OLEH
KELOMPOK 3
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2017
BAB 1
1
PENDAHULUAN
2
1.2. Tujuan
Untuk memberikan informasi dan membuka wawasan pembaca mengenai
transplantasi organ dan perdagangan organ.
1.4. Manfaat
Memberikan informasi dan wawasan kepada pembaca mengenai transplantasi
organ dan klasifikasinya, serta tinjauan dari segi hukum, etika moral dan agama,
khususnya bagi para calon tenaga kesehatan.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
3
2.1. Pengertian Transplantasi Organ
Transplantasi Organ adalah rangkaian tindakan medis untuk memindahkan
organ dan atau jaringan tubuh manusia yang berasal dari tubuh orang lain atau
tubuh sendiri dalam rangka pengobatan untuk menggantikan organ atau jaringan
tubuh yang tidak berfungsi dengan baik (pasal 1 butir 5 UUK). Transplantasi
organ dan jaringan tubuh manusia merupakan tindakan medik yang sangat
bermanfaat bagi pasien dengan gangguan fungsi organ tubuh yang berat. Ini
adalah terapi pengganti (alternatif) yang merupakan upaya terbaik untuk
menolong pasien dengan kegagalan organnya,karena hasilnya lebih memuaskan
dibandingkan dengan yang lain dan hingga saat ini terus berkembang dalam dunia
kedokteran. Namun tindakan medis ini tidak dapat dilakukan begitu saja, karena
masih harus dipertimbangkan dari segi non medis, yaitu dari segi agama, hukum,
budaya, etika dan moral. Kendala lain yang dihadapi Indonesia dewasa ini dalam
menetapkan terapi transplatasi,adalah terbatasnya jumlah donor keluarga (Living
Related Donor / LRD) dan donasi organ jenazah, karena itu diperlukan kerjasama
yang saling mendukung antara para pakar terkait (hukum, kedokteran, sosiologi,
pemuka agama).
Transplantasi organ dapat dikategorikan sebagai “life saving” sedangkan
transplantasi jaringan dikategorikan sebagai “life enhancing”.Dalam pelaksanaan
transplantasi organ tubuh ada tiga pihak yang terkait dengannya, yaitu orang yang
anggota tubuhnya dipindahkan disebut donor (pen-donor), sedang yang menerima
disebut resipien dan para dokter yang menangani operasi transplantasi dari pihak
donor kepada resipien.
4
dihadapi oleh donor harus proporsional dengan manfaat yang didatangkan oleh
tindakan tersebut atas diri penerima, pengangkatan organ tubuh tidak boleh
mengganggu secara serius kesehatan donor atau fungsi tubuhnya, donor wajib
memutuskan dengan penuh kesadaran dan bebas, dengan mengetahui resiko
yang mungkin terjadi
b. Donor dalam keadaan koma. Apabila donor dalam keadaan koma,atau diduga
kuat akan meninggal segera, maka dalam pengambilan organ tubuh donor
memerlukan alat kontrol dan penunjang kehidupan, misalnya bantuan alat
pernafasan khusus.
c. Donor dalam keadaan meninggal. Dalam tipe ini, organ tubuh yang akan
dicangkokkan diambil ketika donor sudah meninggal berdasarkan ketentuan
medis dan yuridis.
Dalam hal pengambilan organ dari jenazah dikenal ada 2 sistem yang
diberlakukan secara nasional, yaitu :
1) Sistem izin (toestemming system): Sistem ini menyatakan bahwa transplantasi
baru dapat dilakukan jika ada persetujuan dari donor sebelum pengambilan
organ. Indonesia menganut sistem ini.
2) Sistem tidak berkeberatan(geen bezwaar system): dalam sistem ini transplantasi
organ dapat dilakukan sejauh tidak ada penolakan dari pihak donor. Tidak
adanya penolakan dari donor, dalam sistem ini, ditafsirkan sebagai ”donor
tidak keberatan dilakukan pengambilan organ”.
5
pribadi. Artinya, tidak dibenarkan menolong orang lain yang berakibat
membinasakan diri sendiri, sebagaimana firman-Nya, “dan janganlah kamu
menjerumuskan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan.” (QS. Al-Baqarah 2: 195).
Jadi, jika menurut perhitungan medis menyumbangkan organ tubuh itu tidak
membahayakan pendonor atau penyumbang, hukumnya boleh, bahkan
dikategorikan ibadah kalau dilakukan secara ikhlas. Namun bila mencelakakannya
maka hukumnya haram.
6
3) Ketentuan mengenai syarat dan tata cara penyelenggaraan transplantasi
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2) ditetapkan dengan Peraturan
Pemerintah.
2. PP No. 18 Tahun 1981
Dalam PP No.18 tahun 1981 tentang bedah mayat klinis, bedah mayat
anatomis dan transplantasi alat serta jaringan tubuh manusia tercantum pasal
tentang transplantasi sebagai berikut:
Pasal 1 :
a) Alat tubuh manusia adalah kumpulan jaringan-jaringan tubuh yang dibentuk
oleh beberapa jenis sel dan mempunyai bentuk serta faal (fungsi) tertentu untuk
tubuh tersebut.
b) Jaringan adalah kumpulan sel-sel yang mempunyai bentuk dan faal (fungsi)
yang sama dan tertentu.
c) Transplantasi adalah rangkaian tindakan kedokteran untuk pemindahan organ
dan atau jaringan tubuh manusia yang berasal dari tubuh orang lain dalam rangka
pengobatan untuk menggantikan alat dan atau jaringan tubuh ynag tidak berfungsi
dengan baik.
d) Donor adalah orang yang menyumbangkan alat atau jaringan tubuhnya kepada
orang lain untuk keperluan kesehatan.
e) Meninggal dunia adalah keadaan insani yang diyakini oleh ahli kedokteran
yang berwenang bahwa fungsi otak, pernafasan, dan atau denyut jantung
seseorang telah berhenti. Ayat yang mengenai definisi meninggal dunia kurang
jelas, maka IDI dalam seminar nasionalnya mencetuskan fatwa tentang masalah
mati yaitu bahwa seseorang dikatakan mati bila fungsi spontan pernafasan dan
jantung telah berhenti secara pasti atau irreversible,atau terbukti telah terjadi
kematian batang otak.
b. Peraturan Mengenai Tenaga Kesehatan Yang Berwenang
Di Indonesia transplantasi hanya boleh dilakukan oleh tenaga kesehatan
yang memiliki kewenangan, yang melakukannya atas dasar adanya persetujuan
dari donor maupun ahli warisnya (pasal 34 ayat 1 UU No. 23/1992).Karena
transplantasi organ merupakan tindakan medis, maka yang berwenang
melakukannya adalah dokter. Dokter yang melakukan transplantasi adalah dokter
7
yang bekerja di RS yang ditunjuk oleh Menkes (pasal 11 ayat 1 PP
18/1981).Untuk menghindari adanya konflik kepentingan, maka dokter yang
melakukan transplantasi tidak boleh dokter yang mengobati pasien (pasal 11 ayat
2 PP 18/1981)
c. Syarat Pelaksanaan Transplantasi
Pada transplantasi organ yang melibatkan donor organ hidup, pengambilan organ
dari donor harus memperhatikan kesehatan donor yang bersangkutan.
Pengambilan organ baru dapat dilakukan jika donor telah diberitahu tentang
resiko operasi, dan atas dasar pemahaman yang benar tadi donor dan ahli waris
atau keluarganya secara sukarela menyatakan persetujuannya (pasal 32 ayat 2 UU
No. 23/1992)
Syarat dilaksanakannya transplantasi adalah Keamanan, Voluntarisme
(pemberitahuan resiko terhadap tindakan transplatasi organ).
d. Larangan dan Sanksi Hukum Terhadap Perdagangan Organ
Pelanggaran terbanyak atas aturan internasional adalah jual beli organ dalam
rangka transplantasi organ.Jual beli organ terjadi akibat tidak seimbangnya
kebutuhan (need) dan penawaran (demand) organ untuk keperluan transplantasi.
1. Larangan Komersialisasi Organ Atau Jaringan Tubuh
a. Pasal 16 PP 18/1981 menyatakan bahwa donor dilarang menerima imbalan
material dalam bentuk apapun.
b. Pasal 80 ayat 3 UU No 23/1992 menyatakan bahwa barangsiapa dengan sengaja
melakukan perbuatan dengan tujuan komersial dalam pelaksanaan transplantasi
organ tubuh atau jaringan tubuh atau tranfusi darah dipidana dengan pidana
penjara paling lama 15 tahun dan pidana denda paling banyak 300 juta rupiah.
2. Larangan pengiriman dan penerimaan organ jaringan dari dan keluar negeri
(pasal 19 PP No. 18/1981).
Tujuan pengaturan ini adalah:
1. Melarang transplantasi untuk tujuan komersial
2. Transplantasi bukanlah suatu obyek yang dapat diperjualbelikan dalam
mencari keuntungan.
3. Tindakan transplantasi adalah suatu usaha mulia yang bertujuan menolong
sesama manusia untuk mengurangi penderitaannya.
8
2.5. Tujuan Transplantasi Organ
Transplantasi organ merupakan suatu tindakan medis memindahkan sebagian
tubuh atau organ yang sehat untuk menggantikan fungsi organ sejenis yang tidak
dapat berfungsi lagi. Transplantasi dapat dilakukan pada diri orang yang sama
(autotransplantasi), pada orang yang berbeda (homotransplantasi) ataupun antar
spesies yang berbeda (xeno-transplantasi). Transplantasi organ biasanya dilakukan
pada stadium terminal suatu penyakit, dimana organ yang ada tidak dapat lagi
menanggung beban karena fungsinya yang nyaris hilang karena suatu penyakit.
Pasal 33 UU No 23/1992 menyatakan bahwa transplantasi merupakan salah satu
pengobatan yang dapat dilakukan untuk penyembuhan penyakit dan pemulihan
kesehatan.
Secara legal transplantasi hanya boleh dilakukan untuk tujuan kemanusiaan dan
tidak boleh dilakukan untuk tujuan komersial (pasal 33 ayat 2 UU 23/
1992).Penjelasan pasal tersebut menyatakan bahwa organ atau jaringan tubuh
merupakan anugerah Tuhan YME sehingga dilarang untuk dijadikan obyek untuk
mencari keuntungan atau komersial. Namun karena adanya faktor banyaknya
permintaan organ tiap tahun yang terus meningkat, hukum suatu negara yang
memperbolehkan perdagangan organ, rendahnya ekonomi masyarakat dalam
suatu negara menimbulkan adanya penyelewengan terhadap tujuan transplatasi
organ ini yaitu salah satunya adalah perdagangan organ
9
Dibandingkan dengan dampak positif, perdagangan organ tubuh lebih
memiliki banyak dampak negatif, yaitu melanggar hak azazi manusia (HAM),
perdagangan organ tubuh merupakan human trafficking dan termasuk kejahatan
transnasional oleh PBB, tereksploitasinya manusia, banyak terjadi di negara-
negara ketiga dan negara- negara yang sedang konflik, menghilangkan nyawa
pendonor, hal ini dikarenakan rata-rata rumah sakit yang memprakasai
perdagangan organ, jarang memiliki fasilitas yang memadai, seringnya terjadi
ketidak-cocokan organ yang diterima resipien, membuat pendonor tidak mampu
hidup normal, banyaknya kasus pencurian organ tubuh baik untuk orang yang
masih hidup maupun mayat, imbalan materi yang diterima pendonor kadang tidak
sesuai dan dibawah harga normal, dan bermunculan kelompok – kelompok / mafia
pencuri organ tubuh.
BAB 3
PENUTUP
10
3.1. Kesimpulan
Kemajuan teknologi dibidang kedokteran memungkinkan terjadinya
transplantasi organ tubuh manusia. Transplantasi organ merupakan suatu proses
pemindahan atau pencangkokan sel, jaringan maupun organ tubuh dari seseorang
yang sehat ke orang yang sakit dengan tujuan untuk memperbaiki jaringan atau
organ tubuh yang mengalami gangguan fungsi organ tubuh yang berat. Hal ini
sangat bermanfaat bagi kelangsungan hidup manusia karena dengan transplantasi
organ-organ tubuh manusia yang telah rusak atau tidak berfungsi lagi dengan
normal dapat digantikan dengan organ yang masih berfungsi dengan baik, namun
kemajuan teknologi dalam nidang kedokteran ini juga dapat menimbulkan
dampak negative lainnya seperti maraknya perdagangan organ.
3.2. Saran
Untuk menghindari adanya perdagangan organ maka pendonor harus dalam
keadaan sehat atau aman dan bukan karena desakan komersil semata. Harus ada
persetujuan dari keluarga pasien. Para penjual organ juga harus menyadari kalau
menjual organ tubuh kita sendiri dapat membahayakan kesehatan bahkan dapat
menyebabkan kematian. Selain itu tenaga kesehatan sebelum melakukan tindakan,
perawat wajib menjelaskan akibat-akibat, kemungkinan-kemungkinan yang terjadi
dan cara operasi. Perawat wajib bersikap tulus, ikhlas dan penuh tanggung jawab.
Perawat harus menggunakan segala ilmu dan keterampilan untuk kepentingan
pasien. Sebaiknya para dokter dan juga paramedis tidak menyalahgunakan dan
wajib berhati – hati dalam mengaplikasikan keahliannya dalam transplantasi organ
terutama untuk tujuan-tujuan komersial semata, seperti jual-beli organ illegal.
DAFTAR PUSTAKA
11
http://www.en.wikipedia.com.
http://ayuemanis.blogspot.co.id/2014/05/transplantasi-organ.html
12