Anda di halaman 1dari 6

Jual Beli Organ

Maesy Clarissa Hutapea


1961050088

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA
2020
Transplantasi adalah perpindahan sebagian /seluruh jaringan atau organ dari satu
individu pada individu itu sendiri atau pada individu lainnya baik yang sama maupun berbeda
spesies. Saat ini yang lazim dikerjakan di Indonesia adalah pemindahan suatu jaringan atau
organ antar manusia, bukan dari hewan. Berdasarkan UU Kesehatan Tahun 2009,
transplantasi adalah tindakan medis untuk memindahkan organ dan atau jaringan tubuh
manusia yang berasal dari tubuh orang lain atau tubuh sendiri dalam rangka pengobatan
untuk mengganti jaringan dan atau organ tubuh yang tidak berfungsi dengan baik. Donor
adalah orang yang menyum bangkan alat dan atau jaringan tubuhnya kepada orang lain untuk
tujuan kesehatan. Donor organ dapat merupakan organ hidup ataupun telah meninggal.
Sedangkan resipien adalah orang yang akan menerima jaringan atau organ dari orang lain
atau dari bagian lain dari tubuhnya sendiri.
Organ yang berasal dari pendonor yang masih hidup atau disebut dengan living donor,
mempunyai syarat anatara lain, pendonor harus tetap hidup , sehingga yang didonorkan
adalah jaringan, sel atau cairan yang dapat diperbaharui, atau ginjal yang apabila diambil
masih bisa bekerja baik. Organ pun dapat berasal dari pendonor yang sudah meninggal
(cadaveric donor), pendonor sudah dinyatakan mengalami kematian batang otak, sehingga
organ organ yang didonorkan tetap berfungsi dengan baik dan dapat ditransplantasikan pada
tubuh resipien.
Perdagangan organ tubuh adalah perdagangan yang melibatkan organ dalam tubuh
manusia (jantung, hati, ginjal, paru-paru, dan lain-lain) untuk transplantasi. Kelangkaan organ
organ tubuh menyebabkan harganya melambung tinggi. Organ tubuh yang paling langka
adalah ginjal dan jantung. Untuk harga sebuah jantung saat ini dijual dengan harga 1,7 miliar
dan ginjal 3,8 miliar. Meski angka perdagangan organ tubuh manusia terus meningkat,
Badan Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan hanya 10 persen dari permintaan global
untuk transplantasi organ tubuh yang sesuai dengan permintaan. Kelompok hak asasi manusia
Amerika Serikat untuk pengawasan perdagangan organ manusia mengatakan, sebanyak 15-20
ribu buah ginjal dijual secara illegal di seluruh dunia setiap tahunnya.
Bisnis penjualan organ manusia sulit terungkap karena berada dibawah permukaan,
sehingga sangat sulit untuk membuktikan adanya transaksi komersial dalam transplantasi
organ. Jaringan ini tidak terbuka dan tidak semua orang bisa masuk, hanya orang orang
tertentu saja yang bisa melakukan. Biasanya yang melakukan perdagangan organ adalah
sebuah sindikat. Untuk melakukan transplantasi pastilah melibatkan banyak orang, keahlian
khusus dan teknologi yang canggih. Umumnya para mafia penjual organ mempunya koneksi
yang banyak sehingga sulit tertasngkap.
Perdagangan organ bahkan bisa beroperasi secara international. Cara paling umum
untuk memperdagangkan organ lintas batas negara adalah melalui calon penerima yang
bepergian ke luar negeri untuk menjalani transplantasi organ, yang biasa disebut sebagai
"pariwisata transplantasi".India adalah negara pengekspor organ yang umum dikenal, di mana
organ-organ dari donor lokal secara teratur ditransplantasikan ke orang asing melalui
penjualan dan pembelian. Di Pakistan, sekitar 2000 transplantasi ginjal, yang hingga dua
pertiganya diperkirakan dilakukan pada orang asing. Di Filipina, data yang diperoleh dari
Program Pengendalian Penyakit Ginjal dari Departemen Kesehatan, National Transplantation
Ginjal Institute, menunjukkan bahwa dari 468 transplantasi ginjal, 110 adalah untuk pasien
dari luar negeri. Tidak ada data yang sebanding untuk Mesir tetapi sejumlah besar pasien dari
negara-negara tetangga diyakini menjalani transplantasi organ di sana. Di Tiongkok, sekitar
12.000 transplantasi ginjal dan hati. Sebagian besar organ transplantasi diduga telah diperoleh
dari tahanan yang dieksekusi, Kurangnya atau tidak cukupnya kerangka hukum atau
mekanisme penegakan hukum di negara-negara ini telah disoroti oleh media publik dan para
pakar lokal. Namun, pemerintah Tiongkok dan Pakistan baru-baru ini telah mengambil
langkah untuk membatasi perdagangan organ internasional.
Penyebab banyaknya aktivitas jual beli organ yang utama adalah faktor ekonomi yang
rendah. . Kemiskinan yang terjadi di negara-negara berkembang dapat dilihat dengan
besarnya pasar gelap untuk organ tubuh manusia yang diperjualbelikan. Kemiskinan
membuat mereka tidak mempunyai banyak pilihan selain menjual organnya. Bagaimanapun
juga, kemiskinan bukanlah satu-satunya faktor penyebab adanya perdagangan organ.
Permintaan organ yang banyak juga bisa mempengaruhi adanya pasar gelap. Perlu menunggu
bertahun tahun dengan biaya yang besar untuk mendapatkan organ secara legal. Setengah
dari penunggu donor meninggal sebelum menerima organ yang dibutuhkan. Orang dengan
pendidikan yang rendah atau terbatas memiliki keahlian dan kesempatan kerja, mereka lebih
mudah dibodoh-bodohi karena mereka tidak mempunyai pengetahuan yang cukup
Kejahatan perdagangan organ secara illegal dapat menyebabkan orang-orang jahat
mencari organ secara illegal untuk mendapatkan keuntungan yang besar. Pelaku bukan hanya
menjadi perantara pejualan organ atas persetujuan pendonor, namun dapat menjebak
pendonor untuk mendapatkan organnya. Perdagangan organ tubuh secara ilegal merupakan
bentuk pelanggaran HAM. Hak dasar manusia adalah hak untuk hidup. Pendonoran organ
manusia dapat mengancam hak untuk hidup, padahal hak untuk hidup merupakan hak asasi
yang tidak dapat dikesampingkan dalam kondisi apapun. Perjualan organ tubuh manusia,
menjadi perhatian dunia internasional. Masyarakat internasional melalui perjanjian
internasional yang disepakati negaranya telah membentuk perjanjian berupa The Declaration
of Istanbul on Organ Trafficking and Transplant Tourism.
Perdagangan organ illegal memberikan dampak klinis bagi penerima donor. Biasanya
organ yang illegal tidak memenuhi standar medis yang tepat. Sehingga, ketika sudah
menerima donor ada yang mengeluh sakit bahkan berujung kematian. Pembelian donor
illegal juga tidak melewati tahap pemeriksaan apakah organ yang akan didonorkan tersebut
dalam keadaan sehat/baik. Banyak orang yang tertular penyakit seperti HIV, Hepatitis B dan
C setelah melakukan operasi. Sang pemberi donor pun sering menjadi tidak mampu hidup
normal lagi karena organnya sudah diambil.
Selain dampak klinis ada beberapa dapak negative lainnya, yaitu imbalan materi yang
diterima pendonor tidak sesuai atau dibawah harga normal. Karena umumnya si pemberi
donor adalah masyarakat yang ekonominya kurang, mereka tidak mengetahui berapa harga
normal dari suatu organ. Mereka hanya peduli untuk mendapatkan uang dalam waktu cepat.
Dampak lain juga adalah munculnya kelompok kelompok/mafia pencuri organ tubuh. Banyak
kasus tentang pencurian organ terjadi. Kasus yang baru baru terjadi adalah seorang anak yang
menghilang tiba tiba, setelah ditemukan sudah tidak bernyawa dengan perut sudah terjahit,
ketika diperiksa beberapa organ tubuhnya sudah tidak ada.
Walaupun jual beli organ mempunyai banyak dampak negatif, tetapi ada pula
dampak positifnya. Perdagangan organ mampu menyelamatkan nyawa banyak orang.
Apabila menginginkan donor secara legal, tentulah membutuhkan waktu yang sangat lama,
dan beberapa pasien ada yang tidak sanggup menunggu, kemudian meninggal. Dampak
positif lainnya yaitu bisa meningkatkan sumber daya manusia yang ada. Pasien yang tadinya
sakit sakitan bisa sembuh karena adanya perdagangan organ. Jual beli organ juga bisa
menyebabkan peningkatan ekonomi suatu kelompok dan Negara. Banyak pasien dari
mancanegara yang datang ke suatu negara untuk mendapatkan donor. Biasanya mereka
adalah orang orang kaya karena bisa membeli organ sekaligus membiayai kehidupan serta
perawatannya di negara yang dituju. Tentulah hal itu akan meningkatkan perekonomian
negara.
Alur/prosedur transplantasi yang tepat untuk meminimalisir dampak klinis seperti
perdagangan organ yaitu dibagi tiga tahap pretransplantasi, oprasi transplantasi, dan pasca
operasi. Langkah pretranplantasi yaitu mempersiapkan dan mengevaluasi pasien. Setiap
transplantasi organ memiliki prosedur nya sendiri sendiri. Secara umum harus melalui
pemeriksaan fisik dan riwayat penyakit yang lengkap, konsultasi dengan ahli-ahli yang akan
berkontribusi dalam tranplantsi, pemeriksaan paru paru dan jantung, tes darah lengkap.
Selanjutnya, mencari donor yang sesuai dengan mengidentifikasi siapa yang akan menjadi
donor utama setelah pencocokan donor. Pencarian donor yang tepat berguna untuk
mengurangi penolakan dari tubuh resipien terhadap organ yang didonorkan. Saat operasi,
tetap ada resiko walaupun sudah menjalani rangkaian tes. Pasca operasi, ada kemungkinan
penolakan dari tubuh resipien. Penolakan mungkin terjadi segera setelah pencangkokan
organ, tetapi mungkin juga baru tampak beberapa minggu bahkan beberapa bulan kemudian.
Penolakan bisa bersifat ringan dan mudah ditekan atau mungki juga sufatnya berat dan
progresif meskipun telah dilakukan pengobatan. Penolakan tidak hanya dapat merusak
jaringan maupun organ yang dicangkokan tetapi juga bisa menyebabkan demam, mengigil,
mual, muntah, lelah dan perubahan tekanan darah yang terjadi secara tiba tiba. Dampak yang
paling berat adalah kematian . Akibat penolakkan dari tubuh menyebabkan penurunan
kekebalan tubuh yang berakibat masuknya kuman ke dalam tubuh sehingga menimbulkan
komplikasi hingga berakibat kematian.
Cara pencegahan perdagangan organ adalah meningkatakan ekonomi warga negara
dengan membuka lapangan kerja yang banyak. Kemudian, meningkatkan pendidikan warga
negara agar tercipta sumber daya manusia yang cerdas dan dapat berdaya saing. Pengetahuan
yang luas juga membuat masyarakat tidak mudah diiming-imingi menjual organ untuk
mendapatkan uang dalam waktu singkat dengan harga yang rendah. Masyarakat juga perlu
tahu apa dampak dari melakukan jual beli organ. Pemerintah juga perlu lebuh menegakkan
peraturan tentang perdagangan organ illegal. Banyak kelompok-kelompok/mafia yang saat ini
masih melancarkan aksinya. Tenaga kesehatan juga perlu lebih diedukasi tentang
perdagangan organ. Karena tenaga kesehatan merupakan pondasi terjadinya perdagangan
organ, mereka mempunyai keahlian dan pengetahuan untuk melakukan transplantasi.
Penanganan tindak pidana perdagangan organ bersifat kompleks, dimana penanganan
terhadapnya memerlukan pemetaan yang komprehensif. Disamping itu keseriusan pemerintah
dan keterlibatan seluruh elemen bangsa diharapkan dapat berkontribusi secara partisipasif
dalam upaya pemberantasan tindak pidana perdagangan organ.
Perdagangan organ tubuh manusia ini sendiri telah di jelas dilarang dalam Pasal 192
Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang kesehatan berbunyi: Setiap orang dengan
sengaja memperjualbelikan organ atau jaringan tubuh dengan dalih apapun sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 64 ayat (3) dipidana dengan pidana penjara paling lama sepuluh tahun
dan denda paling banyak Rp. 1.000.000.000 (satu miliar rupiah). Selain dalam Undang-
undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, perdagangan organ tubuh manusia di
Indonesia juga diatur dalam KUHP Pidana, Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang
Perlindungan Anak, dan Undang-Undang Nomor 21 tahun 2007 tentang Pemberantasan
Perdagangan Orang.
Praktik perdagangan organ tubuh manusia sebagai bentuk lain eksploitasi manusia
yang harus diberantas, sehingga dalam upaya pemidanaan terhadap kegiatan perdagangan
ilegal organ tubuh manusia perlu dilakukan terobosan-terobosan hukum dan yuridiksi
terhadap segenap upaya percobaan tindakan perdangan organ tubuh manusia, meluas dari
pengertian apakah perbuatan tersebut sudah dilakukan menjadi tindakan lain yang masuk
kedalam upaya mencoba melakukan atau terlibat sebagai aktor dalam perdagangan manusia,
kepada mereka yang berpartisipasi atau memberikan kemudahan dan fasilitas termasuk
melakukan suatu pembiaran terhadap fenomena perdagangan illegal organ tubuh manusia.28
Sebagaimana di atur dalam Pasal 204 KUHP, yang menyatakan:
(1) Barang siapa menjual, menawarkan, menyerahkan atau membagibagikan barang yang
diketahuinya membahayakan nyawa atau kesehatan orang, padahal sifat berbahaya itu tidak
diberi tahu, diancam dengan pidana penjara paling lama 15 (lima belas) tahun,
(2) Jika perbuatan itu mengakibatkan orang mati, yang bersalah diancam dengan pidana
penjara seumur hidup atau pidana penjara selama waktu tertentu paling lama dua puluh tahun.
Perdagangan organ tubuh diatur dalam Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 yang tertuang
dalam Pasal 64, dan Pasal 192. Sedangkan ketentuan sanksi pidana diatur dalam ketentuan
Pasal 192 pada undang-undang iniPasal 64 Undang-Undang ini menyatakan: (1)
Penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan dapat dilakukan melalui transplantasi organ
dan/atau jaringan tubuh, implan obat dan/atau alat kesehatan, bedah plastik dan rekonstruksi,
serta penggunaan sel punca. (2) Transplantasi organ dan/atau jaringan tubuh sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) hanya untuk tujuan kemanusiaan dan dilarang untuk dikomersilkan.
(3) Organ dan/atau jaringan tubuh dilarang diperjualbelikan dengan dalih apapun. Pada Pasal
64 ayat (1) dan (2) Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 ini mengatur tentang
penyembuhan penyakit maupun pemulihan penyakit melalui transplantasi organ dan/atau
jaringan tubuh, implant obat dan/atau alat kesehatan serta bedah plastik dan rekonstruksi
maupun penggunaan sel punca (stem cell). Selain itu juga ada tujuan kemanusiaan. Pada ayat
(3) merupakan penjelasan tentang perbuatan jual beli organ dan/atau jaringan tubuh yang
dilarang dan dijelaskan sanksi pidananya pada Pasal 192.
Pengertian transplantasi disebutkan dalam Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009
tentang Kesehatan yang dimaksud dengan transplantasi adalah rangkaian tindakan untuk
memindahkan organ dan atau jaringan tubuh manusia yang berasal dari tubuh orang lain atau
tubuh sendiri dalam rangka pengobatan untuk menggantikan organ atau jaringan tubuh yang
tidak berfungsi dengan baik. Sedangkan untuk tindak pidana perdagangan organ tubuh belum
sesuai dengan yang diharapkan karena baik di dalam KUHP, UU. No.36 Tahun 2009 tentang
Kesehatan maupun di dalam RKUHP tahun 2004, tidak ada satu pasal pun yang formulasi isi
pasalnya memberikan karakteristik mengenai tindakan apa saja yang dikategorikan sebagai
praktek jual-beli organ tubuh manusia. Kebijakan kriminalisasi di dalam UUITE tidak hanya
mengatur terhadap perbuatan-perbuatan tradisional yang terkait dengan dunia maya tetapi
juga mengkriminalisasi delik-delik tertentu di bidang cybercrime.

Daftar Pustaka :
1. Gani RA, Armansyah Y. Penegakan Hukum Kasus Jual Beli Organ di Indonesia:
Model Intragatif dengan Pendekatan Hukum Islam dan UU Kesehatan. Jurnal
Fenomena. 2016 : 8(2) ; 169-180
2. Zulkarnaen MF. Implementasi Medikolegal Transplantasi Organ dari Donor Jenazah
Untuk Peningkatan Kesehatan Masyarakat. Jurnal Hukum dan Dinamika Masyarakat.
2012 : 9(2) ; 181-190
3. Shimazono Y. The State of the International Organ Trade: a Provisional Picture Based
on Integration of Available Information. Bulletin of the World Health Organization.
2010 : 85(12) ; 901-980
4. Paminto SR. Dehumanisasi Penjualan Organ Tubuh Manusia Berdasarkan Hukum
Positif. Jurnal Wawasan Yuridika. 2017: 1(2) ; 174-190
5. Columb S. Excavating the Organ Trade: An Empirical Study of Organ Trading
Networks in Cairo, Egypt. The British Journal of Criminology. 2017 : 57(6) ; 1301-
1321

Anda mungkin juga menyukai