Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Transfusi darah adalah proses menyalurkan darah atau produk berbasis darah dari
satu orang ke sistem peredaran orang lainnya . Transfusi darah adalah suatu pemberian
darah lengkap atau komponen darah seperti plasma, sel darah merah, atau trombosit
melalui jalur IV. Menurut Peraturan Pemerintah No.18, definisi transfusi darah adalah
tindakan medis memberikan darah kepada seorang penderita yang darahnya telah tersedia
dalam botol kantong plastik. Usaha transfusi darah adalah segala tindakan yang dilakukan
dengan tujuan untuk memungkinkan penggunaan darah bagi keperluan pengobatan dan
pemulihan kesehatan yang mencakup masalah-masalah pengadaan, pengolahan, dan
penyampaian darah kepada orang sakit. Darah yang digunakan adalah darah manusia atau
bagian-bagiannya yang diambil dan diolah secara khusus untuk tujuan pengobatan dan
pemulihan kesehatan. Penyumbang darah adalah semua orang yang memberikan darah
untuk maksud dan tujuan transfusi darah. Pelayanan darah adalah upaya kesehatan yang
memanfaatkan darah manusia sebagai bahan dasar dengan tujuan kemanusiaan dan tidak
untuk tujuan komersial (pasal 86 UU nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan).
Sedangkan pelayanan transfusi darah adalah upaya pelayanan kesehatan yang meliputi
perencanaan, pengerahan dan pelestarian pendonor darah, penyediaan darah,
pendistribusian darah, dan tindakan medis pemberian darah kepada pasien untuk tujuan
penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan. Dalam pemberian darah harus
diperhatikan kondisi pasien, kemudian kecocokan darah melalui nama pasien, label
darah, golonngan darah, danperiksa warna darah (terjadi gumpalan atau tidak) ,
homogenitas (bercampur atau tidak). Adapun tujuan dilakukannya transfusi darah adalah
sebagai berikut :
a. Untuk meningkatkan volume sirkulasi darah setelah pembedahan, trauma, atau
perdarahan.
b. Untuk meningkatkan jumlah sel darah merah dan untuk mempertahankan kadar
hemoglobin pada klien yang menderita anemia berat.
c. Untuk memberikan komponen seluler yang terpilih sebagai terapi pengganti
(misalnya faktor-faktor pembekuan plasma untuk membantu mengontrol
perdarahan pada klien penderita hemofilia) (Ranty dkk2015).
Transfusi darah adalah suatu pemberian darah lengkap atau komponen darah seperti
plasma, sel darah merah, atau trombosit melalui jalur IV. Tujuannya adalah untuk memenuhi
kebutuhan klien terhadap darah sesuai dengan program pengobatan. Transfusi darah secara
universal dibutuhkan untuk menangani pasien anemia berat, pasien dengan kelaian darah
bawaan, pasien yang mengalami kecederaan parah, pasien yang hendak menjalankan
tindakan bedah operatif dan pasien yang mengalami penyakit liver ataupun penyakit lainnya
yang mengakibatkan tubuh pasien tidak dapat memproduksi darah atau komponen darah
sebagaimana mestinya. Pada negara berkembang, transfusi darah juga diperlukan untuk
menangani kegawat daruratan melahirkan dan anak-anak malnutrisi yang berujung pada
anemia berat. Tanpa darah yang cukup, seseorang dapat mengalami gangguan kesehatan
bahkan kematian. Oleh karena itu, tranfusi darah yang diberikan kepada pasien yang
membutuhkannya sangat diperlukan untuk menyelamatkan jiwa (Roberto2018).
Transfusi darah sudah menjadi bagian yang penting dalam pelayanan kesehatan.
Salah satu kebutuhan yang diperlukan yaitu saat terdapat pasien yang dalam keadaan
emergency. Transfusi darah sering dilakukang baik dalam bidang pembedahan maupun non
pembedahan. Dalam bidang pembedahan transfusi bisa dilakukan pada setiap prabedah.
Sedangkan pada kasus non bedah, bias dilakukan setiap saat tergantung indikasi. Bila
transfusi darah diterapkan secara benar, transfusi dapat menyelamatkan jiwa pasien dan bisa
meningkatkan derajat kesehatan pasien tersebut Di rumah sakit, banyak terdapat pasien
dengan perdarahan baik karena kecelakaan maupun post operasi, dalam keadaan seperti ini
tentunya pasien membutuhkan darah untuk memenuhi kebutuhan darah. Tindakan untuk
memenuhi kebutuhan darah ini dipenuhi dengan transfusi darah, dan sebagai seorang perawat
kita sangat berperan dalam pemberian transfuse darah. Oleh karena itu, kemampuan perawat
dalam pemberian transfusi darah perlu ditingkatkan (Roberto2018).
BAB II
PEMBAHASAN
1. Sejarah Transfusi Darah
Transfusi darah pertama kali diketahui keberadaannya adalah di abad ke-17 titik
orang yang menceritakan hal ini adalah Stefano infesstura. Ia menceritakan bahwa di
tahun 1492, Pope Innocent VIII berada dalam keadaan koma.Pope Innocent VIII
kemudian, oleh saran dokter, ditransfusikan darah 3 orang anak. Transfusi ini dilakukan
via mulut, dimana akhirnya, baik Pope Innocent VIII dan ketiga anak tersebut meninggal
dalam proses transfusi darah tersebut titik tetapi banyak yang meragukan kebenaran
cerita Stefano infessura ini. Di abad 17, William Harvey, seorang dokter asal Inggris,
melakukan penelitian tentang sirkulasi darah titik pada tahun 1628 William Harvey
mengeluarkan penelitiannya dalam bentuk buku setebal 72 halaman tentang bagaimana
sebenarnya sirkulasi darah terjadi. Penelitian Harvey ini merupakan penelitian pertama
yang berhasil menjelaskan dengan detail bagaimana sirkulasi dan properti dari darah
yang sebenarnya dipompa keseluruh tubuh oleh jantung. Penelitian Harvey ini membuat
penelitian tentang transfusi darah dapat dilakukan. percobaan transfusi darah terhadap
binatang dapat dilakukan dengan sukses, tetapi sayangnya. Saat transfusi dilakukan
terhadap manusia hasilnya selalu mengakibatkan kematian titik kematian bagi mereka
yang memberikan darah, serta diberikan darah (Viktor2018).
Pada tahun 1665, Christian zagadou mempraktekkan bagaimana seekor binatang
yang sudah mau mati karena kehabisan darah bisa selamat lagi dengan diberikannya
darah terhadap binatang tersebut melalui saluran pembuluh darahnya, dan kemudian
setelah itu, lukanya dijahit, membuat binatang yang hampir mati tersebut bisa tetap
hidup. orang yang pertama kali mendokumentasikan transfusi darah yang sukses terhadap
binatang adalah dokter baptiste Denys, dokter pribadi dari king Louis XIV, Raja Prancis.
Tepatnya pada tanggal 15 Juni 1667, Dr Jean-Baptiste Denys mengawasi proses transfusi
darah yaitu 12 ons darah sapi ditransfusikan kepada anak umur 15 tahun yang telah
dibuat berdarah oleh 20 lintah. proses transfusi darah ini berhasil dengan si anak tetap
hidup setelah proses transfusi. Percobaan berikutnya dilakukan kepada seorang pekerja
dengan hasil yang sama di mana sang pekerja tetap hidup setelah proses transfusi.
keselamatan mereka kemungkinan besar terjadi akibat sangat sedikitnya darah yang
masuk ke tubuh mereka sehingga mereka bisa tetap selama titik dengan sedikitnya darah
yang masuk ke mereka bisa bertahan dari reaksi alergi terhadap darah tersebut titik tentu
saja pada saat itu hal ini belum diketahui (Viktor2018).
2. Komponen Pada Transfusi Darah
a. Sel darah merah (packed red cell/PRC)
Sel darah merah menjadi komponen darah yang paling sering ditransfusikan. Sel
ini berfungsi mengalirkan oksigen dari jantung ke seluruh tubuh serta membuang
karbon dioksida.
b. Sel darah putih
Sel darah putih merupakan salah satu bagian dari sistem kekebalan tubuh dan
berperan penting dalam melawan infeksi.
c. Trombosit (thrombocyte concentrates/TC)
Trombosit berperan dalam menghentikan perdarahan.
d. Faktor pembekuan (cryoprecipitate).
Sama seperti trombosit, faktor pembekuan berperan dalam menghentikan
perdarahan..
e. Plasma darah (fresh frozen plasma/FFP)
Plasma darah merupakan komponen darah yang bersifat cair dan mengandung
faktor pembekuan, protein, vitamin, kalsium, natrium, kalium, serta hormon.
Whole Blood terdiri dari berbagai komponen darah yaitu red blood cells (RBC),
thrombocyte concentrate (TC), kriopresipitat, dan fresh frozen plasma (FFP). Komponen darah
yang ditransfusikan sesuai dengan yang diperlukan akan mengurangi kemungkinan reaksi
transfusi, circulatory overload. Transfusi PRC diindikasikan untuk peningkatan yang cepat dalam
penyediaan oksigen ke jaringan, ketika konsentrasi hemoglobin (Hb) rendah dan atau kapasitas
membawa oksigen berkurang, dengan adanya kompensasi mekanisme fisiologis yang tidak
memadai. Oksigenasi jaringan tergantung pada berbagai faktor konsentrasi Hb, saturasi Hb,
afinitas Hb untuk O2, dengan volume oksigen yang dibutuhkan jaringan untuk melaksanakan
fungsi aerobic Packed Red Cell berasal dari WB yang diendapkan selama penyimpanan, atau
dengan sentrifugasi putaran tinggi. Sebagian besar (2/3) dari plasma dibuang. Satu unit PRC dari
450 ml darah lengkap volumenya 200-250 ml dengan kadar hematokrit 70-80%, volume plasma
15-25 ml, dan volume antikoagulan 10-15 ml Waktu penyimpanan sama dengan WB. Secara
umum pemakaian PRC untuk pasien anemia yang tidak disertai penurunan volume darah,
misalnya pasien dengan anemia hemolitik, leukemia akut, leukemia kronik, penyakit keganasan,
talasemia, gagal ginjal kronis. Penyimpanan PRC di dalam blood bank dengan suhu standar 1˚-
6˚C mengurangi lisis, pendinginan darah diharapkan untuk memperlambat metabolisme,
mengurangi metabolisme glukosa, meningkatkan kelangsungan hidup PRC. Penyimpanan RBC
dengan pendinginan cepat dibawah 150 C dapat mencegah hilangnya diphosphoglycerate (DPG)
dari RBC. Walaupun demikian pendinginan lambat, 6 jam pada suhu 21 – 240 C akan
menyebabkan kehilangan DPG 13 % (Irna Diyana2019).
Penyimpanan darah dilakukan mengingat bahwa unit pelayanan darah tidak setiap saat
bisa menyediakan darah segar untuk diberikan kepada pasien sesuai permintaan dokter yang
merawat. Penyediaan darah di PMI berupa darah segar dan darah simpan. Darah segar adalah
darah yang disimpan kurang dari 7 hari lama simpan (untuk menghindari overload biokimia ),
diberikan untuk menaikkan Hb, pada kondisi disfungsi ginjal dan hati, pasien yang
membutuhkan massive transfusi, pasien dengan peningkatan kalium plasma karena luka bakar
yang luas, atau hemolisis intravascular, neonates yang memerlukan transfusi tukar (Irna Diyana
2019)

Anda mungkin juga menyukai