TRANFUSI
Oleh :
PRODI D3 KEPERAWATAN
Pendahuluan
1. latar belakang:
darah memiliki banyak peranan penting bagi tubuh, seperti sebagai alat transpor,
untuk pertahanan tubuh terhadap partikel- partikel asing, serta sebagai
pertahanan lingkungan dalam tubuh agar terjaga konstan. darah terdiri dari
cairan kompleks plasma tempatelemenselulardiantaranyaeritrosit, leukosit, dan
trombosit. eritrosit memiliki peranan penting bagi tubuh karena sebagai transport
o2 dan co2 terutama untuk paru-paru dan jaringan. eritrosit pada hakikatnya
adalah kantung hemoglobin terbungkus membran plasma yang mengangkut o2
dalam darah.
untuk melakukan proses transfusi maka dibutuhkan darah yang berasal dari
kegiatan donor darah. donor darah merupakan suatu kegiatan bagi seseorang
yang bertujuan untuk membantu orang lain yang sangat membutuhkan
pertolongan karena memerlukan suplai darah dari luar
2. Rumusan masalah:
a.hukum
b.negara
c.agama
3. Tujuan:
Bab II
1. Pengertian tranfusi
2. Manfaat Tranfusi
- Meningkatkan kadar Hb (Hemoglobin) pada keadaan anemia,
- Mengganti darah yang hilang karena perdarahan misalnya perdarahan saat melahirkan,
- Mencegah dan mengatasi perdarahan karena kekurangan/kelainan komponen darah misalnya pada
penderita thalasemia.
A. Hukum
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 1980 Tentang Tranfusi Darah
Bahwa usaha transfusi darah adalah merupakan bagian dari tugas Pemerintah di bidang pelayanan
kesehatan rakyat dan merupakan suatu bentuk pertolongan yang sangat berharga kepada umat manusia
b. bahwa berdasarkan ilmu pengetahuan kedokteran, satu-satunya sumber darah yang paling aman
untuk keperluan transfusi darah adalah darah manusia;
c. bahwa pada waktu ini banyak diselenggarakan usaha transfusi darah dengan pola yang bermacam-
macam, yang dapat membahayakan kesehatan baik terhadap para penyumbang maupun pemakai
darah;
d. bahwa oleh karena itu perlu ditetapkan Peraturan Pemerintah tentang Transfusi Darah;
2. Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1960 tentang Pokok-pokok Kesehatan (Lembaran Negara Tahun
1960 Nomor 131, Tambahan Lembaran Negara Nomor 2068);
3. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1963 tentang Tenaga Kesehatan (Lembaran Negara Tahun 1963
Nomor 79, Tambahan Lembaran Negara Nomor 2576);
4. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1963 tentang Farmasi (Lembaran Negara Tahun 1963 Nomor 81,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 2580)
B. Negara
Transfusi darah telah diselenggarakan oleh Palang Merah Indonesia sejak tahun 1950 dalam rangka
membantu rumah sakit-rumah sakit militer dan sipil setelah diserahkan oleh tentara Belanda dan
pemerintah Sipilnya. Sebelumnya usaha Transufi Darah diselenggarakan oleh NERKAI (Nederlandse Rode
Kruis Afdeling Indonesie = Palang Merah Belanda Bagian Indonesia), yang dimulai pada tahun 1945.
Sebagai usaha rutin pekerjaan tersebut diteruskan oleh Palang Merah Indonesia dan pada permulaan
tidak menemui hambatan.
Kemudian timbul persoalan tentang halal tidaknya darah itu untuk dipindahkan menurut hukum Agama
Islam. Persoalan tersebut telah terjawab oleh suatu fatwa dari Majelis Pertimbangan Kesehatan dan
Syara’ Departemen Kesehatan Republik Indonesia, yang menyatakan bahwa pemindahan darah menurut
Hukum Islam hukumnya boleh.
Setelah Reglement op den Dienst der Volksgezondheid yang berasal dari Pemerintah Kolonial Belanda
diganti dengan Undang-undang tentang Pokok-pokok Kesehatan dan Undang-undang lainnya tentang
kesehatan dikeluarkan, namun ketentuan khusus mengenai usaha tranfusi darah itu belum diadakan,
maka perlu masalah tranfusi darah tersebut diatur secara tersendiri dengan suatu Peraturan
Pemerintah.
Pada hakekatnya usaha transfusi darah merupakan bagian penting dari tugas Pemerintah di bidang
pelayanan kesehatan rakyat dan juga merupakan suatu bentuk pertolongan sesama umat manusia.
Disamping aspek pelayanan kesehatan rakyat, terkait pula aspek-aspek sosial, organisasi, interdependesi
Nasional dan Internasional yang luas baik dalam rangka kerjasama antara Pemerintah maupun antar
Perhimpunan-perhimpunan Palang Merah Nasional.
C. Agama
Salah satu dalil yang sering digunakan untuk mengatur urusandonor darah ini adalah surat Al-Baqarah ayat 173
َّر ِح ْي ٌم َغفُوْ ٌر َ هّٰللا َّاِن ۗ َعلَ ْي ِه اِ ْث َم فَٓاَل عَا ٍد َّواَل اغ هّٰللا
ٍ َ َغ ْي َرب اضْ طُ َّر فَ َم ِن ِۚ ِل َغي ِْر بِ ٖه اُ ِه َّل َو َمٓا ْال ِخ ْن ِزي ِْر َولَحْ َم َوال َّد َم َ ْال َم ْيتَة َعلَ ْي ُك ُم َح َّر َم اِنَّ َما
Yang artinya : “sesungguhnya Allah mengharamkan bagimubangkai, darah, daging babi,
dan binatang (yang ketikadisembelih) menggunakan (nama) selain Allah. Tetapi barangsiapa dalam keadaan terpaksa (memakann
ya) sedang iamenginginkannya dan tidak (pula) melampaui batas, maka tidakada dosa baginya”.
Kandungan ayat diatas menjadi rujukan bagi para penerimadonor darah. Penerima donor darah adalah orang
yang sakitdalam kondisi kritis atau terluka berat. Sehingga orang tersebutharus dibantu untuk mendapatkan tambahan darah dari
orang lain.
Dalam kondisi tersebut, keadaan pasien hanya bergantungkepada asupan darah saja. Pasien tidak bisa menerima zat lain seperti m
akanan ataupun obat ke dalam tubuhnya. Maka pasienharus mendapatkan darah dari orang lain untuk bisa bertahanhidup.
Kemudian, perkara donor darah ini juga tidak bolehmenimbulkan bahaya. Artinya, kegiatan donor darah yang dilakukan tidak me
nimbulkan hal-hal berbahaya bagipendonornya. Misal, jika seseorang melakukan donor darahkemudian membuat dia jatuh sakit,
maka sebaiknya tidakdilakukan donor darah. Dalam sebuah hadist disebutkan bahwa“Tidak boleh melakukan sesuatu yang memb
ahayakanjiwa dan tidak boleh pula membahayakan orang lain”.
Sebagai salah satu lembaga dakwah tertinggi MajelisUlama Indonesiia
juga turut mengeluarkan fatwa untuk mengaturkegiatan donor darah.
Fatwa pertama menyatakan bahwa, Bolehhukumnya untuk donor darah.
Akan tetapi, kegiatan donor darahini tidak membahayakan jiwanya dalam kondisi yang dibutuhkan untuk menolong muslimin ya
ng membutuhkannya.
Darah termasuk kedalam hal-hal
yang diharamkan untukmemakannya. Maka dari itu, darah tidak boleh atau haram untukdiperjual belikan. Adapun orang-orang
yang membeli darahkarena terpaksa dan dalam kondisi kritis, maka dosanyaditanggung oleh yang menjual darah itu sendiri.
Bab III
Penutup
1. Kesimpulan
Transfusi darah diperbolehkan baik
dari segi hukum Negara maupun hukum agama khususnya islam, walaupun dalam islam sendiri darah
termasuk najis namun transfusi diperbolehkan karena dibutuhkan dalam keadaan darurat.
2. Saran
Transfusi darah merupakan suatu tindakan medis yang dalam proses dan penanganannya tidak dapat dilakukan
secara sembarangan, baik saat pengambilan darah maupun saat memberikan darah tersebut kepada orang
yang membutuhkan. Oleh sebab karena itu, hendaknya kita sebagai tenaga medis dalam melakukan suatu
tindakan agar sesuai dengan prosedur yang sudah ditetapkan untuk menghindari terjadinya hal –
hal yang tidak diinginkan yang berakibat fatal dan dapat membahayakan atau merugikan orang lain, serta tidak
melakukan suatu tindakan perbuatan yang menyalahi aturan atau diluar wewenang yang kita punya.
DAFTAR PUSTAKA
https://www.google.co.id/amp/s/www.sehatq.com/tindakan-medis/transfusi-darah/amp
http://makassartoday.com/2017/02/13/kegiatan-donor-darah-menurut-pandangan-
islam/
https://rs-soewandhi.surabaya.go.id/transfusi-darah-manfaat-dan-resikonya-untuk-pasien/
https://gustinerz.com/ini-yang-harus-diperhatikan-perawat-saat-pemberian-transfusi-darah/
http://satudata.semarangkota.go.id/adm/file/20171005084115PERMENKEMENKESNomor83Tahun2014
kemenkesno83th2014.pdf
https://www.sehatq.com/tindakan-medis/transfusi-darah
https://new.hukumonline.com/klinik/detail/ulasan/lt5cac1d702afd1/pengaturan-donor-darah-di-indonesia/
https://www.umm.ac.id/id/muhammadiyah/13268.html