Anda di halaman 1dari 27

Kata Pengantar

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh


Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan
makalah tentang Bayi Tabung ini dengan baik meskipun banyak kekurangan
didalamnya. Kami juga berterima kasih kepada Ibu Evi Awaliyah, M.Ag. selaku
Dosen mata kuliah Agama yang telah memberikan tugas ini kepada kami.
       Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka
menambah wawasan serta pengetahuan kita mengenai bayi tabung khususnya
dalam pandangan islam. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam
makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu,
kami berharap adanya kritik, saran dan usulan yang membangun demi perbaikan
makalah yang telah kami buat di masa yang akan datang.
       Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri
maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat
kesalahan kata-kata yang kurang berkenan.
Walaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh
Cimahi, September 2017

Penyusun

1
Daftar Isi
Kata Pengantar....................................................................................................….1
Daftar Isi..................................................................................................................2

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang.................................................................................................3


1.2 Tujuan..............................................................................................................4
1.3 Manfaat............................................................................................................4

BAB II TINJAUAN TEORI

2.1 Pengertian Bayi Tabung.....................................................................................5


2.2 Sejarah Bayi Tabung..........................................................................................6
2.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Mengapa Bayi Tabung Diadakan..........7
2.4 Hukum Bayi Tabung......................................................................................…9
  2.5 Bayi Tabung Pendapat Para Ulama..................................................................10
2.6 Dalil tentang Program Bayi Tabung................................................................18
2.7 Mutharat dan Maslahah Teknik Bayi Tabung..................................................19
2.8 Status Anak Bayi Tabung Menurut Islam........................................................22

BAB III PENUTUP

Kesimpulan............................................................................................................25
Saran......................................................................................................................25

DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................27

2
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada dasarnya pembuahan yang alami terjadi dalam rahim melalui cara
yang alami pula (hubungan seksual), sesuai dengan fitrah yang di tetapkan Allah
untuk manusia. Setiap pasangan suami istri pasti mengharapkan hadirnya seorang
atau beberapa orang anak sebagai buah hati dari perkawinan mereka. Akan tetapi
pembuahan alami ini terkadang sulit terwujud, misalnya karena rusaknya atau
tertutupnya  saluran indung telur (tuba fallopii) yang membawa sel telur ke rahim,
atau karena sel sperma suami lemah sehingga tidak mampu menjangkau rahim
istri. Semua ini akan meniadakan kelahiran dan menghambat suami istri untuk
mendapatkan anak.
Dengan kemajuan yang pesat dibidang teknologi. Kini banyak teknologi-
teknologi yang mampu menciptakan bermacam-macam produk hasil teknologi
yang berkualitas. Diantara produk teknologi mutakhir adalah di bidang biologi.
Salah satunya yaitu bayi tabung untuk mengatasi permasalahan yang telah di
uraikan di atas. Pada dasarnya orang orang memuji kemajuan di bidang teknologi
tersebut, namun mereka belum tahu pasti apakah produk-produk hasil teknologi
itu dibenarkan menurut hukum agama. Oleh karena hal tersebut di atas, untuk
mengetahui lebih banyak tentang bayi tabung dan bagaimana menurut hukum
islam tentang bayi tabung tersebut, maka kami akan mencoba menggali,
mengkaji, dan memaparkan makalah yang berjudul “Bayi Tabung”.
Makalah tentang bayi tabung ini di maksudkan agar masyarakat terutama
dari kalangan agama islam memberi tanggapan dan masukan tentang proyek
pengembangan bayi tabung di Indonesia yang mulai terbuka untuk peminat bayi
tabung. Sebagai akibat dari kemajuan ilmu pengetahuan modern dan teknologi
kedokteran dan biologi canggih, maka teknologi bayi tabung juga maju dengan
pesat, sehingga jika teknologi bayi tabung ini di tangani oleh orang-orang yang

3
kurang beriman dan bertaqwa, dikhawatirkan dapat merusak peradaban umat
manusia, bisa merusak nilai-nilai agama, moral, dan budaya bangsa.

1.2 Tujuan

Tujuan secara umum dari diadakannya penulisan makalah ini yaitu untuk
mengetahui informasi tentang perkembangan teknologi bayi tabung dan
kesesuaian dengan hukum agama islam serta tujuan khusus dari makalah ini untuk
memenuhi tugas mata kuliah agama.

1.3 Manfaat

Manfaat dari pembuatan makalah ini yaitu menambah ilmu pengetahuan dan
wawasan serta mengetahui tentang bayi tabung dalam pandangan islam.

4
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Pengertian Bayi Tabung

Bayi tabung atau pembuahan in vitro fertilization ( bahasa latin

yang berarti dalam gelas/tabung gelas dan vertilization: pembuahan) adalah

sebuah teknik pembuahan yang  sel telur (ovum) dibuahi di luar tubuh wanita. Ini

merupakan salah satu metode untuk mengatasi masalah kesuburan ketika metode

lainnya tidak berhasil. Dalam proses bayi tabung, sel telur yang sudah matang

diambil dari indung telur. Secara teknis, dokter mengambil sel telur dari indung

telur wanita dengan alat yang di sebut “laparoscop” yang ditemukan dr. Patrick C.

Steptoe dari Inggris. Lalu dibuahi dengan sperma di dalam sebuah medium cairan.

Setelah berhasil, embrio kecil yang terjadi dimasukkan ke dalam rahim dengan

harapan dapat berkembang menjadi bayi.

Selain itu dapat di definisikan juga bahwa Bayi Tabung / In Vitro

Fertilization (IVF) adalah suatu upaya memperoleh kehamilan dengan jalan

mempertemukan sel sperma dan sel telur dalam suatu wadah khusus. Pada kondisi

normal, pertemuan ini berlangsung di dalam saluran tuba.

Proses yang berlangsung di laboratorium ini dilaksanakan sampai

menghasilkan suatu embrio yang akan ditempatkan pada rahim ibu. Embrio ini

juga dapat disimpan dalam bentuk beku  dan dapat digunakan kelak jika

dibutuhkan. Bayi tabung merupakan pilihan untuk memperoleh keturunan bagi

ibu- ibu yang memiliki gangguan pada saluran tubanya. Pada kondisi normal, sel

5
telur yang telah matang akan dilepaskan oleh indung telur (ovarium) menuju

saluran tuba (tuba fallopi) untuk selanjutnya menunggu sel sperma yang akan

membuahi. Jika terdapat gangguan pada saluran tuba maka proses ini tidak akan

berlangsung sebagaimana mestinya.

2.2 Sejarah Bayi Tabung

Setelah pencarian dan penelitian yang cukup lama, akhirnya pada 25 juli

1978 lahirlah bayi tabung pertama di dunia. Bayi tersebut adalah seorang bayi

perempuan dan diberi nama Louise Brown. Brown dilahurkan di Rumah Sakit

Bristol di London, Inggris. Sukses kelahiran Louise dengan teknik bayi tabung ini

tidak lepas dari peran Patrick C.Steptoe, ahli kandungan dan kebidanan dari

Rumah Sakit Oldham, dan Robert Edwards, seorang dokter dan peneliti medis.

Louise kini hidup di inggris dan aktif bekerja di sebuah pusat perawatan bayi.

Teknologi bayi tabung kini telah menjadi sumber harapan utama bagi pasangan

yang ingin memperoleh keturunan dan telah dipakai oleh setidaknya 70% dari

semua pasangan yang mencoba mencari pemecahan atau terapi mendapatkan

keturunan.

Di Indonesia sendiri, teknologi bayi tabung sudah cukup populer. Bayi

tabung pertama yang dilahirkan di Indonesia adalah Nugroho Karyanto yang lahir

pada 2 mei 1988. Bayi tersebut dilahirkan di Rumah Sakit Anak dan Bersalin

(RSAB) Harapan kita, jakarta. Sampai sekarang, RSAB Harapan kita telah

memproses lebih dari 300-an bayi tabung.

6
2.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Mengapa Bayi Tabung Diadakan

Banyak faktor yang menjadi penyebab infertilitas sehingga pasangan

suami istri tidak mempunyai anak, antara lain:

1. Faktor hubungan seksual, yaitu frekuensi yang tidak teratur (mungkin terlalu

sering atau terlalu jarang), gangguan fungsi seksual pria yaitu disfungsi ereksi,

ejakulasi dini yang berat, ejakulasi terhambat, ejakulasi retrograde (ejakulasi ke

arah kandung kencing), dan gangguan fungsi seksual wanita yaitu dispareunia

(sakit saat hubungan seksual) dan vaginismus.

2. Faktor infeksi, berupa infeksi pada sistem seksual dan reproduksi pria maupun

wanita, misalnva infeksi pada buah pelir dan infeksi pada rahim.

3. Faktor hormon, berupa gangguan fungsi hormon pada pria maupun wanita

sehingga pembentukan sel spermatozoa dan sel telur terganggu.

4. Faktor fisik, berupa benturan atau temperatur atau tekanan pada buah pelir

sehingga proses produksi spermatozoa terganggu.

5.  Faktor psikis, misalnya stress yang berat sehingga mengganggu pembentukan

set spermatozoa dan sel telur.

Untuk menghindari terjadinya gangguan kesuburan pada pria maupun

wanita, maka faktor-faktor penyebab tersebut tersebut harus dihindari. Tetapi jika

gangguan kesuburan telah terjadi, diperlukan pemeriksaan yang baik sebelum

dapat ditentukan langkah pengobatannya.

Apakah infertilitas dapat diatasi?

Masalah infertilitas sebenarnya adalah masalah gangguan kesuburan

pasangan. Gangguan kesuburan mungkin dapat diatasi, mungkin juga tidak dapat

7
diatasi. Hal itu sangat tergantung kepada penyebabnya dan sejauh mana kesuburan

telah terganggu. Berbagai cara dan pengobatan telah tersedia untuk mengatasi

gangguan kesuburan, tetapi tidak selalu memberikan hasil yang diharapkan.

Sebagai contoh, infertilitas yang disebabkan karena penyumbatan saluran telur.

Cara yang ada untuk membuka kembali saluran telur yang tersumbat ternyata

tidak memberikan hasil yang baik. Contoh lain, pengobatan gangguan sperma,

mungkin memberikan hasil yang baik, mungkin juga tidak. Pengobatan gangguan

sperma yang disebabkan karena infeksi pada buah pelir, pada umumnya tidak

memuaskan.

Itu berarti tidak semua pasangan infertil dapat mengatasi masalahnya dan

dapat mempunyai anak. Karena itu, pada keadaan di mana gangguan kesuburan

tidak dapat diatasi, dilakukan cara lain yang merupakan cara pintas. Cara pintas

ini tidak lagi bertujuan memperbaiki gangguan kesuburan, melainkan langsung ke

tujuan akhir, yaitu menghasilkan kehamilan. Cara pintas yang tersedia ialah

inseminasi buatan dengan menggunakan sperma suami dan tehnik “bayi tabung”.

Inseminasi buatan dengan sperma suami dilakukan bila terjadi gangguan kualitas

dan kuantitas sperma, gangguan dalam melakukan hubungan seksual sehingga

sperma tidak dapat masuk ke vagina, dan gangguan mulut rahim sehingga sel

spermatozoa gagal masuk ke dalam rahim. Di masyarakat muncul anggapan salah,

seolah-olah tehnik “bayi tabung” adalah segalanya. Seolah-olah dengan cara ini

pasangan infertil pasti dapat menjadi hamil dan mempunyai anak. Padahal

ternyata tidak demikian. Keberhasilan tehnik “bayi tabung” dengan cara yang

8
paling mutakhir dan di negara maju sekalipun, masih tergolong rendah sementara

biaya yang diperlukan sangat tinggi.

2.4 Hukum Bayi Tabung

Apabila mengkaji tentang bayi tabung dari hukum islam,maka harus dikaji

dengan memakai metode ijtihad yang lazim dipakai oleh para ahli ijtihad agar

hukum ijtihadnya sesuai dengan prinsip-prinsip dan jiwa al-Quran dan sunnah

menjadi pasanagan umat islam.Bayi Tabung dilakukan apabila dilakukan dengan

sel sperma dan ovum suami istri sendiri dan tidak ditransfer embrionya kedalam

rahim wanita lain termasuk istrinya sendiri yang lain (bagi suami yang

berpoligami), maka islam membenarkan, baik dengan cara mengambil sperma

suami, kemudian disuntikkan kedalam vagina atau uterus istri, maupun dengan

cara pembuahan dilakukan diluar rahim, kemudian buahnya ditanam kedalam

rahim istri, asal keadaan kondisi suami istri yang bersangkutan benar-benar

memerlukan cara inseminasi buatan untuk memperoleh anak, karena dengan cara

pembuahan alami, suami istri tidak berhasil memperoleh anak.

Hadist Nabi:

Tidak halal bagi seseorang yang beriman pada Allah dan hari Akhir

menyiramkan airnya (sperma) pada tanaman orang lain (vagina  istri orang lain).

Hadist Riwayat Abu Daud, Al-Tirmizi dan hadist ini dipandang sahih oleh Ibnu

Hibban. Dengan hadist ini para ulama sepakat mengharamkan seseorang

mengawini/melakukan hubungan seksual dengan wanita hamil dari orang lain

yang mempunyai ikatan perkawinan yang sah. Pada zaman dulu masalah bayi

tabung/inseminasi buatan belum timbul, sehingga kita tidak memperoleh fatwa

9
hukumnya dari mereka. Kita dapat menyadari bahwa inseminasi buatan / bayi

tabung dengan donor sperma atau ovum lebih mendatangkan madaratnya daripada

maslahahnya.

  2.5 Bayi Tabung Pendapat Para Ulama

1.      Menurut MUI

Menurut Fatwa MUI (hasil komisi fatwa tanggal 13 Juni 1979), Dewan

Pimpinan Majelis Ulama Indonesia memfatwakan sebagai berikut :

a. Bayi tabung dengan sperma clan ovum dari pasangan suami isteri yang sah

hukumnya mubah (boleh), sebab hak ini termasuk ikhiar berdasarkan

kaidah kaidah agama.

b. Bayi tabung dari pasangan suami-isteri dengan titipan rahim isteri yang lain

(misalnya dari isteri kedua dititipkan pada isteri pertama) hukumnya haram

berdasarkan kaidah Sadd az-zari’ah, sebab hal ini akan menimbulkan masalah

yang rumit dalam kaitannya dengan masalah warisan (khususnya antara anak

yang dilahirkan dengan ibu yang mempunyai ovum dan ibu yang mengandung

kemudian melahirkannya, dan sebaliknya).

c. Bayi tabung dari sperma yang dibekukan dari suami yang telah meninggal

dunia hukumnya haram berdasarkan kaidah Sadd a z-zari’ah, sebab hal ini akan

menimbulkan masalah yang pelik, baik dalam kaitannya dengan penentuan

nasab maupun dalam kaitannya dengan hal kewarisan.

d. Bayi tabung yang sperma dan ovumnya diambil dari selain pasangan suami

isteri yang sah hukumnya haram, karena itu statusnya sama dengan hubungan

kelamin antar lawan jenis di luar pernikahan yang sah (zina), dan berdasarkan

10
kaidah Sadd az-zari’ah, yaitu untuk menghindarkan terjadinya perbuatan zina

sesungguhnya.

2.      Nahdlatul Ulama (NU)

Nahdlatul Ulama (NU) juga telah menetapkan fatwa terkait masalah ini

dalam forum Munas Alim Ulama di Kaliurang, Yogyakarta pada 1981. Ada tiga

keputusan yang ditetapkan ulama NU terkait masalah bayi tabung:

a.       Pertama, apabila mani yang ditabung dan dimasukan ke dalam rahim wanita

tersebut ternyata bukan mani suami-istri yang sah, maka bayi tabung

hukumnya haram. Hal itu didasarkan pada sebuah hadis yang diriwayatkan

Ibnu Abbas RA, Rasulullah SAW bersabda, “Tidak ada dosa yang lebih

besar setelah   syirik dalam pandangan Allah SWT, dibandingkan perbuatan

seorang lelaki yang meletakkan spermanya (berzina) di dalam rahim

perempuan yang tidak halal baginya.”

b.      Kedua, apabila sperma yang ditabung tersebut milik suami-istri, tetapi cara

mengeluarkannya tidak muhtaram, maka hukumnya juga haram. “Mani

muhtaram adalah mani yang keluar/dikeluarkan dengan cara yang tidak

dilarang oleh syara’,” papar ulama NU dalam fatwa itu. Terkait mani yang

dikeluarkan secara muhtaram, para ulama NU mengutip dasar hukum dari

Kifayatul Akhyar II/113. “Seandainya seorang lelaki berusaha

mengeluarkan spermanya (dengan beronani) dengan tangan istrinya, maka

hal tersebut diperbolehkan, karena istri memang tempat atau wahana yang

diperbolehkan untuk bersenang-senang.”

11
c.      Ketiga, apabila mani yang ditabung itu mani suami-istri dan cara

mengeluarkannya termasuk muhtaram, serta dimasukan ke dalam rahim istri

sendiri, maka hukum bayi tabung menjadi mubah (boleh).

3.      Ulama Saudi Arabia

Menurut salah satu putusan Fatwa Ulama Saudi Arabia, disebutkan bahwa

Alim ulama di lembaga riset pembahasan ilmiyah, fatwa, dakwah dan bimbingan

Islam di Kerajaan Saudi Arabia telah mengeluarkan fatwa pelarangan praktek bayi

tabung. Karena praktek tersebut akan menyebabkan terbukanya aurat,

tersentuhnya kemaluan dan terjamahnya rahim. Kendatipun mani yang

disuntikkan ke rahim wanita tersebut adalah mani suaminya. Menurut pendapat

saya, hendaknya seseorang ridha dengan keputusan Allah Ta’ala, sebab Dia-lah

yang berfirman dalam kitab-Nya:

 Dia menjadikan mandul siapa yang Dia dikehendaki. (QS. 42:50)

4.      Majelis Mujamma’ Fiqih Islami

Majelis Mujamma’ Fiqih Islami ini menetapkan sebagai berikut:

 Lima perkara berikut ini diharamkan dan terlarang sama sekali, karena

dapat mengakibatkan percampuran nasab dan hilangnya hak orang tua serta

perkara-perkara lain yang dikecam oleh syariat.

a.    Sperma yang diambil dari pihak lelaki disemaikan kepada indung telur pihak

wanita yang bukan istrinya kemudian dicangkokkan ke dalam rahim istrinya.

b.    Indung telur yang diambil dari pihak wanita disemaikan kepada sperma yang

diambil dari pihak lelaki yang bukan suaminya kemudian dicangkokkan ke

dalam rahim si wanita.

12
c.    Sperma dan indung telur yang disemaikan tersebut diambil dari sepasang suami

istri, kemudian dicangkokkan ke dalam rahim wanita lain yang bersedia

mengandung persemaian benih mereka tersebut.

d.   Sperma dan indung telur yang disemaikan berasal dari lelaki dan wanita lain

kemudian dicangkokkan ke dalam rahim si istri.

e.    Sperma dan indung telur yang disemaikan tersebut diambil dari seorang suami

dan istrinya, kemudian dicangkokkan ke dalam rahim istrinya yang lain.

  Dua perkara berikut ini boleh dilakukan jika memang sangat dibutuhkan

dan setelah memastikan keamanan dan keselamatan yang harus dilakukan, sebagai

berikut:

a.    Sperma tersebut diambil dari si suami dan indung telurnya diambil dari istrinya

kemudian disemaikan dan dicangkokkan ke dalam rahim istrinya.

b.    Sperma si suami diambil kemudian di suntikkan ke dalam saluran rahim

istrinya atau langsung ke dalam rahim istrinya untuk disemaikan.

 Secara umum beberapa perkara yang sangat perlu diperhatikan dalam

masalah ini adalah aurat vital si wanita harus tetap terjaga (tertutup) demikian

juga kemungkinan kegagalan proses operasi persemaian sperma dan indung telur

itu sangat perlu diperhitungkan. Demikian pula perlu diantisipasi kemungkinan

terjadinya pelanggaran amanah dari orang-orang yang lemah iman di rumah-

rumah sakit yang dengan sengaja mengganti sperma ataupun indung telur supaya

operasi tersebut berhasil demi mendapatkan materi dunia. Oleh sebab itu dalam

melakukannya perlu kewaspadaan yang ekstra ketat.

13
5.      Syaikh Nashiruddin Al-Albani

Syaikh Nashiruddin Al-Albani sebagai tokoh ahli sunnah wal jamaah

berpendapat lain, beliau berpendapat sebagai berikut : “Tidak boleh, karena proses

pengambilan mani (sel telur wanita) tersebut berkonsekuensi minimalnya sang

dokter (laki-laki) akan melihat aurat wanita lain. Dan melihat aurat wanita lain

(bukan istri sendiri) hukumnya adalah haram menurut pandangan syariat,

sehingga tidak boleh dilakukan kecuali dalam keadaan darurat. Sementara tidak

terbayangkan sama sekali keadaan darurat yang mengharuskan seorang lelaki

memindahkan maninya ke istrinya dengan cara yang haram ini. Bahkan terkadang

berkonsekuensi sang dokter melihat aurat suami wanita tersebut, dan ini pun tidak

boleh. Lebih dari itu, menempuh cara ini merupakan sikap taklid terhadap

peradaban orang-orang Barat (kaum kuffar) dalam perkara yang mereka minati

atau (sebaliknya) mereka hindari. Seseorang yang menempuh cara ini untuk

mendapatkan keturunan dikarenakan tidak diberi rizki oleh Allah berupa anak

dengan cara alami (yang dianjurkan syariat), berarti dia tidak ridha dengan takdir

dan ketetapan Allah Subhanahu wa Ta’ala atasnya. Jikalau saja Rasulullah

Shallallahu ‘alaihi wa sallam menganjurkan dan membimbing kaum muslimin

untuk mencari rizki berupa usaha dan harta dengan cara yang halal, maka lebih-

lebih lagi tentunya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menganjurkan dan

membimbing mereka untuk menempuh cara yang sesuai dengan syariat (halal)

dalam mendapatkan anak.” (Fatawa Al-Mar`ah Al-Muslimah hal. 288).

14
6.      Ulama di Malaysia

Ulama di Malaysia yang tergabung dalam Jabatan Kemajuan Islam

Malaysia memberi fatwa tentang bayi tabung yang menghasilkan keputusan

sebagai berikut:

a. Bayi Tabung Uji dari benih suami isteri yang dicantumkan secara “terhormat”

adalah sah di sisi Islam. Sebaliknya benih yang diambil dari bukan suami isteri

yang sah bayi tabung itu adalah tidak sah.

b.  Bayi yang dilahirkan melalui tabung uji itu boleh menjadi wali dan berhak

menerima harta pesaka dari keluarga yang berhak.

c.  Sekiranya benih dari suami atau isteri yang dikeluarkan dengan cara yang tidak

bertentangan dengan Islam, maka ianya dikira sebagai cara terhormat.

Pendapat lain pertama mengatakan hukumnya boleh (ja’iz) menurut

syara’. Sebab upaya tersebut adalah upaya untuk mewujudkan apa yang

disunnahkan oleh Islam, yaitu kelahiran dan berbanyak anak, yang merupakan

salah satu tujuan dasar dari suatu pernikahan. Diriwayatkan dari Anas RA bahwa

Nabi SAW telah bersabda :

“Menikahlah kalian dengan perempuan yang penyayang dan subur (peranak),

sebab sesungguhnya aku akan berbangga di hadapan para nabi dengan

banyaknya jumlah kalian pada Hari Kiamat nanti.” (HR. Ahmad)

 Diriwayatkan dari Abdullah bin Umar RA bahwa Rasulullah saw telah

bersabda :

15
“Menikahlah kalian dengan wanita-wanita yang subur (peranak) karena

sesungguhnya aku akan membanggakan (banyaknya) kalian pada Hari Kiamat

nanti.”(HR. Ahmad)

 Dengan demikian jika upaya pengobatan untuk mengusahakan

pembuahan dan kelahiran alami telah dilakukan dan ternyata tidak berhasil, maka

dimungkinkan untuk mengusahakan terjadinya pembuahan di luar tenpatnya yang

alami. Kemudian sel telur yang telah terbuahi oleh sel sperma suami dikembalikan

ke tempatnya yang alami di dalam rahim isteri agar terjadi kehamilan alami.

Proses ini dibolehkan oleh Islam, sebab berobat hukumnya sunnah (mandub) dan

di samping itu proses tersebut akan dapat mewujudkan apa yang disunnahkan oleh

Islam, yaitu terjadinya kelahiran dan berbanyak anak.

Pada dasarnya, upaya untuk mengusahakan terjadinya pembuahan yang

tidak alami tersebut hendaknya tidak ditempuh, kecuali setelah tidak mungkin lagi

mengusahakan terjadinya pembuahan alami dalam rahim isteri, antara sel sperma

suami dengan sel telur isterinya. Dalam proses pembuahan buatan dalam cawan

untuk menghasilkan kelahiran tersebut, disyaratkan sel sperma harus milik suami

dan sel telur harus milik isteri. Dan sel telur isteri yang telah terbuahi oleh sel

sperma suami dalam cawan, harus diletakkan pada rahim isteri. Hukumnya haram

bila sel telur isteri yang telah terbuahi diletakkan dalam rahim perempuan lain

yang bukan isteri, atau apa yang disebut sebagai “ibu pengganti” (surrogate

mother). Begitu  pula haram hukumnya bila proses dalam pembuahan buatan

tersebut terjadi antara sel sperma suami dengan sel telur bukan isteri, meskipun sel

telur yang telah dibuahi nantinya diletakkan dalam rahim isteri. Demikian pula

16
haram hukumnya bila proses pembuahan tersebut terjadi antara sel sperma bukan

suami dengan sel telur isteri, meskipun sel telur yang telah dibuahi nantinya

diletakkan dalam rahim isteri.

Ketiga bentuk proses di atas tidak dibenarkan oleh hukum Islam, sebab

akan menimbulkan pencampuradukan dan penghilangan nasab, yang telah

diharamkan oleh ajaran Islam.  Diriwayatkan dari Abu Hurairah RA bahwa dia

telah mendengar Rasulullah SAW bersabda ketika turun ayat li’an :

 “Siapa saja perempuan yang memasukkan kepada suatu kaum nasab (seseorang)

yang bukan dari kalangan kaum itu, maka dia tidak akan mendapat apa pun dari

Allah dan Allah tidak akan pernah memasukkannya ke dalam surga. Dan siapa

saja laki-laki yang mengingkari anaknya sendiri padahal dia melihat

(kemiripan)nya, maka Allah akan tertutup darinya dan Allah akan membeberkan

perbuatannya itu di hadapan orang-orang yang terdahulu dan kemudian (pada

Hari Kiamat nanti).” (HR. Ad Darimi)

 Diriwayatkan dari Ibnu Abbas RA, dia mengatakan bahwa Rasulullah

SAW telah bersabda :

“Siapa saja yang menghubungkan nasab kepada orang yang bukan ayahnya, atau

(seorang budak) bertuan (loyal/taat) kepada selain tuannya, maka dia akan

mendapat laknat dari Allah, para malaikat, dan seluruh manusia.” (HR. Ibnu

Majah)

 Ketiga bentuk proses di atas mirip dengan kehamilan dan kelahiran

melalui perzinaan, hanya saja di dalam prosesnya tidak terjadi penetrasi penis ke

dalam vagina. Oleh karena itu laki-laki dan perempuan yang menjalani proses

17
tersebut tidak dijatuhi sanksi bagi pezina (hadduz zina), akan tetapi dijatuhi sanksi

berupa ta’zir, yang besarnya diserahkan kepada kebijaksaan hakim (qadli).

2.6 Dalil tentang Program Bayi Tabung

Ajaran syariat Islam mengajarkan kita untuk tidak boleh berputus asa dan

menganjurkan untuk senantiasa berikhtiar (usaha) dalam menggapai karunia Allah

SWT. Demikian halnya di antara pancamaslahat yang diayomi oleh maqashid asy-

syari’ah (tujuan filosofis syariah Islam) adalah hifdz an-nasl (memelihara fungsi

dan kesucian reproduksi) bagi kelangsungan dan kesinambungan generasi umat

manusia. Allah telah menjanjikan setiap kesulitan ada solusi (QS.Al-Insyirah:5-6)

termasuk kesulitan reproduksi manusia dengan adanya kemajuan teknologi

kedokteran dan ilmu biologi modern yang Allah karuniakan kepada umat manusia

agar mereka bersyukur dengan menggunakannya sesuai kaedah ajaran-Nya.

Masalah inseminasi buatan ini menurut pandangan Islam termasuk

masalah kontemporer ijtihadiah, karena tidak terdapat hukumnya secara spesifik

di dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah bahkan dalam kajian fiqih klasik sekalipun.

Karena itu, kalau masalah ini hendak dikaji menurut Hukum Islam, maka harus

dikaji dengan memakai metode ijtihad yang lazimnya dipakai oleh para ahli

ijtihad (mujtahidin), agar dapat ditemukan hukumnya yang sesuai dengan prinsip

dan jiwa Al-Qur’an dan As-Sunnah yang merupakan sumber pokok hukum Islam.

Namun, kajian masalah inseminasi buatan ini seyogyanya menggunakan

pendekatan multi disipliner oleh para ulama dan cendikiawan muslim dari

berbagai disiplin ilmu yang relevan, agar dapat diperoleh kesimpulan hukum yang

18
benar-benar proporsional dan mendasar, misalnya ahli kedokteran, peternakan,

biologi, hukum, agama dan etika.

Bayi tabung pada manusia harus diklasifikasikan persoalannya secara

jelas. Bila dilakukan dengan sperma atau ovum suami isteri sendiri, baik dengan

cara mengambil sperma suami kemudian disuntikkan ke dalam vagina, tuba palupi

atau uterus isteri, maupun dengan cara pembuahannya di luar rahim, kemudian

buahnya (vertilized ovum) ditanam di dalam rahim istri; maka hal ini dibolehkan,

asal keadaan suami isteri tersebut benar-benar memerlukan inseminasi buatan

untuk membantu pasangan suami isteri tersebut memperoleh keturunan. Hal ini

sesuai dengan kaidah ‘al hajatu tanzilu manzilah al dharurat’ (hajat atau

kebutuhan yang sangat mendesak diperlakukan seperti keadaan darurat).

2.7 Mutharat dan Maslahah Teknik Bayi Tabung

Sebagaimana kita ketahui bahwa inseminasi buatan pada manusia dengan

donor sperma dan/atau ovum lebih banyak mendatangkan mudharat daripada

maslahah. Maslahah yang dibawa inseminasi buatan ialah membantu suami-isteri

yang mandul, baik keduanya maupun salah satunya, untuk mendapatkan

keturunan atau yang mengalami gangguan pembuahan normal. Proses bayi tabung

merupakan sebuah proses yang tidak alami dan biasanya sesuatu yang tidak alami

itu ada efek sampingnya.

 Mutharat

19
1. Ovarian Hyperstimulation Syndrome (OHSS), merupakan komplikasi dari

proses stimulasi perkembangan telur dimana banyak folikel yang dihasilkan

sehingga terjadi akumulasi cairan di perut. Cairan bisa sampai ke rongga dada

dan yang paling parah harus masuk rumah sakit karena cairan harus

dikeluarkan dengan membuat lubang dibagian perut. Kalau tidak dikeluarkan

bisa menggangu fungsi tubuh yang lain.

2. Kehamilan kembar, bukan merupakan rahasia lagi kalau proses bayi tabung

bisa menghasilkan lebih dari satu bayi. Kelihatannya enak punya anak kembar,

tapi katanya resiko melahirkannya lebih tinggi dari kalau hanya satu bayi.

Tidak jarang bayinya bisa masuk ICU karena prematur.

3. Keguguran. Ini memang bisa juga terjadi pada kehamilan normal. Tingkat

keguguran kehamilan bayi tabung sekitar 20%.

4. Kehamilan diluar kandungan atau kehamilan ektopik, kemungkinan terjadi

sekitar 5%.

5. Resiko pendarahan pada saat pengambilan sel telur (Ovum Pick Up, karena

prosedurnya menggunakan jarum khusus yang dimasukkan ke dalam rahim,

resiko pendarahan bisa terjadi yang tentunya membutuhkan perawatan lebih

lanjut.

6. Percampuran nasab, padahal Islam sangat menjada kesucian/kehormatan

kelamin dan kemurnian nasab, karena nasab itu ada kaitannya dengan

kemahraman dan kewarisan.

7. Bertentangan dengan sunnatullah atau hukum alam.

20
8. Inseminasi pada hakikatnya sama dengan prostitusi, karena terjadi percampuran

sperma pria dengan ovum wanita tanpa perkawinan yang sah.

9. Kehadiran anak hasil inseminasi bisa menjadi sumber konflik dalam rumah

tangga. Anak hasil inseminasi lebih banyak unsur negatifnya daripada anak

adopsi.

10.  Bayi tabung lahir tanpa melalui proses kasih sayang yang alami, terutama bagi

bayi tabung lewat ibu titipan yang menyerahkan bayinya kepada pasangan

suami-isteri yang punya benihnya sesuai dengan kontrak, tidak terjalin

hubungan keibuan secara alami. (QS. Luqman:14 dan Al-Ahqaf:14).

11.  Munculnya persewaan rahim dan permasalahannya.

12.  Bertentangan dengan kodrat dan fitrah manusia sebagai mahluk tuhan.

13.  Kemajuan teknologi telah memperbudak manusia.

14.  Memerlukan biaya yang besar sehingga hanya dapat dijangkau oleh kalangan

tertentu.

 Maslahah

Adapun maslahah dari teknik bayi tabung, antara lain :

1. Memberi harapan kepada pasangan suami istri yang lambat punya anak atau

mandul.

2. Memberikan harapan bagi kesejahteraan umat manusia.

3. Menghindari penyakit (seperti penyakit menurun/genetis, sehingga untuk

kedepan akan terlahir manusia yang sehat dan bebas dari penyakit keturunan.

4. Menuntut manusia untuk menciptakan sesuatu yang baru.

21
2.8 Status Anak Bayi Tabung Menurut Islam

1. Kedudukan Anak yang dilahirkan melalui proses bayi tabung menggunakan

sperma suami.

Kedudukan anak yang dilahirkan melalui proses bayi tabung menggunakan

sperma dan ovum dari pasangan suami isteri kemudian embrionya

ditransplantasikan ke dalam rahim isteri, adalah sebagai anak yang sah dan

mempunyai hak dan kewajiban yang sama dengan anak kandung. Di samping itu,

dikemukakan 2 macam keputusan, yaitu (1) Keputusan Muktamar Tarjih

Muhammadiyah dan (2) Putusan Majelis Ulama Indonesia. Isi keputusan

Muktamar Tarjih Muhammadiyah ke 21 di Klaten yang diadakan dari tanggal 6-

11 April 1980 dalam Sidang Seksi A (Bayi Tabung) menyebutkan bahwa: Bayi

tabung menurut proses dengan sperma dan ovum dari suami-isteri yang menurut

Hukum Islam, adalah Mubah, dengan syarat:

a. Teknik mengambil sperma dengan cara yang tidak bertentangan dengan

Syari’at Islam

b. Penempatan zygota seyogyanya dilakukan oleh dokter wanita

c. Resepien adalah isteri sendiri

d. Status anaka dari bayi tabung PLTSI_RRI (sperma dan ovum dari

suami-isteri) adalah anak sah dari suami-isteri yang bersangkutan.

Sedangkan dalam Surat Keputusan Majelis Ulama Indonesia Nomor: Kep-

952/MUI/XI/1990 tentang Inseminasi Buatan/Bayi Tabung, tertanggal 26

November 1990 menyebutkan bahwa: inseminasi buatan/bayi tabung dengan

sperma dan ovum yang diambil dari pasangan suami-isteri yang sah secara

22
muhtaram, dibenarkan oleh islam, selama mereka dalam ikatan perkawinan yang

sah.

2. Kedudukan anak yang dilahirkan melalui proses bayi tabung yang

menggunakan sperma donor.

Anak yang dilahirkan melalui proses bayi tabung yang menggunakan

sperma donor dapat dikualifikasikan sebagai anak zina. Hal ini disebabkan karena

anak itu bukan produk (sperma) dari orang tua (suami-isteri) yang sah.

3. Kedudukan anak yang dilahirkan melalui proses bayi tabung yan menggunakan

cara surrogate mother

Pada anak model titipan, nasabnya tidak dapat dihubungkan kepada ibu

yang memeliharanya. Hubungan antara anak titipan dan ibu yang menerima

titipan bisa disamakan dengan hubungan pada ibu susuan dan anak susuan.

Di bawah ini beberapa pendapat dan pandangan para ulama islam:

1) Dr. Ali Akbar menatakan bahwa :

“Menitipkan bayi tabung pada wanita yang bukan ibunya boleh,

karena si ibu tidak menghamilkannya, sebab rahimnya mengalami

gangguan, sedangkan menyusukan anak kepada wanita lain

dibolehkan dalam islam, maka boleh pulalah memberikan upah

kepada wanita yang meminjamkan rahimnya.”

2) H. Salim Dimyati sebagai berikut:

“Bayi tabung yang menggunakan sel telur dan sperma dari suami-

isteri yang sah, lalu embrionya dititipkan kepada ibu yang lain (ibu

pengganti), maka anak yang dilahirkannya tidak lebih hanya anak

23
ankat belaka, tidak ada hak mewarisi dan diwarisi, sebab anak angkat

bukanlah anak sendiri, tidak boleh disamakan dengan anak kandung.”

Beberapa pendapat di atas pada prinsipnya menyetujui penggunaan

teknik bayi tabung yang mengunakan sperma dan ovum dari pasanan

suami-isteri kemudian embrionya ditransplantasikan ke dalam rahim

surrogate mother, tetapi ada juga hasil ijtihad yang melarang penggunaan

teknik tersebut.

24
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan

Masalah ini tetap menjadi titik perbedaan pendapat dari kalangan

yang berbeda pandangan. Wajar terjadi perbedaan ini, karena ketiadaan

nash yang secara langsung membolehkan atau mengharamkan tekhnik

bayi tabung. Nash yang ada hanya bicara tentang hukum bayi tabung,

sedangkan syarat-syaratnya masih berbeda. Dan karena berbeda dalam

menetapkan syarat itulah makanya para ulama berbeda dalam menetapkan

hukumnya.            

Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa:

1. Inseminasi buatan dengan sel sperma dan ovum dari suami istri

sendiri dan tidak ditransfer embrionya kedalam rahim wanita lain(ibu

titipan) diperbolehkan oleh islam, jika keadaan kondisi suami istri yang

bersangkutan benar-benar memerlukan. Dan status anak hasil inseminasi

macam ini sah menurut Islam.

2.  Inseminasi buatan dengan sperma dan ovum

donor diharamkan oleh Islam. Hukumnya sama dengan Zina dan anak

yang lahir dari hasil inseminasi macam ini statusnya sama dengan anak

yang lahir diluar perkawinan yang sah.

3.2 Saran

Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi

pokok bahasan dalam makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan

kelemahannya. Penulis banyak berharap para pembaca memberikan kritik dan

25
saran yang membangun kepada penulis demi sempurnanya makalah ini dan dan

penulisan makalah di kesempatan-kesempatan berikutnya. Semoga makalah ini

berguna bagi penulis pada khususnya juga para pembaca pada umumnya.

26
DAFTAR PUSTAKA

Tugas Makalah, “Makalah Kesehatan Bayi Tabung,” Blog Ini Berisikan Contoh
Makalah, Artikel-artikel Tentang Informasi dan Edukasi,
http://www.tugasmakalah.com/2016/04/makalah-kesehatan-bayi-tabung-
dalam.html/ (diakses 24 September 2017)

Kumpulan Materi, Tugas Sekola dan Belajar Online Gratis, “Bayi Tabung
Menurut Pandangan Islam,” Tempat untuk Berbagi dan Belajar,
http://amalilmukita.blogspot.co.id/p/makalah-bayi-tabung-menurut-
pandangan.html/ (diakses 24 September 2017)

http://www.anton-nb.com/2015/08/sejarah-dan-pengertian-bayi-tabung-in.html

https://www.academia.edu/10698244/Bayi_Tabung_Dalam_Islam

27

Anda mungkin juga menyukai