178
4
Ind
PEDOMAN PENGELOLAAN
2008
Ind Indonesia, Departemen Kesehatan; Direktorat Bina Pelayanan Medik Dasar, Direktorat Jenderal Bina
Pelayanan Medik p Pedoman Pengelolaan Bank Darah Rumah Sakit (BDRS) — Jakarta: Departemen
Kesehatan RI, 2008
l. Judul
1. BLOOD BANKS
TIM PENYUSUN :
Dr. Elzarita Arbain, Mkes Ria Soekarno, SKM, MCN Dr. Monika Saraswati Sitepu
KONTRIBUTOR :
Dr. Winiarti Gani, SpPA (RSP Pertamina Jakarta) Dr. Roch Wahyuningsih, SpPK (RSP Pertamina Jakarta)
SAMBUTAN
Dalam perkembangan pelayanan kesehatan dewasa ini, kebutuhan akan pelayanan darah yang
berkualitas, mudah di akses serta dalam jumlah yang cukup semakin meningkat khususnya dalam
menurunkan Angka Kematian IBU (AKI) yang masih cukup tinggi di Indonesia (228/100.000, pada tahun
2007) dimana penyebab utamanya antara Iain adalah perdarahan (20-40%). Salah satu upaya
menurunkan (AKI) adalah Melalui kesiapan Rumah Sakit dalam Pelayanan Obstetric Neonatal Emergency
Komprehensif (PONEK) sebagai pusat rujukan. Oleh karena itu ketersediaan darah aman di Rumah Sakit
merupakan satu hal yang penting dalam upaya penurunan AKI.
Selain itu darah tranfusi yang aman juga di butuhkan untukpenanganan penyakit degeneratif, cedera
akibat kecelakaan, serta bebagai penyakit yang memerlukan tranfusi darah untuk tujuan pengobatan
dan pemulihan kesehatan pasien.
Dalam mewujudkan pelayanan darah yang berkualitas dan mudah diakses tersebut, maka setiap rumah
sakit harus mempunyai persediaan darah siap pakai yang disertai dengan managemen pelayanan darah
yang baik melalui unit Bank Darah Rumah Sakit (BDRS). Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, BDRS
harus menjalin kerja sama dengan Unit Transfusi Darah (UTD) sebagai penyedia darah transfusi yang
aman.
Didaerah yang tidak memiliki UTD PMI, maka rumah sakit umum daerah dapat mendirikan Unit Transfusi
Darah Rumah Sakit yang berperan sebagai penyedia darah tranfusi aman untuk kebutuhan rumah sakit.
Hal tersebut telah ditetapkan melalui Keputusan Menteri Kesehatan No. 423/Menkes/SK/IV/2007
tentang kebijakan peningkatan kualitas dan akses pelayanan darah. Salah satu butir dalam kebijakan
tersebut adalah peningkatan kualitas pelayanan darah dan patients safety di rumah sakit yang
mengamanatkan seluruh rumah sakit harus memiliki Bank Darah Rumah Sakit (BDRS) yang menjamin
persediaan darâh tranfusi yang telah dinyatakan aman, jumlah cukup, mudah di akses dan tepat waktu
serta dapat dijalankan dengan sistem distribusi tertutup.
Untuk itü bükü ini disusun sebagai pedoman bagi rumah sakit agar dapat melaksanakan fungsi Bank
Darah Rumah Sakit sesuai dengan standar yang telah ditentukan.
Jakarta, 2008
SUPARI,
Sp.JP(K
)
KATA PENGANTAR
Buku Pedoman ini disusun sebagai petunjuk teknis Keputusan Menteri Kesehatan No :
423/Menkes/SK/lV/2007 tentang Kebijakan Peningkatan Kualitas dan Akses Pelayanan Darah agar dapat
digunakan sebagai acuan dalam memberikan pelayanan tranfusi darah yang aman, jumlah cukup, tepat
waktu, mudah di akses dan penggunaan secara rasional dapat terlaksana.
Buku Pedoman ini ditujukan bagi petugas Bank Darah Rumah Sakit (BDRS). para Direktur dan Komite
Medik Rumah Sakit dan seluruh stakeholder Iainnya yang terlibat dalam proses pelayanan transfusi
darah seperti petugas Unit Transfusi Darah, petugas Dinas Kesehatan Propinsi/ Kabupaten/Kota dan
pihak-pihak berkepenting lainnya.
Kepada seluruh kontributor yang berasal dari organisasi profesi (PHTDI), UTD PMI, BDRS, PERSI, ARSADA
yang telah memberikan masukan-masukan, kami sampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih atas
sumbang saran yang telah diberikan sehingga pedoman ini dapat tersusun.
Semoga buku pedoman ini dapat berguna untuk meningkatkan kualitas pelayanan di Rumah Sakit
Khususnya untuk menunjang patients safety.
Jakarta, 2008
vii
DAFTAR ısı
Halaman
Kata Sambutan
Latar Belakang
Landasan Hükum 4
Sasaran 5
Definisi . 7
Definisi .. .. .. 13
Organisasi 13
ix
Definisi 19
Ketenagaan . . . 20
Pembiayaan 23
Lampiran :
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Agar Unit BDRS dapat berjalan dengan baik dan terstandar maka
dibutuhkan pedoman pelaksanaan yang dipakai sebagai acuan bagi
seluruh RS dalam melaksanakan pelayanan darah yang berkualitas.
Landasan Hukum :
Transfusi Darah
Sasaran :
BAB I l
Definisi :
(BDRS)
Sebagai regulator
Peran masyarakat :
Peran PMI :
Peran RS
Melakukan uji cocok serasi dan melaporkan kembali ke UTD bila terjadi
reaksi transfusi
I . Definisi :
Organisasi :
13
(UTD.P PMI, UTD.D PMI, UTD.C.PMI) ataupun RS (UTD RS) dan
Pemerintah Daerah.
BDRS
Keterangan gambar :
15
Kerjasama UTD dan RS didasari oleh nota kesepakatan agar tidak terjadi
kesalah pahaman di kemudian hari.
PEMDA
Ketiga unsur (IJTD PMI, RS dan Dinkes) membangun suatu wadah dan
sistim komunikasi yang intens dengan tujuan yang sama yaitu
mewujudkan pelayanan transfusi darah yang berkualitas dengan
indikator; tersedia darah aman, jumlah cukup, tepat waktu, mudah di
akses dan pemakaian rasional.
Dalam melakukan upayanya ketiga unsur ini didukung oleh Pemda, PMI,
PDDl.org donor darah serta masyarakat umum setempat. Dalam wadah
ini perlu juga ditegaskan komitmen seluruh unsur bahwa, donor
sukarela diarahkan ke UTD PMI sementara pasien hanya berhubungan
dengan RS. Mekanisme kerjasama antara UTD PMI sebagai pemasok dan
BDRS sebagai pengguna darah aman dituangkan dalam surat
kesepakatan bersama yang disaksikan oleh Dinas Kesehatan.
BAB
Definisi
Menerima darah dari UTD yang telah memenuhi syarat uji saring (non
reaktif) dan telah dikonfirmasi golongan darah.
Melakukan uji silang serasi antara darah donor dan darah resipien.
Melakukan rujukan bila ada kesulitan hasil uji silang serasi dan golongan
darah ABO/Rhesus ke IJTD secara berjenjang
Menyerahkan darah yang cocok untuk pasien pada dokter yang meminta
atau petugas rumah sakit yang diberi kewenangan.
Bank Darah Rumah Sakit merupakan suatu unit pelayanan yang berada •
di bawah wakil direktur pelayanan medik/ bagian pelayanan /bagian dari
laboratorium RS, yang dikepalai oleh seorang dokter dan memiliki
petugas pelaksana. Dalam pelaksanaan teknis, unit berkoordinasi
dengan IJTD dan Dinas kesehatan setempat dalam jejaring pelayanan
darah kab/kota serta merupakan bagian dari jejaring pelayanan darah
provinsinya.
Ketenagaan
Bank Darah Rumah Sakit dipimpin oleh seorang dokter yang telah dilatih
dalam bidang transfusi darah.
Departemen Kesehatan
Dalam akreditasi RS, pelayanan darah melalui BDRS ini merupakan salah
satu pelayanan yang dinilai.
Pencatatan
Pelaporan
Alur pelaporan
ruangan
Unit
H. Pembiayaan
SPO pelaporan
SPO rujukan
BAB IV
Standar 13 : Pencatatan
Standar 14 : Pelaporan
Penjabaran Standar :
Luas minimal 20 m2 dengan cahaya dan ventilasi yang cukup serta ber
AC, termasuk ruang administrasi secara terpisah.
Fasilitas air mengalir & listrik yang memadai, generator atau UPS yang
mampu mem back up refrigerator agar stabilitas suhu tetap terjaga.
Tersedia 2 bak cuci yang terdiri dari bak cuci tangan dan bak cuci alat.
Kursi laboratorium
Lemari arsip
Telepon
Minimal
Gel/microplate
3. Gunting 4 buah
Minimal
8. Timer 4 buah
Anti-A Anti-B
7 set (@ 10 cc)
Anti-D (lgM)
7 vial 10 cc)
Test Cell (sel A, B, 0) secukupnya
Anti-D (lgG)
5. NaCl 10 kolf@ 1 L
6. Cairan desifectant
(diencerkan 1:9)
Pervlolaan
Standar SDM
Penyimpanan darah
Penyerahan darah kepada dokter yang meminta atau perawat yang telah
diberi wewenang.
Tersedia SPO
Standar 13 : Pencatatan
1 1 . Reaksi transfusi
Standar 14 : Pelaporan
I . Laporan rutin adalah laporan kegiatan secara rutin yang dibuat secara
teratur dan tepat waktu disampaikan kepada direktur RS, UTD dan
Dinkes setempat
Laporan rutin terdiri dari : laporan harian, laporan bulanan, dan laporan
tahunan
Standar Pembiayaan
1 . Ruangan
Udara dalam ruang dibuat mengalir searah (dari ruang bersih ke ruang
kotor)
Pintu ruangan harus selalu tertutup jika petugas sedang bekerja, mereka
yang tidak berkepentingan dilarang masuk.
Sistem/Prosedur
Petugas
Pakailah kaca mata pelindung, kaca pelindung wajah (visors) atau alat
pelindung diri lainnya jika menangani obyek yang mudah menyemprot
atau memantul ke tubuh kita
Kesehatan
LAMPIRAN
TENTANG
Nomor : UTD
Nomor : BDRS
Nama
Jabatan :
Alamat
Nama
Jabatan . Alamat :
Dalam Jabatan tersebut bertindak untuk dan atas nama serta
mewakili Rumah Sakit.
Ketentuan Umum
Pasal 2
Objek Perjanjian
Pasal 3 Hak
Pihak Kedua berhak mencari darah dari UTD lain apabila Pihak Pertama
tidak dapat memenuhi kebutuhan darah.
Pasal 4
Kewajiban
Pasal 5
Masa Berlaku
Pasat 6
Penyelesaian Perselisihan
Pasal 7
Penutup
1 . Hal-hal yang belum diatur atau belum cukup diatur dalam perjanjian
ini akan diatur dan akan dimuat dalam perjanjian tambahan (addendum)
dengan persetujuan kedua belah pihak dan merupakan perjanjian yang
tak terpisahkan dari perjanjian kerjasama ini
Apabila terjadi perubahan pada pimpinan salah satu atau kedua belah
pihak maka perjanjian kerjasama akan tetap diberlakukan sampai masa
perjanjian berakhir.
Mengetahui
Prop/kab/kota
Transfusi sel darah merah diindikasikan pada kadar Haemoglobin (Hb) <7
g/ dl, terutama pada anemia akut. Bila pasien asimptomatik dan/atau
ada terapi spesifik Iainnya yang lebih tepat, batas kadar Hb yang lebih
rendah dapat diterima, misalnya anemia hemolitik autoimmun dapat
diterapi dengan steroid (Rekomendasi A)
Transfusi tidak dilakukan bila kadar Hb210 g/dl, kecuali bila ada indikasi
tertentu, misalnya penyakit yang membutuhkan kapasitas transport
oksigen lebih tinggi (contoh : penyakit paru obstruktif kronik berat dan
penyakit jantung iskemik berat). (Rekomendasi A)
Pada kasus DBD dan KID supaya merujuk pada penatalaksanaan masing-
masing. (Rekomendasi C)
Keterangan :
Level of evidance
111b. Case series dan case report IV. Konsensus dan pendapat ahli
Derajat Rekomendasi :