Anda di halaman 1dari 37

PEDOMAN

PELAYANAN HEMODIALISIS
RSUD SMC KABUPATEN TASIKMALAYA

TAHUN 2021

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN TASIKMALAY A


RSUD SMC
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SINGAPARNA MEDIKA CITRAUTAMA
Jalan Raya Rancamaya Singaparna Tasikmalaya, Telepon : (0265) 543456
Faksimil : (0265) 543437, Website : rssmc.tasikmalayakab.go.id
e-mail : rssmc@tasikmlayakab.go.id, Kode Pos 46412
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
atas rahmat-Nya Pedoman Pelayanan Hemodialisis di RSUD SMC Kabupaten
Tasikmalaya dapat diselesaikan untuk memenuhi kebutuhan pelayanan
Hemodialisis dan memenuhi aspek keselamatan baik bagi pasien maupun
petugas.
Penyusunan pedoman ini mengacu pada Pedoman pelayanan
Hemodialisis di sarana pelayanan kesehatan Dep.Kes tahun 2008. Semoga
pedoman ini dapat menjadi acuan dalam upaya peningkatan mutu pelayanan
hemodialisis di RSUD SMC Kabupaten Tasikmalaya.
Ucapan terimakasih kami sampaikan kepada semua pihak khususnya
yang telah memberikan kontribusi dalam penyusunan pedoman ini.

Singaparna, Maret 2021

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................... i
DAFTAR ISI............................................................................................................ ii
DAFTAR TABEL..................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................... 1
A. LATAR BELAKANG..................................................................................... 1
B. TUJUAN....................................................................................................... 2
C. RUANG LINGKUP....................................................................................... 2
D. BATASAN OPERASIONAL......................................................................... 3
E. LANDASAN HUKUM.................................................................................... 3
BAB II STANDAR KETENAGAAN.......................................................................... 5
A. KUALIFIKASI SUMBER DAYA MANUSIA.................................................. 5
B. DISTRIBUSI KETENGAAN.......................................................................... 5
C. PENGATURAN JAGA.................................................................................. 6
BAB III STANDAR FASILITAS............................................................................... 7
A. DENAH RUANGAN...................................................................................... 7
B. STANDAR FASILITAS................................................................................. 8
BAB IV TATA LAKSANA PELAYANAN.................................................................. 11
A. ALUR PELAYANAN HEMODIALISIS.......................................................... 11
B. PROSEDUR PELAYANAN HEMODIALISIS............................................... 12
BAB V LOGISTIK.................................................................................................... 20
BAB VI KESELAMATAN PASIEN.......................................................................... 28
BAB VII KESELAMATAN KERJA........................................................................... 29
BAB VIII PENGENDALIAN MUTU ......................................................................... 30
BAB IX PENUTUP.................................................................................................. 32
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................ 33

ii
DAFTAR TABEL

Tabel 2 Distribusi Ketenagaan di Unit Hemodialisis............................................... 5


Table 4 Standar nilai AAMI untuk mikrobiologi dan endotoxin............................... 15
Table 5 daftar inventarisir unit hemodialysis.......................................................... 22

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Peningkatan perkembangan kesehatan di Indonesia seharusnya diikuti


secara seimbang oleh perbaikan mutu pelayanan kesehatan. Adanya globalisasi
dan industrialisasi yang cepat di bidang kesehatan berdampak pada cara
melakukan tindakan, baik berupa terapi, pemakaian alat, pemberian resep dan
sebagainya sehingga tindakan tersebut sesuai indikasi yang tepat.

Disamping itu dengan adanya UU perlindungan konsumen dan UU


keperawatan serta terkaitnya praktek kedokteran dan keperawatan terhadap aspek
medis, legal, etis, psikologis, sosial budaya serta financial maka perlu dibuat suatu
panduan pelayanan kesehatan yang bertujuan untuk meberikan pelayanan yang
lebih baik kepada masyarakat dan meberikan rasa aman kepada pemberi
pelayanan. Hal ini berlaku juga pada pelayanan dialisis dimana umumnya pasien
dengan penyakit Gagal Ginjal Kronik (GGK) dan gannguan hemodinamik
membutuhkan Pengobatan yang berulang dan melibatkan peralatan/mesin dengan
teknologi tinggi serta kompetebsi tenaga kesehatan yang memadai.

Gagal ginjal kronik (GGK) merupakan kerusakan fungsi ginjal yang progresif
dan tidak dapat pulih kembali, dimana tubuh tidak mampu memelihara metabolisme
dan gagal memelihara keseimbangan cairan dan elektrolit yang berakibat
peningkatan ureum atau azotemia (Smeltzer, 2008). Oleh karena penyakit ini
bersifat menetap dan progresif, Gagal ginjal kronik (GGK) menurut Roesli et al
(2015) merupakan salah satu masalah utama dibidang kesehatan di seluruh dunia.

Prevalensi GGK selama sepuluh tahun terakhir semakin meningkat. Badan


Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan pertumbuhan jumlah penderita GGK pada
tahun 2013 telah meningkat 50% dari tahun sebelumnya. Di Amerika Serikat,
kejadian dan prevalensi GGK meningkat 50% di tahun 2014. Data menunjukan
bahwa setiap tahun 200.000 orang Amerika Serikat menjalani hemodialisis karena
GGK artinya 1.140 dalam satu juta orang Amerika adalah pasien dialisis
(Widyastuti, 2014). Yagina (2014) mengemukakan angka kejadian GGK di dunia
secara global lebih dari 500 juta orang dan 1,5 juta orang harus menjalani hidup
dengan bergantung pada hemodialisis.

Di Indonesia jumlah penderita GGK yang memerlukan hemodialisis semakin


meningkat, data dari Indonesian Renal Registry (IRR) menunjukan peningkatan
yang signifikan dan konsisten setiap tahunnya.

Ketika seseorang mengalami kondisi GGK, fungsi ginjal kurang dari 15%,
terapi yang disarankan salah satunya adalah hemodialisis. Hemodialisis
merupakan terapi pengganti ginjal pada pasien gagal ginjal tahap akhir yang
bertujuan menurunkan kadar toksin yang menyebabkan sindroma uremik pada
pasien gagal ginjal tahap akhir (Roesli et al, 2015).

1
Hemodialisis digunakan pada pasien dalam keadaan sakit akut dan
memerlukan terapi dialisis jangka pendek atau pasien dengan penyakit gagal ginjal
stadium terminal yang membutuhkan terapi jangka panjang atau terapi permanen.
Hemodialisa dilakukan dengan menggunakan sebuah mesin yang dilengkapi
dengan membran penyaring semi permiabel (ginjal buatan) yang memindahkan
produk-produk limbah yang terakumulasi dari darah kedalam mesin dialisis. Pada
mesin dialisis, cairan dialirkan dipompa melalui salah satu sisi membran filter (ginjal
buatan).

Hemodialisis yang baik memerlukan persiapan yang baik. Edukasi yang


diberikan tepat waktu dapat memperbaiki luaran pasien GGK dan menurunkan
biaya pengobatan. Perencanaan dialisis meliputi penentuan waktu inisiasi dialisis
yang tepat dan pemasangan akses vaskuler yang siap digunakan saat dialisis
dimulai.

B. Tujuan Panduan
1. Tujuan Umum
Tujuan umum Pelayanan Hemodialisis rumah sakit adalah mewujudkan
Pelayanan Hemodialisis secara profesional untuk meningkatkan kualitas hidup
pasien dengan gagal ginjal.
2. Tujuan Khusus
a) Meningkatkan cakupan pelayanan hemodialisis.
b) Meningkatkan kualitas pelayanan hemodialisis.
c) Meningkatkan efisiensi dan efektifitas pelayanan
hemodialisis.
d) Memberikan pelayanan keperawatan pasien hemodialisa yang profesional,
islami dan berkelanjutan.

C. Ruang Lingkup Pelayanan

Unit Hemodialisis adalah salah satu unit pelayanan rawat jalan yang ada di
rumah sakit RSUD SMC Kabupaten Tasikmalaya. Unit hemodialisis Ini
melakukan pelayanan bagi pasien – pasien yang membutuhkan tindakan dialisis.
Unit hemodialisis memberikan pelayanan untuk memperpanjang harapan hidup
pasien ginjal stadium akhir.
1. Unit Hemodialisa tersendiri letaknya mudah dicapai dari instalasi gawat
darurat, instalasi rawat inap dan unit penunjang Lainnya
2. Unit Hemodialisis memiliki ketentuan atau kriteria pasien yang akan
mendapatkan tindakan dialisis.
3. Memiliki seorang dokter SpPD yang bertanggung jawab secara
keseluruhan di Unit Hemodialisis serta dr jaga yang mampu melakukan
resusitasi jantung paru (bantuan hidup dasar dan bantuan hidup lanjut)
4. Memiliki perawat terlatih bersertifikat pelatihan hemodialisis dan memiliki
pengalaman kerja lebih dari 3 tahun di ruang perawatan.
5. Unit Hemodialisis adalah tempat pelayanan hemodialisis yang terdiri dari
minimal 4 mesin dialisis, didukung dengan unit permurnian air (water
treatment) dan peralatan pendukung serta mempunyai tenaga medis,
2
minimal terdiri dari 3 Perawat Mahir HD, 1 Dokter Umum bersertifikat HD,
yang diawasi oleh 1 orang Dokter Internis bersertifikat HD dan disupervisi
oleh 1 orang Internis-Konsultan Ginjal Hipertensi (KGH).
6. Melayani tindakan hemodialisis selama 24 jam. Ruang lingkup tindakan di
Unit hemodialisis mencakup tindakan cito dan rutin. Untuk tindakan cito
biasanya dokter yang menentukan bahwa pasien tersebut harus segera
mendapatkan tindakan hemodialisis segera. Tindakan rutin dilakukan pada
pasien – pasien yang sudah dinyatakan sakit gagal ginjal kronik yang sudah
terjadwal menjalani tindakan hemodialisis.

D. Batasan Operasional

Untuk lebih mengarahkan pemahaman dibuat batasan istilah penting yang


terkait dengan kerangka pelayanan Unit Hemodialisis.
1. Dialisis adalah tindakan medis pemberian pelayanan terapi pengganti fungsi
ginjal sebagai bagian dari pengobatan pasien gagal ginjal dalam upaya
mempertahankan kualitas hidup yang optimal yang terdiri dari dialisis
peritoneal dan hemodialisis.
2. Dialisis peritoneal adalah salah satu terapi pengganti fungsi ginjal yang
mempergunakan peritoneum pasien yang bersangkutan sebagai membran
semipermeabel antara lain Continous Ambulatory Peritoneal Dialysis (CAPD)
dan Ambulatory Peritoneal Dialysis.
3. Hemodialisis adalah salah satu terapi pengganti ginjal yang menggunakan alat
khusus dengan tujuan mengeluarkan toksin uremik dan mengatur cairan,
elektrolit tubuh.
4. Penyakit Ginjal Kronik adalah suatu kondisi kerusakan ginjal yang terjadi
selama 3 bulan atau lebih berupa abnormalitas struktural atau fungsional
ginjal dengan atau tanpa penurunan Laju Filtrasi Glomerulus (LFG) yang
bermanifestasi sebagai kelainan patologis atau kerusakan ginjal termasuk
ketidakseimbangan komposisi zat di dalam darah ataupun urin serta ada atau
tidaknya gangguan hasil pemeriksaan pencitraan suatu kondisi kerusakan
ginjal yang terjadi selama 3 bulan atau lebih Laju Filtrasi Glomerulus (LFG)
yang kurang dari 60 mL/menit/1,73 m lebih dengan atau tanpa kerusakan
5. Dialisis kronik adalah dialisis atau terapi yang dilakukan pada pasien penyakit
ginjal kronik sebagai pengobatan pengganti ginjal.
6. Unit Pelayanan Dialisis adalah fasilitas pelayanan dialysis di rumah sakit.

E. Landasan Hukum
1. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor
812/Menkes/Per/VII/2010 tentang penyelenggaraan pelayanan dialisis pada
fasilitas pelayanan kesehatan
2. Keputusan menteri kesehatan republik Indonesia Nomor
HK.01.07/MENKES/642/2017 tentang panduan nasional pelayanan
kedokteran tata laksana penyakit ginjal tahap akhir.
3. Surat Edaran menteri kesehatan republik Indonesia nomor
HK/menkes/31/2014
3
4. Peraturan menteri kesehatan republik Indonesia nomor 518/menkes/per/VII/
2008.
5. Keputusan Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Tasikmalaya Nomor :
445.5/4213/Yankes-Diskes/2018 tentang Izin Penyelenggaraan Unit
Pelayanan hemodialisa di RSUD SMC Kabupaten Tasikmalaya.

4
BAB II
STANDAR KETENAGAAN

A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia


Usaha untuk memenuhi jumlah tenaga harus dilakukan analisa beban
pekerjaan yang dilakukan secara berkala dan disesuaikan dengan rencana
pengembangan Unit Hemodialisis. Adapun penghitungan kebutuhan tenaga di
Unit Hemodialisis RSUD SMC Kabupaten Tasikmalaya mengacu pada
Konsensus dialysis perhimpunan nefrolog Indonesia tahun 2003 tentang sumber
daya manusia (SDM) dan pedoman pelayanan hemodialisis depkes tahun 2008
tentang ketenagaan dalam pengorganisasian adalah sebagai berikut :
1. Dokter Sp.PD-kGH sebgai supervisor unit Hemodialisa
2. Penanggung jawab Unit Hemodialisa adalah seorang dokter spesialis
penyakit dalam (SpPD) Bersertifikat pelatihan Dialisis dari pusat pendidikan
yang diakreditasi dan disahkan oleh PERNEFRI dan BPSDM Kemenkes RI.
3. Penanggung jawab pelaksana Harian Hemodialisa adalah Dokter umum
Bersertifikat pelatihan dialisis dari pusat pendidikan yang diakreditasi dan
disahkan oleh PERNEFRI dan BPSDM Kemenkes RI.
4. Perawat mahir hemodialisis adalah perawat yang mempunyai sertifikat
pelatihan dialisis dari pusat pendidikan yang diakreditasi dan disahkan oleh
PERNEFRI dan BPSDM Kemenkes RI.
5. Perawat pendamping adalah perawat Pelaksana lulusan D III Keperawatan
dan S1 Keperawatan Ners, menyesuaikan sesuai kebutuhan.
6. Administrasi adalah tenaga adminstrasi yang menguasai komputer dan
akses internet untuk mendaftarkan pasien dan memberikan laporan berkala
register IRR (Indonesian Renal Registery)
7. Tenaga lain yang mendukung pelayanan hemodialysis : menyesuaikan
kebutuhan ( dapat bekerja sama dan mendukung berjalannya program)

B. Distribusi Ketenagaan
Pelayanan Hemodialsiis di RSUD SMC Kabupaten Tasikmalaya saat ini terlayani
dengan 5 mesin oleh 8 perawat, 1 dokter konsultan ginjal dan hipertensi , 1
dokter Sp.PD dan 1 dokter umum dengan distribusi Ketenagaan dijabarkan
dalam tabel berikut :
Tabel 1 : Distribusi Ketenagaan di Unit Hemodialisis

Nama Jabatan Kualifikasi Kurang


NO Butuh Ada
Formal Informal
1. Tenaga Medis :
1) Supervisor Sp. PD-KGH Pelatihan HD 1 1 0
2) Penanggungjawab HD Sp. PD Pelatihan HD 1 1 0
3) Pelaksana HD Dokter Pelatihan HD 1 1 0
Umum

5
2 Tenaga Perawat :
1) Perawat Mahir HD D III/SI Ners Pelatihan HD 4 4 0
2) Perawat pendamping D III/SI Ners Belum 4 4 0
Pelatihan HD

2 Administrasi D III/ - 1 1 0
Akuntansi/
SMA
3 Tenaga pendukung 1 0 1
lainnya
4 Cleaning service 3 3 0

C. Pengaturan Jaga
1. Jadwal dinas beserta pembagian tugas lainnya dibuat oleh kepala perawat
unit hemodialisa setiap akhir bulan untuk jadwal berikutnya
2. Pelayanan hemodialisis untuk pasien rutin dilakukan dari senin sampai
dengan sabtu dengan jam pelayanan sebagai berikut
a. Shift Pagi : 06.00 – 13.00 WIB
b. Shift Siang : 11.00 – 18.00 WIB
3. Setiap jadwal cito ada 2 petugas dan jadwal tersebut didistribusikan juga ke
unit pelayanan terkait.
4. Pelayanan hemodialisis di hari libur nasional atau hari besar agama ( Idul fitri )
menyesuaikan tetap diberikan pelayanan untuk pasien terjadwal maupun
rawat inap
5. Program Dialisis (jenis dialysis, ultrafiltrasi, heparinisasi dan waktu dialysis)
dikoreksi/dievaluasi oleh dokter penanggung awab HD saat melakukan
pemeriksaan pasien yang sedang menjalani hemodialisis
6. Pelayanan reprosesing dializer dilakukan oleh perawat dan tenga lainnya yang
sudah mendapatkan pelatihan prosedur pencucian dializer
7. Penanganan komplikasi dilakukan oleh perawat dialysis sesuai dengan
intruksi dokter penanggung jawab pasien
8. Pelayanan pasien yang memerlukan tindak lanjut setelah hemodialisis,
dionsulkan ke dokter pelaksana harian HD untuk rawat inap atau rawat
intensif.
9. Setiap tindakan hemodialisis terdiri dari ;
a. Persiapan HD : ± 30 menit
b. Pelaksanaa HD : 4-5 jam
c. Evaluasi Post HD : ± 30 menit

Malam : 13.00 - 22.00 WIB

6
BAB III
STANDAR FASILITAS

A. Denah Ruangan

Keterangan :

Gudang Cairan HD Alur masuk pasien

Kursi penunggu pasien HD


station
Nurse Bed pasien
Pendafataran

Nurs
stati
Mesin HD

on
Tangga

e
HD
Ruang Rivers Osmotion
WC Petugas Ruang
Dokter Ruang RE USE
Nurse
Ruang Station Spollhock
Perawat
stat

Nur
ion

se

Meja

N
n
o

u
e
s

s
t

r
i
WC Pasien

Wastafel

Lemari Dializer
Ruang
Ruang RO
RE USE

7
B. Standar Fasilitas
1. Mesin Hemodialisis
Mesin yang digunakan untuk mengeluarkan darah dari pembuluh darah
pasien menuju sirkulasi ektrakorporeal arteri blood line kemudian masuk ke
dalam kompartemen darah dalam dialyzer kemudian darah dialirkan ke
ekstrakorporeal vena blood line dan masuk kembali ke pembuluh darah
pasien. Mesin hemodialysis di RSUD SMC Kabupaten Tasikmalaya pada
tahun 2018 mesin Toray.

2. Mesin Revers Osmotion (RO)


Revers Osmotion (RO) adalah suatu metode pemurnian air melalui
membrane semipermeable dengan memberikan tekanan yang sangat tinggi
melampaui tekanan osmosis sehingga akan memaksa air melewati proses
Revers Osmosis dari bagian kepekatan tinggi ke bagian kepekatan rendah
yang menghasilkan air murni 99,99%. Diameter membrane RO 0,0001
mikron.

3. Dializer
Dializer adalah ginjal buatan yang digunakan untuk proses dialysis selama
pasien menjalani hemodialysis. Ginal buatan ini tediri dari dua kompartemen
yaitu kompartemen darah dan kompartemen dialisat dan diantara kedua
kompartemen tersebut terdapat membrane semipermeable.

4. Consumable Set
Consumable set adalah bahan habis pakai yang digunakan dalam proses
hemodialisis, terdiri dari :
a. Blood line (selang darah) digunakan untuk mengalirkan darah dalam
sirkulasi ekstrakorporeal. Blood line terdiri dari Arterial blood line (ABL)
yang digunkan mengalirkan darah menuju kompartemen darah dalam
dialyzer dan venouse blood line (VBL) yang digunakan untuk
memasukan darah yang telah terdialisis dari kompartemen darah dalam
dialyzer kembali masuk ke sirkulasi darah sistemik.
b. Jarum AV Fistulla
Adalah sepasang jarum yang digunakan untuk melakukan kanulasi pada
akses vaskuler. Jarum AV Fistulla yang bersayap merah digunakan
untuk akses inlet dan fitula bersayap biru untuk melakukan kanulasi
akses outlet.
c. Cairan dialisat
Merupakan cairan dengan komposisi khusus yang dipakai dalam proses
hemodialysis yang terdiri dari cairan acetat dan bicarbonate

5. Bahan Medis Pendukung


Adalah bahan medis yang dibutuhkan untuk berlangsungnya proses dialysis
yang terdiri dari infus set/tranfusi set, cairan infus NaCl 0,9%, spuit,
8
kassa/depper steril, alcohol swab, plester micropore, sarung tangan dan anti
koagulan. Untuk kebutuhan sarana RO diperlukan garam dan PK(potassium
permanganate) dan untuk sarana Reuse dialyzer diperlukan H2O2, paracetik
acid dan Na Hipoklorit.

6. Bangunan dan sarana lain sesuai pedoman pelayanan hemodialisis di


sarana pelayanan kesehatan tahun 2008 sebagai berikut :
a. Ruangan HD sekurang-kurangnya mempunyai kapasitas 4 mesin HD
b. Pintu ruangan selalu tertutup karena ruang ber-AC
c. Perawat dapat memonitor semua pasien.
d. Ruang Water treatment.
e. Ruang Re-Use.
f. Ruang pemeriksaan atau konsultasi
g. Gudang penyimpanan cairan dan gudang alkes
h. Ruang tunggu keluarga pasien
i. Toilet pasien dan penunggu pasien
j. Toilet petugas
k. Spoelhok
l. Seluruh ruangan memenuhi persyaratan minimal untuk kebersihan,
ventilasi, penerangan dan mempunyai sistem keselamatan kerja dan
Kebakaran
m. Mesin hemodialisis yang dipergunakan untuk memberikan pelayanan
dilakukan kalibrasi berkala sesuai dengan ketentuan yang berlaku
n. Mempunyai fasilitas listrik dan penyediaan air bersih(water treatment)
yang memenuhi persyaratan kesehatan.
o. Mempunyai sarana untuk mengolah limbah dan pembuangan sampah
sesuai peraturan yang berlaku (septic tank besar/rujukan limbah padat
infeksius).
p. Memiliki fasilitas akses untuk dapat mengirim laporan berkala ke
supervisor dan PERNEFRI pusat (Register PERNEFRI)

7. Peralatan Ruangan
a. Tempat tidur pasien
b. Peralatan medis standar seperti stetoskope, tensimeter, timbangan berat
badan dan sebagainya
c. Alat Resusitasi/troli emergensi
d. Sumber Oksigen sentral yang dilengkapi dengan katup penurunan
tekanan (regulator) dan flowmeter.
e. Peralatan terapi oksigen mulai dari nasal prong, simple masker, masker
rebreathing dan masker non rebretahing.
f. Alat penghisap lender portable dilengkapi dengan pipa karet
penghubung, botol penampung, dan kanule penghisap.
g. Alat pemasangan akses vena terdiri dari standar infuse, IV Kateter,
infuse set, blood set cairan infuse sodium chloride, alcohol swab, plester,
gunting, tourniquet

9
h. Peralatan pengolahan air sesuai standar AAMI (Association for The
Advancement of Medical Instrumentation)
i. Generator listrik berkapasitas sekurang-kurangnya sebesar kebutuhan
untuk menjalankan mesin hemodialisis yang ada
j. Peralatan pemadam kebakaran
k. Peralatan untuk mengolah limbah dan sampah
l. Pendingin ruangan
m. Lemari es untuk menyimpan obat.
n. Seperangkat komputer yang online.
o. Alat komunikasi (telepon).
p. Lemari tempat linen dan alat kesehatan.

10
BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN

A. Alur Pelayanan Pasien Hemodialisis

ALUR PELAYANAN
PASIEN HEMODIALISA DI RSUD SMC KAB. TASIKMALAYA

PASIEN

PASIEN LAMA PASIEN BARU/PASIEN TRAVELLING

TIDAK
TIDAK GAWAT GAWAT
GAWAT GAWAT
DARURAT
DARURAT DARURAT
DARURAT

Pendaftaran Di
Pendaftaran Di
Ruang HD IGD Rawat Jalan

Konsultasi dr Penanggung
Jawab Klinik Penyakit
Unit HD Dalam

Skrining Lab (Bila Perlu)


(Hbsag,Hcv,Hiv,Hb,Elektro
lit)

RESEP HD

INFORMED
CONSENT

Setuju Tidak Surat Pernyataan


Penolakan HD
Setuju

HEMODIALISIS

FARMASI PASIEN RAWAT


INAP

KASIR/ADMNISTRASI

PASIEN PULANG

11
B. Prosedur Pelayanan Hemodialisis
1. Hemodialisis Pasien Baru
a. Pasien baru adalah pasien yang pertama kali menjalani hemodialisis di
RSUD SMC Kab. Tasikmalaya baik bagi pasien dari rawat inap, Instalasi
Rawat jalan, Instalasi Gawat Darurat maupun Instalasi Rawat Intensif /ICU
dimana telah dilakukan pemeriksan oleh dokter dan terdapat intruksi untuk
dilakukan hemodialisis.
b. Pasien baru terdiri dari : pasien pertama kali/inisiasi atau pernah dialisis di
Rumah Sakit lain tanpa atau dengan travelling dialisis.
c. Pasien dengan status traveling harus mendapatkan persetujuan dari
nefrologis/ dokter Sp.PD yang ditunjuk di RSUD SMC Kab. Tasikmalaya
d. Pasien baru akut dan kronik yang akan menjalani hemodialisis ataupun
pasien yang dirujuk dari unit Hemodialisis lain tanpa melihat status
vaksinasi sebelumnya harus dilakukan skrining serologi HbsAg, Anti HCV,
dan Anti HIV.
e. Pasien memenuhi persyaratan adminstrasi
f. Dokter Sp.PD penanggung jawab/ dokter Jaga pelaksana harian
Hemodialisa melakukan infomed consent kepada pasien baru.

2. Hemodialisis Pasien Rutin


a. Pelayanan HD rutin dimulai dari jam 06.00 – 18.00 WIB denga pembagian
sebagai berikut :
 Shift 1 ; pukul 06.00 – 12.00 WIB
 Shift 2 ; pukul 12.00 – 18.00 WIB
b. Terapi hemodialisis rutin ditentukan oleh nefrologis atau dr Spesialis
Penyakit Dalam terlatih berdasarkan konsensus pernefri
c. Jadwal rutin ditentukan oleh kepala ruangan Hemodialisis dengan frekuensi
sesuai dengan intruksi dari nefrologist/dokter Sp.PD terlatih
d. infomed consent dilakukan 1 kali pada saat pasien pertama kali menjalani
hemodialisis rutin di RSUD SMC Kab. Tasikmalaya, diulang apabila pasien
mengalami perubahan kondisi atau perubahan tindakan
e. Assesment Awal dilakukan pada pasien yang menjalani hemodialisis rutin
f. Assesment Hemodialisis ditulis di form catatan medis oleh SpPD terlatih
untuk kebutuhan 30 hari dan disalin oleh perawat dalam AOP melalui
intervensi kolaborasi
g. Assesment Hemodialisis diulang kurang dari 30 hari apabila ada perubahan
kondisi atau perubahan tindakan
h. Penghitungan Evaluasi program hemodialisis termasuk adekuasi dilakukan
ssuai konsensus PERNEFRI
i. Pemeriksaan skrining serologi HbsAg, Anti HCV, dan Anti HIV dilakukan
setiap 6 bulan sekali
j. Pasien rutin yang akan melakukan HD di luar RSUD SMC Kab.
Tasikmalaya dapat diberikan surat pengantar Travelling Dialisis.

12
3. Hemodialisis Pasien Cito
a. Dilakukan atas indikasi medis oleh dokter jaga ruangan dengan persetujuan
dokter Sp.PD terlatih
b. Indikasi Hemodialisis cito diantaranya adalah hiperkalemia, overhidrasi,
asidosis metabolik, intoksikasi alkohol/obat-obatan, encepalopati uremikum
c. Pasien hemodialisis cito harus ada persetujuan tindakan dari pasien dan
keluarga
d. Dalam keadaan gawat darurat tidak diperlukan informed consent
e. Pasien yang tidak terjadwal dilakukan informed consent setiap akan
dilakukan tindakan
f. HD cito pada jam dinas atau dalam jadwal pasien rutin hanya bisa
dilakukan jika sarana dan prasarana memungkinkan

4. Hemodialisis pasien Intensive dan High Care ;


a. Hemodialisis pasien di ruang intensif atau high care dilakukan apabila
pasien terpasang ventilator, atau pasien yang tidak terpasang ventilator
tetapi kondisi tidak transfortable yang dinilai oleh dokter penanggung jawab
ruangan.
b. Indikasi : Pasien tidak transfortable, tidak sadar/koma, gangguan
hemodinamik dll
c. Persetujuan tindakan dilakukan tiap tindakan dialisis
d. Peresepan program HD (ketentuan, masa berlaku,
pencatatan/Pendokumentasian) dilakukan oleh nefrologis atau dokter Sp.
PD terlatih.

5. Hemodialisis Pasien Traveling


a. Alur : Pasien traveling dialisis berasal dari IGD, rawat inap atau rawat jalan
b. Informed Concent dilakukan saat pertama kali HD terkecuali jika pasien
akan menjadi pasien HD rutin atau kondisi cito
c. Peresepan HD diberikan oleh nefrologis atau dokter sepsialis dalam terlatih
d. Dilakukan skrining laboratorium : HbSAg, Anti HCV dan anti HIV
e. Syarat ADM : Memenuhi persyaratan ADM

6. Hemodialisis pada kondisi khusus


a. Dialisis pada anak
1) Tidak ada pelayanan khusus untuk HD anak
2) Alur : Melakukan perlengkapan ADM seperti pasien HD rutin atau HD
akut
3) Indikasi : Ditentukan oleh nefrologis atau dokter Sp.PD terlatih dewasa
4) Kontraindikasi : Tidak ada akses vaskuler
5) Informed concent : Dilakukan oleh orang tua
6) Penggunaan alat dan mesin: Peralatan dan mesin HD anak sama
seperti yang digunakan HD dewasa
b. Hemodialisis pada pasien HbSAg Positif (Hepatitis B)
1) Tidak ada pelayanan khusus untuk pasien hepatitis B di RSUD SMC
Kabupaten Tasikmalaya
13
2) Pasien dirujuk ke Rumah Sakit lain yeng melayani pasien dengan
Hepatitis B
3) Semua petugas di Unit HD dilakukan vaksinansi
c. Hemodialisis pada pasien dengan Anti HCV Reaktif
1) Dilayani pada mesin yang sama dengan pasien yang hasil pemeriksaan
anti HCV Non reaktif
2) Pasien anti HCV reaktif dianjurkan untuk konsul ke poli Gastro
hepatologi untuk mendapatkan terafi.
3) Re use dializer HCV Reaktif terpisah dengan re use HCV Negatif
d. Hemodialisis pada pasien dengan Anti HIV Reaktif
1) Tidak ada pelayanan khusus untuk pasien pasien dengan anti HIV
reaktif di RSUD SMC Kabupaten Tasikmalaya
2) Pasien dirujuk ke Rumah Sakit lain yeng melayani pasien dengan Anti
HIV Reaktif
3) Semua petugas di Unit HD dilakukan vaksinansi

7. Ketentuan khusus lainnya


a. Pengembalian dan pemulangan pasien dialisis akut/cito ;
1) Pasien dialisis dijemput dikembalikan ke ruang rawat inap, IGD, ruang
intensif
2) Pengembalian dan pemulangan pasien dialisin adalah kolaborasi
antara dokter dan perawat dialisis dengan kriteria :
 Hemodinamik stabil
 Tidak ada perdarahan di area vaskular post dialisis
b. Indikasi tranfusi darah pada pasien dialisis ;
1) Kadar HB < 8 gr/dl
2) Kondisi lain walupun Hemoglobin > 8 gr/dl yang ditentukan oleh dokter
Sp.PD
3) Perdarahan akut dengan gejala gangguan hemodinamik

c. Tata laksana Nutrisi pasien Hemodialisis


1) Penilaian status nutrisi menggunakan parameter SGA (skrining Gizi
Awal ) dan Malnutrition Inflamation Score (MIS)
2) Skrining dilakukan pada pasien yang telah terjadwal
3) Dilakukan setiap 3 bulan atau kurang apaabila terjadi perubahan yang
dianggap signifikan da dinilai oleh dokter penanggung jawab pasien
4) Skrining dilakukan oleh Petugas Ahli Gizi

d. Pemeliharaan Air dialisis (Water Treatment):


1) Standar air revers osmosis (RO) sesuai standar AAMI ( Association for
the advancement of medical instrumentation ) yang berlaku :

14
Table 2 : Standar nilai AAMI untuk mikrobiologi dan endotoxin

Mikrobiological Water standar Water action


level Level
Colony Forming < 100 CFU/mL ≥ 50 CFU /mL
Units
Endotoxin Units < 0.25 gU /mL ≥ 0.125CFU /mL

2) Pemerikasaan air RO di HD RSUD SMC kab. Tasikmalaya terdiri dari :


- Mikrobiologi dilakukan secara berkala setiap 3 bulan sekali
- Kimia dilakukan secara berkala setiap 6 bulan sekali
- Endotoxin dilakukan sebaiknya 1 bulan sekali
3) Pemerikasaan air RO dilakukan oleh pihak ke 2
4) Pihak ke-2 melaporkan hasil pemeriksaan hasil air RO kepada kepala
sanitasi lingkungan dan kepala unit Hemodialisa
5) Analisa hasil pemeriksaan ari RO dilakukan oleh kepala sanitasi
lingkungan dan hasilnya dilaporkan kepada kepala unit hemodialisis
dan hasil analisa harus ditindak lanjuti maksimal 48 jam.
6) Jika hasil pemeriksaan kualitas air RO tidak memenuhi standar baku
mutu maka kepala intalasi sanitasi lingkungan akan memberikan
rekomendasi kepada kepala unit hemodialisa untuk menindaklanjuti
kepada pihak ke-2.
e. Reuse : Dializer proses ulang harus memenuhi standar AAMI, Petugas
reuse dialiser (SDM), syarat petugas reuse, ketentuan lain (syarat lolos
reuse) adalah perawat tersertifikasi HD atau seseorang dengan pendidikan
minimal SMA atau sederajat yang telah terlatih dan diberi SK,
menggunakan standard universal precaution, syarat lolos reuse adalah
TCV (total cel volume >80%).
f. Akses vaskuler :
1) Akses dialisis pasien baru melalui vena femoralis dan vena di lengan
2) Pembuatan akses vaskuler di rujuk ke Rumah sakit yang sudah ada
pelayanan pemasangan CDL, pembuatan av shunt/cimino dan
dilakukan oleh dokter spesialis bedah vaskuler. Pemakaian akses
vaskuler atas seizin pembuat akses vaskuler atau seizin
nefrologis/dokter spesialis dalam terlatih.
8. Pendaftaran Pasien
Melakukan pendaftaran lansung di unit hemodialisis dengan membawa berkas
persyaratan administrasi : BPJS PBI, BPJS NON PBI, Umum, surat kontrol
pelayanan HD, KTP dan KK.

9. Tata laksana hemodialisis


a. Perawat
1) Memberi salam sapa kepada pasien dan keluarga
2) Melakukan serah terima pasein internal ( pasien rawat inap, ICU dan
IGD)
3) Melakukan asesmen awal :
a) Memastikan apakah pasien setuju diberikan tindakan HD ( inform
consent dievaluasi setiap 3 bulan untuk penandatanganan
15
persetujuan HD rutin), keadaan umum pasien, riwayat penyakit lain,
riwayat alergi obat, keluhan nyeri, keluhan lainnya, melakukan
pemeriksaan fisik (TTV pasien termasuk mengevaluasi kenaikan
berat badan sebelum dan sesudah hemodialisis) dan
mendokumentasikannya.
b) Mengidentifikasi pasien dengan menanyakan nama, tanggal lahir,
nomor RM dan tujuan pemakain gelang identitas.
4) Menganjurkan pasien untuk cuci tangan 6 langkah dengan baik dan
benar.
5) Memberikan pelayanan hemodialisis :
a) Persiapan mesin
- Litrik
- Air RO
- Sistem sirkulasi dialisat : Sistem proporsioning, Acetate /
Bicarbonate
- Sistem sirkulasi darah : Dialyzer / Hollow Fiber
b) Persiapan alat
- Cairan konsentrat
- Dialyzer.
- Tranfusi set / Infus set
- NaCl 0,9 %
- Blood line
- AV Fistula
- Spuit
- Heparin
- Lidocain
- Kassa / depper Steril
- Kain Alas dan perlak
- Sarung tangan
- Bak instrument
- Kom kecil
- Alkohol swab
- Matkan
- Timbangan
- Plester/ micropore
- Tensi meter

c) Langkah langkah :
i) Melakukan pembilasan Dializer dan blood line :
- Mesin dihidupkan.
- Keluarkan dializer dan Blood line dari bungkusnya,juga infus
set dan NaCL (perhatikan sterilisasinya) dan pasangkan pada
blood monitor mesin.
- Sambungkan NaCl 0,9% dengan infus set,set infus dengan
selang arteri, selang darah arteri dengan dializer (posisi dializer
terbalik), dializer dengan selang darah venous dan ujung
selang darah venous dihubungkan ke matkan
- Dialiser dipasang sesuai jadwal dan nama pasien dan
disambungkan dengan konektor dialisat

16
- Bukalah klem pada set infus,alirkan normal saline ke selang
darah arteri,tampung cairan kedalam gelas ukur.
- Setelah selang arteri terisi normal saline,selang arteri di klem.
- Lakukan pembilasan pada bagian kompartemen darah dengan
menggunakan Nacl 0,9 % kurang lebih 1000 ml (bubble trap di
isi ¾ bagian dan udara dibebaskan dari sirkulasi)
- Hubungkan ujung ABL (arteri blood line) dengan VBL (venouse
blood line), semua klem di lepas
- Masukan heparin injeksi 5000 u/sesuai kebutuhan kedalam
sirkulasi tertutup
- Sirkulasi dilakukan selama 10-15 menit dengan menggunakan
QB 150-200 ml/menit
ii) Melakukan insersi akses vaskuler
- Lengkapi informed consent sebelum tindakan hemodialisis
- Siapkan dan dekatkan peralatan yang akan dipergunakan
- Tentukan daerah yang akan dilakukan vascular acces dan
jangan terlalu dekat antara lain inlet dan outlet
- Pasang perlak dan alas kain pada lengan bawah sebagai alas
- Cuci tangan, pakai sarung tangan dan bersihkan area yang
akan dilakukan insersi dengan menggunakan alcohol swab
dengan gerakan melingkar dari dalam keluar
- Isi spuit 3 cc dengan Nacl 0,9 % tambahkan heparin 2000 u
sesuai kebutuhan
- Isi fistula dengan Nacl 0,9 % yang sudah diberi heparin sampai
ujung jarum fistula dan pastikan tidak ada gelembung udara
- Lakukan akses pada outlet terlebih dahulu
- Pastikan vascular akses tepat pada pembuluh darah dengan
cara di aspirasi
- Fikasasi fistula dengan micropore
- Lakukan vascular akses inlet dengan cara yang sama
iii) Memulai program hemodialisis dan mengakhiri
- Cek kembali program yang akan dibuat (QD, UF, Suhu, Base
Na, TD, Heparine, Dializer)
- Pastikan dializer sudah bebas udara
- Turunkan blood flow hingga 100 ml/menit
- Matikan blood flow
- Klem selang Nacl
- Klem ABL dan VBL
- Kemudian ABL dihubungkan pada vascular akses inlet pasien
( dengan menggunakan kassa steril sebagai alas )
- Letakan VBL pada matkan dengan ujung penyambung paling
bawah
- Kemudian buka semua klem kecuali pada klem selang Nacl
- Jalankan blood flow dengan kecepatan 100-150 ml/menit
- Cairan priming ditampung didalam matkan

17
- Bila darah sudah sampai pada VBL matikan blood flow
- Ujung VBL dihubungkan dengan akses outlet pasien dan
menggunakan kassa steril debagai alas
- Buka klem sensor vena pressure
- Jalan blood flow 100-200ml/mnt dengan mengobservasi
tekanan vena
- Tekan tombol UF/Dialis
- Heparin maintenance diajalankan sesuai kebutuhan
- Balikan posisi dializer merah di atas, biru di bawah
- Periksa kembali keadaa umum dari tanda-tanda vital pasien
- Pengisian status harian pasien
- Observasi keadaan pasien tiap jam/sesuai kebutuhan
- Bereskan dan rapihkan peralatan yang sudah selesai
digunakan
iv) Penatalaksanaan Selama Hemodialisis
- Memonitor mesin hemodialisis : lamanya HD, QB (kecepatan
aliran darah) 150-300 cc/menit, QD (kecepatan aliran dialisat)
500 cc/menit, temperatur dialisis 37˚C, UFR dan TMP
otomatis.
- Pemeriksaan (laboratorium, EKG, dll)
- Pemeriksaan obat-obatan, tranfusi, dll
- Monitor tekanan : fistula pressure, arterial pressure, venous
pressure, dialisat pressure, detektor (udara blood leak
detektor)
- Observasi pasien : tanda-tanda vital (T, N, S, R, Kesadaran),
fisik, perdarahan, sarana hubungan sirkulasi, posisi dan
aktivitaskeluhan dan komplikasi hemodialisa.
v) Mengakhiri hemodialisis
- Siapkan peralatan bak instrument berisi deper 2 buah, kassa,
sarung tangan, tensoplast, hipavic, micropore, ember
- Pastikan time dialysis sudah nol dan terdengan bunti alarm
pada mesin toray
- Selang infus dilepaskan dari bloodline kemudian pasang
penyambung
- Kecilkan blood flow 100 ml/mnt
- Matikan blood flow
- Klem fistula inlet dan ABL
- Lepaskan dan sambungkan arteri line pada set infus Nacl 0,9
%
- Buka klem ABL dan fistula dan jalankan blood flow dengan
kecepatan 100-150 ml/mnt hingga darah terdorong ke tubuh
pasien
- Masukan darah yang ada pada fistula inlet dengan
menggunakan spuit 3 ml yang berisi Nacl
- Observasi TTV
- Lepaskan blood line dari mesin
18
- Kemudian lakukan desinfektan mesin
- Lepaskan fistula out let dan inlet tekan dengan menggunakan
depper, tekan 5 – 10 menit (sesuai dengan kondisi pasien)
- Simpan blood line dan fistula pad atempat yang telah
disediakan
- Pastikan darah sudah berhenti, kemudian tutup luka dengan
tensoplast/ kassa dan pastikan kondisi pasien baik / tidak ada
keluhan
- Timbang kembali berat badan pasien post HD
- Berat badan pasien di catat pada status pasien
- Status pasien dilengkapi

19
BAB V
LOGISTIK

Pengelola logistik di Unit Hemodialisa dilakukan oleh Koordinator Unit


Hemodialisa yang bertanggung jawab kepada Kepala Perawat Unit Hemodialisa.
Logistik dibagi menjadi Logistik Bahan Habis Pakai, Obat dan Alat Kesehatan,
Peralatan medik, peralatan elektromedik, dan peralatan kantor dan ATK.

1. Bahan Habis Pakai medis


Bahan habis pakai medis adalah bahan – bahan yang digunakan untuk
tindakan Hemodialisis, diantaranya ;
a. Hollow fiber / Dializer
b. Blood line
c. AV Fistulla
d. Cairan Konsentrat ( Bicarbonat dan acid )
e. Disposable syringe 3 cc
f. Disposable syringe 20 cc
g. Sarung tangan steril
h. Masker bedah
i. Infus set
j. Kassa steril
k. Depper steril
l. Plester/micropore
m. Havox/Na hipoclrolit (untuk desinfektan mesin)
n. Parasetic acid & H202 ( untuk reuse)
o. Citric acid (untuk desinfektan mesin)
2. Bahan Habis Pakai Rumah Tangga

Bahan habis pakai rumah tangga misalnya : tissue, Plastik sampah Medis
dan Non medis, Plastik Rumah tangga, tas plastic, waslap dll. Pengadaan
bahan – bahan ini dilakukan 1 minggu sekali di bagian logistic rumah sakit.

3. Obat dan Alat Kesehatan

Obat – obat yang harus tersedia di unit hemodialysis :

a. Adrenalin HCL 1mg


b. Dexametason 10 mg
c. Dopamine 50 mg dan 200 mg
d. KCL 1 mEq/ml 25 ml
e. Heparin 5000 IU
f. Protamine sulfat 50 mg/ml
g. Bicarbonate natrikus 8,4 % sediaan 25 ml
h. Anti histamine
i. Clonidine
j. Dextrose 40% 25 ml
k. Diazepam

20
l. Lidocaine HCL 2%
m. Nacl 0,9%
n. Dextrose 5% dan 10%
o. Nifedipine
p. Captopril 25 mg, 12,5 mg
q. Isosorbid dinitrat 5 mg
r. Paracetamol 500mg

alat kesehatan adalah semua obat dan alat kesehatan yang digunakan
pasien. Jenis obat dan alkes ( terlampir ). Pengadaan obat dan alat
kesehatan dilakukan setiap hari sesuai dengan pengeluaran yang tercatat
didata komputer di bagian gudang farmasi rawat inap.

21
Tabel 3

Data Inventaris Di Unit Hemodialisa Tahun 2018

TGL KONDISI
NAMA BARANG
NO JML MERK NO SERI TERIMA KETERANGAN
INVENTARIS LAYAK
BARANG RUSAK
PAKAI
A ALAT KESEHATAN/MEDIS :
1 BVM Dewasa. 1 MPM - 21-05-18 √
2 Bak instrumen kecil. 5 - - 23-06-18 √
3 Bak instrumen sedang. - - 10-09-18 √
4 Bak instrumen Besar 19
5 Bengkok sedang. 20 - - 03-04-18 √
6 Buli-buli - - -
7 Gelas ukur. 8 - - 19-05-18 √
8 Gunting up hecting 2 - - 04-04-18 √
9 Gunting Perban 2 - - 04-04-18 √
10 Infus pump. -
11 Klem Arteri. 2 - - -
12 Kom sedang tutup 2 - - 03-04-18 √
13 Kom kecil. 10 - - 03-04-18 √
14 Syiringe pump 2 SK - - √
15 Kursi roda. 1 -
16 Lampu baca rontgen. 1 - S
17 Pinset Anatomis. 2 - - 04-04-18 √
18 Pinset Cirurgis. 2 - - 04-04-18 √
General - 04-04-18 √
19 Pen Light 1 care
20 Bedsite Monitor 1 Saadat - 25-07-18 √ (IPSRS)
22
TGL KONDISI
NAMA BARANG
NO JML MERK NO SERI TERIMA KETERANGAN
INVENTARIS LAYAK
BARANG RUSAK
PAKAI
21 Regulator O2 sentral. 4 GEA - 22-01 2021 √
22 Suction Sentral - - 08-2016 √
23 Stetoskop Dewasa. 2 ABN - 02-07-18 √
24 Selang Oksigen - - -
Diagnostic - 04-04-18 √
25 Tensimeter jarum 2 set
26 Tensimeter Mobile Raksa 2 ABN - 02-07-18 √
27 Mixer icarbonat 1 ABN 02-07-18 √
28 Tensimeter Raksa. 1 - - 04-04-18 √
30 Timbangan Dewasa Digital 2 - 04-04-18 √ Oleh Gizi
31 Torniquet. 2 - - 04-04-18 √
32 Trolley Instrumen. 1 - - 04-04-18 √
33 Trolly Tindakan 1 - - 04-04-18 √
34 Trolly Emergency - - -
35 Trombol kecil. 1 - - 19-05-18 √
36 Trombol besar. 4 - - 19-05-18 √
37 Thermometer Infra Red 1 Omron - 04-04-18 √
38 Suction Portable 1 08-08-19
39 Hepafilter 1 07-12-2020 Bantuan provinsi
40 Face shield 10 24-03-2020
B ALAT TENUN.
1 Duk Bolong 15 - - 03-04-18 √
2 Duk Alas 15 - - 03-04-18 √
3 Bantal Pasien 4 - - 03-04-18 √
4 Laken Meja Operasi 15 - - 03-04-18 √

23
TGL KONDISI
NAMA BARANG
NO JML MERK NO SERI TERIMA KETERANGAN
INVENTARIS LAYAK
BARANG RUSAK
PAKAI
5 Sarung Bantal - - -
6 Sarung Bantal Perlak - - -
7 Perlak 20 - - 03-04-18 √
8 Matras/kasur 4 ABN - 03-04-18 √
9 Laken Kasur Pasien 6 - - 03-04-18 √
16 Selimut pasien 20 - - 03-04-18 √
Sampiran pasien 2 bidang - - -
10 putih 1
C ALAT RUMAH TANGGA
1 AC + Remote 2 LG - 06-2018 √
2 Apar - - -
3 Printer Epson 1 - - 23-04-18 √
4 Bantal kecil untuk alas tangan. - - -
5 Baskom plastik kecil. - - -
6 Baskom plastik sedang. - - -
7 Bed Pasien. 4 Murido - - √
8 Bed Site Kabinet - - - √
9 Cermin. - - - √
10 Cool Box √
11 PC Unit 1 Accer 27-07-18 √
12 Dispenser ruang pasien. -
Dispenser ruang -
13 dokter/perawat. 1
14 Ember kecil. - - -
15 Ember linen. - - -

24
TGL KONDISI
NAMA BARANG
NO JML MERK NO SERI TERIMA KETERANGAN
INVENTARIS LAYAK
BARANG RUSAK
PAKAI
16 Ember sedang. - - -
17 Ember sedang u/ pel. 10 - - 04-04-18 √
18 Figura untuk SOTK - - -
19 Gantungan baju. 5 - - -
20 Gayung. 2 - - - √
21 Gelas biasa untuk pasien - - -
22 Gelas + tatakan u/ dokter. - - -
23 Gunting besar. 2 - - - √
24 Gunting kecil. - - -
25 Hub Cuter. - - -
26 Jam dinding ruang pasien. 1
27 Jam dinding ruang perawat. - -
28 Kaca mata gogle. 2 - - 11-04-18 √
29 Kanebo/microfiber 4 - - 11-04-18 √
33 Bak plastik kecil putih - -
34 Keler u/ cairan Renalin - -
35 Keset handuk. - -
36 Keset karet Cendol 8 - - 2018 √
37 Kotak Cairan Desinfektan - -
38 Komputer 1 Accer 19-07-2018 √
39 Keyboard 1 Accer 19-07-2018 √
40 Kulkas. 1 Sanyo - 2012 √
41 Kursi kerja Dokter. 2 Innola - 07-2018 √
42 Kursi kerja perawat. 5 Innola - 07-2018 √
43 Kursi tunggu pasien. 2 - 07-2018 √

25
TGL KONDISI
NAMA BARANG
NO JML MERK NO SERI TERIMA KETERANGAN
INVENTARIS LAYAK
BARANG RUSAK
PAKAI
44 Meja kerja Dokter. 1 - - 07-2018 √
1 Toray √
2 Toray √
45 Mesin HD
3 Toray √
4 Toray √
46 Meja Makan Pasien - - -
47 Papan data mikro Perawat. - - -
48 Papan Perawat Dinas - - -
49 Papan Jadwal pasien 1 - - 04-04-18 √
50 Papan pengumuman 1 - 04-04-18 √
51 Papan Berat Badan Pasien - - -
52 Paper tray. - - -
53 Pembolong kertas. 1 - - - √
54 Pewangi Elektrik - - -
56 Penghapus white board. - - -
57 Penomeran Bed - - -
58 Pengki. 2 - - - √
59 Pengukur Suhu Ruangan - -
60 Pengukur Suhu Kulkas - - -
61 Pesawat telpon Group -
58 Pigura untuk SOTK. - - -
59 Rak buku. - - -
60 Rak sepatu/Lemari sepatu - - -
61 Regulator Oksigen - - -
62 Sandal kodok. - - -

26
TGL KONDISI
NAMA BARANG
NO JML MERK NO SERI TERIMA KETERANGAN
INVENTARIS LAYAK
BARANG RUSAK
PAKAI
63 Sapu Plastik 2 - - - √
64 Slaber. - - -
65 Sarun tangan karet. 2 - - - √
66 Sepatu bot. 2 - - - √
67 Sikat kloset. 1 - - - √
68 Sikat WC tanpa gagang. - - -
69 Steples 2 - - √
70 Struktur Organisasi - - - √
71 Suction Portable - √
72 Tempat Sampah medis Besar 2 Krisbow - - √
Tempat sampah non medis Krisbow - - √
73 Bsr 2
74 Telpon . 1 Panasonic - - √
75 Tempat arsip. - - - √
76 Tempat tissue. 2 Krisbow - - √
SAMSUN 06-2018 √
77 TV Ruangan pasien. 2 G
78 Lemari dialyzer. 1 - - 06-2018 √
80 Lemari Alkes Besi 1 MAK - 06-2018 √
81 Loker Perawat Besi - √
82 Wastapel 1 - - 1-07-18 √

27
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN

Keselamatan untuk pasien di unit hemodialisa antara lain :


1. Adanya kewaspadaan universal ( Universal Precauitons )yang ketat (pasien,
petugas dan penggunaan alat medis/non medis)
2. Adanya kesamaan identitas pasien dengan dialiser yang akan digunakan (terutama
pada dialiser pakai ulang), dobel cek identitas di dializer dengan pasien.
Penggunaan standar operasional (SPO) dengan benar
3. Penggunaan sarung tangan baru setiap melakukan kanulasi dan terminasi setiap
pasien
4. Pasien baru atau pasien pindah ke atau datang dari pusat dialysis lain harus
dilakukan pemeriksaan HbsAg, anti HCV dan anti HIV
5. Adanya komunikasi pasien dan keluarga untuk penentuan program dialysis
6. Pastikan penggunaan akses vascular permanen untuk semua pasien rutin, dan
terpasang cateter couble lumen (CDL) untuk pasien baru
7. Pastikan program dialysis, ultrafiltrasi atau sequensial sesuai dengan kondisi pasien
8. Penggunaan pengaman tempat tidur dank unci roda tempat tidur
9. Penggunaan sterilitas instrument
10. Pencatatan dan pelaporan insiden keselamatan pasien (IKP)

28
BAB VII
KESELAMATAN KERJA

Mengacu pada Pedoman Pelayanan Hemodialisis Dep.Kes tahun 2008 tentang


Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) untuk mencapai keselamatan kerja dalam
memberikan pelayanan dialysis harus diperhatikan ha;-hal sebgai berikut :

1. Adanya pelaksanaan kewaspadaan universal (Universal Precauitons) yang ketat


(pasien, petugas dan penggunaan alat medis/non medis) merupakan kunci utama
dalam pencegahan tranmisi
2. Penataan ruang, aksesibilitas, penerangan dan pemilihan material harus sesuai
dengan ketentuan yang mengacu pada pasien safety
3. Isolasi mesin hemodialisis hanya diharusan pada pasien hepatitis B (VHB) tidak
pada pasien hepatitis C (VHC) dan HIV
4. Ruang isolasi airborne dipergunakan untuk pasien TB dan pasien gawat darurat
dari ruang intensive (ICU) atau pasien dari rawat inap yang perlu pantau khusus
5. Pemakaian dialiser ulang hanya diperkenankan pada pasien VHC dan HIV dengan
kewaspadaan khusus akan tetapi dilarang pada pasien VHB
6. Mengacu pada rekomendasi pengendalian infeksi VHB, VHC dan HIV dari
PERNEFRI tahun 2006, adalah :
a. Mencuci tangan dengan sabun aseptic sebelum melakuan tindakan
b. Setiap staf yang tertusuk jarum bekas pasien HbsAg, anti HCV dan HIV positif
segera diambil tindakan pencegahan sesuai prosedur
c. Semua staf yang aktif membrikan pelayanan hemodialisis harus diperiksa
HbsAg dan anti HCV setiap 6 bulan
d. Semua staf di ruang hemodialisis harus divaksinasi hepatitis B
e. Satf yang memberikan pelayanan pada pasien HbsAg positif tidak memberikan
pelayanan pasien hemodialisis yang lain pada hari yang sama
f. Bila ada pasien yang terinfeksi HIV, semua staf HD harus melakukan
pemeriksaan HIV setiap 6 bulan secara berkala.

29
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU

Pengendalian mutu di unit hemodialisa dilakukan secara komprehensif yang


mengandung aspek klinis dan asfek fisis dengan melibatkan personal dari
berbagai disiplin
1. Pelayanan diberikan selama 24 jam dengan pengaturan jadwal shift pagi
dan siang dilanjutkan dengan jadwal cito
2. Peningkatan pengetahuan dan keterampilan SDM
3. Ketepatan dan kecepatan pelayanan dan penanganan
komplikasi/kegawat daruratan hemodialisis
4. Perencanaan terapi dan pemberian dosis dialysis yang tepat sesuai
dengan kondisi pasien
5. Adanya standar pelayanan operasional
6. Adanya peningkatan kunjungan dan kepuasan pelanggan di setiap
tahunnya
7. Standar pelayanan minimal :
a. Indikator klinik ketidaktepatan pemberian obat (5 benar) di evaluasi
setiap bulan
b. Indikator klinik keterlambatan waktu tindakan hemodialisis dievaluasi
setiap bulan.
c. Indikator klinik kepatuhan penggunaan APD dievaluasi setiap bulan.
d. Indikator klinik pengukuran persentase adekuasi dialisis pada pasien
HD 2x/seminggu dengan pemeriksaan laboratorium
Urea Reduction Ratio (URR) ureum pre dan post hemodialisis lebih
dari 65%. Keberhasilan hemodialisis berhubungan dengan adekuatnya
suatu tindakan hemodialisis disebut adekuasi hemodialisis.
Pengambilan sample laboratorium dilakukan dalam satu waktu.
Pemeriksaan laboratorium untuk evaluasi pencapaian adekuasi
dilakukan tiap tiga bulan.
Rumus Urea Reduction Ratio (URR) : ureum pre – ureum post x100%
ureum pre
Banyak parameter yang berpengaruh dalam hal ini. Menurut
The Renal Physicians Associations (RPA) di tahun 1993 membuat
acuan parameter sebagai berikut :
1) Umur lebih dari 18 tahun.
2) Hemodialisis dilakukan 3 kali per minggu selama 3 hingga 4 jam
3) Residual fungsi tidak diperhitungkan
4) Kt/v diukur tiap bulan minimal 1,2; Urea Reduction Ratio (URR)
lebih dari 65%
5) Perlu persamaan pengambilan sampel darah
6) Pemberian dosis saat hemodialisis
7) Dializer re-use
8) Kenyamanan / kepatuhan pasien

30
Sedangkan menurut National Kidney Foundation-Dialisys Outcomes
Quality Initiative (NKF – DOQI) pada tahun 1995, membuat tujuan
hemodialisis untuk :
1) Kepentingan klinik
2) Perbaikan pelayanan
3) Hasil yang lebih baik
Secara klinis hemodialisis reguler dikatakan adekuat jika keadaan
umum dan nutrisi penderita dalam keadaan baik, tidak ada
menifestasi uremi serta diupayakan rehabilitasi penderita kembali
pada aktivitas seperti sebelum menjalani hemodialisis. Adapun kriteria
klinis adekuasi hemodialisis adalah sebagai berikut:
1) Keadaan umum dan nutrisi yang baik
2) Tekanan darah normal.
3) Tidak ada gejala akibat anemia.
4) Tercapai keseimbangan air, elektrolit dan asam basa.
5) Metabolisme Ca, dan P terkendali serta tidak terjadi osteodistrofi
renal.
6) Tidak didapatkan komplikasi akibat uremia.
7) Tercapai rehabilitasi pribadi, keluarga dan profesi.
8) Kualitas hidup yang memadai.
Sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi adekuasi hemodialisis
adalah :
1) Aliran larutan dengan molekul besar dengan High Flux
2) Membran biocompatibility
3) Inisiasi HD
4) Dosis HD / Nutrisi
5) Pemeriksaan Kt/v; URR rutin (minimal setiap bulan)
6) Kualitas hidup
Adekuasi hemodialisis diukur dengan menghitung Urea
Reduction Ratio (URR) dan (Kt/V). Kt/V urea digunakan untuk
merencanakan peresepan hemodialisis serta menilai adekuasi
hemodialisis, sedangkan Urea reduction ratio (URR) atau Rasio
Reduksi Urea (RRU) merupakan panduan yang sederhana dan praktis
untuk menilai adekuasi hemodialisis. 
National Cooperative Dialysis Study (NCDS), merupakan
penelitian prospektif skala luas pertama yang menilai adekuasi
hemodialisis. Dalam penelitian ini disimpulkan bahwa urea merupakan
pertanda yang memadai untuk penilaian adekuasi hemodialisis, dan
tingkat kebersihan urea dapat dipakai untuk prediksi keluaran
(outcome) dari penderita. Lowrie dalam penelitiannya menyimpulkan
bahwa blood urea-nitrogen (BUN) yang tinggi menyebabkan
meningkatnya morbiditas.

31
BAB IX
PENUTUP

Dengan meningkatnya jumlah penderita gagal ginjal kronik yang memerlukan


terafi pengganti ginjal termasuk pelayanan hemodialisis, maka sepatutnya menjadi
perhatian unsur-unsur pemberi pelayanan untuk meningkatkan dan mengembangkan
pelayanan demi pemenuhan kebutuhan tersebut. Selain sarana dan prasarana,
pengembangan dan peningkatan sumber daya manusia juga perlu diperhatikan.

Upaya terus menerus untuk mengacu pada standar pelayanan terbaik sehingga
tercapai kualitas hidup pasien penyakit ginjal kronik yang baik menjadi target pelayanan
di unit hemodialisa.

Buku pedoman pelayanan hemodialisa ini disusun dalam rangka memberikan


acuan bagi tenaga kesehatan yang bekerja di Unit Hemodialisa RSUD Singaparna
Medika Citrautama Kabupaten Tasikmalaya agar dapat menyelenggarakan pelayanan
Hemodialisa yang bermutu, aman, efektif dan efisien dengan mengutamakan
keselamatan pasien. Apabila di kemudian hari diperlukan adanya perubahan maka
buku pedoman pelayanan hemodialisa ini akan disempurnakan.

Singaparna, 05 April 2021

Mengetahui,
Direktur
RSUD SMC Kabupaten Tasikmalaya

H. Iman Firmansyah, dr., MM.Kes


NIP. 19730531 200212 1 002

32
DAFTAR PUSTAKA

1. Pedoman pelayanan Hemodialisis di sarana pelayanan kesehatan Dep.Kes


tahun 2008
2. Gagal ginjal dan panduan terapi dialisis tahun 2006, Enday Sukandar. Pusat
Informasi (PII) Bagian Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran UNPAD/RS. Dr.
Hasan Sadikin Bandung
3. Materi Pendidikan dan Pelatihan Dialisis untuk Perawat Angkatan XXVII Tahun
2016 RSKG Ny. RA Habibie Bandung
4. Panduan Tindakan Keperawatan Dialisis oleh Perhimpunan Perawat Ginjal
Intensif Indonesia 2016
5. Workshop Nefrologi Intervensi dan simposium dialisis 2015
6. Panduan tindakan keperawatan dialisis oleh Perhimpunan Perawat Ginjal
Intensif Indonesia 2016
7. Konsensus Dialisis, Perhimpunan Nefrologi Indonesia PERNEFRI 2003
8. Rekomendasi Pengendalian Infeksi Virus Hepatitis B, Hepatitis C Dan Human
Immunodeficiency Virus/HIV Pada Unit Hemodialisa di Indonesia tahun 2006
9. Konsensus Manajemen Anemia Pada Penyakit Ginjal Kronik tahun 2011

33

Anda mungkin juga menyukai