Anda di halaman 1dari 50

Laporan

Di Susun Oleh:

Nama : Frisland.S.Louhenapessy
Npm : 1420119125
Prodi : keperawatan
Semester : VI(enam)

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Maluku Husada


Program Studi S 1 Keperawatan
Kairatu
2022

i
DAFTAR ISI....

KATA PENGANTAR .................................................................................... iii

DAFTAR ISI ................................................................................................... v

DAFTAR TABEL .......................................................................................... vii

BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1

A. Latar Belakang ..............................................................................


1
B. Tujuan Penulisan ...........................................................................
5
C. Lingkup Masalah ...........................................................................
6
D. Metode Penulisan ..........................................................................
6
E. Sistematika Penulisan ....................................................................
6

BAB II TINJAUAN TEORITIS ................................................................. 9

A. Konsep Dasar ................................................................................


9

ii
B. Defenisi ........................................................................................
9
C. Klasifikasi......................................................................................
10
D. Etiologi ..........................................................................................
12
E. Gangguan pemenuhan kebutuhan dasar .......................................
14
F. Manifestasi Klinis ........................................................................
19
G. Komplikasi ...................................................................................
20
H. Penatalaksanaan Medik .................................................................
21
I. Konsep Asuhan Keperawatan ......................................................
24
J. Pengkajian Keperwatan .................................................................
24
K. Diagnosa Keperawatan ..................................................................
29
L. Intervensi Keperawatan .................................................................
30
M. Implementasi Keperawatan ...........................................................
35
N. Evaluasi Keperawatan ...................................................................
35
BAB III TINJAUAN KASUS ....................................................................... 36

A. Pengkajian keperawatan ...............................................................


36
B. Diagnose Keperawatan .................................................................
48
C. Intervensi Keperawatan ................................................................
50
D. Implementasi Keperawatan ...........................................................
52
E. Evaluasi Keperwatan .....................................................................
55

iii
BAB IV PEMBAHSAN ................................................................................. 64

A. Pengkajian keperawatan ................................................................


64
B. Diagnose Keperawatan .................................................................
67
C. Intervensi Keperawatan .................................................................
69
D. Implementasi Keperawatan ...........................................................
71
E. Evaluasi Keperwatan .....................................................................
72

BAB V PENUTUP ......................................................................................... 74

A. Kesimpulan ...................................................................................
74
B. Penutup ..........................................................................................
75

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 77

iv
v
BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
“Chronic Kidney Disease (CKD) atau dikenal dengan Gagal Ginjal Kronik
atau GGK”.merupakan salah satu penyakit yang tidak menular (non
communicable disease) yang perlu mendapatkan perhatian karena telah
menjadi masalah kesehatan masyarakat dengan angka kejadian yang cukup
tinggi dan berdampak besar terhadap morbiditas, mortalitas, dan sosial
ekonomi masyarakat karena biaya perawatan yang cukup tinggi. Gagal Ginjal
Kronis merupakan sindroma klinis karena penurunan fungsi ginjal secara
menetap akibat kerusakan nefron. Seorang didiagnosis menderita penyakit
ginjal kronik jika terjadi kelainan pada ginjal selama 3 bulan atau lebih yang
ditandai dengan penurunan laju fitrasi glomerulus (LFG) akan terus berlanjut
hingga pada akhirnya terjadi disfungsi organ pada saat laju filtasi glomerulus
menurun hingga kurang dari 15 ml/min/1,73 m2. Penurunan fungsi ginjal ini
berjalan secara kronis dan progresif sehingga pada akhirnya akan terjadi End
State Renal Disease (ESRD) atau Gagal Ginjal terminal (Nunuk Mardiana,
Aditiawardani 2015).

Penyakit ginjal di sebabkan oleh tekanan darah tinggi atau hipertensi dan
diabetes. Sekitar 25% kasus gagal ginjal diindikasikan terpicu oleh tekanan
darah tinggi sementara 30% terpicu oleh diabetes, infeksi saluran kemih dan
obstruksi. Etiologi memegang peran penting dalam memperkirakan
perjalanan klinis Chronic kidney disease (CKD) dan penaggulangannya.
Uremia merupakan akibat dari ketidak mampuan tubuh untuk menjaga
metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit yang dikarenakan
adanya gangguan pada fungsi ginjal yang bersifat iresversible. (Smeltzer,et
al,2010; kemenkes,2018)

Chronic Kidney Disease (CKD) meningkat setiap tahun dan menjadi masalah
kesehatan utama pada seluruh dunia, dengan peningkatan insidensi,
prevalensi global yang telah meningkat setiap tahunya. Menurut data World

1
2
BAB II TINJAUAN TEORI

A. Konsep Dasar
1. Pengertian Chronic kidney disease (CKD)
Chronic kidney disease (CKD) dalam Bahasa Indonesia dikenal sebagai
Gagal Ginjal Kronik ( GGK) berikut adalah defenisi (CKD) menurut
beberapa sumber adalah sebagai berikut:
a. Chronic kidney disease (CKD) merupakan suatu kegagalan fungsi
ginjal untuk mempertahankan metabolism dan keseimbangan cairan
serta elektrolit akibat destruksi struktur ginjal yang progresif yang
ditandai dengan penumpukan sisa metabolisme (toksik uremik) di
dalam tubuh (Muttaqin & sari, 2011).
b. Penyakit gagal ginjal kronik disebut juga sebagai “Chronic kidney
disease (CKD)” merupakan suatu perubahan fungsi ginjal yang
progresif dan ireversibel. Pada gagal ginjal kronik, ginjal tidak mampu
mempertahankan keseimbangan cairan sisa metabolism sehingga
menyebabkan penyakit gagal ginjal stadium akhir Terry &
aurora,2013.
c. Chronic kidney disease (CKD) bersifat progresif dan irevessibel
menurunnya jumlah nefron yang berfungsi mengakibatkan nefron
yang tersisa melakukan kompensasi dengan meningkatkan
penyaringan dan reabsorpsi zat terlarut. Namun hal ini justru merusak
nefron yang tersisa dan mempercepat kehilangan nefron. National
Kidney Fondation (di Amerika Serikat ) menedefenisikan gagal ginjal
kronis sebagai adanya kerusakan ginjal atau penurunan laju filtrasi
glomerulus kurang dari 60mL/min/1,73 selama lebih dari 3 bulan
(Lewis & Dirksen, 2014).

Kesimpulan dari defenisi diatas penulis menyimpulkan bahwa CKD


adalah suatu keadaan yang dimana kegagalan atau kerusakan fungsi
ginjal untuk mempertahankan metabolisme keseimbangan cairan dan
4

elektrolit yang di tandai dengan penumpukan (toksik uremik), dan


kurang memfiltrasi glomerulus dari 60mL/min/1.73 selama lebih dari
3 bulan yang secara progresif dan ireversibel.

2. Klasifikasi
Klasifikasi Chronic kidney disease (CKD) didasarkan atas dua hal yaitu,
atas dasar derajat (stage) penyakit atas dasar diagnosis etiologi.
Klasifikasi atas dasar derajat penyakit, dibuat atas dasar LGF, yang di
hitung dengan mempergunakan rumus Kockcroft-Gault sebagai beriukut:
Pada laki – laki

=
LFG = ( = … ml/menit

Pada perempuan

=
LFG = ( X 0,85 = … ml/ menit

inggi yang tidak terkontrol bias menyebabakan arteri di sekitar ginjal


menyempit dan melemah atau menegras. Sementara 30% terpicu oleh
diabetes. Karena adanya protein dalam kadar rendah pada urine kondisi
ini jika dibiarkan terus menerus bias menyebabakan ginjal kemampuan
menyaring darah sehingga terjadi gagal ginjal sehingga merupakan
gejala utama gangguan ginjal akibat diabetes Etiologi memegang peran
penting dalam memperkirakan perjalanan klinis Chronic kidney disease
(CKD) dan penaggulangannya. beberapa kondisi atau penyakit yang
berhubungan dengan pembuluh darah Penyebab yang paling sering
muncul saat ini adalah ( Sofi Ariani, 2016).
a. Diabetes
Diabetes merupakan salah satu penyebab utama terjadinya penyakit
gagal ginjal. Diabetes atau yang sering di sebut dengan penyakit gula
ini di bagi mencadi dua tipe, yaitu diabetes tipe 1 dan tipe 2. Diabetes
tipe 1 adalah kondisi saat tubuh tidak memproduksi cukup insulin.
Sementara diabetes tipe 2 adalah kondisi saat tubuh menggunakan
insulin dengan efektif. Insulin memiliki fungsi yang sangat penting
5

bagi tubuh. Fungsi insulin yang dimaksud tersebut di antaranya


adalah; mengatur kadar glukosa atau gula dalam darah, membatasi
kadar glukosa agar tidak terlalu rendah tinggi setelah makan, menjaga
kadar glukosa tidak terlalu rendah pada jeda antara waktu makan. Jika
glikosa dalm darah tinggi ,ia akan dapat mempengaruhi kemampuan
ginjal untuk menyaring kotoran dalam darah dengan merusak system
penyaringan ginjal. Gagal gijal diperkirakan diderita sekitar 1 – 2 dari
pengidap tipe 1 sebelum umur mereka mencapai 50 tahun. Hal ini
juga terjadi pada pengidap diabetes tipe 2 yang 1 dari 3 di antaranya
juga mengalami tanda – tanda kerusakan ginjal.tes urine tahunan akan
direkomendasikan oleh dokter agar kerusakan gamgguan ginjal dapat
dideteksi secepat mungkin. Adanya protein dalam kadar rendah pada
urine merupakan gejala utama gangguan ginjal akibat diabetes.
b. Hipertensi
Tekanan darah adalah ukuran tekanan saat jantung memompa darah ke
pembuluh darah arteri dalam setiap denyut nadi. Tekanan darah kerap
diasosialikan dengan penyakut ginjal, karena tekanan darah yang
berlebihan dapat merusak organ tubuh. Hipertensi menghambat proses
penyaringan dalm ginjal.kondisi ini merusak ginjal demgan menekan
pembuluh darah darah kecil dalam organ tersebut. Meski 9 dari 10
penyebab kasus tekanan darah tinggi tidak diketahui, ada kaitan
dengan antara kondisi tersebut dengan kesehatan tubuh seseorang
secara menyeluruh, termasuk pola makan dan gaya hidup contohnya :
1) Kurang berolaraga

2) Kebiasaan merokok
3) Setres
4) Obesitas
5) Mengkomsumsi minum beralkhol
6) Terlalu banyak mengkomsumsi garam
7) Lemak dalam makanan
8) Kurang postasium dan vitamin D
c. Penyakit lainya
1) Gangguan ginjal polisitik
6

Gangguan ini merupakan sebuah kondisi saat kedua ginjal, juga


berukuran lebih besar dari normal karena pertambahan massa kista.
Kondisi ini bersifat di wariskan atau factor genetic
2) Lupus Eritematosus Sistemik
Lupus eritematosus sistemik merupakan kondisi saat system
kekebalan tubuh menyerang dan mengenali ginjal sebagai jaringan
asing.
3) Penggunaan obat – obatan
Pengangguran rutin obat – obatan tertentu dalam jangka panjang,
seperti obat anti inflamasi dan mengenali termasuk sebagai jringan
asing.
4) Peradangan ginjal
Jika seseorang mengalami peradangan pada ginjal, maka orang
tersebut memiliki potensi untuk mengidap gagal ginjal.
Penymbatan, seperti yang disebakan batu ginjal dan gangguan
prostat juga dapat memicu terjadinya gagal ginjal.

4. Gangguan Pemenuhan Kebutuhan Dasar Pada Sistem Terkait


a. Kebutuhan dasar manusia menurut Henderson manusia manusia
sebagai individu yang membutuhkan bantuan untuk meraih kesehatan,
kebebasan atau kematian yang damai, serta bantuan untuk meraih
kemandirian. Kebutuhan dasar manusia terdiri atas 14 komponen
yang merupakan komponen penanganan perawatan adalh sebagai
berikut :
1) Bernafas secara normal (kebutuhan oksigenasi).
2) Makan dan minum dengan cukup (kebutuhan nutrisi dan cairan).
3) Membuang kotoran tubuh (kebutuhan eliminasi).
4) Bergerak dan menjaga posisi yang diinginkan (kebutuhan
aktivitas).
5) Tidur istirahat (kebutuhan istirahat dan tidur)
6) Memilih pakaian yang sesuai (kebutuhan personal higyne).
7) Menjaga suhu tubuh tetap dalam batas normal dengan
menyesuaikan pakaian dan mengubah lingkungan (kebutuhan
cairan).
7

8) Menjaga tubuh tetap bersih dan terawatt serta melindungi


integument (kebutuhan personal higyne).
9) Menghindari bahaya lingkungan yang bisa melukai (kebutuhan
aman nyaman).
10) Berkomunikasi dengan orang lain dalam mengungkapkan emosi,
kebutuhan, rasa takut atau pendapat (kebutuhan psikososial).
11) Beribadah sesuai dengan tata cara yang mengandung unsur
prestasi (kebutuhan belajar).
12) Bekerja dengan tata cara yang mengandung unsur prestasi
(kebutuhan belajar).
13) Bermain atau terlibat dalam berbagai kegiatan rekreasi
(kebutuhan bermain).
14) Belajar mengetahui atau memuaskan rasa penasaran yang
menuntun pada perkembangan normal dan kesehatan serta
menggunakan fasilitas kesehatan yang tersedia (kebuthan belajar
Dari kebutuhan dasar di atas dapat diklasifikasikan menjadi empat
kategori komponen yaitu komponenkebutuhan biologis,
psikologis sosiologis dan spiritual kebutuhan dasar poin 1- 9
termasuk komponen kebutuhan biologis, poin 10 dan 14 termasuk
komponen kebutuhan sosiologis, poin 11 termasuk kebutuhan
spiritual, sedangkan poin 12 dan 13 termasuk komponen
kebutuhan sosiologis. Henderson juga menyatakan bahwa oikiran
dan tubuh manusia tidak dapat dipisahkan satu sama lain
(inseparable). Sama halnya dengan klien dan keluarga mereka
merupakn satu kesatuan (unit) (potter dan patricia 2010).
b. Berikut ini akan diuraikan gangguan pemenuhan kebutuhan dasar
yang terjadi pada CKD, yaitu :
1. Kebutuhan oksigenasi merupakan kebutuhan dasar manusia yang
digunakan untuk kelangsungan metabolism sel, mempertahankan
dan aktifitas berbagai organ atau sel. Jaringan ygng melakukan
metabolism aerob, proses membentuk energy dengan adanya
oksigen, bergantung secara total pada oksigen untuk bertahan
hidup. Pada klien Chronic Kidney Disease (CKD) cendrung
ditemukan adanya pernafasnan yang cepat dan dangkal (kusmanul),
irama nafas yang tidak terature, frekuensi nasfas yang meningkat
8

diatas normal, adanya retraksi interkostalis dan eoigastrium sebagai


upaya untuk mengeluarkan ion H+ akibat dari asidosis metabolic,
pergerakan dada yang tidak simetris, vocal fremitus cenderung tak
sma getarannya antara lobus paru, terdengar suara dullness saat
perkusi paru sebagai akibat dari adanya edema paru, dan pada
auskultasi paru cenderung terdengar adanya bunyi rales. Pada tahap
lanjut akan ditemukan adanya sianosis perifer ataupun sentral
sebagai akibat dari ketidakadekuatan difusi oksigen di membran
alveolar karena adanya edema paru, nyeri dada dan sesak nafas
akibat adanya penimbunan cairan di paru-paru (Potter dan Patricia,
2010).
2. Kebutuhan cairan dan elektrolit Ginjal merupakan organ
pengekresi cairan yang utama pada tubuh. pada individu dewasa,
ginjal mengeksresikan sekitar 1500ml per hari. selain itu ginjal juga
menerima hampir 170 liter darah untuk disaring menjadi urine.
Produksi urine untuk semua kelompok usia adalah 1ml/kg/jam.
Pada individu dewasa, produksi urine sekitar 1,5 liter/ hari. Jumlah
urine yang di produksi oleh ginjal dipengaruhi oleh ADH dan
aldosteron, dalam pengaturan keseimbangan cairan, dikenal istilah
obligatory loss. Obligatory loss adalah mekanisme pengeluaran
cairan yang mutlak terjadi untuk mempertahankan keseimbangan
cairan dalam tubuh. Rumus yang di pakai untuk menetukan
banyaknya asupan cairan adalah (Jumlah urin yang dikeluarkan
selama 24 jam terakhir + 500 ml (IWL) (Suharyanto, 2013). Pada
klien Chronic Kidney Disease (CKD) terjadi penurunan laju filtrasi
glomerulus (LFG) berpengaruh pada retensi cairan dan natrium.
Retensi cairan dan natrium tidak terkontol dikarenakan ginjal tidak
mampu untuk mengonsentrasikan atau mengencerkan urin secara
normal pada penyakit ginjal tahap akhir, respon ginjal yang sesuai
terhadap perubahan masukan cairan dan elektrolit sehari hari tidak
terjadi. Natrium dan cairan sering tertahan dalam tubuh yang
meningkatkan resiko terjadinya oedema, gagal jantung kongesti,
dan hipertensi. Hipertensi juga dapat terjadi akibat aktivasi aksis
reninangiotensin dan kerjasama keduanya meningkatkan sekresi
aldosteron. Klien mempunyai kecenderungan untuk kehilangan
9

garam, mencetuskan resiko hipotensi dan hipovolemia. Episode


muntah dan diare menyebabkan penipisan air dan natrium, yang
semakin memperburuk status uremik.
3. Kebutuhan nutrisi Nutrisi merupakan proses pemasukan dan
pengolahan zat makanan oleh tubuh yang bertujuan menghasilkan
menghasilkan energi dan digunakan dalam aktivitas tubuh. Sistem
yang berperan dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi adalah sistem
pencernaan yang terdiri atas saluran pencernaan yang dimulai dari
mulut sampai usus halus bagian distal, dan organ asesoris terdiri
atas hati , kantung empedu dan pankreas. Pada penyakit Chronic
Kidney Disease (CKD) sistem pencernaan cenderung ditemukan
adanya Anoreksia, nausea dan vomitus, yang berhubungan dengan
gangguan metabolisme protein di dalam usus. Keadaan Chronic
Kidney Disease (CKD) mengakibatkan penurunan fungsi ginjal
dalam hal mengeluarkan sisa-sisa metabolisme tubuh yang salah
satunya adalah ureum. Peningkatan kadar ureum dalam darah akan
akan mengiritasi mukosa lambung dan merangsang peningkatan
asam lambung (HCL) akibatnya akan terjadi mual. Faktor uremik
disebabkan oleh ureum yang berlebihan dalam tubuh. Ureum yang
meningkat pada air liur diubah oleh bakteri di mulut menjadi
amonia sehingga nafas berbau amonia dan perubahan membran
mukosa mulut berupa lidah menjadi kotor atau timbulnya lesi pada
mukosa mulut. Sedangkan ureum yang meningkat dalam usus
dapat menyebabkan perubahan mukosa usus yang menimbulkan
kembung pada perut. Gagal ginjal akan menyebabkan gangguan
pada metabolisme vitamin D, sehingga akan terjadi gangguan pada
absorpsi kalsium di usus (Potter dan Patricia, 2010).
4. Kebutuhan rasa aman nyaman Kebutuhan rasa aman dan nyama
salah satunya yaitu, istirahat merupakan keadaan relaks tanpa
adanya tekanan emosional, bukan hanya dalam keadaan tidak
beraktivitas tetapi juga kondisi yang membutuhkan ketenangan.
pada sistem integumen normalnya keadaan turgor kulit elastis,
tidak pucat, akral tubuh teraba hangat. pada klien Chronic Kidney
Disease (CKD) cenderung ditemukan adanya rasa gatal sebagai
akibat dari uremi fross, kulit tampak bersisik, kelembaban kulit
10

menurun, turgor kulit cenderung menurun (kembali > 3 detik).


Pada tahap lanjut cenderung akan terjadi ketidakseimbangan
termoregulasi tubuh dan akral teraba dingin, kulit berwarna pucat
akibat adanya anemia dan kekuning-kuningan akibat urokrom,
suatu penumpukan kristal urea di kulit (urea fross). Adanya
gatalgatal di kulit menyebabkan klien ingin menggaruk dan
akibatnya akan timbul bekasbekas garukan di kulit (Potter dan
Patricia, 2010).
5. Kebutuhan aktivitas Pada (CKD) abnormalitas utama pada
gangguan aktivitas yaitu, metabolisme kalsium dan fosfat tubuh
yang memiliki hubungan saling timbal balik, jika salah satunya
meningkat yang lain menurun. Penurunan LFG menyebabkan
peningkatan kadar fosfat serum dan sebaliknya penurunan kadar
serum menyebabkan penurunan sekresi parathormon dari kelenjar
paratiroid. Namun pada CKD, tubuh tidak berespon secara normal
terhadap peningkatan sekresi parathormon, dan akibatnya kalsium
di tulang menurun, menyebabkan perubahan pada tulang dan
menyebabkan penyakit tulang, selain itu metabolik aktif vitamin D
(1,25 dihidrokolekalsiferol) yang secara normal dibuat didalam
ginjal menurun, seiring dengan berkembangnya CKD terjadi
penyakit tulang uremik dan sering disebut Osteodistrofienal.
Osteodistrofienal terjadi dari perubahan komplek kalsium, fosfat
dan keseimbangan parathormon (Smeltzer dan Bare, 2014).

5. Manifestasi Klinis
Penyakit gagal ginjal kronik belum menimbulkan gejala dan tanda, bahkan
hingga laju filtrasi glomerulus sebesar 60% pasien masih asimtomatik
namun sudah terjadi peningkatan kadar urea dan kreatinin serum. Kelainan
secara klinis dan laboratorium baru terlihat dengan jelas pada derajat 3 dan
4. Saat laju filtrasi glomerulus sebesar 30%, keluhan seperti badan lemah,
mual, nafsu makan berkurang dan penurunan berat badan mulai dirasakan
pasien. Pasien mulai merasakan gejala dan tanda uremia. Menurut Suyono
(2017) adalah sebagai berikut: a. Gangguan kardiovaskuler
Hipertensi, nyeri dada, sesak nafas, akibat pericarditis effuse
pericardiac dan gagal jantung akibat penimbunan cairan gangguan
11

irama jantung akibat penimbunan cairan gangguan irama jantung dan


edema.
b. Gangguan pulmoner
Nafas dangkal, kussmaul, batuk dengan sputum kental dan riak suara
krekles.
c. Gangguan gastroinstestinal
Anoreksia, nausea ,dan fomitus yang berhubungan dengan metabolism
protein dalam usus, perdarahan pada saluran gastroinstestinal, ulserasi
dan pendarahan mulut nafas bau ammonia
d. Ganggauan muskuloskletal
Riseles leg sindrom (pegal pada kakinya sehingga selalu di gerakan),
burning feet syndrome (rasa kesemutandan terbakar terutama di telapak
kaki), Tremor, miopati (kelemahan dan hipertropi otot-otot ekstremitas.
e. Gangguan integumen kulit berwarna pucat
Akibat anemia dan kekuning-kuningan akibat penimbunan urokrom,
gatal-gatal akibat toksik, kuku tipis dan rapuh
f. Gangguan endokrin
Gangguan seksual: libido fertilisasi dak ereksi menurun, gangguan
menstruasi dan aminore, Gangguan metabolic glukosa, gangguan
metabolic lemak dan vitamin D.
g. Gangguan cairan elektrolit dan keseimbangan asam dan basah
Biasanya retensi garam dan air tetapi dapat dapat juga terjadi
kehilangan natrium dan dehidrasi, asidosis hyperkalemia,
hipomagnesemia, hipokalsemia.
h. System hematologi
Anemia yang di sebabkan karena berkurangnya produksi eritpoetin,
sehingga rangsangan eritopoesis pada sum-sum tulang berkurang,
hemolysis akibat berkurangnya masa hidup eritrosist dalam suasana
uremia toksik, dapat juga terjadi gangguan fungsi thrombosis dan
trombositopeni

6. Komplikasi
Penyakit ginjal adalah suatu penyakit dimana fungsi organ ginjal
mengalami penurunan. Jika hal tersebut tidak segera mendapat
penanganan yang tepat,maka ginjal tersebut tidak akan mampu melakukan
12

penyaringan pembuangan elektrolit tubuh. Penyakit gagal ginjal


berkembang secara perlahan kearah dimana ginjal tidak mampulagi
bekerja sebagaimana fungsinya. Apabila ginjal kehilangan sebagai
sebagian fungsinya, maka nefron yang masih utuh akan mencoba
mempertahankan laju filtrasi glomerulus agar tetap normal. Keadaan ini
akan menyababkan nefron yang tersisa harus bekerja melebihi
kapasitasnya, sehingga timbul kerusakan yang akan memperberat
penurunan fungsi ginjal. Gagal ginjal juga dapat memicu munculnya
penyakit lainnya. Komplikasi dari gagal ginjal yang dimaksud di antaranya
adalah sebagi berikut (Sofi Ariani, 2016). a. Hiperkalemia
Hiperkalemia akibat penurunan eksresi, asidosis metabolic,
katabolisme, dan masukan diet berlebihan.
b. Pericarditis
Pericarditis, efusi pericardial,dari tamponade jantung akibat retensi
produk sampah uremik dan dialysis yang tidak kuat.

c. Hipertensi
Hipertensi akibat retensi, dan natrium serta malfungsi system
renninangiostensin-aldosteron
d. Anemia
Anemia akibat penurunan eritropetin, penurunan rentang usia sel darah
merah, pendarahan gastroinstestinal akibat iritasi oleh toksin,
kehilangan darah selama hemodialysis.
e. Penyakit Tulang
Penyakit tulang serta klasifikasi mestastatic akibat retensi fosfat, kadar
kalsium serum yang rndah, metabolism vitamin D abnormal, dan
peningkatan kadar alumunium

7. Penatalaksanaan & Terapi a. Penatalaksanaan Keperawatan


Penatalaksaan keperwatan pada pasien dengan CKD menurut (sudoyo,
2015) yaitu :
1)Terapi spesifik terhadap penyakit dasarnya
2)Pencegahan dan terapi terhadap kondisi komorbid.
3)Memperlambat pemburukan fungsi ginjal.
13

4)Pencegahan dan terapi terhadap penyakit kardiovaskuler.


5)Pencegahan dan terapi terhadap komplikasi.
6)Terapi penggati ginjal berupa dialysis atau transplantasi ginjal.

Table 2.3 Rencana tatalaksana penyakit ginjal kronik dengan derajatnya


menurut sudoyo, 2010.
Derajat LFG Rencana tatalaksana
(ml/mnt/1,73m2)
1 > 90 - terapi penyakit dasar, kondisi
komorbid, evaluasi
pemburukan (progression)
fungsi ginjal, memperkecil
riso kardiovaskuler

- menghambat pemburukan
2 60 – 89 (progression) fungsi ginjal

3 30 – 59 - Evaluasi dan terapi


komplikasi
4 15 – 29 - persiapan untuk terapi
pengganti ginjal
-
5 < 15 terapi penggati ginjal

1) Cairan
a) Klien yang tidak di dialysis
Bila ada oliguria, cairan yang diperbolehkan biasanya 400 – 500 ml
untuk menghitung kelebihan cairan rutin ditambah volume yang
hilang seperti urine, diare, dan muntah selama 24 jam terakhir.
b) Klien dialysis
Pemasukan cairan terbatas jumlahnya sehingga kenaikan berat
badan tidak lebih dari 0,5 kg/hari diantara waktu dialysis ini
umumnya dari pemasukan 500 ml sehari ditambah volume
yang hilang memalui urine, diare, muntah.
2) Elektrolit
a) Klien yang tidak dialysis
14

Pemasukan kalium harus dibatasi 1,5 – 2,5 g (38,5 – 64 mEq)/hari


pada dewasa dan sekitar 50 mg (1,9 mEq)/kg/hari untuk anak –
anak
b) Klien yang di dialysis
Ini dapat memberikan lebih bebas untuk mempertahankan kadar
natrium serum normal pada Klien dengan dialysis. Selama CPAD
(cronik ambulatory peritoneal dialysis), kalium yang dapat
diberikan sekitar 2,7 – 3,1g (70 – 80 mEq)/kg/hari pada anak,
untuk mempertahankan keseimbangan cairan.
3) Diet rendah protein untuk membatasi akumulasi produk akhir
metabolism protein yang tidak dapat diekresikan ginjal.
4) Persiapan yang harus dilakukan perawat sebelum operasi AV – Shunt :
a) Berikan informasi yang jelas pada klien karena sering terjadi
kesalah pahaman. Klien sering menganggap Operasi AV-Shunt
adalah pemasangan alat untuk HD padahal hanya
menyambungkan pembuluh darah yang ada pada tubuh klien.
b) Batasan laboratorium untuk operasi AV-Shunt biasanya
direkomendasikan dari dokter penyakit dalam dan ahli bedahnya.
Selama ini Rekomendasi untuk Periksakan laboratorium yaitu ,
Hb > 8 mg/dl, Trombosit dalam batas normal, Gula Darah
Sewaktu dalam batas normal untuk klien tanpa riwayat DM dan
untuk klien dengan DM harus dikonsultasikan lagi dengan ahli
bedahnya.
c) Lakukan program free heparin sebelum dilakukan operasi,
menurut literatur sebaiknya heparin tidak diberikan 6-8 jam
sebelum operasi dan diharapkan tidak diberikan kembali setelah
12 jam post operasi atau dikondisikan sampai luka operasi
mengering.
d) Sebelum operasi perawat HD bisa melakukan palpasi pada arteri
radialis dan ulnaris untuk merasakan kuat tidaknya aliran darah
arterinya kemudian dilaporkan ke ahli bedah. bila salah satu arteri
(radilis/ ulnaris ) tidak teraba dan tidak ditemukan dengan alat
penditeksi (dopler) maka kontra indikasi untuk dilakukan
AVShunt.
15

b. Penatalaksanaan kolaboratif
1) Diuretik kuat untuk mempertahankan keseimbangan cairan.
2) Glikosida jantung untuk memobilisasi cairan yang menyebabkan
edema.
3) Kalsium karbonat atau kalsium asetat untuk mengobati osteodistropi
ginjal dengan mengikat fosfat dan menambahkan kalsium.
4) Anti hipertensi (ACE inhibitor) untuk mengontrol tekanan darah dan
edema.
5) Farmotidin dan ranitidine untuk mngurangi iritasi lambung
6) Suplemen besi dan fosfat atau transfusi sel darah merah untuk
anemia.
7) Eritropoitin sintetik untuk menstimulus sumsum tulang.
Memproduksi sel darah merah.
8) Suplemen besi, estrogen konjungtiva, dan desmopresin untuk
melawan efek hematologi
9) Terapi dialysis (penggati ginjal)
Dialysis digunakan untuk mngeluarkan produk sisa cairan dan
uremik dari tubuh bila ginjal tidak mampu melakukannya juga dapat
digunakan untuk mengobati klien dengan edema yang tidak
merespon pengobatan lain, hepatic, hiperkalemia, hipertensi, dan
dialysis peritoneal untuk menggantikan ginjal yang tidak berfungsi.
Dengan pemindahan solute & air dari tubuh ke dialisat melalui salah
satu atau kombinasi mekanisme sebagai berikut :
1) Difusi : gerakan zat terlarut melewati membram semipermeable
dari daerah zat terlarut konsentrasi tinggi ke daerah zat terlarut
konsentrasi rendah.
2) Osmosis : gerakan cairan/zat pelarut melewati membram
semipermiabel dari daerah konsentrasi rendah ke daerah
konsentrasi tinggi
3) Filtrasi : proses dicairan melewati melalui filter atau membram
semipermiabel. Filtrasi dikendalikan oleh tekanan hidrostatik
dimana cairan selalu bergerak dari darerah yang tekanan lebih
tinggi ke daerah tekanan rendah.
4) Ultrafiltrasi : fungsinya mirip denga filtrasi (pergerakan cairan),
perbedaan utama adalah adanya tekanan hidrostatik negative
16

sehingga menambah perbedaan tekanan hidrostatik antar


konpartemen dan cairan bergerak lebih cepat.
5) Konveksi : fungsinya mirip difusi dengan mekanisme mirip
filtrasi maupun ultafiltrasi, diberikan tekanan hidrostatik sehingga
pergerakan zat terlarut menjadi lebih maksimal.

B. Konsep Dasar Keperawatan 1. Pengkajian Keperawatan


Pengkajian adalah tahap awal dari keperawatan dan merupakan suatu
proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber data
untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan klien.
Pengkajian merupakan dasar utama dalam memberikan asuhan
keperawatan sesuai dengan kebutuhan individu.Pengkajian keperawatan
pada klien dengan Chronic Kidney Disease (CKD, Sudoyo, 2015; NIC
NOC, 2015 sebagai berikut : a. Identitas
Terdiri dari nama lengkap, tempat tanggal lahir, jenis kelamin, agama,
pendidikan, pekerjaan,status klien, perkawinan, suku/bangsa, golongan
darah, tanggal masuk RS, tanggal pengkajian, no. RM, diagnosa medis,
dan alamat.
b. Riwayat utama
1) Keluahan utama
Keluhan utama sangat bervariasi, terlebih jika terdapat penyakit
sekunder yang menyertai. Keluhan utama bias berupa urine output
yang menurun (oliguria) sampai pada anuria, penurunan kesadaran
karena komplikasi pada sistem sikulasi – ventilasi, anoreksia, mual
muntah, dialoresis, fatique, nafas berbau urea, dan pruritus. Kondisi
ini dipicu oleh karena adanya penumpukan (akumulasi) zat sisa.
2) Riwayat Penyakit Sekarang pada pasien GGK biasanya terjadi
penurunan kesadaran, perubahan pola nafas karena gangguan sistem
ventilasi, perubhana fisiologis kulit, bau urea pada nafas. Selain itu
karena berdampak pada proses (sekunder karena intoksida), maka
akan terjadi anoreksia, nausea dan vomit sehingga beresiko untuk
terjadinya gangguan nutrisi.
3) Riwayat Penyakit Dahulu
Dimulai dengan periode gagal ginjal akut dengan berbagai penyebab
17

(multikausa). Oleh karena itu , informasi penyakit terdahulu akan menegaskan


untuk penegakan masalah. Kaji riwayat ISK, payah jantung, penggunaan obat
berlebihan (overdosis) khususnya obat bersifat nefroktoksik,BPH, dan lain
sebaginya yang mampu mempengaruhi kerja ginjal. Selain itu, ada beberapa
penyakit yang berlangsung mempengaruhi /menyebabkan gagal yaitu DM,
hipertensi, batu saluran kemih, (urolithias)
4) Riwayat Kesehatan Keluarga
Gagal Ginjal Kronik bukan penyakit menular dan menurun, sehingga
sisilah keluarga tidak terlalu berdampak pada penyakit ini namun
pencetus sekunder seperti DM dan hipertensi memiliki pengaruh
tersebut bersifat herediter. Kaji pola kesehatan keluarga yang di
terapkan jika anggota keluarga yang misalnya minum jamu saat
sakit.
5) Riwayat Psikososial
Kondisiini tidak selalu ada gangguan jika kliean memiliki koping
adaftif yang baik. Pada klien gagal ginjal kronis, biasanya perubahan
struktur fungsinya tubuh menjalani proses dialisa klien akan
mengurung diri dan lebih banyak berdiam diri murung selain iyu,
kondisi ini juga dipicu oleh biaya yang dikeluarkan selama proses
pengobatan, sehingga klien mengalami kecemasan.
6) Lingkungan dan tempat tinggal
Mengkaji lingkungan klien, mengenai kebersihan lingkungan tempat
tinggal, area lingkungan rumag.
c. Pola kesehatan fungsional
1) Pemeliharaan kesehatan penggunaan obat laktasif, Diamox, vitamin
D, antacid,aspirin dosis tinggi, kalsium, purin, fosfat, protein,
kebiasaan, minum suplemen, control, tekanan darah dan gula darah
tidak terature pada penderita tekanan darah tinggi dan diabetes
militus.
2) Pola nutrisi
Perlu di Tanya kaji mual, muntah, anoreksia, intake cairan ,
inadekuat, peningkatan berat badan cepat (edema), penurunan berat
badan, (malnutrisi), nyeri ulu hati , rasa metalik, tidak sedap pada
mulut (pernafasan ammonia), pengunaan diuretic, demam karena
sepsis dan dehidrasi.
18

3) Pola eliminasi
Penurunan frekuensi urine, oliguria, anuria (gagal tahap lanjut),
abdomen kembung, diare konstipasi, perubahan warna urine.
4) Pola aktivitas latihan
Kelemahan ekstrim, kelemahan, malaise, keterbatasan gerak sendi.
5) Pola istirahat tidur
Gangguan tidur (insomnia/gelisah atau somnolen)
6) Pola persepsi sensori dan kongnitif
Rasa panas pada telapak kaki, perubahan tingkat kesadaran, nyeri,
panggul, sakit kepala,kram/nyeri kaki (memburuk pada malam hari),
prilaku berhati – hati, gelisah, pengkihatan kabur, kejang, sindrom “
kaki gelisah” rasa kebas pada telapak kaki (neuropati perifer),
7) Konsep diri
Perassan tidak berdaya, taka da harapan, taka da kekuatan, menolak,
ansietas, takut, mudah marah, mudah terangsang, perubahan
kepribadian, kesulitan menetukan kondisi.
8) Pola reproduksi dan seksual
Penurunan libido, amnoera, infertilitas, impotensi, dan antropi
testikuler.
d. Pengkajian Fisik
1) Keluahan umum : nyeri pinggang.
2) Tingkat kesadaran komposmentis samapi koma.
3) Pengukuran antropometri : berat badan menurun, lingkar lengan atas
(LILA) menurun
4) TTV : tekanan darah meningkat, suhu meningkat, nadi lemah,
disritmia, pernafasan kusmanul, tidak teratur 5) Kepala :
a) Mata : konjungtiva anemis, mata merah, berair, penglihatan,
kabur, edema periorbital
b) Rambut : rambut mudah rontok, tipis dan kasar
c) Hidun : pernafasan cuping hidung
d) Mulu : ulserasi dan pendarahan, nafas berbau, ammonia, mual,
muntah, serta cegukan, peradangan gusi.
6) Leher : pembesaran vena jugularis
19

7) Dada : pengunaan otot bantu pernafasan otot bantu pernafasan


dangkal, kusmanul setra krekles, nafas dangkal, pneumonitis, edema
pilmoner.
8) Abdomen : nyeri area pinggang, asites.
9) Genital : atropi testikuler, amenore.
10) Ektremitas : kulit kering, bersisik, warna kulit abu – abu,
mengkilat, hiperpigmentasi, gatal (pruitis), kuku tipis, dan rapuh,
memar, edema. Pemeriksaan penunjang : a) Urine :
- Volume : biasanya kurang dari 400ml/24 jam atau tidak ada ( anuria)
- Warna : secara abnormal urine keruh kemungkinan disebabkan pus,
bakteri, lemak, atau urat sendimen kotor, kecoklatan, menunjukan,
adanya darah, Hb,mioglobin, porfirin
- Berat jenis : kurang dari 1,010 menunjukkan keruskan ginjal berat
- Osmoalitas : kurang dari 350 mOsm/kg menunjukkan kerusakan ginjal
tubular dan rasio urine/ serum sering
- Klirens kreatinin : mungkin agak menurun
- Natrium ; lebih besar dari 40 mEq/L karena ginjal tidak mampu
mereabsorbsi natrium
- Protrin : derajat tinggi proteinuria (3-4+) secara kuat menunjukkan
kerusakan glomerulus bila SDM dan fragmentasi juga ada.
b) Darah :
- BUN/ kreatinin : meningkat, kadar kreatinin 10mg/dl di duga tahap
akhir
- Ht : menurun pada adanya anemia. Hb biasanya kurang dari 7-8 gr/dl
- SDM : menurun, defesiensi eritropoitin
- GDA : asidosis metabolic, ph kurang dari 7,2
- Natrium serum : rendah
- Kalium : meningkat
- Magnesium : meningkat
- Kalsium : menurun
- Protein (albumin) : menurun
c) Osmolalitas serum : lebih dari 285 mOsm/kg
d) Pologram retrograde : abnormalitas pelvis ginjal ureter.
e) Ultrasono ginjal : menentukan ukuran ginjal dan adanya masa kista,
obstruktif pada saluran perkemihan bagian atas
20

f) Endoskopi ginjal, nefroskopi : untuk menentukan pelvis ginjal keluar


batu, hematuria, dan pengangkatan tumor selektif
g) Arteoriogram ginjal : menkaji sikulasi ginjal dan mengidentifikasikan
ektravaskuler, masa
h) EKG : ketidakseimbangan elektrolit dan asam basa.

2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada CKD menurut
Brunner & Suddarth’s, 2014, NANDA NIC-NOC (2015).

a. Kelbihan volume cairan berhubungan dengan penurunan produksi


urine, kelebihan makanan, dan retensi sodium.
b. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
pembatasan diit dan ketidak mampuan untuk mengabsorbsi nutrisi
c. Perubahan pola napas berhubungan dengan hiperventilasi paru.
d. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan suplai O2
dan nutrisi ke jaringan sekunder
e. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan kelebihan volume
cairan
f. Resiko perfusi renal tidak efektif berhubungan dengan hipertensi dam
DM
32
4. Penatalaksanaan Keperawatan
Implementasi merupakan komponen dari proses keperawatan, adalah
kategori dari prilaku keperawatan dimana tindakan yang di perlukan
untuk mencapai tujuan dan hasil yang di perkirakan dari asuhan
keperawatan yang dilakukan dan diselesaikan. Implementasi
menuangkan rencana asuhan keperawatan kedalam tindakan, setelah
intervensi dikembangkan, sesuai dengan kebutuhan dan prioritas klien,
perawat melakukan tindakan keperawatan spesifik, yang mencakup
tindakan perawat dan tindakan dokter (Potter & Perry, 2015).

5. Evaluasi Keperawatan tujuan dari evaluasi adalah untuk mengetahui


sejauh mana perawatan dapat di capai dan memberikan umpan baik
terhadap asuhan keperawatan yang diberikan (Tarwoto & Wartonah,
2011).
Evaluasi tentang keadaan klien dapat efektif dengan teknik komunikasi
SBAR adalah kerangka komunikasi efektif yang digunakan di rumah
sakit yang terdiri dari situation, background, assessment,
recommendation. Metode komukansi ini digunakan pada saat perawat
melakukan timbang terima (handover) ke pasien (Sugiharto, Keliat, &
Sri, 2012).
34

37
BAB III TINJAUAN KASUS

Dalam bab ini penulisan akan meneyelesaikan laporan kasus pemenuhan


kebutuhan dasar pada klien dengan Chronic Kidney Disease (CKD) di pavilium
marwah atas Rumah Sakit Islam Jakarta Cempaka Putih. Proses pelaksanaan
pemenuhan kebutuhan dasar selama tiga hari dari tangga 06 maret sampai 08
maret 2020. Dalam melengkapi data ini penulis mengadakan wawancara dengan
keluarga, tim perawat di ruangan, selain itu juga memperoleh data – data dari
catatan medis dan catatan keperawatan serta didapatkan hasil Observasi langsung
serta pemeriksaan fisik.

A. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian pada klien dilakukan pada tanggal 06 maret 2020 di paviliun
marwah artas Rumah Sakit Islam Jakarta
1. Identitas
Klien berinisial Tn. S, usia 52 tahun, jenis kelamin laki – laki, Agama
Islam, suku sunda, Warga Negara Indonesia, Pendidikan Terakhir Sekolah
SLTA. Status perkawinan sudah menikah, pekerjaan karyawan swasta,
alamat, jl. Cempaka putih barat no. 19 jakarta pusat. Sumber biaya Jaminan
BPJS, Sumber informasi diperoleh dari klien, tim Perawat di Ruangan dan
Status Klien.

2. Resume keperawatan
Klien masuk IGD pada selasa, Tgl 03 maret 2020, jam 20.00 WIB dibawa
oleh keluarganya. Saat dating ke IGD, kesadaran composmentis, GCS E: 4
M: 6 V: 5 total 15, hasil TTV TD: 200/100 mmHg, N: 96x/mnit, RR:
26x/mnit, S: 36,°C. klien mengatakan sesak, batuk, badan terasa lemas,
kepala pusing, bagian wajah dan kaki saya bengkak semua, klien
mempunyai riwayat Hipertensi. Klien menjalani therapy hemodialisa di
RSIJ pada hari rabu dan sabtu sejak 2018 yang lalu. Di IGD di lakukan
pemasangan Instoper di sebelah kiri pada klien karena disebalah kanan klien
terpasang simino, kemudian dilakukan pemeriksaan lab dengan hasil :
35

Table 3.1 Hasil pemeriksaan laboratorium pada tgl 04 maret 2020


Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai
rujukan

HB L 7.0 g/dl 13.2 – 17.3


Leukosit 10.22 103/µl 3.80 – 10.60
Hematokrit L 21 % 40 – 52
Trombosit 198 103/µl 150 – 440
Eritrosit L 2.37 106/µl 4.40 – 5.90
MCV/ VER 89 fL 80 – 100
MCH/ HER 30 Pg 26 – 34
MCHC/ KHER 33 g/dl 32 – 36
KIMIA KLINIK
Kreatinin Darah H 14.6 Mg/dl <1.4
GDS L 67 mg/dl 70 – 200

Klien di pindahakan ke paviliun marwah atas di kamar 4 pada hari selasa,


tanggal 3 maret 2020 jam 01.00 WIB dengan keluhan yang sama ketika di
IGD kesadaran composmentis, keadaan umun sakit sedang, saat klien
masuk UGD balace cairannya intake – output + IWL adalah 1900 – (2300
+ 1395) = +995 IMT : 38.125 ( Obesitas), BB ideal klien 54 – 66, TTV TD
180/100 mmHg, N: 88x/mnit, RR 26x/mnit, S: 36 °C. Klien di diagnosa
Dyspnea CKD on HD dan diagnosa keperawatanya adalah : kelebihan
volume cairan berhubungan dengan penurunan filtrasi ginjal. Intervensinya
yaitu kaji status cairan : berat badan harian, kesimbangan masukan dan
haluaran, turgor kulit dan adanya edema, Batasi masukan cairan,
Identifikasi sumber potensial cairan, Jelaskan pada klien dan keluarga
rasional pembatasan cairan, menjelaskan kepada klien rasional pembatasan
cairan, pemberian terapi oral : Nac cap oral 3x1, dan terapi injeksi : Lasix
furosemide 2x1, combivent UAP 3x1. Kemudian pada hari itu juga
dilakukan transfusi darah PRC : 386cc golongan darah O

3. Riwayat keperawatan Riwayat kesehatan sekarang


Keluhan saat ini klien mengatakan mudah lemas selama 2 hari dan
cepat lelah saat beraktivitas, odem pada kaki dan wajah lama keluhan
36

sudah 1 minggu. Selama sakit klien sering kontrol ke dokter dan minum
obat. Saat ini akan direcanakan HD untuk mengurangi Odema.
a. Riwayat kesehatan masa lalu
Klien mengatakan memiliki riwayat hipertensi sejak 2 tahun lalu.untuk
menurunkan tekanan darah klien mengkomsusmsi amlodipine 1x1 yang
di dapat setelah berobat ke puskesmas di dekat rumahnya. Kemudian
selama 1 tahun yang lalu klien juga sering minum ramuan herbal dan
jamu – jamuan. Riwayat saat masih muda klien mengatakan sering
minum beralkhol dan sering dangdutan di desa- desa sambil mabuk-
mabukan. Klien sekarang rawatan ke 2 klien di diagnosa dokter CKD
on HD, klien pernah di rawat di Rumah Sakit Islam Cempakah Putih
dengan diagnosa CKD anemia, pada tanggal 2 februari 2018 selama 2
minggu.
b. Riwayat kesehatan keluarga
Klien anak bungsu dari 7 besodara. Orang tua klien sudah meninggal
keluarga Tn. S terutama dari keluarga Ny. S orang tua klien mempunyai
riwata hipertensi. Klien memiliki 3 orang anak dan. Klien tinggal
serumah dengan istri dan 3 orang anak.

Skema 3.1 Genogram Tn. S

Jantung & HT

Tn. S Ny. s
37

= laki- laki
= perempuan
= meninggal
= tinggal bersama
= klien

c. Riwayat psikososial dan spiritual


Saat ini klieb tinggal bersama istri dan 3 orang anaknya. Komunikasi
dan interaksi dengan keluarga dan orang lain baik, setiap ada
permasalahan selalu di diskusikan dengan keluarga (bersama – sama),
dan selalu diputuskan bersama keluarga. Harapan klien terhadap
penyakitnya ingin lekas sembuh walaupun tidak maksimal dan ingin
cepat kembali pulang dan kumpul dengan keluarga. Peran sebagai ayah
sebagai kepala rumah tangga. Hal yang sangat dipikirkan saat ini klien
merasa penyakit yang dideritanya sebagai ujian dari allah. Saat ini klien
tidak bekerja dikarenakan lagi sakit. Klien sebelumnya menyesali
tentang penyakitnya karena dulu tidak menjaga pola hidup yang baik,
saat ini aktivitas agama klien sholat 5 waktu tidak di tinggalkan karena
sebagai kewajiban yang harus di laksanakan. Saat sakit klien
melakukan sholat 5 waktu di tempat tidur

d. Kondisi Lingkungan Rumah


Saat ini klien tinggal di jl. Cempaka putih timur no. 19 jakarta pusat .
menurut keluarga keadaan rumah rapid dan lantainya bersih, ventilasi
setiap pagi di buka namun saat sore tertutup, posisi kamar mandi dekat
dengan kamar tidur klien, lingkungan dekat rumah klien sangat padat
penduduknya.

e. Pola Kebiasaan Sehari- hari 1) Pola Nutrisi Sebelum Dirawat


Sebelum sakit pola kebiasaan makan klien adalah 3x/hari dengan
menghabiskan 1 porsi makan, sayur, lauk pauk, dan buah – buahan
klien dan pada saat sebelum sakit nafsu makan klien baik,
hambatan dalam hal mengkomsumsi makanan yaitu klien
38

membatasi makanan seafood, dan mengurangi garam yg bias


mengakibatkan tekanan darah
Saat Dirawat
Pola makan klien tetap sama yaitu tiga kali dalam sehari. Nafsu
makan klien cukup baik, makanan yang dihabiskan 1 porsi, klien
terlihat menikmati makanan yang dibagikan di Ramah Sakit. Diet
60 gram protein

2) Pola Eliminasi Sebelum Dirawat


Sebelum sakit klien biasa buang air besar dua kali dalam sehari
konsistensinya lembek, warna feses kuning. Sedangkan untuk
buang air kecilnya kurang lebih 5 kali 900cc/hari sehari, warnanya
kuning bening.
Saat Dirawat
Saat dirawat klien mengatakan buang air besar dua kali dalam
sehari konsistensinya padat warna feses kuning. Sedangkan untuk
buang air kecilnya hanya tiga sampai 4 kali saja (300- 400cc/hari)
(600 – 700cc/hari) warnanya kuning. Dikarenakan penurunan
filtrasi ginjal.

3) Pola Personal Hygiene Sebelum Dirawat


Klien biasa mandi dua kali dalam sehari menggunakan sabun dan
sampo, menggosok gigi dua kali sehari, setiap mandi pagi dan sore
sebelum tidur, klien tiga kali dalam satu minggu membersihkan
rambutnya. Saat Dirawat
Selama dirawat klien mandi di bantu oleh keluarga, klien mandi
satu kali sehari, klien mengosok gigi setiap habis mandi hanya satu
kali, klien mandi hanya di lap dengan air hangat kerna klien kurang
kuat untuk berdiri terlalu lama.

4) Pola Istirahat Tidur Sebelum dirawat


Klien tidur selama kurang lebih 6 jam/hari dan tidur siang 3 jam.
Klien tidak mempunyai kebiasaan sebelum tidur dan sesudah tidur.
39

Saat Dirawat
Klien tidur kurang dari 6 jam/hari dan sering terbangun saat malam
hari dan tidur siang klien hanya 4 jam. Karena klien merasa sesak
dan batuk menganggu tidurnya.

5) Pola Aktivitas Latihan Sebelum Dirawat


Aktivitas sehari – hari klien yaitu sebagai karyawan swasta klien
berolaraga jogging satu minggu sekali dan mudah lelah selelah
berkativitas
Saat Dirawat
Selama dirawat aktivitas klien terganggu karena kurang terbiasa
dengan suasana rumah sakit dan klien ingin segara pulang, kaki
klien terasa bengkak dan aktivitas klien hanya di tempat tidur dan
tidak ada tv untuk di tonton klien merasa sepi karena istrinya suka
pulang kerumah untuk memasak utuk anaknya.

4. Pengkajian Fisik
Keadaan umum klien sakit sedang, kesadaran klien composmentis, tidak
ada pembesaran kelenjar getah bening, berat badan 97,60kg bb kering92 kg
setela HD 93kg (BB ideal : 50 – 60 kg) tinggi 160 cm, tekann darah klien
150/90 mmHg, nadi 98x/mnit, RR 26x/mnit, suhu 36,°C. a. Sistem
penglihatan
Sistem penglihatan klien baik, tidak terdapat tanda – tanda radang, tidak
ada kelainan otot – otot mata, pupil bereaksi terhadap rangsangan
cahaya, posisi mata simetris, kelopak mata simetris, kelopak mata
normal, pergerakan bola mata normal, konjungtiva anemis, kornea
normal, sclera ikterik, pupil an isokor tidak memiliki riwayat penyakit
mata.
b. Sistem pendengaran
Fungsi pendengaran klien normal, tidak mengunakan alat bantu dengar
dan tidak mempunyai gangguan keseimbangan, daun telinga norma,
tidak ada serumen, dan tidak ada benjolan pada telinga.
c. Sistem wicara
Dalam sistem wicara klien baik, tidak ada disatria, menanggapi
pembicaraan sesuai,
40

d. Sistem pernafasan
Jalan nafas klien bersih , klien terlihat sesak mengunakan otot bantu
nafas terdengar ronchi, frekuensi nafas klien 26x/mnit, suara nafas
vesikuler nyeri saat batuk.
e. Sistem kardiovaskuler
Nadi 88x/mnit dengan irama teratur tekanan darah 180/100mmHg,
tidak ada distensi venajugularis, temperature kulit klien hangat, warna
kulit klien pucat, pengisian kapilarefil < 2 detik odem pada wajah dan
kedua tungkai kaki dan grade + 1.
f. Sistem hematologi
Tidak ada pendarahan, tidak ada tanda – tanda infeksi, klien sudah
melakukan HD dan transfuse darah sebanyak 386 cc
g. Sistem saraf pusat
Tidak ada keluhan sakit kepala, tingkat kesadaran composmentis, nilai
GCS E: 4, M: 6, V: 5 total 15, tidak ada tanda – tanda peningkatan TIK
pemeriksaan refleks fisilogis normal dan reflek patologis tidak
h. Sistem pencernaan
Gigi ada karies, tidak menggunakan gigi palsu, ada stomatitis di rongga
mulut, mukosa bibir kering,amdomen kembung bising usus 9x/mnit
i. Sistem endokrin
Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, nafas tidak berbau keton, tidak
adaluka ganggren.
j. Sistem urologi
Balance cairan selama 24 jam intake – output + IWL adalah 1286 –
(600 + 1395) = -709, tidak ada perubahan berkemih, BAK kuning, tidak
ada ketegangan kandung kemih, tidak ada keluhan sakit pinggang.
Odem di tungkai kaki karena adanya penumpukan cairan di kaki.
k. Sistem integument
Turgor kulit baik, temperature suhu kulit 36,°C. warna kulit pucat,
keadaan kulit kering, terdapat pruritus di tangan dan kaki, terjadi
pembengkakan pada kulit daerah pemasangan Instoper, kulit kering,
tampak kering di area tubuh, tampak bekas luka menghitam di beberapa
bagian tubuh
l. Sistem muskuloskeletal
41

Tidak ada kesulitan dalam pergerakan, klien tidak merasa sakit pada
tulang sendi dan kulit tidak ada frkatur, tidak ada kelainan bentuk, dan
struktur tulang belakang, klien menggunakan alat bantu tongkat saat
berjalan kekuatan otot.

5555 5555

5555 5555

5. Pemeriksaan penunjang

Table 3.2 Hasil pemeriksaan laboratorium pada tgl 04 maret 2020


Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai
rujukan

HB L 7.0 g/dl 13.2 – 17.3


Leukosit 10.22 103/µl 3.80 – 10.60
Hematokrit L 21 % 40 – 52
Trombosit 198 103/µl 150 – 440
Eritrosit L 2.37 106/µl 4.40 – 5.90
MCV/ VER 89 fL 80 – 100
MCH/ HER 30 Pg 26 – 34
MCHC/ KHER 33 g/dl 32 – 36
KIMIA KLINIK
Kreatinin Darah H 14.6 Mg/dl <1.4
GDS L 67 mg/dl 70 – 200

Hasil perhitungan LFG


LFG (Ml/mnit/1,73m2) = (140 – umur x berat badan

72 x kreatinin plasma
42

= (140 – 52) x 92kg

72 x 14,6
= 8.096

1.051,2
= 7.7 ml/mnit
Klasifikasi dari CRF klien masuk Stadium 5 : kelainan ginjal dengan
albuminaria persiten dan LFG (laju filtrasi glomerulus) antara <15
ml/menit/1,73m2 atau gagal ginjal terminal. (karena LFG klien 7.7
ml/mnit) Tahap CKD, The Kidney disease Outcotmes Quality Initiative
[KDOQI] Of The National Kidney Fundation [NKF] 2015.

Pelaksanaan terapi
1. Terapi oral & IV
a. Nac cap oral 3x1 jam 06,02,22 wib.
b. Lasix furosemide 2x1 jam 10,22 wib.
c. Combivent uap 3x1 jam 06,12,22 wib.
2. HD 2x seminggu pada haru rabu dan sabtu
3. Diit 60 gram protein
4. Pemberian O2 3 liter

6. DATA FOKUS
Data subjecktif, klien mengatakan :
• Sesak
• Badan lemas
• badan terasa gatal pada bebrapa bagian tubuh
• pasien tampak sering menggaruk bagian tubuhnya
• Seluruh badan terasa sakit
• Minum 3 – 4 gelas/hari
• Badan terasa bengkak
• Makan habis 1 p
• Perut kembung
• Sulit tidur krena sesak
• Tidur hanya 1 – 2 jam
• Sering terbangun pada malam hari
43

Data objektif
• KU: sakit sedang
• Kesadaran composmentis
• Konjuntiva anemis
• Tampak lemas
• Wajah tampak pucat
• Mukosa bibir kering
• Tampak pruitus di kaki
• Tampak bekas luka menghitam di bagian tangan dan kaki
• Edema tungkai kaki grade +1
• Minum hanya sedikit 3 – 4 gelas/hari (700cc/hari)
• Terlihat makan habis 1 p
• Kreatinin 14.6 mg/dl
• TTV : TD 150/90mmHg, N : 98x/mnit, RR : 26x/mnit, S : 36° C
• GCS : (E: 4, V: 5, M: 6) = 15
• BB 97,60kg, TB 160cm
• BB pre HD (97,60)kg
• BB kering (92)kg
• BB post HD (93)kg
• IMT : 38.125 ( Obesitas), BB ideal klien 54 – 66
• Lab L : 10.22g/dl, Ht : 21%, HB 7.0 g/dl, Eritrosit : 2.37 106/µl
• GFR : 77 ml/mnit
• Balance cairan dalam 24 jam yang terdiri dari intake – output + IWL
adalah 1286 – (600 + 1395) = -709

7. ANALISA DATA

Tabel 3. 3 Analisa data


NO DATA MASALAH ETIOLOGI

1 DS : Kelebihan volume Penurunan produksi


Klien mengatakan cairan urine
“sesak, badan terasa
sakit, minum hanya 3
– 4 gelas / hari, wajah
dan kaki bengkak
DO :
• Mukosa bibir
kering
44

• wajah pucat
• Odem di wajah dan
tungkai kaki grade
+1
• TTV:
TD:150/90mmHg,
N: 98x/ mnit, RR:
26x/mnit, SH: 36°
C
• BB pre
HD
97.60kg
• BB kering 92kg
• BB pots HD 93kg
• Kreatinin 14.6 g/dl
• HB 7.0 g/dl
• Balance cairan
intake – output +
IWL adalah 1286 –
(600 + 1395) = -
709
• GDs 67
• GFR 7.7 ml/mnit
• IMT : 38.125 (
Obesitas), BB ideal
klien 54 – 66

2 DS : Gangguan perfusi penurunan suplai O2 dan


Klien mengatkan jaringan nutrisi ke jaringan
“ sesak, badan sekunder
lemas, badan terasa
sakit, wajah
dan kaki
bengkak, sulit
beraktivitas DO :
• Pasien tampak
sesak
• Tampak lemas
• Mukosa bibir
kering
• Konjungtiva anemis
• wajah pucat

• Odem di wajah dan


tungkai kaki grade
+1
• TTV:
TD:150/90mmHg,
N: 98x/ mnit, RR:
26x/mnit, SH: 36°
C
• BB pre
HD
45

97.60kg
• BB kering 92kg
• BB pots HD 93kg
• Kreatinin 14.6 g/dl
• HB 7.0 g/dl
• Balance cairan
intake – output +
IWL adalah 1286 –
(600 + 1395) = -
709
• GDs 67
• GFR 7.7 ml/mnit
• IMT : 38.125 (
Obesitas), BB ideal
klien 54 – 66

3 DS : Gangguan integritas Gangguan volume


Klien mengatakan “ kuli cairan
wajah dan kaki
bengkak, gatal pada
beberapa area
tubuhnya, sulit
bertivitas
DO :
• Klien tampak
gelisah
• Kulit kering
• Tampak bekas luka
menghitam di area
tangan dan kaki
• Tampak pritus di
bagian kaki
• Terlihat bengkak
pada wajah dan
tungkai kaki grade
+1
• Terlihat
menggaruk di
beberapa bagian
tubuhnya
• TTV:
TD:150/90mmHg,
46

N: 98x/ mnit, RR:


26x/mnit, SH: 36° C
• BB pre HD
97.60kg
• BB kering 92kg
• BB pots HD 93kg
• Kreatinin 14.6 g/dl
• HB 7.0 g/dl
• Balance cairan intake
– output + IWL
adalah 1286 – (600 +
1395) = -
709
• GDs 67
• GFR 7.7 ml/mnit
• IMT : 38.125 (
Obesitas), BB ideal
klien 54 – 66

B. Diangnosa Keperawatan 1. Kelebihan volume cairan berhubungan


dengan Penurunan produksi urine
DS : Klien mengatkan “mengatakan “sesak, badan terasa sakit, minum
hanya 3 – 4 gelas / hari, wajah dan kaki bengkak DO :
• Mukosa bibir kering
• Wajah pucat
• Odem di wajah dan tungkai kaki grade +1
• TTV: TD:150/90mmHg, N: 98x/ mnit, RR: 26x/mnit, SH: 36° C
• BB pre HD 97.60kg
• BB kering 92kg
• BB pots HD 93kg
• Kreatinin 14.6 g/dl
• HB 7.0 g/dl
• Balance cairan intake – output + IWL adalah 1286 – (600 + 1395) = -709
• GDs 67
• GFR 7.7 ml/mnit
• IMT : 38.125 ( Obesitas), BB ideal klien 54 – 66

2. Gangguan perfusi jaringan penurunan suplai O2 dan nutrisi ke


jaringan sekunder
DS : Klien mengatakan “Klien mengatkan “ sesak, badan lemas, badan
terasa sakit, wajah dan kaki bengkak grade +1, sulit beraktivitas DO :
47

• Pasien tampak sesak


• Tampak lemas
• Mukosa bibir kering
• Konjungtiva anemis
• wajah pucat
• Odem di wajah dan tungkai kaki grade +1
• Diit 60 gram protein
• TTV: TD:150/90mmHg, N: 98x/ mnit, RR: 26x/mnit, SH: 36° C
• BB pre HD 97.60kg
• BB kering 92kg
• BB pots HD 93kg
• Kreatinin 14.6 g/dl
• HB 7.0 g/dl
• Balance cairan intake – output + IWL adalah 1286 – (600 + 1395) = -709
• GDs 67
• GFR 7.7 ml/mnit
• IMT : 38.125 ( Obesitas), BB ideal klien 54 – 66

3. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan gangguan volume


cairan
DS : Klien mengatakan “ wajah dan kaki bengkak, gatal pada beberapa area
tubuhnya, sulit bertivitas DO :
• Klien tampak gelisah
• Kulit kering
• Tampak bekas luka menghitam di area tangan dan kaki
• Tampak pritus di bagian kaki
• Terlihat bengkak pada wajah dan tungkai kaki grade +1
• Terlihat menggaruk di beberapa bagian tubuhnya
• TTV: TD:150/90mmHg, N: 98x/ mnit, RR: 26x/mnit, SH: 36° C
• BB pre HD 97.60kg
• BB kering 92kg
• BB pots HD 93kg
• Kreatinin 14.6 g/dl
• HB 7.0 g/dl
• Balance cairan intake – output + IWL adalah 1286 – (600 + 1395) = -709
• GDs 67
• GFR 7.7 ml/mni
BAB IV

PEMBAHASAN

Pada bab ini penulis akan menguraikan atau membahas perbandingan antara teori
dan praktek serta analisa factor – factor penghambat atau pendukung yang disertai
dengan alternative pemecahan masalah pada Tn. S dengan Chronic Kidney
Disease (CKD) di pavilum Marwah atas Rumah Sakit Islam Jakarta Cempaka
Putih. Asuhan Keperawatan yang dilakukan penulis selama tiga hari dari tanggal
06 maret 2020 sampai 08 maret 2020 yang pembahasannya di bagi ke dalam
beberapa tahap yaitu :

A. Pengkajian Keperawatan
Pada tahap pengkajian penulis mengacu pada format yang telah di
sediakan, tetapi tidak jauh berbeda dengan format yang ada pada tinjauan
teoritis. Dalam pengumpulan data, penulis melakukan pengkajian secara
komprehensif yang mengacu pada tinjauan teoritis yang meliputi aspek
bio, psiko, sosio, dan spiritual yang dilakukan dengan melihat konsi klien.
Data hasil pengkajian penulis didapatkan bahwa dari hasil wawancara
dengan klien dan keluarga, pemeriksaan fisik, hasil pemeriksaan
diagnostik, catatan medis, catatan keperawatan serta bekerja sama dengan
perawat ruangan, dan tim kesehatan medis lainnya yang mendukung
pengkajian.

Dari hasil pengkajian klien di dapatkan diagnosa Chronic Kidney Disease


(CKD) dan dyspnea . adalah CKD adalah kerusakan ginjal yang progresif
dan irreversible yang di tandai dengan uremia, yang diakibatkan oleh
kerusakan nefron dan glomerulus, penyebab CKD adalah penyakit ginjal
polikistik, glomerulunefritis kronis, pielonefritis kronis, pielonefritis
kronis, obstruksi urine kronis, nefropati hipertensi, pola hidup klien di
masa lalu. Diagnosa klien Tn. S dibuktikan dengan adanya penurunan
filtrasi Ginjal, hasil perhitungan GFR dengan menggunakan Creatinin di
dapatkan 7.7% Dengan ini menunjukan bahwa klien termasuk stadium
berat. Tn.S mempunyai riwayat Hipertensi sejak 2 tahun lalu dan pola
49

68
hidup yg kurang baik yaitu selalu minum – minuman ber- alkohol dan
sejak masih mudah sehingga pasien terkena Gagal Ginjal akibat pola
hidupnya yang tdak baik.

Didalam tinjauan kasus, penulis menemukan kesesuaian etiologi dengan


tinjauan teori yang ada yaitu Tn,S menderita CKD karena hipertensi dan
pola hidup yang tidak baik karena sering mengkomsumsi alcohol sehingga
menjadikan perubahan fungsi ginjal menurun performanya dalam
menyaring racun di dalam tubuh. Ginjal yang bekerja terlalu keras dan
terlalu lama mengakibatkan ginjal menjadi lemah mengakibatkan nefron
banyak mati dan produksi vit D, Renin angio tensin eritopoetin, sehingga
terjadi CKD.

Kebutuhan dasar yang tenggangu pada Tn.S yaitu :


1. Kebutuhan cairan, di dapatkan data pada Tn.S terjadi sesak, batuk,
badan terasa lemas, badan terasa sakit, minum hanya 3 – 4 gelas / hari,
wajah dan kaki bengkak, Terlihat bengkak pada wajah dan tungkai
kaki grade +1, TTV: TD:150/90mmHg, N: 98x/ mnit, RR: 26x/mnit, SH:
36° C, BB pre HD 97,60kg, BB kering 92kg, BB pots HD 93kg,
Kreatinin 14.6 g/dl, IMT : 38.125 ( Obesitas), BB ideal klien 54 – 66,
terpasang nasal kanul 3 ltr.

2. Kebutuhan oksigenasi dan nutrisi, di dapatkan data pada Tn. S klien


sesak, badan lemas, badan terasa sakit, wajah dan kaki bengkak grade
+1, sulit beraktivitas, diit 60 gram protein, TTV: TD:150/90mmHg, N:
98x/ mnit, RR: 26x/mnit, SH: 36° C, BB pre HD 97,60kg, BB kering
92kg, BB pots HD 93kg, Kreatinin 14.6 g/dl GFR : 7,7

3. Kebutuhan aman nyaman di dapatkan data pada Tn. S klien wajah dan
kaki bengkak, gatal pada beberapa area tubuhnya, sulit bertivitas, tampak
bekas luka menghitam di baguan tangan dan kaki, tampak pritus di bagian
kaki, kulit kering, TTV: TD:150/90mmHg, N: 98x/ mnit, RR: 26x/mnit,
SH: 36° C, BB pre HD 97,60kg, BB kering 92kg, BB pots HD 93kg,
Kreatinin 14.6 g/dl GFR : 7,7
50

Pemeriksaan penunjang pada klien CKD menurut sudoyo 2015 :

Urinalisasi : PH asam, SDP, SDM, berat jenis urine (24 jam), hitung darah
lengkap : penurunan hematocrit / HB, trombosit, leukosit, peningkatan
SDP, pemeriksaan urine : warna PH kekeruhan glukosa, protein
sendirmen, SDM, keton, SDP, CCT, kimia darah : kadar BUN, kreatinin,
kalium, kalsium, fosfor, natrium, klorida abnormal, uji pencitraan : IVP,
ultrasonografi, pemindaian ginjal CT scan, EKG, poto polos abdomen.
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada klien diantaranya
pemeriksaan rontgen thoraks, laboratorium, Hb, leukosit, hematocrit,
trombosit, eritrosit, MCV/VER, MCH/HER, MCHC/KHER, ureum, darah,
kreatinin darah, GDS, dan EKG, pada tanggal 04 maret 2020. Hasil dari
pemeriksaan lab Tn. S Lab L : 10.22g/dl, Ht : 21%, HB 7.0 g/dl, Eritrosit :
2.37 106/µl

Pada kasus Tn,S, untuk penatalaksanaan medis CKD dilakukan terapi


farmokologis, pemberian terapy oksigen nasal kanul 3ltr, terapi inhalasi
(combivent UAP) 3x1, pemberian obat melalu injeksi IV Lasix furosemide
2x1, jam 10, 22.

Pada kasus Tn. S perencanaan pada pasien CKD yaitu, kaji status cairan
dengan menimbang bb per hari, keseimbangan intake output, Monitor
tanda – tanda kelebiha/kekurangan cairan, Batasi dan jelaskan masukan
cairan (dengan minum 2 gelas/ hari 700cc), Anjurkan mencatat
penggunaan cairan terutama pemasukan dan
Kolaborasi dengan dokter dalam pemebrian diuretic dan diit 60 gram
protein. Tindakan ini dilakukan untuk untuk mengatasi komplikasinya dan
juga mencegah komplikasi berlanjut.

Berdasarkan hasil pengkajian, terdapat beberapa kesenjangan yang penulis


temukan pada manifestasi klinis antara teori dengan kasus Tn.S pada kasus
di atas tidak di temukan kasus krekles, nafas berbau ammonia, ulserasi,
pendarahan pada mulut, mual, muntah, pendarahan saluran
gastrointestinal, konfusi, disorientasi, kejang panas pada telapak kaki,
51

perubahan pola prilaku, kram otot, kekuatan otot hilang, fraktur, foot drop,
Amenore, dan atrofi testikuler setra diit pada diabetes militus. Pada kasus
Tn.s beberapa pemeriksaan diagnostic tidak dilakukan diruangan seperti
pemeriksaan urinalisasi : PH asam, SDP, SDM, pemeriksaan warna PH,
kekeruhan glukosa, protein sendirmen, SDM, keton, SDP, CCT, kimia
darah : kadar BUN, kreatinin, kalium, kalsium, fosfor, natrium, klorida
abnormal, uji pencitraan : IVP, ultrasonografi, pemindaian ginjal CT scan,
EKG, poto polos abdomen. Pemeriksaan tersebut sudah cukup
membuktikan dan mendiagnosis penyakit ginjal dan menetukan sudah
sampai tahap berapakah GFR Tn. S. dengan memerlukan hasil creatinin,
albuminaria dan pemeriksaan urine positif.

Dalam melakukan pengkajian, adapun factor pendukung yang penulis


temukan dalam melakukan pengkajian yaitu perawat ruangan yang sangat
membantu dan dalam adanya status klien sehingga memudahkan penulis
dalam mengumpulkan data dan kerjasama yang lebih baik antara tim
kesehatan lain seperti, dokter, petugas gizi, klien yang sangat kooperatif.
Adapun factor yang penghambat yang ditemui saat melakukan pengkajian
seperti data yang menulis pengkajian kurang maksimal.

B. Diagnosa Keperawatan
Setelah proses pengumpulan data dan analisa kurang sesuai dengan
masalah yang ditentukan, maka penulis merumuskan dianosa keperawatan
berdasarkan data – data tersebut.
Dari hasil analisa data maka didapatkan enam diagnosa yaitu :
Kelebihan volume cairan berhubungan dengan Penurunan produksi urine.
Diagnosa kelebihan volume cairan terjadi karena penurunan fungsi ginjal
terutama pada kinerja laju filtrasi glomerulus (LFG) berpengaruh pada
penurunan produksi urine, kelebihan makanan, dan retensi sodium.
penurunan produksi urine dan retensi sodiumtidak terkontrol dikarenakan
ginjal tidak mampu untuk mengonsentrasikan atau mengencerkan urine
secara normal pada penyakit ginjal tahap akhir, respon ginjal yang sesuai
terhadap terhadap perubahan masukan cairan dan elektrolit sehari – hari
tidak terjadi. Sodium dan cairain sering tertahan didalam tubuh yang
52

meningkatkan sehingga klien terjadinya odem pada wajah dan tungkai kaki
grade +1, hipertensi, .
53

BAB V

PENUTUP

Setelah pembasan pada BAB sebelumnya yang menerangkan tinjauan teoritis,


tinjauan kasus serta membandingkan kesenjangan antara teori dan kasus penulis
akan memberikan kesimpulan dan saran dalam pelaksanaan pemenuhan
kebutuhan dasar pada Tn. S dengan Chronic Kidney Disease di Pavilium Marwah
Atas Rumah Sakit Islam Jakarta Cempaka Putih yang do laksanakan pada tanggal
06 maret 2020.

A. Kesimpulan
Dalam teori disampaikan bahwa Chronic Kidney Disease (CKD) adalah
penurunan fungsi ginjal. Dari hasil pengkajian Tn. S telah terjadi
penurunan fungsi ginjal sehingga kemampuan memfiltrasi hanya 7.7 ml/
menit jika dilihat dari klaisfikasi menurut sudoyo, 2015 Tn. S mengalami
CKD berat dimana kemampuan filtrasi ginjal 7.7% dari normal (90 –
100%). Manifestasi yang penulis temukan pada Tn.S yaitu lemas, odem
pada wajah dan tungkai kakai grade +1, konjungtiva pucat dan anemis,
gatal – gatal pada area tubuh tertentu, telihat bekas luka menghitam pada
daerah tangan dan kaki, kulit kering. Setelah data – data didapatkan,
penulis menemukan 3 diagnosa keperwatan yang sesuai dengan kondisi
klien saat ini yaitu :
1. Kelbihan volume cairan berhubungan dengan penurunan produksi
urine, kelebihan makanan, dan retensi sodium.

2. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan suplai O2


dan nutrisi ke jaringan sekunder.

3. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan kelebihan volume


cairan

Pada rencana keperawatan sebagian besar penulis menyantumkan


intervensi berdasarkan landasan teori dan kemudian disesuiakan dengan
kondisi klien karena ada beberapa intervensi yang tidak dapat dilakukan.
78
Pada saat penulis melakukan implementasi sebagian besar dilaksanakan.
Tetapi penulis menemukan beberapa hambatan pada saat menghitung
balance cairan per 24 jam, didalam pendokumentasian data – data yang di
perlukan tidak di dapatkan dan tidak tersedianya hasil CCT. Tetapi semua
bisa dibantu dengan kerjasama yang baik antara penulis dengan klien dan
bantuan dari perawat ruangan.

Tahap akhir dari pemenuhan kebutuhan dasar yaitu evaluasi keperwatan,


diagnosa yang penulis temukan pada klien yang belum teratasi yaitu :
Kelbihan volume cairan berhubungan dengan penurunan produksi urine,
kelebihan makanan, dan retensi sodium, Gangguan perfusi jaringan
berhubungan dengan penurunan suplai O2 dan nutrisi ke jaringan
sekunder, Gangguan integritas kulit berhubungan dengan kelebihan
volume cairan. Umtuk masalah keperawatan yang belum teratasi akan
dilanjutkan oleh perawat diruangan.

B. Saran
Dari kesimpulan yang telah didapat penulis menganggap perlu adanya
peningkatan muru pelayanan pemenuhan kebutuhan dasar yang diharapkan
dapat membantu klien dalam mempertahankan dan menimgkatkan derajat
kesehatan menjadi lebih optimal. Disini memberikan beberapa saran
kepada beberapa pihak yang diharapkan dapat membantu dalam
memberikan asuhan keperawatan kepada klien dengan penyakit Chronic
Kidney Disease (CKD), dan saran tersebut diantaranya :
1. Bagi klien dan keluarga
Hasil penelitian ini di harapkan dapat memberikan informasi
pengetahuan dan mamfaat kepada klien dan keluarga untuk
mengetahui pentingnya pembatasan cairan dan diit protein yang cukup
bagi klien dengan Chronic Kidney Disease (CKD) agar lebih berhati –
hati menjaga pola makan dan minum.
55
DAFTAR PUSTAKA

Hurst, Marlene. 2015. Belajar Mudah Keperawatan Medikal – Bedah. Jakarta :


EGC.

LeMone, Priscillia, dkk. (2016). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Edisi
5. Alih bahasa: Egi Komara Yudha, dkk. Jakarta: EGC.

Nuari, Nian Afriani. Mei 2017. Gangguan Pada Sistem Perkemihan &
Penatalaksanaan Keperawatan. Ed.1, Cet. 1 – Yogyakarta :
Deepublish.

Nunuk Mardiana. 2015. Aditiawardana. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi
2. Surabaya : Airlangga University Press (AUP).

Pipit Festi Wiliyanarti, Abd. Muhith. (Mei 2019). Life experience of chronic
kidney disease undergoing hemodialysis therapy.
https://jurnal.unej.ac.id/index.php/NLJ/article/download/8701/6861/. Di
akses pada tanggal 25 maret 2020

Potter, P. A & Perry, A. G. (2012). Buku Ajar Fundamental Keperawatan:


Konsep, Proses, dan Praktik, Alih bahasa.; Renata Komalasari. Jakarta:
EGC.

Sander, Aleq. (2011). A – V SHUNT (Breccia – Cimino)

Smeltzer, S. 2014. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth.
Volume 12 Edisi 8. Jakarta : EGC.

Sofi Ariani. 2016. Stop Gagal Ginjal. Yogyakarta : Istana Media.

Sudoyo. 2015. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : Balai Penerbit FKUI.

Suwitra K. 2015 : 1035-1040. Penyakit Ginjal Kronik. In: Sudoyo AW,


Setiyohadi B, Alwi I, et al., 3rd ed. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam.
Jakarta : Interna Publishing.

Yasmara, Nursiswati, Rosyidah, Arafat. 2016. Rencana Asuhan Keperwatan


Medical Bedah ; Diagonosis NANDA-1 2015 – 2017 INTERVENSI NIC
hasil NOC. Jakarta : EGC.

https://bedahunmuh.wordpress.com/2010/05/19/a-v-shunt-brecia-
%E2%80%93cimino/ diakses pada tanggal 10 maret 2020

Anda mungkin juga menyukai