Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Manusia merupakan makhluk sosial yang notabenenya mengharuskan
seseorang manusia itu untuk menolong manusia yang lain, apalagi itu terkait
dengan masalah nyawa. Tentunya hal itu dilakukan sesuai dengan kemampuan
dan tidak merugikan pihak manapun. Tranfusi darah merupakan salah satu wujud
kepedulian kita kepada sesama manusia. Secara sosiologis, masyarakat telah lazim
melakukan donor darah untuk kepentingan pelaksanaan transfusi, baik secara
sukarela maupun dengan menjual kepada yang membutuhkannya. Keadaan ini
perlu ditentukan status hukumnya atas dasar kajian ilmiah. Masalah transfusi
darah adalah masalah baru dalam hukum Islam, karena tidak ditemukan
hukumnya dalam fiqih pada masa-masa pembentukan hukum Islam. Al-Qur’an
dan Hadits pun sebagai sumber hukum Islam, tidak menyebutkan hukumnya,
sehingga pantaslah hal ini disebut sebagai masalah ijtihadi guna menjawab
permasalahan mengenai hubungan pendonor dengan resepien, hukum menjual
belikan darah dan hukum transfusi darah dengan orang beda agama, karena untuk
mengetahui hukumnya diperlukan metode-metode istinbath atau melalui
penalaran terhadap prinsip-prinsip umum agama Islam.

1.2 Tujuan Penulisan


Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah:
1. Untuk mempelajari tentang donor darah.
2. Untuk mengetahui fungsi donor darah.
3. Untuk mengetahui hukum donor darah menurut Islam.
4. Untuk memenuhi tugas mata kuliah Agama.

1.3 Manfaat
     Semoga dengan adanya makalah ini dapat bermanfaat terutama bagi penulis
sendiri dan bagi pembaca lainnya serta menambah wawasan dalam bidang
kesehatan. Kita sebagai umat beragama menjadi tahu apa saja yang dapat kita

1
lakukan untuk menambah keimanan kita sebagai umat beragama, kita akan lebih
memahami batasan-batasan kita. Tentang apa saja yang dapat dilakukan dan tidak
dapat dilakukan untuk mencari ridho Allah SWT.

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Transfusi Darah
Kata transfusi darah berasal dari bahasa Inggris “Blood Transfution” yang
artinya memasukkan darah orang lain ke dalam pembuluh darah orang yang akan
ditolong. Hal ini dilakukan untuk menyelamatkan jiwa seseorang karena
kehabisan darah. Menurut Asy-Syekh Husnain Muhammad Makhluuf
merumuskan definisinya sebagai berikut:

ِ ‫ْح إِلَى ْال َم ِري‬


‫ْص ِال ْنقَا ِذ َحيَاتِ ِه‬ َّ ‫ ِمنَ ال‬  ‫بِد َِم ْا ِإل ْن َسا ِن بِنَ ْقلِ ِه‬  ‫ع‬
ِ ‫ص ِحي‬ ُ ‫ج هُ َو ْا ِإل ْنتِفَا‬
ِ َ‫نَ ْق ُل ال َّد ِم لِ ْل ِعال‬
Yang artinya “Transfusi darah adalah memanfaatkan darah manusia,
dengan cara memindahkannya dari (tubuh) orang yang sehat kepada orang yang
membutuhkannya, untuk mempertahankan hidupnya.
Transfusi darah adalah penginjeksian darah dari seseorang (yang disebut
donor) ke dalam sistem peredaran darah seseorang yang lain (yang disebut
resipien). Transfusi darah tidak pernah terjadi kecuali setelah ditemukan adanya
sirkulasi darah yang tidak pernah berhenti dalam tubuh.
2.2 Golongan Darah
Ada empat golongan darah yang utama, yaitu A, B, AB, dan O. Perbedaan
di antara golongan- golongan ini ditentukan oleh ada tidaknya dua zat kimia
utama (yaitu A dan B) dalam sel darah merah, serta oleh ada tidaknya dua unsur
(yaitu anti-A dan unsur anti-B) dalam serum darah tersebut. Perlu dicatat bahwa
walaupun serum dan plasma itu mirip, tetapi perbedaan di antara keduanya adalah
bahwa dalam serum, fibrinogen dan kebanyakan faktor- faktor penggumpal
lainnya tidak ada. Jadi, serum itu sendiri tidak dapat menggumpal karena ia tidak
memiliki faktor- faktor penggumpal tersebut, yang adanya adalah di dalam
plasma.
Golongan-golongan yang dipandang sebagai donor darah adalah sebagai
berikut:
 Golongan AB dapat memberi darah pada AB
 Golongan A dapat memberi darah pada A dan AB
 Golongan B dapat memberi darah pada B dan AB

3
 Golongan O dapat memberi darah kesemua golongan darah
Adapun golongan darah dilihat dari segi resipien atau penerima adalah sebagai
berikut:
 Golongan AB dapat menerima dari semua golongan
 Golongan A dapat menerima golongan A dan O
 Golongan B dapat menerima golongan B dan O
 Golongan O hanya dapat menerima golongan darah O
Meskipun demikian, sebaiknya transfusi dilakukan dengan golongan darah
yang sama, dan hanya dalam keadaan terpaksa dapat diberikan darah dari
golongan yang lain.
2.3 Unsur- Unsur Darah
Darah adalah jaringan cair yang terdiri dari dua bagian, yaitu cairan yang
disebut plasma dan sel darah. Darah secara keseluruhan kira-kira 1/12 dari badan
atau kira-kira lima liter. Sekitar 55 persennya adalah cairan atau plasma,
sedangkan 45 persen sisanya adalah sel darah yang terdiri dari tiga jenis, yaitu sel
darah merah, sel darah putih, dan butir pembeku (trombosit). Dengan demikian
darah manusia mempunyai empat unsur yaitu plasma darah, sel darah merah, sel
darah putih, dan butir pembeku atau trombosit.
Plasma adalah cairan yang berwarna kuning dan mengandung  91,0 persen
air, 8,5 persen protein, 0,9 persen mineral, dan 0,1 persen sejumlah bahan organik
seperti lemak, urea, asam urat, kolesterol dan asam amino. Plasma darah berfungsi
sebagai perantara untuk menyalurkan makanan, lemak, dan asam amino ke
jaringan tubuh. Plasma merupakan perantara untuk mengangkut bahan buangan
seperti urea, asam urat dan sebagai karbon dioksida. Selain itu plasma juga
berfungsi untuk menyegarkan cairan jaringan tubuh, karena melalui cairan ini
semua sel tubuh menerima makanannya
Unsur kedua dari darah manusia dalah sel darah merah. Dalam setiap
milimeter kubik darah terdapat 5 juta sel darah merah. Sel darah merah
memerlukan protein, karena strukturnya terbentuk dari asam amino. Sel darah
merah bekerja sebagai sistem transpor dari tubuh, mengantarkan semua bahan
kimia, oksigen dan zat makanan yang diperlukan tubuh supaya fungsi normalnya

4
dapat berjalan, dan menyingkirkan karbon dioksida dan hasil buangan lainnya
serta mengatur napas keseluruh tubuh.
Unsur yang ketiga yaitu sel darah putih, bening dan tidak berwarna,
bentuknya lebih besar dari sel darah merah namun jumlahnya sedikit yaitu setiap
milimeter kubik darah terdapat 6.000 sampai 10.000 sel darah putih. Sel darah
putih sangat penting bagi kelangsungan kesehatan tubuh. Sel darah putih
berfungsi untuk membekukan daerah yang terkena infeksi atau cidera, menangkap
organisme hidup dan menghancurkannya, menyingkirkan kotoran, menyediakan
bahan pelindung yang melindungi tubuh dari serangan bakteri dan dengan cara ini
jaringan yang sakit atau terluka dapat dibuang dan dipulihkan.
Unsur yang terakhir adalah butir pembeku atau trombosit. Bentuknya lebih
kecil dari sel darah merah, kira-kira sepertiganya. Terdapat 300.000 trambosit
dalam setiap milimeter kubik darah. Trambosit berfungsi untuk membekukan
darah yang keluar dari anggota tubuh yang terluka, sehingga darah tersebut dapat
bertahan. Seandainya tidak ada sel pembeku, darah yang sementara ke luar dari
anggota tubuh  yang terluka tidak dapat bertahan, sehingga orang bisa mati karena
kehabisan darah.
Demikian komposisi dan fungsi darah yang sangat dibutuhkan oleh tubuh
manusia. Oleh sebab itu orang-orang yang kekurangan darah karena terlalu
banyak  mengeluarkan darah ketika kecelakaan, terkena benda tajam atau karena
muntah darah dan lainnya, perlu diberikan tambahan darah dengan jalan transfusi
darah.
2.4 Indikasi-Indikasi untuk Transfusi Darah
Pada dasarnya ada dua alasan umum mengapa perlu dilakukan transfusi
darah pada seseorang, yaitu:
1. Kehilangan darah
Kehilangan darah dapat mengakibatkan kurangnya volume darah yang
mengalir dalam tubuh. Hal ini bisa disebabkan oleh beberapa faktor:
 Pendarahan akibat luka- luka, atau dalam kasus korengan, radang usus,
atau persalinan.
 Luka- luka, luka bakar, dan pembengkakan akibat kecelakaan.

5
 Operasi, seperti operasi jantung, dan operasi-operasi bedah lainnya.
 Ketidakcocokan darah antara ibu dan anak. Dalam kasus seperti ini,
transfusi pertukaran harus dilakukan untuk menyelamatkan nyawa si anak.
 Anemia akut dan kronis, serta kekacauan sistem pembekuan darah, seperti
hemofilia.
2. Kekurangan unsur- unsur penting dalam darah
Seorang pasien terkadang tidak membutuhkan transfusi darah secara
keseluruhan, tetapi hanya membutuhkan unsur- unsur pentingnya saja, seperti
dalam kasus- kasus berikut ini:
 Pasien anemia yang menderita kekurangan sel darah merah, hanya
membutuhkan transfusi sel darah merah saja.
 Pasien hemofilia, sebagai akibat dari kekacauan sistem pembekuan darah,
berisiko pada timbulnya anemia dan kehilangan darah yang berbahaya
ketika mengalami luka sekecil apa pun, dikarenakan oleh proses
pembekuan darah yang terlalu lambat. Sehingga dalam upaya menahan
pendarahan, pasien harus mendapatkan transfusi plasma darah. Atau
pasien dapat diinjeksi dengan AHF (anti- haemophilic factor).
2.5 Manfaat Donor Darah bagi Tubuh
Dengan melakukan donor darah setiap tetes darah yang disumbangkan tidak
hanya dapat memberikan kesempatan hidup bagi yang menerima tetapi juga
memberikan manfaat kesehatan bagi pendonornya. Anggapan yang menyatakan
mendonorkan darah bisa membuat tubuh menjadi lemas adalah salah. Saat
mendonorkan darah, maka tubuh akan bereaksi langsung dengan membuat
penggantinya. Jadi, tubuh tidak akan mengalami kekurangan darah. Selain
membuat tubuh memproduksi darah- darah baru, ada lima manfaat kesehatan lain,
yaitu :
1. Menjaga kesehatan jantung.
Tingginya kadar zat besi dalam darah akan membuat seseorang menjadi lebih
rentan terhadap penyakit jantung. Zat besi yang berlebihan di dalam darah bisa
menyebabkan oksidasi kolesterol. Produk oksidasi tersebut akan menumpuk
pada dinding arteri dan ini sama dengan memperbesar peluang terkena

6
serangan jantung dan stroke. Saat kita rutin mendonorkan darah maka jumlah
zat besi dalam darah bisa lebih stabil. Ini artinya menurunkan risiko penyakit
jantung.
2. Meningkatkan produksi sel darah merah.
Donor darahjuga akan membantu tubuh mengurangi jumlah sel darah merah
dalam darah. Tak perlu panik dengan berkurangnya sel darah merah, karena
sumsum tulang belakang akan segera mengisi ulang sel darah merah yang
telah hilang. Hasilnya, sebagai  pendonor kita akan mendapatkan pasokan
darah baru setiap kali kita mendonorkan darah. Oleh karena itu, donor darah
menjadi langkah yang baik untuk menstimulasi pembuatan darah baru.
3. Membantu penurunan berat tubuh.
Menjadi donor darah adalah salah satu metode diet dan pembakaran kalori
yang ampuh. Sebab dengan memberikan sekitar 450 ml darah, akan membantu
proses pembakaran kalori kirakira 650. Itu adalah jumlah kalori yang banyak
untuk membuat pinggang kita ramping.
4. Mendapatkan kesehatan psikologis.
Menyumbangkan hal yang tidak ternilai harganya kepada yang membutuhkan
akan membuat kita merasakan kepuasan  psikologis. Sebuah penelitian
menemukan, orang usia lanjut yang rutin menjadi pendonor darah akan
merasakan tetap berenergi dan bugar.
5. Mendeteksi penyakit serius.
Setiap kali kita ingin mendonorkan darah,  prosedur standarnya adalah darah
kita akan diperiksa dari berbagai macam  penyakit seperti HIV, hepatitis B,
hepatitis C, sifilis, dan malaria. Bagi yang menerima donor darah, ini adalah
informasi penting untuk mengantisipasi  penularan penyakit melalui transfusi
darah. Sedangkan untuk kita, ini adalah “rambu peringatan” yang baik agar
kita lebih perhatian terhadap kondisi kesehatan kita sendiri.
2.6 Transfusi Darah dalam Agama Islam
Menurut ulama fikih, kendati darah memegang peranan penting dalam
kelangsungan hidup manusia, pemindahan darah seseorang ke tubuh orang lain
tidak membawa akibat hukum apa pun dalam Islam, baik yang berkaitan dengan

7
masalah perkawinan maupun yang  berkaitan dengan masalah warisan. Dalam
hubungan perkawinan, yang saling mengharamkan nikah itu hanya disebabkan
adanya hubungan nasab (keturunan), hubungan musaharah (persemendaan), dan
hubungan rada’ah (susuan).
1. Pandangan ulama terdahulu
Pandangan ulama terdahulu mengenai transfusi darah yakni memanfaatkan
anggota badan adalah haram baik dengan cara jual beli ataupun dengan cara
lainnya. Memanfaatkan anggota badan manusia tidak diperbolehkan. Ada yang
beralasan karena :
1. Najis
2. Merendahkan, alasan kedua adalah alasan yang benar (Al-Fatwa Al-Hidayah)
“Tidak diperkenankan menjual rambut manusia ataupun memanfaatkannya.
Karena manusia itu terhormat bukan hina.” (Al Murghinani)
Adapun tulang dan rambut manusia tidak boleh dijual, bukan karena najis
atau suci, tetapi karena menghormatinya. Menjualnya berati merendahkannya”
(Al Kasani) Menjual air susu wanita (BOLEH). Karena susu itu suci dan
bermanfaat sehingga Alloh memperbolehkkan untuk meminumnya walaupun
tidak dalam keadaan terpaksa (Madzhab, Maliki, Hambali dan Syafi’I) Menjual
air susu (HARAM). Karena susu adalah bagian dari anggota badan (Mazhab
Hanafi) Ulama terdahulu sangat berhati hati dalam hal perlakuan terhadap anggota
badan manusia (manusia merupakan mahluk terhormat dalam pandangan Islam)
Pada saat itu belum terpikirkan perkembangan Ilmu kedokteran yang sepesat
sekarang.
Menurut Al-Lajnah Ad-Daimah Lil Buhuts Al-Ilmiyah Wal Ifta
Hukum asal dalam pengobatan, hendaknya dengan menggunakan sesuatu
yang diperbolehkan menurut syari’at. Namun, jika tidak ada cara lain untuk
menambahkan daya tahan dan mengobati orang sakit kecuali dengan darah orang
lain, dan ini menjadi satu-satunya usaha menyelamatkan orang sakit atau lemah,
sementara para ahli memiliki dugaan kuat bahwa ini akan memberikan manfaat
bagi pasien, maka dalam kondisi seperti ini diperbolehkan untuk mengobati
dengan darah orang lain.

8
2. Menurut ulama sekarang
a. Mengenai akibat hukum adanya hubungan kemahraman antara donor dan
resipien.
Menurut Ust. Subki Al-Bughury, adapun hubungan antara donor dan
resipien, adalah bahwa transfusi darah itu tidak membawa akibat hukum adanya
hubungan kemahraman antara donor dan resipien. Sebab faktor-faktor yang dapat
menyebabkan kemahraman sudah ditentukan oleh Islam sebagaimana tersebut
dalam An-Nisa:23, yaitu: Mahram karena adanya hubungan nasab. Misalnya
hubungan antara anak dengan ibunya atau saudaranya sekandung, dsb. Karena
adanya hubungan perkawinan misalnya hubungan antara seorang dengan
mertuanya atau anak tiri dan istrinya yang telah disetubuhi dan sebagainya, dan
mahram karena adanya hubungan persusuan, misalnya hubungan antara seorang
dengan wanita yang pernah menyusuinya atau dengan orang yang sesusuan dan
sebagainya.
Serta pada (an-Nisa:24) ditegaskan bahwa selain wanita-wanita yang
tersebut pada An-Nisa:23 di atas adalah halal dinikahi. Sebab tidak ada hubungan
kemahraman. Maka jelaslah bahwa transfusi darah tidak mengakibatkan hubungan
kemahraman antara pendonor dengan resipien. Karena itu perkawinan antara
pendonor dengan resipien itu diizinkan oleh hukum Islam.
b. Mengenai Hukum menerima transfusi darah dari non-muslim
Menurut ust. Ahmad sarwat pada hakikatnya tubuh orang kafir bukan
benda najis. Buktinya mereka tetap dibolehkan masuk ke dalam masjid-masjid
mana pun di dunia ini, kecuali masjid di tanah haram. Kalau tubuh orang kafir
dikatakan najis, maka tidak mungkin Abu Bakar minum dari satu gelas bersama
dengan orang kafir. Kalau kita belajar fiqih thaharah, maka kita akan masuk ke
dalam salah satu bab yang membahas hal ini, yaitu Bab Su'ur.

Di sana disebutkan bahwa su'ur adami (ludah manusia) hukumnya suci,


termasuk su'ur orang kafir. Maka hukum darah orang kafir yang dimasukkan ke
dalam tubuh seorang muslim tentu bukan termasuk benda najis. Ketika darah itu

9
baru dikeluarkan dari tubuh, saat itu darah itu memang najis. Dan kantung darah
tentu tidak boleh dibawa untuk shalat, karena kantung darah itu najis.
Namun begitu darah segar itu dimasukkan ke dalam tubuh seseorang,
maka darah itu sudah tidak najis lagi. Dan darah orang kafir yang sudah masuk ke
dalam tubuh seorang muslim juga tidak najis. Sehingga hukumnya tetap boleh dan
dibenarkan ketika seorang muslim menerima transfusi darah dari donor yang tidak
beragama Islam.
c. Donor darah pada bulan ramadhan
Menurut Asy Syaikh Utsaimin, tidak boleh bagi seseorang untuk
menyedekahkan darahnya yang sagat banyak dalam keadaan dia sedang berpuasa
wajib, seperti puasa pada bulan Ramadhan. Kecuali jika di sana ada keperluan
yang darurat (mendesak), maka dalam keadaan seperti ini boleh baginya untuk
menyedekahkan darahnya untuk menolak/mencegah darurat tadi. Dengan
demikian dia berbuka dengan makan dan minum. Lalu dia harus mengganti
puasanya yang dia tinggalkan/berbuka.
2.7 Syarat Donor dan Transfusi darah Menurut Islam
Syarat donor dan transfusi darah adalah sebagai berikut :
a. Tidak menyebabkan kerusakan (kematian pada diri donor)
b. Memberikan manfaat (mencegah kerusakan/kematian) pada akseptor
c. Donor atau Tranfusi tidak boleh dilakukan bila menyebabkan kematian
pada diri donor (darah diambil terlalu banyak), meskipun memberikan
manfaat kepada resipien.
d. Donor darah dapat mencegah bahaya yang sudah pasti (mencegah
kerusakan/kematian resipien)
e. Bahaya yang timbul akibat donor atau transfusi dapat di perkirakan
f. Perbedaan kerugian yang terjadi dan manfaat yang diperoleh jelas (manfaat
lebih besar dari kerugian)
g. Donor darah memberikan manfaat yang sangat besar dan termasuk
mendonorkan anggota badan yang dapat pulih kembali
h. Pendonor tidak akan mendapat kerugian/kerusakan yang berarti, bahkan
mendapat manfaat.

10
i. Tranfusi darah tidak sama dengan “memakan darah”
j. Kerusakan / kerugian akibat tranfusi dapat diperkirakan dan dicegah dengan
adanya kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan.

11
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari keterangan yang telah di tuliskan di atas maka dapat di simpulkan,
transfusi darah adalah proses mentransfer darah atau darah berbasis produk dari
satu orang ke dalam sistem peredaran darah orang lain. Transfusi darah dapat
menyelamatkan jiwa dalam beberapa situasi, seperti kehilangan darah besar
karena trauma, atau dapat digunakan untuk menggantikan darah yang hilang
selama operasi.
Transfusi darah menurut hukum yang ada di Indonesia adalah segala tindakan
memberikan darah kepada seorang penderita, yang darahnya telah tersedia dalam
botol atau kantong plastik. Sedangkan menurut hukum Islam mengenai transfusi
darah adalah seperti yang telah ada dalam Al-Qur ’an pada surat (Al Baqarah :
173) yang berbunyi :
 “Sesungguhnya Alloh hanya mengharamkan bagimu mangkai, darah, daging
babi, dan binatang yang disembelih dengan menyebut selain Alloh. Tetapi barang
siapa dalam keadaan terpaksa (memakannya) sedang ia tidak menginginkannya
dan tidak pula melampaui batas maka tidak ada dosa baginya…….”
Dan beberapa pendapat dari kalangan ulama fiqih baik pada masa lampau
atau sekarang, dimana transfusi darah di perbolehkan asal dengan ketentuan-
ketentuan sesuai syariat Islam.

3.2 Saran
Dalam melakukan proses transfusi darah, diharapkan masyarakat yang
beragama Islam dapat mengetahui kaidah-kaidah yang ada dalam syariat islam
serta memperhatikan kondisi badan saat akan melakukan transfusi darah.

12
Daftar Pustaka

1. Holly, Harlian. 2015. Tugas Makalah Mata Kuliah Pendidikan Agama


Hukum Donor Organ Dalam Perspektif Agama Islam.
2. Amans, Akur. 2013. Transfusi Darah Menurut Islam. http:// ki-
stainsamarinda. blogspot.co.id/2013/05/transfusi-darah-menurut-
islam.html (21 Oktober 2015)
3. Rina. Desy. 2014. Transfusi Darah Menurut Pandangan Islam. http://
www. academia.edu/9396748/
Transfusi_darah_menurut_pandangan_islam. (22 Oktober 2015)
4. Fadli, Abul Mohsin Ebrahim. 2000. Fikih Kesehatan (Kloning, Eutanasia,
Transfusi Darah, Transplantasi Organ, dan Eksperimen pada
Hewan). Durban: Serambi
5. Contreras,marcela.1995.Petunjuk Penting Transfusi.Jakarta:EGC
6. Al-Hafidz,Ahsin W. 2007. Fikih Kesehatan. Jakarta : AMZAH

13

Anda mungkin juga menyukai