Penyusun
1
Daftar Isi
Kata Pengantar....................................................................................................….1
Daftar Isi..................................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN
Kesimpulan............................................................................................................25
Saran......................................................................................................................25
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................27
2
BAB I
PENDAHULUAN
Pada dasarnya pembuahan yang alami terjadi dalam rahim melalui cara
yang alami pula (hubungan seksual), sesuai dengan fitrah yang di tetapkan Allah
untuk manusia. Setiap pasangan suami istri pasti mengharapkan hadirnya seorang
atau beberapa orang anak sebagai buah hati dari perkawinan mereka. Akan tetapi
pembuahan alami ini terkadang sulit terwujud, misalnya karena rusaknya atau
tertutupnya saluran indung telur (tuba fallopii) yang membawa sel telur ke rahim,
atau karena sel sperma suami lemah sehingga tidak mampu menjangkau rahim
istri. Semua ini akan meniadakan kelahiran dan menghambat suami istri untuk
mendapatkan anak.
Dengan kemajuan yang pesat dibidang teknologi. Kini banyak teknologi-
teknologi yang mampu menciptakan bermacam-macam produk hasil teknologi
yang berkualitas. Diantara produk teknologi mutakhir adalah di bidang biologi.
Salah satunya yaitu bayi tabung untuk mengatasi permasalahan yang telah di
uraikan di atas. Pada dasarnya orang orang memuji kemajuan di bidang teknologi
tersebut, namun mereka belum tahu pasti apakah produk-produk hasil teknologi
itu dibenarkan menurut hukum agama. Oleh karena hal tersebut di atas, untuk
mengetahui lebih banyak tentang bayi tabung dan bagaimana menurut hukum
islam tentang bayi tabung tersebut, maka kami akan mencoba menggali,
mengkaji, dan memaparkan makalah yang berjudul “Bayi Tabung”.
Makalah tentang bayi tabung ini di maksudkan agar masyarakat terutama
dari kalangan agama islam memberi tanggapan dan masukan tentang proyek
pengembangan bayi tabung di Indonesia yang mulai terbuka untuk peminat bayi
tabung. Sebagai akibat dari kemajuan ilmu pengetahuan modern dan teknologi
kedokteran dan biologi canggih, maka teknologi bayi tabung juga maju dengan
pesat, sehingga jika teknologi bayi tabung ini di tangani oleh orang-orang yang
3
kurang beriman dan bertaqwa, dikhawatirkan dapat merusak peradaban umat
manusia, bisa merusak nilai-nilai agama, moral, dan budaya bangsa.
1.2 Tujuan
Tujuan secara umum dari diadakannya penulisan makalah ini yaitu untuk
mengetahui informasi tentang perkembangan teknologi bayi tabung dan
kesesuaian dengan hukum agama islam serta tujuan khusus dari makalah ini untuk
memenuhi tugas mata kuliah agama.
1.3 Manfaat
Manfaat dari pembuatan makalah ini yaitu menambah ilmu pengetahuan dan
wawasan serta mengetahui tentang bayi tabung dalam pandangan islam.
4
BAB II
TINJAUAN TEORI
sebuah teknik pembuahan yang sel telur (ovum) dibuahi di luar tubuh wanita. Ini
merupakan salah satu metode untuk mengatasi masalah kesuburan ketika metode
lainnya tidak berhasil. Dalam proses bayi tabung, sel telur yang sudah matang
diambil dari indung telur. Secara teknis, dokter mengambil sel telur dari indung
telur wanita dengan alat yang di sebut “laparoscop” yang ditemukan dr. Patrick C.
Steptoe dari Inggris. Lalu dibuahi dengan sperma di dalam sebuah medium cairan.
Setelah berhasil, embrio kecil yang terjadi dimasukkan ke dalam rahim dengan
mempertemukan sel sperma dan sel telur dalam suatu wadah khusus. Pada kondisi
menghasilkan suatu embrio yang akan ditempatkan pada rahim ibu. Embrio ini
juga dapat disimpan dalam bentuk beku dan dapat digunakan kelak jika
ibu- ibu yang memiliki gangguan pada saluran tubanya. Pada kondisi normal, sel
5
telur yang telah matang akan dilepaskan oleh indung telur (ovarium) menuju
saluran tuba (tuba fallopi) untuk selanjutnya menunggu sel sperma yang akan
membuahi. Jika terdapat gangguan pada saluran tuba maka proses ini tidak akan
Setelah pencarian dan penelitian yang cukup lama, akhirnya pada 25 juli
1978 lahirlah bayi tabung pertama di dunia. Bayi tersebut adalah seorang bayi
perempuan dan diberi nama Louise Brown. Brown dilahurkan di Rumah Sakit
Bristol di London, Inggris. Sukses kelahiran Louise dengan teknik bayi tabung ini
tidak lepas dari peran Patrick C.Steptoe, ahli kandungan dan kebidanan dari
Rumah Sakit Oldham, dan Robert Edwards, seorang dokter dan peneliti medis.
Louise kini hidup di inggris dan aktif bekerja di sebuah pusat perawatan bayi.
Teknologi bayi tabung kini telah menjadi sumber harapan utama bagi pasangan
yang ingin memperoleh keturunan dan telah dipakai oleh setidaknya 70% dari
keturunan.
tabung pertama yang dilahirkan di Indonesia adalah Nugroho Karyanto yang lahir
pada 2 mei 1988. Bayi tersebut dilahirkan di Rumah Sakit Anak dan Bersalin
(RSAB) Harapan kita, jakarta. Sampai sekarang, RSAB Harapan kita telah
6
2.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Mengapa Bayi Tabung Diadakan
1. Faktor hubungan seksual, yaitu frekuensi yang tidak teratur (mungkin terlalu
sering atau terlalu jarang), gangguan fungsi seksual pria yaitu disfungsi ereksi,
arah kandung kencing), dan gangguan fungsi seksual wanita yaitu dispareunia
2. Faktor infeksi, berupa infeksi pada sistem seksual dan reproduksi pria maupun
wanita, misalnva infeksi pada buah pelir dan infeksi pada rahim.
3. Faktor hormon, berupa gangguan fungsi hormon pada pria maupun wanita
4. Faktor fisik, berupa benturan atau temperatur atau tekanan pada buah pelir
wanita, maka faktor-faktor penyebab tersebut tersebut harus dihindari. Tetapi jika
pasangan. Gangguan kesuburan mungkin dapat diatasi, mungkin juga tidak dapat
7
diatasi. Hal itu sangat tergantung kepada penyebabnya dan sejauh mana kesuburan
telah terganggu. Berbagai cara dan pengobatan telah tersedia untuk mengatasi
Cara yang ada untuk membuka kembali saluran telur yang tersumbat ternyata
tidak memberikan hasil yang baik. Contoh lain, pengobatan gangguan sperma,
mungkin memberikan hasil yang baik, mungkin juga tidak. Pengobatan gangguan
sperma yang disebabkan karena infeksi pada buah pelir, pada umumnya tidak
memuaskan.
Itu berarti tidak semua pasangan infertil dapat mengatasi masalahnya dan
dapat mempunyai anak. Karena itu, pada keadaan di mana gangguan kesuburan
tidak dapat diatasi, dilakukan cara lain yang merupakan cara pintas. Cara pintas
tujuan akhir, yaitu menghasilkan kehamilan. Cara pintas yang tersedia ialah
inseminasi buatan dengan menggunakan sperma suami dan tehnik “bayi tabung”.
Inseminasi buatan dengan sperma suami dilakukan bila terjadi gangguan kualitas
sperma tidak dapat masuk ke vagina, dan gangguan mulut rahim sehingga sel
seolah-olah tehnik “bayi tabung” adalah segalanya. Seolah-olah dengan cara ini
pasangan infertil pasti dapat menjadi hamil dan mempunyai anak. Padahal
ternyata tidak demikian. Keberhasilan tehnik “bayi tabung” dengan cara yang
8
paling mutakhir dan di negara maju sekalipun, masih tergolong rendah sementara
Apabila mengkaji tentang bayi tabung dari hukum islam,maka harus dikaji
dengan memakai metode ijtihad yang lazim dipakai oleh para ahli ijtihad agar
hukum ijtihadnya sesuai dengan prinsip-prinsip dan jiwa al-Quran dan sunnah
sel sperma dan ovum suami istri sendiri dan tidak ditransfer embrionya kedalam
rahim wanita lain termasuk istrinya sendiri yang lain (bagi suami yang
suami, kemudian disuntikkan kedalam vagina atau uterus istri, maupun dengan
rahim istri, asal keadaan kondisi suami istri yang bersangkutan benar-benar
memerlukan cara inseminasi buatan untuk memperoleh anak, karena dengan cara
Hadist Nabi:
Tidak halal bagi seseorang yang beriman pada Allah dan hari Akhir
menyiramkan airnya (sperma) pada tanaman orang lain (vagina istri orang lain).
Hadist Riwayat Abu Daud, Al-Tirmizi dan hadist ini dipandang sahih oleh Ibnu
yang mempunyai ikatan perkawinan yang sah. Pada zaman dulu masalah bayi
9
hukumnya dari mereka. Kita dapat menyadari bahwa inseminasi buatan / bayi
tabung dengan donor sperma atau ovum lebih mendatangkan madaratnya daripada
maslahahnya.
Menurut Fatwa MUI (hasil komisi fatwa tanggal 13 Juni 1979), Dewan
a. Bayi tabung dengan sperma clan ovum dari pasangan suami isteri yang sah
b. Bayi tabung dari pasangan suami-isteri dengan titipan rahim isteri yang lain
(misalnya dari isteri kedua dititipkan pada isteri pertama) hukumnya haram
berdasarkan kaidah Sadd az-zari’ah, sebab hal ini akan menimbulkan masalah
yang rumit dalam kaitannya dengan masalah warisan (khususnya antara anak
yang dilahirkan dengan ibu yang mempunyai ovum dan ibu yang mengandung
c. Bayi tabung dari sperma yang dibekukan dari suami yang telah meninggal
dunia hukumnya haram berdasarkan kaidah Sadd a z-zari’ah, sebab hal ini akan
d. Bayi tabung yang sperma dan ovumnya diambil dari selain pasangan suami
isteri yang sah hukumnya haram, karena itu statusnya sama dengan hubungan
kelamin antar lawan jenis di luar pernikahan yang sah (zina), dan berdasarkan
10
kaidah Sadd az-zari’ah, yaitu untuk menghindarkan terjadinya perbuatan zina
sesungguhnya.
Nahdlatul Ulama (NU) juga telah menetapkan fatwa terkait masalah ini
dalam forum Munas Alim Ulama di Kaliurang, Yogyakarta pada 1981. Ada tiga
a. Pertama, apabila mani yang ditabung dan dimasukan ke dalam rahim wanita
tersebut ternyata bukan mani suami-istri yang sah, maka bayi tabung
hukumnya haram. Hal itu didasarkan pada sebuah hadis yang diriwayatkan
Ibnu Abbas RA, Rasulullah SAW bersabda, “Tidak ada dosa yang lebih
b. Kedua, apabila sperma yang ditabung tersebut milik suami-istri, tetapi cara
dilarang oleh syara’,” papar ulama NU dalam fatwa itu. Terkait mani yang
hal tersebut diperbolehkan, karena istri memang tempat atau wahana yang
11
c. Ketiga, apabila mani yang ditabung itu mani suami-istri dan cara
Menurut salah satu putusan Fatwa Ulama Saudi Arabia, disebutkan bahwa
Alim ulama di lembaga riset pembahasan ilmiyah, fatwa, dakwah dan bimbingan
Islam di Kerajaan Saudi Arabia telah mengeluarkan fatwa pelarangan praktek bayi
saya, hendaknya seseorang ridha dengan keputusan Allah Ta’ala, sebab Dia-lah
Lima perkara berikut ini diharamkan dan terlarang sama sekali, karena
dapat mengakibatkan percampuran nasab dan hilangnya hak orang tua serta
a. Sperma yang diambil dari pihak lelaki disemaikan kepada indung telur pihak
b. Indung telur yang diambil dari pihak wanita disemaikan kepada sperma yang
12
c. Sperma dan indung telur yang disemaikan tersebut diambil dari sepasang suami
d. Sperma dan indung telur yang disemaikan berasal dari lelaki dan wanita lain
e. Sperma dan indung telur yang disemaikan tersebut diambil dari seorang suami
Dua perkara berikut ini boleh dilakukan jika memang sangat dibutuhkan
dan setelah memastikan keamanan dan keselamatan yang harus dilakukan, sebagai
berikut:
a. Sperma tersebut diambil dari si suami dan indung telurnya diambil dari istrinya
masalah ini adalah aurat vital si wanita harus tetap terjaga (tertutup) demikian
juga kemungkinan kegagalan proses operasi persemaian sperma dan indung telur
rumah sakit yang dengan sengaja mengganti sperma ataupun indung telur supaya
operasi tersebut berhasil demi mendapatkan materi dunia. Oleh sebab itu dalam
13
5. Syaikh Nashiruddin Al-Albani
berpendapat lain, beliau berpendapat sebagai berikut : “Tidak boleh, karena proses
dokter (laki-laki) akan melihat aurat wanita lain. Dan melihat aurat wanita lain
sehingga tidak boleh dilakukan kecuali dalam keadaan darurat. Sementara tidak
memindahkan maninya ke istrinya dengan cara yang haram ini. Bahkan terkadang
berkonsekuensi sang dokter melihat aurat suami wanita tersebut, dan ini pun tidak
boleh. Lebih dari itu, menempuh cara ini merupakan sikap taklid terhadap
peradaban orang-orang Barat (kaum kuffar) dalam perkara yang mereka minati
atau (sebaliknya) mereka hindari. Seseorang yang menempuh cara ini untuk
mendapatkan keturunan dikarenakan tidak diberi rizki oleh Allah berupa anak
dengan cara alami (yang dianjurkan syariat), berarti dia tidak ridha dengan takdir
untuk mencari rizki berupa usaha dan harta dengan cara yang halal, maka lebih-
membimbing mereka untuk menempuh cara yang sesuai dengan syariat (halal)
14
6. Ulama di Malaysia
sebagai berikut:
a. Bayi Tabung Uji dari benih suami isteri yang dicantumkan secara “terhormat”
adalah sah di sisi Islam. Sebaliknya benih yang diambil dari bukan suami isteri
b. Bayi yang dilahirkan melalui tabung uji itu boleh menjadi wali dan berhak
c. Sekiranya benih dari suami atau isteri yang dikeluarkan dengan cara yang tidak
syara’. Sebab upaya tersebut adalah upaya untuk mewujudkan apa yang
disunnahkan oleh Islam, yaitu kelahiran dan berbanyak anak, yang merupakan
salah satu tujuan dasar dari suatu pernikahan. Diriwayatkan dari Anas RA bahwa
bersabda :
15
“Menikahlah kalian dengan wanita-wanita yang subur (peranak) karena
nanti.”(HR. Ahmad)
pembuahan dan kelahiran alami telah dilakukan dan ternyata tidak berhasil, maka
alami. Kemudian sel telur yang telah terbuahi oleh sel sperma suami dikembalikan
ke tempatnya yang alami di dalam rahim isteri agar terjadi kehamilan alami.
Proses ini dibolehkan oleh Islam, sebab berobat hukumnya sunnah (mandub) dan
di samping itu proses tersebut akan dapat mewujudkan apa yang disunnahkan oleh
tidak alami tersebut hendaknya tidak ditempuh, kecuali setelah tidak mungkin lagi
mengusahakan terjadinya pembuahan alami dalam rahim isteri, antara sel sperma
suami dengan sel telur isterinya. Dalam proses pembuahan buatan dalam cawan
untuk menghasilkan kelahiran tersebut, disyaratkan sel sperma harus milik suami
dan sel telur harus milik isteri. Dan sel telur isteri yang telah terbuahi oleh sel
sperma suami dalam cawan, harus diletakkan pada rahim isteri. Hukumnya haram
bila sel telur isteri yang telah terbuahi diletakkan dalam rahim perempuan lain
yang bukan isteri, atau apa yang disebut sebagai “ibu pengganti” (surrogate
mother). Begitu pula haram hukumnya bila proses dalam pembuahan buatan
tersebut terjadi antara sel sperma suami dengan sel telur bukan isteri, meskipun sel
telur yang telah dibuahi nantinya diletakkan dalam rahim isteri. Demikian pula
16
haram hukumnya bila proses pembuahan tersebut terjadi antara sel sperma bukan
suami dengan sel telur isteri, meskipun sel telur yang telah dibuahi nantinya
Ketiga bentuk proses di atas tidak dibenarkan oleh hukum Islam, sebab
diharamkan oleh ajaran Islam. Diriwayatkan dari Abu Hurairah RA bahwa dia
“Siapa saja perempuan yang memasukkan kepada suatu kaum nasab (seseorang)
yang bukan dari kalangan kaum itu, maka dia tidak akan mendapat apa pun dari
Allah dan Allah tidak akan pernah memasukkannya ke dalam surga. Dan siapa
(kemiripan)nya, maka Allah akan tertutup darinya dan Allah akan membeberkan
“Siapa saja yang menghubungkan nasab kepada orang yang bukan ayahnya, atau
(seorang budak) bertuan (loyal/taat) kepada selain tuannya, maka dia akan
mendapat laknat dari Allah, para malaikat, dan seluruh manusia.” (HR. Ibnu
Majah)
melalui perzinaan, hanya saja di dalam prosesnya tidak terjadi penetrasi penis ke
dalam vagina. Oleh karena itu laki-laki dan perempuan yang menjalani proses
17
tersebut tidak dijatuhi sanksi bagi pezina (hadduz zina), akan tetapi dijatuhi sanksi
Ajaran syariat Islam mengajarkan kita untuk tidak boleh berputus asa dan
SWT. Demikian halnya di antara pancamaslahat yang diayomi oleh maqashid asy-
syari’ah (tujuan filosofis syariah Islam) adalah hifdz an-nasl (memelihara fungsi
kedokteran dan ilmu biologi modern yang Allah karuniakan kepada umat manusia
di dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah bahkan dalam kajian fiqih klasik sekalipun.
Karena itu, kalau masalah ini hendak dikaji menurut Hukum Islam, maka harus
dikaji dengan memakai metode ijtihad yang lazimnya dipakai oleh para ahli
ijtihad (mujtahidin), agar dapat ditemukan hukumnya yang sesuai dengan prinsip
dan jiwa Al-Qur’an dan As-Sunnah yang merupakan sumber pokok hukum Islam.
pendekatan multi disipliner oleh para ulama dan cendikiawan muslim dari
berbagai disiplin ilmu yang relevan, agar dapat diperoleh kesimpulan hukum yang
18
benar-benar proporsional dan mendasar, misalnya ahli kedokteran, peternakan,
jelas. Bila dilakukan dengan sperma atau ovum suami isteri sendiri, baik dengan
cara mengambil sperma suami kemudian disuntikkan ke dalam vagina, tuba palupi
atau uterus isteri, maupun dengan cara pembuahannya di luar rahim, kemudian
buahnya (vertilized ovum) ditanam di dalam rahim istri; maka hal ini dibolehkan,
untuk membantu pasangan suami isteri tersebut memperoleh keturunan. Hal ini
sesuai dengan kaidah ‘al hajatu tanzilu manzilah al dharurat’ (hajat atau
keturunan atau yang mengalami gangguan pembuahan normal. Proses bayi tabung
merupakan sebuah proses yang tidak alami dan biasanya sesuatu yang tidak alami
Mutharat
19
1. Ovarian Hyperstimulation Syndrome (OHSS), merupakan komplikasi dari
2. Kehamilan kembar, bukan merupakan rahasia lagi kalau proses bayi tabung
bisa menghasilkan lebih dari satu bayi. Kelihatannya enak punya anak kembar,
tapi katanya resiko melahirkannya lebih tinggi dari kalau hanya satu bayi.
3. Keguguran. Ini memang bisa juga terjadi pada kehamilan normal. Tingkat
sekitar 5%.
5. Resiko pendarahan pada saat pengambilan sel telur (Ovum Pick Up, karena
lanjut.
kelamin dan kemurnian nasab, karena nasab itu ada kaitannya dengan
20
8. Inseminasi pada hakikatnya sama dengan prostitusi, karena terjadi percampuran
9. Kehadiran anak hasil inseminasi bisa menjadi sumber konflik dalam rumah
tangga. Anak hasil inseminasi lebih banyak unsur negatifnya daripada anak
adopsi.
10. Bayi tabung lahir tanpa melalui proses kasih sayang yang alami, terutama bagi
bayi tabung lewat ibu titipan yang menyerahkan bayinya kepada pasangan
12. Bertentangan dengan kodrat dan fitrah manusia sebagai mahluk tuhan.
14. Memerlukan biaya yang besar sehingga hanya dapat dijangkau oleh kalangan
tertentu.
Maslahah
1. Memberi harapan kepada pasangan suami istri yang lambat punya anak atau
mandul.
kedepan akan terlahir manusia yang sehat dan bebas dari penyakit keturunan.
21
2.8 Status Anak Bayi Tabung Menurut Islam
sperma suami.
ditransplantasikan ke dalam rahim isteri, adalah sebagai anak yang sah dan
mempunyai hak dan kewajiban yang sama dengan anak kandung. Di samping itu,
11 April 1980 dalam Sidang Seksi A (Bayi Tabung) menyebutkan bahwa: Bayi
tabung menurut proses dengan sperma dan ovum dari suami-isteri yang menurut
Syari’at Islam
d. Status anaka dari bayi tabung PLTSI_RRI (sperma dan ovum dari
sperma dan ovum yang diambil dari pasangan suami-isteri yang sah secara
22
muhtaram, dibenarkan oleh islam, selama mereka dalam ikatan perkawinan yang
sah.
sperma donor dapat dikualifikasikan sebagai anak zina. Hal ini disebabkan karena
anak itu bukan produk (sperma) dari orang tua (suami-isteri) yang sah.
3. Kedudukan anak yang dilahirkan melalui proses bayi tabung yan menggunakan
Pada anak model titipan, nasabnya tidak dapat dihubungkan kepada ibu
yang memeliharanya. Hubungan antara anak titipan dan ibu yang menerima
titipan bisa disamakan dengan hubungan pada ibu susuan dan anak susuan.
“Bayi tabung yang menggunakan sel telur dan sperma dari suami-
isteri yang sah, lalu embrionya dititipkan kepada ibu yang lain (ibu
23
ankat belaka, tidak ada hak mewarisi dan diwarisi, sebab anak angkat
teknik bayi tabung yang mengunakan sperma dan ovum dari pasanan
surrogate mother, tetapi ada juga hasil ijtihad yang melarang penggunaan
teknik tersebut.
24
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
bayi tabung. Nash yang ada hanya bicara tentang hukum bayi tabung,
hukumnya.
1. Inseminasi buatan dengan sel sperma dan ovum dari suami istri
yang lahir dari hasil inseminasi macam ini statusnya sama dengan anak
3.2 Saran
pokok bahasan dalam makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan
25
saran yang membangun kepada penulis demi sempurnanya makalah ini dan dan
berguna bagi penulis pada khususnya juga para pembaca pada umumnya.
26
DAFTAR PUSTAKA
Tugas Makalah, “Makalah Kesehatan Bayi Tabung,” Blog Ini Berisikan Contoh
Makalah, Artikel-artikel Tentang Informasi dan Edukasi,
http://www.tugasmakalah.com/2016/04/makalah-kesehatan-bayi-tabung-
dalam.html/ (diakses 24 September 2017)
Kumpulan Materi, Tugas Sekola dan Belajar Online Gratis, “Bayi Tabung
Menurut Pandangan Islam,” Tempat untuk Berbagi dan Belajar,
http://amalilmukita.blogspot.co.id/p/makalah-bayi-tabung-menurut-
pandangan.html/ (diakses 24 September 2017)
http://www.anton-nb.com/2015/08/sejarah-dan-pengertian-bayi-tabung-in.html
https://www.academia.edu/10698244/Bayi_Tabung_Dalam_Islam
27