Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

TRANSFUSI DARAH MENURUT PANDANGAN ISLAM


Dosen Penanggung Jawab Mata Kuliah: Drs. H. Moh.Hamdah, M.Ag

Penyusun:
Hilda Firdaus R
Rendi Irawan

Progam Studi D3 Keperawatan Lawang Tingkat 1A


Politeknik Kesehatan Kemenkes Malang
2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan ke hadirat Allah SWT atas rahmat dan karuniaNya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas mata kuliah Pendidikan Agama Islam dalam
bentuk makalah ini dengan lancar. Makalah yang berjudul Transfusi Darah dalam pandangan
islam ini membahas mengenai pengertian transfusi darah, fungsi dari tranafusi darah dan
pandangan islam mengenai transfusi darah.
Dalam penulisan makalah ini,kami banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak
serta bantuan dari beberapa referensi yang kami dapatkan dari media social dan buku
penunjang. Oleh karena itu, kami ingin mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang
telah membantu penulisan makalah ini.
            Kami sadar, bahwa dalam makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, Hal itu
dikarenakan keterbatasan kemampuan dan pengetahuan kami.Oleh Karena itu, kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak.Semoga makalah
ini dapat bermanfaat bagi semua orang.
Akhir kata, kami mohon maaf apa bila dalam penulisan makalah ini terdapat banyak
kesalahan.
DAFTAR ISI
Kata Pengantar……………………………………………………………....... i
Daftar Isi……………………………………………………………….............iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 LatarBelakang………………………………………………..……….........1
1.2 RumusanMasalah………………………………………………….............1
1.3 Tujuan………………………………………………………………...........1
BAB II PEMBAHASAN
2.1.    PengertianTransfusi Darah……………………………………................2
2.1.1 Golongan Darah
2.1.2 Unsur-unsur Darah
2.1.3 Indikasi-indikasi untuk transfusi darah
2.2.     Manfaat Transfusi Darah………………………………….....................3
2.3 Pandangan Islam Tentang Transfusi Darah…………………….............4

BAB III PENUTUP


3.1  Kesimpulan……………………………………………………...............7
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………..............8
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi khususnya dalam ilmu kedokteran
didorong oleh keinginan manusia untuk mempertahankan eksistensi dan pemenuhan akan
kebutuhannya. Ilmu dan teknologi kedokteran menurut pandangan Islam mestinya
dikembangkan dalam rangka mengaktualisasikan potensi diri yang bersifat insan,
kekhalifahan, kerisalahan dan pengabdian kepada Allah dan kepada sesama manusia.
Kini, produk ilmu teknologi dan kedokteran seperti transfusi darah menimbulkan
permasalahan jika ditinjau dari hukum Islam. Memvoniskan hukum yang bersifat hitam putih
(boleh-tidak-boleh) dalam menanggulangi permasalahan tersebut dapat menghambat
perkembangan ilmu dan ternologi kedokteran itu sendiri.
Di samping itu, secara sosiologis masyarakat lazim melakukan donor darah untuk
kepentingan pelaksanaan transfusi, baik secara sukarela maupun dengan menjual kepada
yang membutuhkannya. Keadaan itu perlu ditentukan status hukumnya atas dasar kajian
ilmiah.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan donor darah?
2. Apa fungsi dari donor darah?
3. Bagaimana pandangan/hukum islam mengenai donor darah

1.3 Tujuan Penulisan


Adapun tujuan penulisan Makalah ini adalah:
1. Untuk mempelajari tentang donor darah
2. Untuk mengetahui fungsi donor darah
3. Untuk mengetahui hokum donor darah menurut islam
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Transfusi Darah


Kata transfusi darah berasal dari bahasa Inggris “Blood Transfution” yang artinya
memasukkan darah orang lain ke dalam pembuluh darah orang yang akan ditolong. Hal ini
dilakukan untuk menyelamatkan jiwa seseorang karena kehabisan darah. Menurut Asy-Syekh
Husnain Muhammad Makhluuf merumuskan definisinya sebagai berikut:
ِ ‫ْح إِلَى ْال َم ِري‬
‫ْص ِال ْنقَا ِذ َحيَاتِ ِه‬ ِ ‫ع بِد َِم ْا ِإل ْن َس‬
ِ ‫ان بِنَ ْقلِ ِه ِمنَ الص‬
ِ ‫َّحي‬ ُ ‫ج هُ َو ْا ِإل ْنتِفَا‬
ِ َ‫نَ ْق ُل ال َّد ِم لِ ْل ِعال‬
Yang artinya “Transfusi darah adalah memanfaatkan darah manusia, dengan cara
memindahkannya dari (tubuh) orang yang sehat kepada orang yang membutuhkannya, untuk
mempertahankan hidupnya.
Transfusi darah adalah penginjeksian darah dari seseorang (yang disebut donor) ke
dalam sistem peredaran darah seseorang yang lain (yang disebut resipien). Transfusi darah
tidak pernah terjadi kecuali setelah ditemukan adanya sirkulasi darah yang tidak pernah
berhenti dalam tubuh.
2.1.1 Golongan Darah
Ada empat golongan darah yang utama, yaitu A, B, AB, dan O. Perbedaan di antara
golongan- golongan ini ditentukan oleh ada tidaknya dua zat kimia utama (yaitu A dan B)
dalam sel darah merah, serta oleh ada tidaknya dua unsur (yaitu anti-A dan unsur anti-B)
dalam serum darah tersebut. Perlu dicatat bahwa walaupun serum dan plasma itu mirip, tetapi
perbedaan di antara keduanya adalah bahwa dalam serum, fibrinogen dan kebanyakan faktor-
faktor penggumpal lainnya tidak ada. Jadi, serum itu sendiri tidak dapat menggumpal karena
ia tidak memiliki faktor- faktor penggumpal tersebut, yang adanya adalah di dalam plasma.
Golongan-golongan yang dipandang sebagai donor darah adalah sebagai berikut:
 Golongan AB dapat memberi darah pada AB
 Golongan A dapat memberi darah pada A dan AB
 Golongan B dapat memberi darah pada B dan AB
 Golongan O dapat memberi darah kesemua golongan darah
Adapun golongan darah dilihat dari segi resipien atau penerima adalah sebagai berikut:
 Golongan AB dapat menerima dari semua golongan
 Golongan A dapat menerima golongan A dan O
 Golongan B dapat menerima golongan B dan O
 Golongan O hanya dapat menerima golongan darah O
Meskipun demikian, sebaiknya transfusi dilakukan dengan golongan darah yang sama,
dan hanya dalam keadaan terpaksa dapat diberikan darah dari golongan yang lain.
2.1.2 UNSUR- UNSUR DARAH
Darah adalah jaringan cair yang terdiri dari dua bagian, yaitu cairan yang disebut
plasma dan sel darah. Darah secara keseluruhan kira-kira seperduabelas dari badan atau kira-
kira lima liter. Sekitar 55 persennya adalah cairan atau plasma, sedangkan 45 persen sisanya
adalah sel darah yang terdiri dari tiga jenis, yaitu sel darah merah, sel darah putih, dan butir
pembeku (trombosit). Dengan demikian darah manusia mempunyai empat unsur yaitu plasma
darah, sel darah merah, sel darah putih, dan butir pembeku atau trombosit.
Plasma adalah cairan yang berwarna kuning dan mengandung 91,0 persen air, 8,5
persen protein, 0,9 persen mineral, dan 0,1 persen sejumlah bahan organik seperti lemak,
urea, asam urat, kolesterol dan asam amino. Plasma darah berfungsi sebagai perantara untuk
menyalurkan makanan, lemak, dan asam amino ke jaringan tubuh. Plasma merupakan
perantara untuk mengangkut bahan buangan seperti urea, asam urat dan sebagai karbon
dioksida. Selain itu plasma juga berfungsi untuk menyegarkan cairan jaringan tubuh, karena
melalui cairan ini semua sel tubuh menerima makanannya
Unsur kedua dari darah manusia dalah sel darah merah. Dalam setiap milimeter kubik
darah terdapat 5 juta sel darah merah. Sel darah merah memerlukan protein, karena
strukturnya terbentuk dari asam amino. Sel darah merah bekerja sebagai sistem transpor dari
tubuh, mengantarkan semua bahan kimia, oksigen dan zat makanan yang diperlukan tubuh
supaya fungsi normalnya dapat berjalan, dan menyingkirkan karbon dioksida dan hasil
buangan lainnya serta mengatur napas keseluruh tubuh.
Unsur yang ketiga yaitu sel darah putih, bening dan tidak berwarna, bentuknya lebih
besar dari sel darah merah namun jumlahnya sedikit yaitu setiap milimeter kubik darah
terdapat 6.000 sampai 10.000 sel darah putih. Sel darah putih sangat penting bagi
kelangsungan kesehatan tubuh. Sel darah putih berfungsi untuk membekukan daerah yang
terkena infeksi atau cidera, menangkap organisme hidup dan menghancurkannya,
menyingkirkan kotoran, menyediakan bahan pelindung yang melindungi tubuh dari serangan
bakteri dan dengan cara ini jaringan yang sakit atau terluka dapat dibuang dan dipulihkan.
Unsur yang terakhir adalah butir pembeku atau trombosit. Bentuknya lebih kecil dari
sel darah merah, kira-kira sepertiganya. Terdapat 300.000 trambosit dalam setiap milimeter
kubik darah. Trambosit berfungsi untuk membekukan darah yang keluar dari anggota tubuh
yang terluka, sehingga darah tersebut dapat bertahan. Seandainya tidak ada sel pembeku,
darah yang sementara ke luar dari anggota tubuh yang terluka tidak dapat bertahan, sehingga
orang bisa mati karena kehabisan darah.
Demikian komposisi dan fungsi darah yang sangat dibutuhkan oleh tubuh manusia.
Oleh sebab itu orang-orang yang kekurangan darah karena terlalu banyak mengeluarkan
darah ketika kecelakaan, terkena benda tajam atau karena muntah darah dan lainnya, perlu
diberikan tambahan darah dengan jalan transfusi darah.
2.1.3 Indikasi- indikasi untuk Transfusi Darah
Pada dasarnya, ada dua alasan umum mengapa perlu dilakukan transfusi darah pada
seseorang, yaitu:
1. Kehilangan darah
Kehilangan darah dapat mengakibatkan kurangnya volume darah yang mengalir dalam
tubuh. Hal ini bisa disebabkan oleh beberapa faktor:
a. Pendarahan akibat luka- luka, atau dalam kasus korengan, radang usus, atau persalinan.
b. Luka- luka, luka bakar, dan pembengkakan akibat kecelakaan.
c. Operasi, seperti operasi jantung, dan operasi- operasi bedah lainnya.
d. Ketidakcocokan darah antara ibu dan anak. Dalam kasus seperti ini, transfusi pertukaran
harus dilakukan untuk menyelamatkan nyawa si anak.
e. Anemia akut dan kronis, serta kekacauan sistem pembekuan darh, seperti hemofilia.
2. Kekurangan unsur- unsur penting dalam darah
Seorang pasien kadang- kadang tidak membutuhkan transfusi darah secara keseluruhan,
tetapi hanya membutuhkan unsur- unsur pentingnya saja, seperti dalam kasus- kasus berikut
ini:
a. Pasien anemia yang menderita kekurangan sel darah merah, hanya membutuhkan transfusi
sel darah merah saja.
b. Pasien hemofilia, sebagai akibat dari kekacauan sistem pembekuan darah, berisiko pada
timbulnya anemia dan kehilangan darah yang berbahaya ketika mengalami luka sekecil apa
pun, dikarenakan oleh proses pembekuan darah yang terlalu lambat. Sehingga dalam upaya
menahan pendarahan, si pasien harus mendapatkan transfusi plasma darah. Atau, si pasien
dapat diinjeksi dengan AHF (anti- haemophilic factor).
2.2 Manfaat Donor Darah Bagi Tubuh
Dengan melakukan donor darah setiap tetes darah yang disumbangkan tidak hanya dapat
memberikan kesempatan hidup bagi yang menerima tetapi juga memberikan manfaat
kesehatan bagi pendonornya. Anggapan yang menyatakan mendonorkan darah bisa membuat
tubuh menjadi lemas adalah salah. Saat mendonorkan darah, maka tubuh akan bereaksi
langsung dengan membuat penggantinya. Jadi, tubuh tidak akan mengalami kekurangan
darah. Selain membuat tubuh memproduksi darah- darah baru, ada lima manfaat kesehatan
lain yang bisa dirasakan:
1. Menjaga kesehatan jantung. Tingginya kadar zat besi dalam darah akan membuat seseorang
menjadi lebih rentan terhadap penyakit jantung. Zat besi yang berlebihan di dalam darah bisa
menyebabkan oksidasi kolesterol. Produk oksidasi tersebut akan menumpuk pada dinding
arteri dan ini sama dengan memperbesar peluang terkena serangan jantung dan stroke. Saat
kita rutin mendonorkan darah maka jumlah zat besi dalam darah bisa lebih stabil. Ini artinya
menurunkan risiko penyakit jantung.
2. Meningkatkan produksi sel darah merah. Donor darahjuga akan membantu tubuh
mengurangi jumlah sel darah merah dalam darah. Tak perlu panik dengan berkurangnya sel
darah merah, karena sumsum tulang belakang akan segera mengisi ulang sel darah merah
yang telah hilang. Hasilnya, sebagai pendonor kita akan mendapatkan pasokan darah baru
setiap kali kita mendonorkan darah. Oleh karena itu, donor darah menjadi langkah yang baik
untuk menstimulasi pembuatan darah baru.
3. Membantu penurunan berat tubuh. Menjadi donor darah adalah salah satu metode diet dan
pembakaran kalori yang ampuh. Sebab dengan memberikan sekitar 450 ml darah, akan
membantu proses pembakaran kalori kirakira 650. Itu adalah jumlah kalori yang banyak
untuk membuat pinggang kita ramping.
4. Mendapatkan kesehatan psikologis. Menyumbangkan hal yang tidak ternilai harganya
kepada yang membutuhkan akan membuat kita merasakan kepuasan psikologis. Sebuah
penelitian menemukan, orang usia lanjut yang rutin menjadi pendonor darah akan merasakan
tetap berenergi dan bugar.
5. Mendeteksi penyakit serius. Setiap kali kita ingin mendonorkan darah, prosedur standarnya
adalah darah kita akan diperiksa dari berbagai macam penyakit seperti HIV, hepatitis B,
hepatitis C, sifilis, dan malaria. Bagi yang menerima donor darah, ini adalah informasi
penting untuk mengantisipasi penularan penyakit melalui transfusi darah. Sedangkan untuk
kita, ini adalah “rambu peringatan” yang baik agar kita lebih perhatian terhadap kondisi
kesehatan kita sendiri.
2.3 Transfusi Darah dalam Agama Islam
Menurut ulama fikih, kendati darah memegang peranan penting dalam kelangsungan
hidup manusia, pemindahan darah seseorang ke tubuh orang lain tidak membawa akibat
hukum apa pun dalam Islam, baik yang berkaitan dengan masalah perkawinan maupun yang
berkaitan dengan masalah warisan. Dalam hubungan perkawinan, yang saling mengharamkan
nikah itu hanya disebabkan adanya hubungan nasab (keturunan), hubungan musaharah
(persemendaan), dan hubungan rada’ah (susuan).
1. Pandangan ulama terdahulu
Pandangan Ulama terdahulu mengenai transfusi darah yakni memanfaatkan anggota
badan adalah haram baik dengan cara jual beli ataupun dengan cara lainnya. Memanfaatkan
anggota badan manusia tidak diperbolehkan. Ada yang beralasan karena:
a. Najis
b. Merendahkan, alasan kedua adalah alasan yang benar (Al-Fatwa Al-Hidayah). “Tidak
diperkenankan menjual rambut manusia ataupun memanfaatkannya. Karena manusia itu
terhormat bukan hina” (Al Murghinani)
Adapun tulang dan rambut manusia tidak boleh dijual, bukan karena najis atau suci,
tetapi karena menghormatinya. Menjualnya berarti merendahkannya” (Al Kasani).
Menjual air susu wanita (BOLEH). Karena susu itu suci dan bermanfaat sehingga
Alloh memperbolehkkan untuk meminumnya walaupun tidak dalam keadaan terpaksa
(Madzhab, Maliki, Hambali dan Syafi’I). Menjual air susu (HARAM). Karena susu adalah
bagian dari anggota badan (Mazhab Hanafi).
Ulama terdahulu sangat berhati hati dalam hal perlakuan terhadap anggota badan
manusia (manusia merupakan mahluk terhormat dalam pandangan Islam). Pada saat itu
belum terpikirkan perkembangan Ilmu kedokteran yang sepesat sekarang.
Di antara dalil yang menunjukkan bolehnya adalah keumuman hadits Nabi
menganjurkan kita untuk membantu saudara kita dan meng-hilangkan beban penderitaan
mereka. Rasulullah bersabda: “Barang siapa di antara kalian yang mampuuntuk memberikan
manfaat kepada saudaranya maka hendaknya dia melakukannya.”(HR. Muslim 4/1476).
Hadits ini berisi anjuran untuk memberikan manfaat kepada saudara kita, sedangkan
donor darah sangat bermanfaat bagi orang yang membutuhkannya. Dengan demikian, barang
siapa yang mampu untuk donor darah tanpa mencelakai dirinya maka hal itu dianjurkan.
Syaikh Muhammad al- Buhairi berkata, “Manfaat apa yang lebih besar dibandingkan
engkau menyelamatkan saudaramu dengan beberapa tetesan darahmu tanpa membahayakan
dirimu.”
Menurut Al-Lajnah Ad-Daimah Lil Buhuts Al-Ilmiyah Wal Ifta. Hukum asal dalam
pengobatan, hendaknya dengan menggunakan sesuatu yang diperbolehkan menurut syari’at.
Namun, jika tidak ada cara lain untuk menambahkan daya tahan dan mengobati orang sakit
kecuali dengan darah orang lain, dan ini menjadi satu-satunya usaha menyelamatkan orang
sakit atau lemah, sementara para ahli memiliki dugaan kuat bahwa ini akan memberikan
manfaat bagi pasien, maka dalam kondisi seperti ini diperbolehkan untuk mengobati dengan
darah orang lain. Para ulama pada zaman sekarang telah ber-sepakat tentang bolehnya donor
darah dan tidak ditemukan perselisihan dalam hal ini. Dr. Muhammad Ali al-Barr berkata,
“Ahli fatwa pada masa ini telah bersepakat tentang bolehnya donor darah sesuai
persyaratannya.”
Oleh karena lembaga-lembaga fatwa di negara-negara Islam menfatwakan bolehnya
donor darah seperti Lajnah Daimah Saudi Arabia dalam Fatwa mereka no. 2308, Lajnah
Fatwa Mesir sebagaimana dalam Majalah al-Azhar tahun 1368 H, dan masih banyak lagi
lainnya.
2. Menurut ulama sekarang
a. Mengenai akibat hukum adanya hubungan kemahraman antara donor dan
resipien
Menurut Ust. Subki Al-Bughury, adapun hubungan antara donor dan resipien, adalah
bahwa transfusi darah itu tidak membawa akibat hukum adanya hubungan kemahraman
antara donor dan resipien. Sebab faktor-faktor yang dapat menyebabkan kemahraman sudah
ditentukan oleh Islam sebagaimana tersebut dalam An-Nisa:23, yaitu: Mahram karena adanya
hubungan nasab. Misalnya hubungan antara anak dengan ibunya atau saudaranya sekandung,
dsb. Karena adanya hubungan perkawinan misalnya hubungan antara seorang dengan
mertuanya atau anak tiri dan istrinya yang telah disetubuhi dan sebagainya, dan mahram
karena adanya hubungan persusuan, misalnya hubungan antara seorang dengan wanita yang
pernah menyusuinya atau dengan orang yang sesusuan dan sebagainya.
Serta pada (an-Nisa:24) ditegaskan bahwa selain wanita-wanita yang tersebut pada
An-Nisa:23 di atas adalah halal dinikahi. Sebab tidak ada hubungan kemahraman. Maka
jelaslah bahwa transfusi darah tidak mengakibatkan hubungan kemahraman antara pendonor
dengan resipien. Karena itu perkawinan antara pendonor dengan resipien itu diizinkan oleh
hukum Islam.
b. Mengenai Hukum menerima transfusi darah dari non-muslim
Menurut ust. Ahmad sarwat pada hakikatnya tubuh orang kafir bukan benda najis.
Buktinya mereka tetap dibolehkan masuk ke dalam masjid-masjid mana pun di dunia ini,
kecuali masjid di tanah haram. Kalau tubuh orang kafir dikatakan najis, maka tidak mungkin
Abu Bakar minum dari satu gelas bersama dengan orang kafir. Kalau kita belajar fiqih
thaharah, maka kita akan masuk ke dalam salah satu bab yang membahas hal ini, yaitu Bab
Su'ur.
Di sana disebutkan bahwa su'ur adami (ludah manusia) hukumnya suci, termasuk
su'ur orang kafir. Maka hukum darah orang kafir yang dimasukkan ke dalam tubuh seorang
muslim tentu bukan termasuk benda najis. Ketika darah itu baru dikeluarkan dari tubuh, saat
itu darah itu memang najis. Dan kantung darah tentu tidak boleh dibawa untuk shalat, karena
kantung darah itu najis.
Namun begitu darah segar itu dimasukkan ke dalam tubuh seseorang, maka darah itu
sudah tidak najis lagi. Dan darah orang kafir yang sudah masuk ke dalam tubuh seorang
muslim juga tidak najis. Sehingga hukumnya tetap boleh dan dibenarkan ketika seorang
muslim menerima transfusi darah dari donor yang tidak beragama Islam.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari keterangan yang telah di tuliskan di atas maka dapat di simpulkan, transfusi darah
adalah proses mentransfer darah atau darah berbasis produk dari satu orang ke dalam sistem
peredaran darah orang lain. Transfusi darah dapat menyelamatkan jiwa dalam beberapa
situasi, seperti kehilangan darah besar karena trauma, atau dapat digunakan untuk
menggantikan darah yang hilang selama operasi. Macam-macam transfusi darah yaitu:
1. Transfusi sel darah merah
2. Transfusi trombosit dan granulosit
Transfusi darah menurut hukum yang ada di Indonesia adalah segala tindakan
memberikan darah kepada seorang penderita, yang darahnya telah tersedia dalam botol atau
kantong plastik. Sedangkan menurut hukum Islam mengenai transfusi darah adalah seperti
yang telah ada dalam Al-Qur ’an pada surat (Al baqoroh : 173) yang berbunyi :
“Sesungguhnya Alloh hanya mengharamkan bagimu mangkai, darah, daging babi, dan
binatang yang disembelih dengan menyebut selain Alloh. Tetapi barang siapa dalam keadaan
terpaksa (memakannya) sedang ia tidak menginginkannya dan tidak pula melampaui batas
mak a tidak ada dosa baginya…….”
Dan beberapa pendapat dari kalangan ulama fiqih baik pada masa lampau atau
sekarang, dimana transfusi darah di perbolehkan asal dengan ketentuan-ketentuan sesuai
syariat Islam.
DAFTAR PUSTAKA
1. Holly, Harlian. 2015. Tugas Makalah Mata Kuliah Pendidikan Agama Hukum Donor Organ
Dalam Perspektif Agama Islam. Diambil dari:(http://lilianazza.blogspot.co.id/2015/02/tugas-
makalah-mata-kuliah-pendidikan_6. html. (20 Oktober 2015)
2. Amans, 4kur. 2013. Transfusi Darah Menurut Islam. http:// ki-stainsamarinda.
blogspot.co.id/2013/05/transfusi-darah-menurut-islam.html (21 Oktober 2015)
3. Rahman. Fadlur. 2014. BAB I Pendahuluan. http:// www. academia. edu/ 5775225/
BAB_I_PENDAHULUAN. (20 Oktober 2015)
4. Rina. Desy. 2014. Transfusi Darah Menurut Pandangan Islam. http:// www.
academia.edu/9396748/ Transfusi_darah_menurut_pandangan_islam. (22 Oktober 2015)
5. Fadl, Abul Mohsin Ebrahim. 2000. Fikih Kesehatan (Kloning, Eutanasia, Transfusi Darah,
Transplantasi Organ, dan Eksperimen pada Hewan). Durban: Serambi

Anda mungkin juga menyukai