftar dalam jejaring
Pelayanan Transfusi Darah. UTD tingkat kabupaten berkoordinasi dengan BDRS dan dinas
kesehatan kabupaten dalam jejaring Pelayanan Darah tingkat kabupaten serta merupakan
bagian dari jejaring Pelayanan Transfusi Darah tingkat provinsi.
Sebagai bagian dari jejaring Pelayanan Transfusi Darah, UTD sebagai penyedia darah
dan BDRS sebagai pengguna darah aman harus melakukan perjanjian kerja sama, yang berisi
pemenuhan kebutuhan darah rumah sakit, pengembalian darah yang tidak terpakai dan
kadaluarsa, dan kondisi khusus dalam hal UTD tidak dapat memenuhi kebutuhan darah
rumah sakit. Anggota jejaring Pelayanan Transfusi Darah tingkat kabupaten meliputi dinas
kesehatan kabupaten, UTD, Balai POM, BDRS, unsur rumah sakit, PMI, organisasi profesi,
organisasi kemasyarakatan dalam bidang pendonor darah.
Unit Transfusi Darah, yang selanjutnya disingkat UTD, adalah fasilitas pelayanan
kesehatan yang menyelenggarakan pendonor darah, penyediaan darah, dan pendistribusian
darah. UTD hanya diselenggarakan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, atau PMI. UTD
yang diselenggarakan oleh Pemerintah Daerah berbentuk lembaga teknis daerah, Unit
pelaksana teknis daerah, atau unit pelayanan di rumah sakit milik pemerintah daerah. UTD
tingkat kabupaten memiliki tugas: a. menyusun perencanaan kebutuhan darah; b. melakukan
pengerahan dan pelestarian pendonor darah; c. melakukan penyediaan darah dan komponen
darah; d. melakukan pendistribusian darah; e. melakukan pelacakan penyebab reaksi
transfusi atau kejadian ikutan akibat transfusi darah; dan f. melakukan pemusnahan darah
yang tidak layak pakai. Pemerintah Daerah kabupaten bertanggung jawab terhadap
pembiayaan penyelenggaraan Pelayanan Darah pada UTD tingkat kabupaten.
UTD tingkat kabupaten paling sedikit harus memiliki kemampuan pelayanan: a.
melakukan uji saring darah dengan metode rapid test dan slide test malaria untuk daerah
endemis; b. melakukan uji golongan darah ABO dan Rhesus, serta uji silang serasi dengan
metode slide/tabung/gel; c. mengolah Whole Blood menjadi komponen darah atas
permintaan klinisi; dan d. memproduksi jenis komponen darah Whole Blood dan Packed Red
Cell.
Penyelenggaraan Pelayanan Transfusi Darah di UTD meliputi kegiatan: a. rekrutmen
pendonor; b. seleksi pendonor; c. pengambilan darah; d. pengamanan darah; e. pengolahan
darah; f. penyimpanan darah; g. pendistribusian darah; dan h. pemusnahan
darah.Pendistribusian darah merupakan kegiatan penyampaian darah dari UTD ke rumah
sakit
Bank Darah Rumah Sakit, yang selanjutnya disingkat BDRS, adalah suatu unit
pelayanan di rumah sakit yang bertanggung jawab atas tersedianya darah untuk transfusi
yang aman, berkualitas, dan dalam jumlah yang cukup untuk mendukung pelayanan
kesehatan di rumah sakit dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya. Setiap rumah sakit wajib
memiliki BDRS.
Dalam hal rumah sakit telah memiliki izin penyelenggaraan UTD, pelayanan darah yang
dilakukan BDRS harus merupakan pelayanan yang terintegrasi dengan pelayanan UTD.

1
BDRS mempunyai tugas: a. menerima darah yang sudah di uji saring oleh UTD; b.
menyimpan darah dan memantau persediaan darah; c. melakukan uji silang serasi darah
pendonor dan darah pasien; d. melakukan rujukan bila ada kesulitan hasil uji silang serasi
dan golongan darah ABO/rhesus ke UTD secara berjenjang; e. menyerahkan darah yang
cocok bagi pasien di rumah sakit; f. melacak penyebab reaksi transfusi atau kejadian ikutan
akibat transfusi darah yang dilaporkan dokter rumah sakit; dan g. mengembalikan darah yang
tidak layak pakai ke UTD untuk dimusnahkan. BDRS merupakan unit pelayanan yang
ditetapkan oleh kepala/direktur rumah sakit dan dapat menjadi bagian dari laboratorium
medik di rumah sakit.
BDRS harus memenuhi persyaratan bangunan, sarana dan prasarana, peralatan, dan
ketenagaan. Organisasi BDRS terdiri dari : a. penanggung jawab BDRS; b. staf medis; c.
pelaksana teknis; dan d. tenaga administrasi; dan e. tenaga penunjang lain antara lain tenaga
humas, tenaga teknologi informasi, sopir, dan/atau pekarya sesuai kebutuhan. Penanggung
jawab BDRS dapat merangkap sebagai staf medis. memiliki kualifikasi paling rendah
pendidikan dokter dengan sertifikat pelatihan teknis dan manajemen Pelayanan Transfusi
Darah, dan mempunyai keterampilan dalam bidang teknis dan manajerial pengelolaan
Pelayanan Darah di BDRS.
BDRS wajib melakukan pencatatan dan pelaporan secara berkala setiap bulan kepada
kepala/direktur rumah sakit dan UTD kerja samanya , mencakup seluruh kegiatan dalam
penyelenggaraan Pelayanan Transfusi Darah di rumah sakit. Pencatatan kegiatan BDRS
paling sedikit meliputi : a. permintaan darah ke UTD; b. penerimaan darah dari UTD; c.
permintaan darah dari dokter di rumah sakit; d. hasil pemeriksaan uji pra transfusi; e.
distribusi /pengeluaran darah; f. reaksi transfusi; dan g. pengembalian darah ke UTD.
Pelaporan kegiatan BDRS paling sedikit meliputi: a. persediaan darah; b. Pelayanan
Darah yang meliputi jumlah permintaan, jumlah darah yang diberikan, jenis darah,
pengembalian darah serta alasannya; dan c. reaksi transfusi.
RSUD Zainal Abidin Pagaralam Kabupaten Way Kanan adalah bentuk tanggung jawab`
Pemerintah Daerah Kabupaten Way Kanan terhadap penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan
kepada masyarakat Kabupaten Way Kanan. RSUD Zainal Abidin Pagaralam telah
melakukan Pelayanan Darah sejak tahun 2010, yang dalam pengorganisasian dan
pelaksanaannya terus dibenahi agar sesuai dengan peraturan perundang-undangan, hingga
pada tanggal 1 Juli 2019 keluar Surat Izin Unit Transfusi Darah untuk UTD RSUD Zainal
Abidin Pagaralam dari Pemerintah Kabupaten Way Kanan. Dalam hal UTD menjadi bagian
dari RSUD Zainal Abidin Pagaralam, maka pelayanan darah yang dilakukan BDRS
merupakan pelayanan yang terintegrasi dengan pelayanan UTD RSUD Zainal Abidin
Pagaralam.
Mengingat salah satu standar kualifikasi SDM Pelayanan Darah adalah Dokter sebagai
Penanggung Jawab pelayanan sekaligus staf medis harus mempunyai keterampilan dalam
bidang teknis dan manajerial pengelolaan Pelayanan Darah dan sertifikat pelatihan teknis dan
manajemen Pelayanan Transfusi Darah, maka Kepala UTD RSUD Zainal Abidin Pagaralam
yang juga merangkap sebagai staf medis, diikutsertakan dalam Pelatihan Pengelolaan
Pelayanan Darah bagi Dokter BDRS 2019 yang diselenggarakan oleh Bagian Diklat UTD
PMI Pusat.

B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Menyampakan Persepsi dan Pemahaman tentang Pelayanan Darah di UTD RSUD Zainal
Abidin Pagaralam bagi seluruh jajaran SDM RSUD Zainal Abidin Pagaralam.
2. Tujuan Khusus
a. Menjamin pelayanan darah yang aman, berkualitas dan dalam jumlah yang cukup di
UTD RSUD Zainal Abidin Pagaralam.
b. Membentuk Komite Transfusi Darah di RSUD Zainal Abidin Pagaralam.
c. Membentuk Jejaring Pelayanan Transfusi Darah Kabupaten Way Kanan yang
didukung sistem informasi sesuai dengan kebutuhan masyarakat Kabupaten Way
Kanan dan perkembangan teknologi, untuk menjamin ketersediaan darah, mutu,
keamanan, sistem informasi pendonor darah, akses, rujukan dan efisiensi Pelayanan
Darah.

2
d. Membuat perjanjian kerja sama dengan BDRS di wilayah Kabupaten Way Kanan
sebagai bagian dari jejaring Pelayanan Transfusi Darah, (UTD sebagai penyedia
darah dan BDRS sebagai pengguna darah).
e. Memahami dan melaksanakan peran RSUD Zainal Abidin Pagaralam dalam Program
Quick Wins Pelayanan Darah dengan Dinas Kesehatan Kabupaten Way Kanan.

C. RUANG LINGKUP
1. Nama Pemaparan : Pelayanan Darah di Unit Transfusi Darah RSUD Zainal
Abidin Pagaralam
2. Waktu Pelaksanaan : 18 September 2019
3. Tempat Pelaksanaan : Ruang Direktur RSUD Zainal Abidin Pagaralam
Jl. Lintas Sumatra, Kp. Negeri Baru, Kec. Blambangan Umpu
4. Sasaran : Direktur & seluruh pejabat manajemen
Komite Medis
Kepala Instalasi
Kepala Unit
Kepala dan Wakil Kepala Ruangan

D. DASAR HUKUM
1. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran;
2. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan;
3. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit;
4. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana telah
diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015;
5. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan;
6. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2018 tentang Kepalangmerahan;
7. Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 2011 tentang Pelayanan Darah;
8. Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 2019 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-
Undang Nomor 1 Tahun 2018 tentang Kepalangmerahan;
9. Peraturan Presiden Nomor 77 Tahun 2015 tentang Pedoman Organisasi Rumah Sakit;
10. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 147 Tahun 2010 tentang
Perizinan Rumah Sakit;
11. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 83 Tahun 2014 tentang Unit Transfusi Darah, Bank
Darah Rumah Sakit dan Jejaring Pelayanan Transfusi Darah;
12. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 72 Tahun 2015 tentang Fraksionasi Plasma;
13. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 91 Tahun 2015 tentang Standar Pelayanan Transfusi
Darah;
14. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 92 Tahun 2015 tentang Petunjuk Teknis
Pelaksanaan Program Kerja Sama antara Puskesmas, Unit Transfusi Darah, dan rumah
Sakit dalam Pelayanan Darah untuk Menurunkan Angka Kematian Ibu;
15. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 722 Tahun 2002 tentang Pedoman Peraturan
Internal Rumah Sakit;
16. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor 10 Tahun 2017 tentang
Penerapan Pedoman Cara Pembuatan Obat yang Baik di Unit Transfusi Darah dan Pusat
Plasmafaresis;
17. Keputusan Pengurus Pusat Palang Merah Indonesia Nomor 001KEP/PP PMI/1/2016
tentang Peraturan Organisasi Unit Transfusi Darah Palang Merah Indonesia;
18. Peraturan Bupati Way Kanan Nomor 22.b Tahun 2014 tentang Penetapan Rumah Sakit
Umum Daerah Zainal Abidin Pagaralam sebagai Badan Layanan Umum Daerah
(BLUD);
19. Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan Rumah Sakit. Direktorat Jendral Bina Upaya
Kesehatan, Kementerian Kesehatan RI, 2012.
BAB II
LAPORAN KEGIATAN

A. PELAKSANAAN PEMAPARAN
1. Hari / Tanggal : Rabu, 18 September 2019
2. Tempat Pelaksanaan : Ruang Direktur RSUD Zainal Abidin Pagaralam
Jl. Lintas Sumatra,Kampung Negeri Baru,
Kecamatan Blambangan Umpu
3. Waktu : 09.30 – 11.30 WIB
4. Narasumber : Kepala UTD RSUD
5. Moderator : Kepala Seksi Perencanaan
6. Panitia Penyelenggara : Bidang Medik
7. Jumlah undangan yang hadir : 9 Pejabat Struktural RS
6 Dokter Spesialis
3 Dokter Umum
12 Kepala & Wakil Kepala Ruangan
8. Metode Kegiatan : Pemaparan
Diskusi
Tanya Jawab
9. Alat dan Bahan : LCD
White Board
Formulir UTD RSUD Zainal Abidin Pagaralam
10. Materi Pemaparan :
a. Kebijakan terkait Unit Transfusi Darah
b. Etika Profesi dan Hukum
c. Imunohematologi
d. Sistem Kualitas di Unit Transfusi Darah
e. Kesehatan Keselamatan Kerja
f. Proses penyediaan darah donor
g. Proses Pengolahan dan distribusi darah & komponen darah
h. Manajemen Pelayanan Darah di RS
i. Perencanaan kebutuhan darah di Rumah Sakit
j. Penyimpanan darah
k. Pemeriksaan darah pre-transfusi
l. Penanganan darah inkompatibel
m. Penggunaan darah atas indikasi klinis
n. Persiapan Pelaksanaan Transfusi Darah di Bangsal
o. Komite Transfusi Darah
p. Jejaring Pelayanan Darah : Quick Wins dan Kerja sama dengan Bank Darah RS

B. PROSES PEMAPARAN
1. Pembukaan
Pembukaan Kegiatan oleh Kepala Bidang Medik : Bp. Deni Kosasih, S.Si, Apt.
2. Pemaparan
Pemaparan oleh Kepala UTD : dr. Melania Dessy Savitri
Menyampaikan hasil Pelatihan Pengelolaan Pelayanan Darah bagi Dokter BDRS yang
dilaksanakan di Diklat UTDP PMI, Jakarta selama 6 hari (2-7 September 2019) :
 Definisi Pelayanan Darah
 Dasar Hukum Pelayanan Darah di UTD, BDRS atau UTD PMI
 Pelayanan Darah di UTD RSUD :
. pelayanan sebagai UTD terintegrasi juga sebagai BDRS
. yang sudah dan belum dilaksanakan
. upaya pemenuhan standar pelayanan darah di UTD
. rencana peningkatan pelayanan darah di UTD
 Penerapan Quick Wins Pelayanan Darah di RSUD Way Kanan
 Komite Transfusi Darah
3. Diskusi dan Tanya Jawab
Diskusi dengan Moderator : Bp. Made
Pertanyaan dan tanggapan oleh :

dr. Febri Jaya, Sp. Anest.


dr. Jayanti Mandasari, Sp.A
dr. Mukhlis Dermawan, SpOG
Bp. Deni Kosasih, S.Si, Apt.

4. Wawasan
Setelah materi BLC, kegiatan dilanjutkan dengan memberikan materi sebagai dasar
wawasan yang sebaiknya diketahui oleh peserta latih dalam pelatihan ini, yaitu:
a. Materi Dasar
b. Materi Penunjang
Penyampaian materi di atas dilakukan dengan menggunakan berbagai metode seperti
ceramah, tanya jawab, dan curah pendapat.
5. Pengetahuan dan Keterampilan
Pemberian materi pengetahuan dan keterampilan dari proses pelatihan mengarah pada
kompetensi yang akan dicapai oleh peserta latih dengan rincian sebagai berikut:
a. Menerima darah yang sudah di uji saring oleh UTD;
b. Menyimpan darah dan memantau persediaan darah;
c. Melakukan uji silang serasi darah pendonor dan darah pasien;
d. Melakukan rujukan bila ada kesulitan hasil uji silang serasi dan golongan darah
ABO/rhesus ke UTD secara berjenjang;
e. Menyerahkan darah yang cocok bagi pasien di rumah sakit;
f. Melacak penyebab reaksi transfusi atau kejadian ikutan akibat transfusi darah yang
dilaporkan dokter rumah sakit; dan
g. Mengembalikan darah yang tidak layak pakai ke UTD untuk dimusnahkan.
h. Melakukan Pencatatan dan Pelaporan Kegiatan Pelayanan Darah di BDRS
Penyampaian materi dilakukan dengan menggunakan berbagai metode yang melibatkan
semua peserta latih untuk berperan serta aktif dalam mencapai kompetensi tersebut, yaitu
metode ceramah tanya jawab, curah pendapat, role play, dan latihan.
6. Evaluasi
Evaluasi yang dimaksudkan adalah evaluasi terhadap proses pembelajaran tiap hari
(refleksi) dan terhadap pelatih.
a. Evaluasi tiap hari (refleksi) dilakukan dengan cara melakukan review kegiatan proses
pembelajaran yang sudah berlangsung, sebagai umpan balik untuk menyempurnakan
proses pembelajaran selanjutnya.
b. Evaluasi terhadap pelatih dilakukan oleh peserta latih pada saat pelatih telah
mengakhiri materi yang disampaikannya. Evaluasi dilakukan dengan menggunakan
form evaluasi terhadap pelatih.
c. Penilaian meliputi :
1) Penguasaan materi, pencapaian tujuan pembelajaran umum (ekspertise)
2) Ketrampilan berdiskusi, berbahasa dan volume suara (eloquence)
3) Empati, gaya dan sikap terhadap peserta (empathy)
4) Pemberian motivasi belajar kepada peserta (enthusiasm)
5) Ketrampilan menggunakan waktu, metode, dan alat bantu pelatihan (engineering)
d. Rentang nilai yang diberikan :
. 45 – 55 : Kurang
. 56 – 75 : Sedang
. 76 – 85 : Baik
. 86 ke atas : Sangat Baik
7. Rencana Tindak Lanjut (RTL)
Setelah peserta latih mendapat semua materi pelatihan, peserta latih menyusun RTL pasca
pelatihan dengan metode penugasan. Setelah RTL tersusun, masing-masing kelompok
mempresentasikan hasil RTL untuk mendapatkan klarifikasi dan pemberian masukan dari
pelatih.

8. Post-Test
Post Test dilakukan kepada peserta latih setelah semua materi disampaikan dan sebelum
7
penutupan dengan tujuan untuk melihat peningkatan dan kemajuan peserta dalam proses
pembelajaran. Hasil Post Test menjadi syarat penentuan kelulusan peserta latih, dengan
minimal nilai post test 75,00.
9. Evaluasi Penyelenggaraan
Evaluasi penyelenggaraan untuk mendapatkan masukan dari peserta latih tentang
penyelenggaraan pelatihan yang akan digunakan untuk menyempurnakan
penyelenggaraan pelatihan berikutnya.
10. Penutupan
Acara penutupan adalah sesi akhir dari semua rangkaian kegiatan, dilaksanakan oleh
pejabat yang berwenang dengan susunan acara sebagai berikut:
a. Laporan ketua penyelenggara pelatihan berupa laporan hasil evaluasi penyelenggaraan
pelatihan termasuk terhadap peserta, pelatih, dan proses penyelenggaraan.
b. Kesan dan pesan dari perwakilan peserta latih
c. Pengarahan dan penutupan oleh pejabat yang berwenang
Pelatihan ditutup dengan resmi oleh pejabat yang berwenang dengan ditandai secara
seremonial lewat :
1) pembagian sertifikat kepada peserta latih secara simbolis (tentatif)
2) apresiasi peserta terbaik
d. Foto bersama

C. HASIL PELAKSANAAN KEGIATAN


1. Hasil Pre Test nilai rerata peserta 60,25 dengan rentang nilai 40,00 - 95,00.
2. Hasil Post Test nilai rerata peserta 80,50 dengan rentang nilai 75,00 - 97,50.
3. Semua Peserta Pelatihan dinyatakan Lulus, tanpa dilakukan remedial.

D. HAMBATAN YANG DIHADAPI


Sertifikat Pelatihan tidak bisa langsung dibawa oleh Peserta yang lulus, karena harus
mendapatkan penomoran sertifikat oleh PB-IDI terkait dengan pemnberian nilai SKP. Perlu
waktu sekitar 2 (dua) minggu pasca Pelatihan.

E. HAL-HAL LAIN YANG PERLU DILAPORKAN


Rencana Tindak Lanjut
Keterangan
No Aktivitas Target (Waktu)
(sasaran)
Direktur, Kabid
1. Membuat Laporan Pelatihan Mg ke-2 Sep 2019
Medik, Perencanaan
Manajemen, Komite
2. Pemaparan pelatihan & perencanaan Mg ke-3 Sep 2019
Medik, komite lain
3. Pembentukan Komite Transfusi Darah Mg ke-3 Sep 2019 Bersama butir no.2
4. Monitoring dan evaluasi SPO Mg 2-4 Sep 2019 Pj Pengendalian Mutu
5. Monitoring reagensia Mg ke-3 Sep 2019 Pj Pengelolaan Darah
6. Monitoring APD Mg ke-3 Sep 2019 Pj Pengelolaan Donor
7. Validasi alat dan reagen secara rutin Mulai mg-2 Sep 2019 Petugas UTD
8. Revisi / Validasi SPO Mg ke-4 Sep 2019 Pj Pengendalian Mutu
9. Sosialisasi Rantai Dingin Mg ke-3 Sep 2019 Petugas UTD, Karu &
Wakaru
10. Permintaan Kelengkapan APD, Alkes, Mg ke-3 Sep 2019 Pj Administrasi UTD
Reagensia
11. Monitoring Alur UTD di internal RS Mg ke-2 Sep 2019 Pj Teknik Pelayanan
12. Revisi Alur UTD di internal RS (BDRS) Mg ke-4 Sep 2019 Pj Teknik Pelayanan
13. Pengajuan permohonan SDM tambahan Mg ke-4 Sep 2019 Bag.Umum &
Kepegawaian
14. Revisi Program Kerja UTD Mg ke-4 Sep 2019 Petugas UTD
15. Evaluasi & revisi Mou Quick Wins Dinkes Mg ke-3 Sep 2019 Menambahkan
adendum pada MoU
8 yang sudah ada
16. Pemaparan alur kerjasama BDRS & UTD Mg ke-4 Sep 2019 DKWK, RS swasta
17. Membuat MoU dengan BDRS Mg ke-1 Okt 2019 RS swasta di
Kab.Way Kanan
18. Diklat Dasar Petugas ATLM UTD Triwulan I 2020 1 orang
19. Diklat Dasar Petugas Aftab UTD Triwulan I 2020 1 orang
20. Diklat Pelayanan Darah untuk Dokter Baru Triwulan II 2020 1 orang
di UTD
21. Diklat Lanjutan Petugas ATLM UTD Triwulan III 2020 1 orang
22. Diklat Lanjutan Petugas Aftab UTD Triwulan III 2020 1 orang
BAB III
9
KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN
Pelaksanaan penyelenggaraan penyediaan darah termasuk pelayanan transfusi darah kepada
pasien harus sesuai dengan standar yang ditetapkan agar produksinya berkualitas dan dilakukan
oleh tenaga yang kompeten. Hingga dapat dikenakan sanksi bila melanggar
Pelayanan darah adalah upaya pelayanan kesehatan yang terdiri dari serangkaian kegiatan mulai
dari:
1. Pengerahan dan pelestarian donor
2. Pengambilan darah
3. Pengamanan darah, yaitu : Pemeriksaan uji saring Infeksi Menular lewat Transfusi darah
(IMLTD), dan uji konfirmasi golongan darah dan skrining antibodi
4. Pengolahan komponen darah : mengolah darah menjadi beberapa komponen darah
5. Penyimpanan dan Pendistribusian darah
6. Tindakan medis pemberian darah kepada resipien untuk penyembuhan penyakit dan
pemulihan kesehatan
Unit Transfusi Darah (UTD) melakukan pelayanan darah nomor 1 s.d. 4. Bank Darah Rumah
Sakit (BDRS) melakukan Blood Establishment, yaitu pelayanan darah no 5
Bank Darah Rumah Sakit (BDRS)
Setiap RS wajib memiliki BDRS, yang merupakan unit pelayanan yang ditetapkan oleh
Direktur, merupakan bagian dari instalasi laboratorium RS yang mengelola pelayanan
penyediaan darah bagi RS yang bersangkutan. Fungsi BDRS :
 Sebagai penyimpan darah
 Mendistribusikan darah pada pasien melalui petugas rumah sakit.
BDRS mempunyai tugas;
a. Menerima darah yang sudah diuji saring oleh UTD
b. Menyimpan darah dan memantau persediaan darah
c. Melakukan uji silang serasi darah pendonor dan darah pasien
d. Melakukan rujukan bila ada kesulitan hasil uji silang serasi dan golongan darah
ABO/Rhesus ke UTD secara berjenjang
e. Menyerahkan darah yang cocok bagi pasien di rumah sakit
f. Melacak penyebab reaksi transfusi atau kejadian ikutan akibat transfusi darah yang
dilaporkan dokter RS
g. Mengembalikan darah yang tidak layak pakai ke UTD untuk dimusnahkan
Penyelenggaraan dan Persyaratan BDRS :
a. Memasang papan nama sebagai petunjuk pelayanan darah yang diberikannya
b. Melakukan perencanaan kebutuhan darah di RS setiap tahunnya „³ disampaikan ke UTD
wilayahnya
c. Dilarang melakukan pemeriksaan uji saring IMLTD ulang pada darah pendonor
d. Harus memenuhi persyaratan bangunan sarana dan prasarana, peralatan dan ketenagaan
(Lampiran Permenkes Nomor 83 Tahun 2014)
Pencatatan dan Pelaporan BDRS
Setiap bulan BDRS harus melakukan pencatatan dan pelaporan seluruh kegiatan
penyelenggaraaan pelayanan darah di RS ke Direktur RS dan UTD yang dropping darah.
a. Pencatatan:
 Permintaan darah ke UTD
 Penerimaan darah dari UTD
 Permintaan darah dari ruang perawatan
 Hasil pemeriksaan pre-transfusi
 Distribusi darah
 Reaksi transfusi
 Pengembalian darah
b. Pelaporan:
 Persediaan darah
 Pelayanan darah: Jumlah permintaan, jumlah darah yang diberikan, jenis komponen
darah, pengembalian darah
 Reaksi transfusi
10
Jejaring Pelayanan Darah
Struktur :
UTD Pusat UTD Provinsi UTD Pratama (Kabupaten) BDRS
Jejaring saling membantu stok dan rujukan kasus (inkompatibel, uji saring Initial
Reactive/IR, Reaksi Transfusi, perbedaan hasil/uji konfirmasi). Pemda dapat mensubsidi
masyarakatnya terhadap kebutuhan darah sesuai kemampuan Jejaring dilaksanakan sesuai aturan
kerjasama yang telah disepakati bersama antara UTD dan BDRS.
Penanggung jawab jejaring Pelayanan Transfusi Darah di tingkat kabupaten terdiri atas:
Komite Pelayanan Darah dan Bupati melalui Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten. Anggota
jejaring Pelayanan Transfusi Darah tingkat kabupaten meliputi dinas kesehatan kabupaten,
UTD, Balai POM, BDRS, unsur rumah sakit, PMI, organisasi profesi, organisasi kemasyarakatan
dalam bidang pendonor darah.
Komite Transfusi Darah RS
Komite Transfusi Darah RS harus dibentuk pada setiap BDRS.
Keanggotaan Komite / Panitia Transfusi Darah terdiri dari : Dokter Penanggung Jawab
Layanan (Praktisi yang menetapkan pemberian transfusi darah pada pasien : Interna, Obstetri,
Pediatri, Bedah dan Anestesi), Dokter Spesialis Patologi Klinik, Bidang Medik dan Penunjang,
Bidang Keperawatan, Ahli Teknologi Laboratorium Medik, Petugas Teknis Donor Darah,
Apoteker, Tenaga Teknis Kefarmasian, Kepala BDRS, Organisasi sosial kemasyarakatan (PMI).
Tugas Utama Komite Transfusi Darah adalah membuat Kebijakan Transfusi Darah di
Rumah Sakit untuk menjamin keamanan pemberian darah ke pasien. Pedoman Komite Transfusi
Darah di RS harus memuat :
1. Konsep dan kegiatan jejaring pelayanan transfusi darah;
2. Rencana kegiatan pengawasan jejaring pelayanan transfusi darah;
3. Sistim pendanaan dan penganggaran pelayanan darah , termasuk elemen, cara menghitung
dan penetapan biaya pelayanan darah;
4. Pencatatan dan pelaporan kegiatan secara berkala;
5. Kejelasan komunikasi dan kerjasama antara klinisi dan petugas BDRS untuk menjamin
keamanan darah.
6. Syarat pemberian transfusi darah :
a. Harus dilakukan uji silang serasi,
b. Dilakukan :
 atas permintaan Dokter yang kompeten dan berwenang
 oleh Petugas yang terlatih, kompeten dan berwenang
c. Berdasar kebutuhan medis yang rasional, yaitu:
1) Transfusi darah harus atas indikasi klinis pasien (transfusi yang tidak atas indikasi,
adalah kontra indikasi)
2) hanya jenis darah / komponen darah yang dibutuhkan yang ditransfusikan
3) volume transfusi yang diberikan harus sesuai dengan kondisi klinis pasien
7. Indikasi transfusi darah
8. Prosedur tindakan transfusi darah (mulai dari permintaan darah ke BDRS hingga pengawasan
pasca transfusi)
9. Kewajiban Petugas yang melakukan transfusi darah untuk memonitor, sebelum, selama dan
setelah transfusi
10. Prosedur penanganan reaksi transfusi
11. Menerima dan menindaklanjuti pelaporan reaksi transfusi .
12. Melakukan audit klinik jika terjadi reaksi transfusi berat.

B. SARAN
UTD RSUD Zainal Abidin Pagaralam yang dalam kegiatannya melakukan kegiatan pelayanan
darah sebagai Bank Darah Rumah Sakit, agar segera menyusun Program Kegiatan untuk
memenuhi standar pelayanan Bank Darah yang belum terpenuhi, yaitu :
1. Mereview Pedoman Pelayanan
2. Mengajukan kelengkapan sarana dan prasarana yang belum ada / kurang.
3. Mengajukan pelatihan dasar bagi petugas yang belum terlatih, dan peningkatan pelatihan
lanjut untuk petugas yang sudah terlatih. 11
4. Sosialisasi tentang standar pelayanan darah di RS
5. Memfasilitasi pembentukan Komite Transfusi Darah Rumah Sakit.
6. Mereview Perjanjian Kerjasama dengan Dinas Kesehatan Kabupaten Way Kanan tentang
Quick Wins Pelayanan Darah.
7. Sosialisasi tentang Jejaring Pelayanan Darah di Kabupaten Way Kanan pada Pemda
Kabupaten Way Kanan.
8. Melakukan Perjanjian Kerjasama dengan BDRS Rumah Sakit swasta di wilayah kabupaten
Way Kanan
BAB IV
12
PENUTUP

Pelatihan Pengelolaan Pelayanan Darah bagi Dokter BDRS adalah salah satu upaya
pembinaan kegiatan Pelayanan Darah yang dilakukan Pemerintah Daerah Kabupaten Way
Kanan untuk meningkatkan Pelayanan Darah di Kabupaten Way Kanan.
Pembinaan dan pengawasan kegiatan Pelayanan Darah harus selalu dilakukan dengan
konsisten untuk :
a. memastikan pemenuhan persyaratan fasilitas dan sarana sesuai standar yang berlaku;
b. implementasi pemastian mutu;
c. menyediakan darah yang aman untuk memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan;
d. memelihara dan meningkatkan mutu Pelayanan Darah;
e. memudahkan akses memperoleh informasi ketersediaan darah untuk kepentingan
pelayanan kesehatan; dan
f. meningkatkan kerja sama antara UTD dan BDRS.
Pemerintah Daerah dapat melibatkan UTD RSUD Zainal Abidin Pagaralam, organisasi
profesi terkait, maupun PMI dalam melakukan pembinaan dan pengawasan Pelayanan Darah.
LAMPIRAN I
13

KODE ETIK INTERNASIONAL TRANSFUSI DARAH UNTUK UTD


(A Code Ethics for for Blood Donation - International Society of Blood Transfusion / ISBT)

1. Donor darah harus bersifat sukarela, bebas dan tidak diberi upah / gaji serta ada informed
consent;
2. Keuntungan tidak boleh menjadi tujuan penggerak layanan transfusi;
3. Informasi yang benar dan komprehensif harus diyakinkan kepada pendonor tentang
risiko/kerugian terkait prosedur dan kasus orang lain dalam kasus dia dengan sadar
menyumbangkan darah yang berpotensi terinfeksi (tanggung jawab etis pada pasien);
4. Penyumbangan darah didasarkan pada review kriteria seleksi yang teratur tanpa diskriminasi
apapun (sex, suku, bangsa, agama);
5. Donasi darah / apheresis produktif harus dilakukan sesuai dengan standar yang berlaku
secara internasional;
6. Anonimitas antara pendonor – resipien / penerima harus dipertahankan; Kerahasiaan donor
terjaga.
7. Kesesuaian untuk sumbangan harus didasarkan secara eksklusif pada kriteria klinis; (Donor
diberitahu resiko prosedur, kesehatan dan keselamatan pendonor harus di jaga)
8. Pengumpulan darah, transfusi dan perawatan yang melibatkan penggunaan komponen darah
harus dilakukan di bawah tanggung jawab seorang dokter kompeten;
9. Pendonor dan resipien harus diberi tahu jika mereka terkena risiko dan / atau kerugian;
10. Darah adalah sumber daya publik (public resource) dan akses terhadapnya tidak boleh
dibatasi dengan cara apapun;
11. Menghindari limbah darah (kelebihan / kadaluarsa).

KODE ETIK INTERNASIONAL TRANSFUSI DARAH UNTUK BDRS


(A Code Ethics for Blood Transfusion - International Society of Blood Transfusion / ISBT)

1. Pasien segera diberitahu tentang risiko & manfaat tindakan transfusi yang diketahui, dan
mereka berhak menerima atau menolak tindakan tersebut;
2. Mematuhi instruksi ke pasien yang telah dinyatakan sebelumnya (kebutuhan klinis – dasar
terapi);
3. Jika pasien tidak dapat memberikan informed consent, kriteria perlakuan yang akan
diusulkan adalah sesuai kepentingan terbaik pasien;
4. Menghindari adanya insentif keuangan saat meresepkan transfusi;
5. Sejauh mungkin, pasien hanya boleh menerima komponen darah spesifik yang secara klinis
sesuai untuk situasinya, sambil memastikan profil keselamatan yang optimal.
6. Transfusi harus dilakukan dibawah tanggung jawab tenaga medis berwenang
14
LAMPIRAN II
ALUR PELAYANAN TRANSFUSI DARAH
LAMPIRAN15III

DONOR DARAH
MANFAAT DONOR DARAH
1. Sumsum tulang pendonor TERPACU membentuk sel darah merah baru.
2. Organ pembentuk darah berfungsi lebih EFEKTIF dan AKTIF.
3. Diperiksa dokter secara GRATIS.
4. MENGETAHUI :
 GOLONGAN DARAH
 apakah dia menderita ANEMIA / tidak
 jika menderita PENYAKIT dalam darah (hasil tes skrining)
5. Jumlah zat besi dalam darah lebih STABIL, sehingga MENURUNKAN RESIKO
PENYAKIT JANTUNG.
6. Metode DIET dan PEMBAKARAN KALORI yang AMPUH ----> memberikan 450 ml
darah, MEMBAKAR 650 KALORI.
7. Mendapatkan kesehatan PSIKOLOGIS (memberi hal yang tidak ternilai harganya kepada
yang membutuhkan)
8. MENDETEKSI PENYAKIT serius ----> prosedur standar tiap mendonorkan darah :
pemeriksaan uji saring darah.

PERSYARATAN UMUM
1. Memenuhi persyaratan medis
2. Usia 18 - 60 tahun
3. Berat minimal 45 kg
4. Suhu badan tidak lebih dari 37,5°C
5. Nadi antara 48 - 100 per menit
6. Tekanan darah sistolik antara 100 – 170 mmHg, diastolik 70 – 100 mmHg
7. Kadar Hb 12,5 gr% - 17 gr%
8. Interval > 12 minggu / 3 bulan (dari donor sebelumnya) maksimal 5 kali dalam 2 tahun

PERSIAPAN SEBELUM DONOR DARAH


1. TIDUR malam sebelum donor darah harus cukup MINIMAL 5 JAM.
2. Makanlah 3 - 4 jam sebelum donor. JANGAN menyumbangkan darah dengan PERUT
KOSONG.
3. Minum lebih banyak dari (MINIMAL 3 GELAS)
4. Kenakan pakaian dengan lengan yang DAPAT DINAIKKAN KE ATAS SIKU.
5. Biarkan petugas donor darah MEMILIH lengan untuk diambil darahnya ---> tunjukkan
pembuluh darah yang telah dipakai untuk mengambil darah dengan baik.
6. TENANG, dengarkan MUSIK, berbicara dengan donor lain atau MEMBACA selama proses
donor.
7. ISTIRAHAT minimal 10 MENIT setelah donor, sambil menikmati makanan ringan dan
minuman, sebelum kembali beraktivitas.

YANG PERLU DIPERHATIKAN SETELAH DONOR DARAH


1. MINUM banyak cairan selama 72 JAM berikutnya untuk mengembalikan stamina.
2. Kembali BEKERJA setelah donor TIDAK BERBAHAYA untuk kesehatan.
3. HINDARI aktivitas fisik BERAT selama 5 JAM setelah donasi.
4. Hindari MENGANGKAT benda berat selama 12 JAM agar lokasi bekas jarum tak bengkak.
5. Jika KEPALA terasa ringan ----> berbaringlah dengan kaki ditinggikan.
6. Jika PENDARAHAN terjadi setelah perban dilepas ----> TEKAN titik bekas jarum, angkat
lengan 3-5 MENIT.
7. Jika perdarahan / MEMAR di bawah kulit ----> KOMPRES DINGIN tempat itu secara
berkala dalam 24 JAM pertama.
8. Nikmati PERASAAN BAIK karena anda mungkin telah menyelamatkan TIGA NYAWA.

LAMPIRAN
16 IV
KRITERIA PENOLAKAN DONOR DARAH
PENOLAKAN SEMENTARA
1. Penerima transfusi darah / plasma (enam bulan terakhir)
2. Menderita penyakit serius (tiga bulan terakhir)
3. Orang dengan pekerjaan yang berbahaya (mengoperasikan alat berat, mesin berat, derek, bus,
kereta api)
4. Konsumsi obat-obatan atas kebijakan petugas medis
5. Jarak penyumbangan darah < 3 bulan
6. Setelah vaksinasi / imunisasi :
 Vaksinasi Rabies dan Hepatitis B (tunda 12 bulan)
 Imunisasi Rubella (tunda 4 minggu)
 Imunisasi Polio, Varisella, MUMPS, Yellow fever (tunda 2 minggu)
7. Setelah terapi :
 Minum obat mengandung aspirin (tunda 3 hari)
 Pengobatan siphylis, GO (tunda 12 bulan)
8. Setelah tindakan :
 Pencabutan gigi (tunda 3 hari)
 Operasi kecil (tunda 6 bulan)
 Operasi besar (12 bulan)
9. Setelah ditatto, ditindik, ditusuk jarum (tunda 12 bulan)
10. Kulit lengan donor di daerah tempat penyadapan tidak sehat / ada kelainan
11. Saran Dokter karena alasan kesehatan : hamil / menyusui

PENOLAKAN PERMANEN
1. Mempunyai penyakit jantung dan paru paru.
2. Menderita kanker.
3. Menderita tekanan darah tinggi (hipertensi).
4. Menderita kencing manis (diabetes melitus).
5. Serangan demam rematik. 6. Penyakit ginjal.
6. Reaksi alergi Filariasis (penyakit kaki gajah) yang sedang kambuh.
7. Asma (mengalami serangan dalam dua bulan terakhir).
8. Memiliki kecenderungan perdarahan abnormal atau kelainan darah lainnya.
9. Menderita epilepsi dan sering kejang.
10. Menderita atau pernah menderita Hepatitis B atau C.
11. Mengidap sifilis.
12. Ketergantungan Narkoba.
13. Kecanduan Minuman Beralkohol.
14. Mengidap atau beresiko tinggi terhadap HIV/AIDS.

LAMPIRAN
17 V

Anda mungkin juga menyukai