Kelompok 8:
BENGKULU
2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang bertema Polling ini tepat pada
waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari Ibu
Penti Fiska Nanda, M.A Mata Kuliah Agama. Saya mengucap kan terimakasih kepada Ibu Penti
Fiska Nanda, M.A yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan
wawasan tentang materi Konsep agama tentang transfusi darah, transplantasi organ, haid dan
masa nifas.
Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritikdan saran yang membangun akan saya nantikan demi kesempurnaan makalah
ini.
i
DAFTAR ISI
COVER
BAB II PEMBAHASAN................................................................................................3
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kesehatan adalah keadaan yang sangat penting bagi manusia karena dengan kondisi sehat,
manusia bisa beraktifitas dengan sesama. Setiap manusia menginginkan hidup yang sehat, Maka
dari itu pencarian Ilmu Kesehatan sudah dimulai sejak zaman dahulu, karena manusia sudah
diserang oleh berbagai penyakit sejak ia dilahirkan. Salah satu anjuran untuk menjaga kesehatan
bisa dilakukan dengan tindakan preventif (pencegahan) dan represif (pengobatan). Secara
preventif, perhatian islam terhadap kesehatan bisa dilihat dari anjuran terhadap pemeliharaan
kebersihan yang ada pada hadis Bukhari yang artinya “Dari Ibnu Abbas ra berkata bahwa Nabi
Muhammad SAW bersabda: “banyak manusia merugi karena dua nikmat kesehatan dan waktu
luang.” (HR. Bukhari).
Seiring dengan berkembangannya zaman, ilmu pengetahuan dan teknologi dibidang
kedokteran berkembang dengan pesat. Penemuan revolusioner diberbagai bidang kehidupan
mewarnai sejarah perjalanan masa. Beberapa diantaranya yakni Tranfusi darah, Transplantasi
organ, haid dan nifas. Tranfusi darah merupakan salah satu wujud kepedulian kita kepada sesama
manusia. Secara sosiologis, masyarakat telah lazim melakukan donor darah untuk kepentingan
pelaksana antransfusi, baik secara sukarela maupun dengan menjual kepada yang
membutuhkannya. Sedangkan Transplantasi organ merupakan salah satu metode penyembuhan
penyakit yang lahir dari kemajuan teknologi dalam dunia kedokteran. Secara faktual, hal ini
sangat membantu pihak-pihak yang menderita sakit untuk bisa sembuh kembali dengan
penggantian organnya yang sakit diganti dengan organ manusia lain yang sehat. Penemuan
transplantasi membawa perubahan besar dalam bidang kesehatan. Sejak kesuksesan transplantasi
yang pertama kali berupa ginjal dari donor kepada pasien gagal ginjal pada tahun 1954,
perkembangan ilmu kedokteran dibidang transpIantasi semakin maju ditandai dengan adanya
penemuan obat- obatan yang semakin baik sehingga berbagai organ dan jaringan dapat
ditransplantasikan.
Kemudian Menstruasi dalam agama Islam disebut haid. Secara syara‟, haid adalah darah
yang keluar dari rahim perempuan dalam keadaan sehat dan tidak karena melahirkan atau sakit
pada waktu tertentu. Wanita mulai dari usia remaja hingga dewasa normalnya akan mengalami
periode menstruasi atau haid dalam perjalanan hidupnya, yaitu pengeluaran darah yang terjadi
1
secara periodik melalui vagina yang berasal dari dinding rahim wanita. selanjutnya nifas, Nifas
adalah darah yang keluar dari rahim karena melahirkan. Baik darah itu keluar bersamaan ketika
proses melahirkan, sesudah atau sebelummelahirkan, yang disertai dengan dirasakannya tanda-
tanda akan melahirkan, seperti rasa sakit, dan lain-lain.
Manfaat Teoritis :
Penelitian ini dibuat sebagai referensi bagi para peneliti lain untuk mengetahui apa itu
tranfusi darah, transplantasi organ, haid dan hifas serta bagaimana hubungnya dengan agama.
Manfaat Praktis :
Penelitian ini dibuat agar bisa menjadi pengetahuan bagi para pembaca tentang apa itu
tranfusi darah, transplantasi organ, haid dan hifas serta bagaimana hubungnya dengan agama
2
BAB II
PEMBAHASAN
II.1 TRANSFUSI DARAH
A. Pengertian Transfusi Darah
Transfusi darah adalah proses menyalurkan darah atau produk berbasis darah dari
satu orang ke sistem peredaran orang lainnya . Transfusi darah adalah suatu pemberian
darah lengkap atau komponen darah seperti plasma, sel darah merah, atau trombosit
melalui jalur IV. Menurut Peraturan Pemerintah No.18, definisi transfusi darah adalah
tindakan medis memberikan darah kepada seorang penderita yang darahnya telah tersedia
dalam botol kantong plastik. Usaha transfusi darah adalah segala tindakan yang dilakukan
dengan tujuan untuk memungkinkan penggunaan darah bagi keperluan pengobatan dan
pemulihan kesehatan yang mencakup masalah-masalah pengadaan, pengolahan, dan
penyampaian darah kepada orang sakit. Darah yang digunakan adalah darah manusia atau
bagian-bagiannya yang diambil dan diolah secara khusus untuk tujuan pengobatan dan
pemulihan kesehatan. Penyumbang darah adalah semua orang yang memberikan darah
untuk maksud dan tujuan transfusi darah. Pelayanan transfusi darah adalah upaya
pelayanan kesehatan yang meliputi perencanaan, pengerahan dan pelestarian pendonor
darah, penyediaan darah, pendistribusian darah, dan tindakan medis pemberian darah
kepada pasien untuk tujuan penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan.
Dalam pemberian darah harus diperhatikan kondisi pasien, kemudian kecocokan
darah melalui nama pasien, label darah, golonngan darah, dan periksa warna darah
(terjadi gumpalan atau tidak) , homogenitas (bercampur atau tidak). Adapun tujuan
dilakukannya transfusi darah adalah sebagai berikut :
a. Untuk meningkatkan volume sirkulasi darah setelah pembedahan, trauma, atau
perdarahan.
b. Untuk meningkatkan jumlah sel darah merah dan untuk mempertahankan kadar
hemoglobin pada klien yang menderita anemia berat.
c. Untuk memberikan komponen seluler yang terpilih sebagai terapi pengganti
(misalnya faktor-faktor pembekuan plasma untuk membantu mengontrol perdarahan
pada klien penderita hemofilia).
B. Macam Transfusi Darah
3
Berikut macam macam transfusi darah yakni:
1. Transfusi sel darah merah
Istilah “transfusi darah” seringkali diartikan secara luas oleh dokter jika yang
dimaksudkan mereka adalah transfusi sel darah merah. Keluhan terhadap kelemahan
linguistik ini adalah bahwa darah seringkali ditransfusikan tanpa perhatian yangcukup
pada kebutuhan spesifik penderita atau terhadap kemungkinan efekmembahayakan dari
transfusi.
2. Transfusi trombosit dan granulosit
Transfusi trombosit dan granulosit diperlukan bagi penderita trombositopenia
yangmengancam jiwa, dan neutropenia yang di sebabkan karena gagal sumsum
tulang.Transfusi darah dapat dikelompokkan menjadi dua jenis utama tergantung
padasumber mereka:
a. Transfusi homolog, atau transfusi darah yang disimpan menggunakan oranglain. Ini
sering disebut ''Allogeneic bukan homolog.
b. ''Autologus transfusi”, atau transfusi menggunakan darah pasien sendiri disimpan.
C. Pandangan Transfusi Darah Menurut Islam
Hakekat darah
Darah adalah bagian dari badan (anggota badan)
Memindahkan darah berarti memindahkan anggota badan
إنما حرم عليكم الميتة والدم ولحم الخنزير وما أهل به لغير هللا فمن اضطر غير باغ وال عاد فال إثم عليه إن هللا غفور
رحي م
“Sesungguhnya Alloh hanya mengharamkan bagimu mangkai, darah, daging babi,
dan binatang yang disembelih dengan menyebut selain Alloh. Tetapi barang siapa dalam
keadaan terpaksa (memakannya) sedang ia tidak menginginkannya dan tidak pula
melampaui batas maka tidak ada dosa baginya…….” (Al baqoroh : 173)
إنما حرم عليكم الميتة والدم ولحم الخنزير وما أهل به لغير هللا فمن اضطر غير باغ وال عاد فال إثم عليه إن هللا غفور
رحي م
“Sesungguhnya Alloh hanya mengharamkan bagimu mangkai, darah, daging babi,
dan binatang yang disembelih dengan menyebut selain Alloh. Tetapi barang siapa dalam
4
keadaan terpaksa (memakannya) sedang ia tidak menginginkannya dan tidak pula
melampaui batas maka tidak ada dosa baginya…….” (Al baqoroh : 173)
5
Menjual air susu wanita (BOLEH). Karena susu itu suci dan bermanfaat
sehinggaAllah memperbolehkkan untuk meminumnya walaupun tidak dalam keadaan
terpaksa(Madzhab, Maliki, Hambali dan Syafi’I) Menjual air susu (HARAM).
Karena susu adalah bagian dari anggota badan (Mazhab Hanafi) Ulama terdahulu
sangat berhatihati dalam hal perlakuan terhadap anggota badan manusia (manusia
merupakanmahluk terhormat dalam pandangan Islam) Pada saat itu belum terpikirkan
perkembangan Ilmu kedokteran yang sepesat sekarang.
Di antara dalil yang menunjukkan bolehnya adalah keumuman hadits
Nabimenganjurkan kita untuk membantu saudara kita dan meng-hilangkan beban
penderitaan mereka. Rasulullah bersabda:“Barang siapa di antara kalian yang
mampuuntuk memberikan manfaat kepada saudaranya maka hendaknya dia
melakukannya.”(HR.Muslim 4/1476).
6
Lajnah Fatwa Mesir sebagaimana dalam Majalah al-Azhar tahun 1368 H, danmasih
banyak lagi lainnya.
A. Mengenai akibat hukum adanya hubungan kemahraman antara donor dan resipien
Menurut Ust. Subki Al-Bughury, adapun hubungan antara donor dan resipien,
adalah bahwa transfusi darah itu tidak membawa akibat hukum adanya hubungan
kemahraman antara donor dan resipien. Sebab faktor-faktor yang dapat menyebabkan
kemahraman sudah ditentukan oleh Islam.
Serta pada (an-Nisa:24) ditegaskan bahwa selain wanita-wanita yang tersebut pada
An-Nisa:23 di atas adalah halal dinikahi. Sebab tidak ada hubungan kemahraman. Maka
jelaslah bahwa transfusi darah tidak mengakibatkan hubungan kemahraman antara
pendonor dengan resipien.Karena itu perkawinan antara pendonor dengan resipien itu
diizinkan olehhukum Islam.
Menurut ust. Ahmad sarwat pada hakikatnya tubuh orang kafir bukan benda najis.
Buktinya mereka tetap dibolehkan masuk ke dalam masjid-masjid mana pun di dunia ini,
kecuali masjid di tanah haram. Kalau tubuhorang kafir dikatakan najis, maka tidak
mungkin Abu Bakar minum darisatu gelas bersama dengan orang kafir. Kalau kita belajar
fiqih thaharah,maka kita akan masuk ke dalam salah satu bab yang membahas hal
ini,yaitu Bab Su'ur.
7
Di sana disebutkan bahwa su'ur adami (ludah manusia) hukumnyasuci, termasuk
su'ur orang kafir. Maka hukum darah orang kafir yangdimasukkan ke dalam tubuh
seorang muslim tentu bukan termasuk bendanajis. Ketika darah itu baru dikeluarkan dari
tubuh, saat itu darah itumemang najis. Dan kantung darah tentu tidak boleh dibawa untuk
shalat,karena kantung darah itu najis.
Namun begitu darah segar itu dimasukkan ke dalam tubuh seseorang,maka darah
itu sudah tidak najis lagi. Dan darah orang kafir yang sudahmasuk ke dalam tubuh
seorang muslim juga tidak najis. Sehinggahukumnya tetap boleh dan dibenarkan ketika
seorang muslim menerimatransfusi darah dari donor yang tidak beragama Islam.
8
B. Jenis-jenis Transplantasi organ tubuh
Ada beberapa jenis tranplantasi, baik berupa sel, jaringan maupun organ tubuh ialah:
Pertama, Autograft ialah pemindahan dari suatu tempat ke tempat lainnya dalam
tubuh itu sendiri. Kedua, Allograft ialah pemindahan dari suatu tubuh ke tubuh lain yang
sama spesies. Ketiga, Isograft ialah pemindahan dari satu tubuh ke tubuh lainnya yang
identik, seperti pada kembar identik. Keempat, Xenograft ialah pemindahan dari suatu
badan ke tubuh yang tidak sama spesiesnya. Sedangkan menurut Kutbuddin Aibak,
dilihat dari hubungan genetik antara donor dan resepien ada 3 macam transplantasi:
Pertama, Auto transplantasi, yaitu transplantasi dimana donor dan resepiennya dalam
satu individu.
Kedua, Homo transplantasi, dimana antara donor dan resepiennya merupakan
individu yang sama manusia dan manusia.
Ketiga, Hetero Transplantasi, yaitu donor dan resepiennya adalah hewan dan
resipiennya manusia.
Di antara ketiga jenis transplantasi diatas yang paling sedikit resikonya ialah
autotransplantasi, yaitu organ pengganti berasal dari tubuh sendiri. Karena hal ini tidak
menimbulkan rejeksi. Karena jika organ berasal dari orang lain menimbulkan rejeksi
yang mengakibatkan berbagai komplikasi. Cara ini terus menerus dikaji oleh para dokter
dan para ahli.Sedangkan dalam pelaksanaan transplantasi ini setidaknya ada tiga pihak
yang terkait: pertama, donor ialah orang yang menyumbangkan organ tubuhnya yang
masih sehat untuk diberikan pada orang lain yang sakit. Kedua,Resepien yakni orang
yang menerima organ tersebut. Ketiga, tim ahli medis yakni para dokter yang menangani
tranplantasi.
9
satunya dalam tubuh, seperti hati dan jantung. Mayoritas ulama memperbolehkan
tranplantasi berdasarkan argumen berikut:
a) Transplantasi yang bertujuan perbaikan (Qs. An-Nisa ayat 29)
“Mengapa kamu tidak mau memakan (binatang-binatang yang halal) yang disebut
nama Allah ketika menyembelihnya, padahal sesungguhnya Allah telah menjelaskan
kepada kamu apa yang diharamkan-Nya atasmu, kecuali apa yang terpaksa kamu
memakannya. Dan sesungguhnya kebanyakan (dari manusia) benar benar hendak
menyesatkan (orang lain) dengan hawa nafsu mereka tanpa pengetahuan.
Sesungguhnya Tuhanmu, Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang melampaui
batas.”
c) Transplantasi didasari pada kebutuhan (Al-Maidah ayat 2)
10
resiko dan mendatangkan bahaya dirinya dalam kebinasaan. Pengharaman ini
seperti hadis Rasulullah SAW:
“Tidak diperbolehkanya bahaya pada diri sendiri dan tidak boleh membahayakan
diri orang lain” (HR. Ibnu Majah)
Menurut M. Quraish Shihab, ayat ini menyamakan antara pembunuhan manusia
yang tidak berdosa dengan membunuh sesama manusia. Karena peraturan baik apapun
yang ditetapkan Allah, pada hakiukatnya demi kemaslahatan manusia itu sendiri. Kata
“menghidupkan” pada ayat diatas bukan saja bermakna “memelihara kehidupan”, tetapi
juga mencakup “ memperpanjang harapan hidup” dengan cara apapun yang tidak
melanggar hukum. Secara kontekstual ayat tersebut mengisyaratkan bahwasanya
transplantasi menjadi salah satu teknik pengobatan khidupan yang membawa
kemaslahatan, dan ini dibolehkan dalam alQuran.
II.3 HAID
Haid adalah tanda bagiwanita yang telah mencapai masa baligh. Di masa inilah
seorang wanita wajib mengerjakan seluruh kewajiban seperti salat, puasa, dan mandi
janabah ketika usai masa haidnya. Namun haid pada seorang wanita juga menimbulkan
beberapa larangan diantaranya salat, bersenggama, tawaf, dan membaca Al-Qur’an.
Masalah yang masih diperdebatkan di kalangan para ulama adalah wanita yang membaca
atau berinteraksi dengan Al-Qur’an dalam kondisi haid1 .Sebab setiap wanita pasti
mengalami haid sebagai fitrah (kodrat) wanita yang tidak bisa dihindari dan sangat erat
kaitannya dengan kehidupan sehari-hari. Perbedaan pendapat di kalangan para ulama
tentang wanita haid dalam berinteraksi dengan Al-Qur’an sangat beragam, ada yang
melarangnya dan ada juga yang memperbolehkannya. Hal tersebut dapat diketahui
melalui beberapa perspektif keilmuan, misalnya melalui ilmu tafsir (penafsiran para
mufassir) atas ayat-ayat yang terkait dan melalui ilmu fiqh (pendapat para Imam
Madzhab). Salah satu ayat Al-Qur’an sebagai sumber perbedaan pendapat di kalangan
para ulamatentang wanita haidketika berinteraksi dengan AlQur’an adalah QS. Al-
Wāqi’ah ayat 79.
11
Perempuan yang sedang haid atau nifas dilarang menjalankan 8 perbuatan, yaitu:
shalat, berpuasa, membaca Al-Qur’an, memegang atau membawa mushaf, masuk
kemasjid thawaf/berkeliling di Ka’bah, bersenggama, istimta’/persetubuhan tidak yang
khusus.
A. Larangan pada Masalah Ibadah
1. Larangan mengerjakan shalat
Shalat merupakan ibadah pokok (al-amr al-ushūliyah) dalam ajaran Islam dan
termasuk salah satu dari rukun Islam yang lima. Perintah melaksanakan shalat dalam
Al-Qur’an terdapat dalam banyak ayat dan surat, baik dalam bentuk perintah langsung
maupun tidak langsung.
2. Larangan mengerjakan puasa
Puasa merupakan ibadah mahdhah yang merupakan rukun ketiga dari Rukun Islam
yang lima. Secara eksplisit tidak ada dalil dalam Al-Qur’an yang melarang wanita
haid berpuasa. Sehingga masih terjadi perbedaan pendapat di kalangan jumhur ulama
tentang keharamannya bagi wanita haid. Seperti dikatakam Ibnu Hajar al-‘Asqalani
dalam Fathul Bari’, bahwa puasa tidak dipersyaratkan di dalamnya kesucian, maka
larangan berpuasa bagi wanita haid sifatnya ta’abbdī (perihal ibadah) sehingga
membutuhkan nash atas pelarangannya yang berbeda dari larangan mengerjakan
shalat. Namun sebagian ulama bahwa larangan ini merupakan bentuk rahmat Allah
Swt. karena wanita dalam keadaan lemah ketika haid, sedangkan mengerjakan puasa
dapat menambah kelemahan yang membahayakan jiwanya. Adapun dalil yang
mengharamkan bagi wanita haid berpuasa adalah hadis shahih dari Sa’īd al-Khudriy
riwayat Bukhari dan Muslim.
3. Larangan melakukan thawāf
Thawaf adalah gerakan ibadah haji dengan cara berputar mengelilingi Ka’bah yang
dimulai dari Hajar Aswad dan di akhiri dengan di Hajar Aswad juga setelah tujuh
putaran, dengan menjadikan bagian kanan tubuhnya menghadap ke Ka’bah. Semua
ulama sepakat bahwa thawaf tidak diperbolehkan bagi wanita haid, disebabkan thawaf
itu menyaratkan seseorang suci dari hadats besar maupun kecil. Dalil yang menjadi
dasar pengharaman thawaf bagi wanita haid adalah larangan Rasulullah Saw. kepada
Aisyah r.a melaksanakan thawaf disebabkan haid yang menimpanya.
12
4. Larangan menyentuh dan membaca Al-Qur’an
Ulama kalangan madzhab Hanafī pada umumnya mengharamkan wanita haid
menyentuh dan membaca AlQuran. Namun dalam batasan dan tujuan tertentu
memberikan pengecualian, seperti berdzikir dengan ayat-ayat Al-Qur’an, atau
membacakan potongan ayat atau kosa-kata Al-Qur’an.60 Adapun kalangan madzhab
Syāfi’īyah, sangat ketat melarang wanita haid menyentuh dan membaca
AlQur’an.Imām Syāfi’ī61 (w. 204 H), berpendapat bahwa wanita haid dilarang
membaca Al-Qur’an walaupun hanya satu ayat, kecuali dengan niat berdzikir dengan
ayat-ayat Al-Qur’an maka hal itu dibolehkan. Tidak hanya membaca, bahkan
menyentuh mushaf Al-Qur’an pun tidak dibolehkan.Imām Syāfi’īmenyinggung hal
tersebut dalam dua tempat, yang pertama dalam pembahasan tentang tata cara
berwudhu, dalam kitab Al-Umm as- Syāfi’ī
5. Larangan masuk masjid
Masjid merupakan tempat ibadah umat Islam yang dihormati dan disucikan sebagai
Rumah Allah (baitullah), sebagaimana umat Islam menghormati dan menyucikan
ka’bah, Masjidil Haram di Mekah, dan Masjid Nabawi di Madinah. Sebagai Rumah
Allah dan tempat ibadah yang disucikan, maka siapapun yang memasukinya
diharuskan dalam keadaan suci dari hadats bear maupun kecil. Baik laki-laki maupun
perempuan
Larangan bagi wanita haid pada masalah munakahat dijelaskan secara rinci oleh Ibn
Hazm (w. 456 H/ 1064 M), sebagaimana diuraikan oleh Syahmi Hartis dalam
tesisnya meliputi larangan pada dua hal: Pertama, larangan melakukan hubungan
suami istri (bersenggama). Dalam hal ini dikalsifikasi dalam tiga larangan, yakni: 1)
menggauli istri yang sedang haid melalui vaginanya, 2) bersenda gurau atau
bersenang-senang dengan istri yang sedang haid, dan 3) bersenggama dengan
perempuan/istri yang beru berhenti darah haid namun belum bersuci. Kedua,
larangan menjatuhkan talak (cerai) ketika istri sedang dalam masa haid
13
II.4 MASA NIFAS
A. Pengertian Masa Nifas
Masa nifas (puerperium) dimulai setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alatalat
kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung selama 6
minggu atau 42 hari, namun secara keseluruhan akan pulih dalam waktu 3 bulan
(Anggraini Yetti, 2010). Masa nifas adalah masa pulih kembali, mulai dari persalinan
selesai sampai alat-alat kandungan kembali seperti sebelum hamil. Nifas (peurperium)
berasal dari bahasa latin. Peurperium berasal dari dua suku kata yakni peur dan parous.
Peur berarti bayi dan parous berarti melahirkan. Jadi dapat disimpulkan bahwa
peurperium merupakan masa setelah melahirkan (Asih dan Risneni, 2016).
Pelayanan pascapersalinan harus terselenggara pada masa itu untuk memenuhi
kebutuhan ibu dan bayi, meliputi upaya pencegahan, deteksi dini dan pengobatan
komplikasi dan penyakit yang mungkin terjadi serta pelayanan pemberian ASI, cara
menjarangkan kehamilan, imunisasi, dan nutrisi bagi ibu (Prawirohardjo, 2016).
Beberapa konsep tentang pengertian masa nifas antara lain :
a. Menurut Williams puerperium didefinisikan sebagai masa persalinan selama dan
segera setelah melahirkan, meliputi minggu-minggu berikutnya pada waktu alat-alat
reproduksi kembali kekeadaan tidak hamil atau kembali normal.
b. Masa nifas (puerperium) adalah masa pulih kembali, mulai dari persalinan selesai
sampai alat-alat kandungan kembali seperti prahamil. Lama masa nifas 6-8 minggu
(Mochtar, 2010).
B. Tujuan Asuhan Masa Nifas
a. Meningkatkan kesejahteraan fisik dan psikologis bagi ibu dan bayi. Dengan
diberikannya asuhan, ibu akan mendapatkan fasilitas dan dukungan dalam upayanya
untuk menyesuaikan peran barunya sebagai ibu (pada kasus ibu dengan kelahiran
anak pertama) dan pendampingan keluarga dalam membuat bentuk dan pola baru
dengan kelahiran anak berikutnya. Jika ibu dapat melewati masa ini dengan baik
maka kesejahteraan fisik dan psikologis bayi pun akan meningkat.
b. Pencegahan, diagnose dini, dan pengobatan komplikasi pada ibu Dengan
diberikannya asuhan pada ibu nifas, kemungkinan munculnya permasalahan dan
14
komplikasi akan lebih cepat terdeteksi sehingga penanganannya pun dapat lebih
maksimal.
c. Melakukan rujukan secara aman dan tepat waktu bila terjadi penyulit atau komplikasi
pada ibu dan bayinya, ke fasilitas pelayanan rujukan.
d. Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan nifasdan menyusui,
kebutuhan nutrisi, perencanaan pengaturan jarak kelahiran, menyusui, pemberian
imunisasi kepada bayinya, perawatan bayi sehat serta memberikan pelayanan
keluarga berencana, sesuai dengan pilihan ibu. (Sulistyawati, 2009:2)
C. Tahapan Masa Nifas
Berikut adalah tahapan dari nifas:
a. Puerperium dini (immediate puerpurium) waktu 0-24 jam post partum. Yaitu
kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri dan berjalanjalan, dalam agama
islam telah bersih dan boleh bekerja setelah 40 hari.
b. Puerperium intermedial (early puerperium) waktu 1-7 hari post partum, kepulihan
menyeluruh alat-alat genetalia yang lamanya 6-8 minggu.
c. Remote puerperium (later puerperium) waktu 1-6 minggu post partum. Waktu yang
diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna, terutama bila selama hamil dan waktu
persalinan mempunyai komplikasi, waktu untuk sehat bisa berminggu-minggu, bulan
atau bahkan tahun. (Anggraini, 2010:3)
D. Pandangan Islam
Secara bahasa, hukum adalah menetapkan sesuatu atas sesuatu. Istbatus syai’ ala
syai. Hukum juga berarti hikmah, orang alim, dan pemilik hikmah. Kata al-hakimah
berarti mengandung kasusnya kepada hakim atau orang pintar.
Secara terminologis hukum Islam didefinisikan oleh ushuliyyun sebagai berikut:
َ َوالضْع اَو ت َخييـْرا او اء ْقت.اب خ
ض ال ُ ط ال ُمكَلإفيْن بأَفـْ َعال ال َمتـ َ َع ْل ُق إ
َ ّللا
Artinya: “Firman Allah yang berkaitan dengan perbuatan orang dewasa dan berakal sehat,
baik bersifat tuntutan (mengerjakan atau meninggalkan), member pemilihan atau bersifat
wadl’I (sebab, syarat, dan penghalang)”.
Nifas secarea bahasa diartikan dengan darah (an-nafs), lepas dari kesulitan (an-
nafas) dan keluar dari lobang (at-tanfis). Nifas adalah suatu kondisi setelah seorang
wanita melahirkan anaknya. Sedangkan al- Nufasa’ ialah wanita yang bersalin dan
15
melihat darah persalinan. Sedangkan nifas menurut istilah agama, ialah nama darah yang
keluar dari rahim wanita setelah dia melahirkan anaknya. Dinamakan nifas mungkin
karena mulai bernafasnya anak yang baru dikeluarkan dari rahim, atau mungkin juga
karena keluarnya diri (nafs) yang baru, yaitu seorang anak atau darah.
Sedangkan nifas Menurut Ibnu Muflih dari kalangan ulama Hanabilah adalah
darah yang keluar dari rahim wanita ketika akan melahirkan dan setelah sampai pada
waktu tertentu. Jadi, darah nifas adalah darah yang keluar setelah melahirkan bayi
ataupun hanya sekedar berupa gumpalan darah (‘alaqah) atau gumpalan daging
(mudlghah). Masa nifas paling sedikit adalah 40 hari.Tidak ada ketentuan berapa lamakah
masa nifas yang paling singkat. Karena untuk mengetahui nifas memang tidak ada tanda
lain selain melahirkan seorang anak. Sebagian ulam menerangkan masa nifas ini.Menurut
madzhab Syafi’I masa nifas yang paling lama ialah 60 hari.Sedangkan 40 hari adalah
yang dialami oleh umumnya kaum wanita.Begitu pula madzhab Maliki berpendapat
bahwa masa nifas yang terpanjang adalah 60 hari
16
BAB III
PENUTUP
III.1 KESIMPULAN
Berdasarkan hasil makalah ini dapat disimpulkan bahwa dalam dunia kesehatan terdapat anjuran
agama yang perlu di terapkan sebagaimana syariat yang ada sehingga dapat tersebarnya
pemahaman serta wawasan bagi setiap orang yang meliputi:
1. Transfusi darah merupakan tindakan emergency yang dilakukan pada pasien yang
membutuhkan darah dan atau produk darah dengan cara memasukkan darah melalui vena
dengan menggunakan set transfusi. Menurut ulama fiqh kontemporer, melakukan
tranfusi darah tidak diperbolehkan sebab merupakan benda najid. Akan tetapi jika bisa
menyelamatkan nyawa manusia diperbolehkan.
2. Transplantasi organ hukumnya mubah dan dapat berubah hukum sesuai dengan situasi
dan kondisi yang dihadapi. Transplantasi ini dapat diqiyaskan dengan donor darah dengan
illat bahwa donor darah dan organ tubuh dapat dipindahkan tempatnya, tetapi keduanya
suci dan tidak boleh diperjual belikan. Setelah perpindahan itu terjadi maka tanggung
jawab atas organ dan darah itu menjadi tanggung jawab orang yang menyandangnya.
3. Haid dan nifas merupakan soal keluarnya darah dari kewanitaan perempuan. Walaupun
sama-sama berbentuk darah, tetapi hal tersebut memiliki kondisi yang berbeda. Darah
haid keluar dari mekanisme hormonal tubuh perempuan dalam siklus rutin, sedangkan
nifas adalah darah yang keluar dari bagian kewanitaan, secara alami terjadi pada semua
wanita usai melahirkan dan berlangsung selama enam hingga delapan minggu.
III.2 SARAN
Dengan adanya hasil ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan dan pemahaman
terhadap pembelajaran Agam khususnya dalam bidang yang membahas tentang Haid, Nifas dan
tranfusi darah dan transplantasi organ. Selain itu penulis juga berhadap pelaksanan tranfusi darah
dan tranplantasi organ dapat dilaksanakan sesuai dengan aturan yang berlaku dan digunakan
sebagaimana mestinya.
17
DAFTAR PUSTAKA
Fatimah, Nur Intan. “Transplantasi Organ Tubuh Manusia Dalam Perspektif Hukum Kesehatan
Dan Hukum Islam.” Fakultas Hukum Universitas Lampung, 2018.
Fatimah, Nur Intan. “Transplantasi Organ Tubuh Manusia Dalam Perspektif Hukum Kesehatan
Dan Hukum Islam.” Fakultas Hukum Universitas Lampung, 2018.
Jamali, Lia Laquna. “Transplantasi Organ Tubuh Manusia Perspektif Al-Quran.” Diya alAfkar
Vol. 7, No. 1 (1 Juni 2019).
Jauhari, Iman. “Kesehatan Dalam Pandangan Hukum Islam Health Views In Islamic Law.”
Kanun Jurnal Ilmu Hukum No. 55, Th. XIII (Desember 2011).