Anda di halaman 1dari 19

Panduan praktikum

Keperawatan
Dasar

PRODI D3 KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG
K eg i at a n B el a j ar

PENGKAJIAN THORAX (JANTUNG DAN PARU)

 150 menit

PENDAHULUAN
Deskripsi Singkat, Relevansi, Tujuan Umum dan Petunjuk Belajar

Fungsi jantung dapat dikaji dalam derajat yang luas melalui data dari riwayat
pasien, gejala seperti nafas pendek, penampilan umum pasien (mis., sianosis dan
edema kaki menunjukkan gangguan fungsi), dan frekuensi, irama serta kualitas nadi.
Pemeriksaan langsung pada jantung memberikan informasi lebih spesifik.
Perawat harus menentukan dengan pasti lokasi jantung. Pada kebanyakan orang
dewasa sebagian besar jantung berada di belakang dan sebelah kiri sternum.
Sebagian kecil jantung (atrium kanan) berada di sternum kanan. Bagian atas jantung
(kedua atrium), disebut sebagai dasar jantung, mengarah ke belakang. Bagian bawah
(ventrikel) disebut apeks jantung, mengarah ke depan. Apeks pada ventrikel kiri
sebenarnya menyentuh dinding dada anterior atau bagian tengah garis midklavikula kiri
dan pada atau dekat ruang interkostal ke lima yang berada sedikit dibawah putting kiri.
Titik tempat apeks menyentuh dinding dada anterior dikenal sebagai titik impuls
maksimal (point of maximal impuls, PMI).

Pengkajian thoraks paru sering kali penting untuk mengkaji status aerasi
(pertukaran karbondioksida dengan oksigen dari darah dalam paru pasien). Paru-paru
adalah organ pada sistem pernapasan, yang berfungsi menukar oksigen dari udara luar
dengan karbon dioksida dari darah melalui proses respirasi. Respirasi merupakan
proses pertukaran gas yang keluar masuk saluran pernapasan, melibatkan sistem
Praktikum Keperawatan Dasar 199
kardiovaskuler, sistem pulmonary dan kondisi hematologis. Paru-paru terletak pada
rongga dada, menghadap ke tengah rongga dada. Pada bagian tengah itu terdapat
tampuk paru-paru atau hilus. Pada mediastinum depan terletak jantung. Paru-paru
dibungkus oleh selaput selaput yang bernama pleura. Pleura dibagi menjadi dua, yaitu :
pleura viseral dan parietal. Pleura viseral (selaput dada pembungkus) merupakan
selaput yang langsung membungkus paru-paru. Pleura parietal merupakan selaput
paru-paru yang melapisi bagian dalam dinding dada. Antara kedua pleura, terdapat
sebuah rongga yang disebut kavum pleura. Pada keadaan normal, kavum pleura
menjadi hampa udara sehingga paru-paru dapat berkembang kempis dan juga terdapat
sedikit cairan yang berguna untuk melumasi permukaan pleura, untuk menghindari
gesekan antara paru-paru dan dinding dada.
Dilihat dari struktur anatominya, paru-paru dibagi menjadi dua lobus, yaitu :
1. Lobus paru-paru kanan, terdiri dari tiga lobus, yaitu :
a. Lobus pulmo dekstra superior
b. Lobus medial
c. Lobus pulmo dekstra inferior
2. Lobus paru-paru kiri, terdiri dari dua lobus, yaitu :
a. Lobus pulmo sinistra superior
b. Lobus pulmo sinistra inferior

KEMAMPUAN AKHIR YANG DI CAPAI (KOGNITIF, AFFEKTIF, DAN PSIKOMOTOR)

Setelah melaksanakan skill lab ini, diharapkan mahasiswa mampu :


1. Mahasiswa mampu memahami konsep
2. Mahasiswa mampu melakukan persiapan untuk melakukan

200 Praktikum Keperawatan Dasar


3. Mahasiswa mampu melakukan prosedur Tehnik mengatasi nyeri secara mandiri

LATIHAN / TRIGGER CASE

Seorang laki-laki berusia 34 tahun dibawa ke UGD Rumah Sakit dengan keluhan sesak
nafas sejak tadi malam. Anda adalah perawat yang bertugas di UGD dan telah
melakukan pengkajian pada bagian kepala dan leher namun tidak ditemukan kelainan.
Lakukan pengkajian selanjutnya pada pasien tersebut.

PERALATAN DAN BAHAN

1. Stetoskop
2. Penggaris sentimeter
3. Pensil penanda

PROSEDUR KETERAMPILAN

A. Tahap Pra Interaksi


1. Mengecek program terapi.
2. Mencuci tangan.
3. Mengidentifikasi pasien dengan benar.
4. Menyiapkan dan mendekatkan alat ke dekat pasien.
B. Tahap Orientasi
1. Mengucapkan salam, menyapa nama pasien, memperkenalkan diri.
2. Melakukan kontrak untuk tindakan yang akan dilakukan.
3. Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan.
4. Menanyakan kesiapan dan meminta kerja sama pasien.
C. Tahap Kerja
1. Menjaga privasi.
2. Mengajak pasien membaca Basmalah dan berdoa.
3. Pengkajian JANTUNG
a. Melakukan anamnesa
Tanyakan apakah pasien mempunyai riwayat berikut : riwayat penyakit
jantung pada keluarga dan usia ketika keluarga menderita penyakit

Praktikum Keperawatan Dasar 201


tersebut, kadar kolesterol yang tinggi, tekanan darah yang tinggi, stroke,
obesitas, penyakit jantung kongenital, penyakit arteri, dan hipertensi,
demam reumatik; riwayat demam reumatik terdahulu, murmur jantung,
serangan jantung, varikositis, atau gagal jantung; adanya gejala saat ini
yang mengindikasikan penyakit jantung, mis., keletihan, dispnea, ortopnea,
edema, batuk, nyeri dada, palpitasi, sinkope, hipertensi, mengi, hemoptisis;
adanya penyakit yang memengaruhi jantung, mis., obesitas, diabetes,
penyakit paru, gangguan endokrin; gaya hidup yang merupakan faktor
risiko untuk penyakit jantung, mis., merokok, minum alkohol, pola makan
dan olahraga, area dan tingkat stres yang dialami.
b. Lakukan inspeksi dan palpasi pada prekordium secara bersamaan untuk
mengetahui adanya pulsasi abnormal, lift, atau heave.
1) Menentukan Lokasi Area Aorta, Paru, Trikuspidalis, Dan Apeks
Prekordium
a) Temukan lokasi sudut Louis. Lokasi tersebut terasa seperti
tonjolan pada sternum
b) Geser ujung jari-jari anda ke bawah di kedua sisi sudut sampai
anda dapat merasakan sela iga kedua. Sela iga kedua sebelah
kanan merupakan area aorta, dan sela iga kedua sebelah kiri
merupakan area paru
c) Dari area paru, geser ujung jari anda ke bawah di sepanjang
sternum menuju sela iga ketiga. Sela iga kelima yang terletak
didekat sternum merupakan area trikuspidalis atau area ventrikular
kanan
d) Dari area trikuspidalis, geser ujung jari sejauh 5-7 cm menuju garis
midklavikula kiri (LMCL). Area ini merupakan area apeks atau
mitral atau titik impuls maksimal (PMI). Apabila anda kesulitan
dalam menemukan PMI, minta pasien untuk miring kiri agar apeks
berada lebih dekat dengan dinding dada.
2) Inspeksi dan palpasi area aorta dan paru dengan melakukan
pengamatan pada salah satu sudut dan ke arah samping guna
mengatahui ada/tidaknya pulsasi. Dengan mengamati kedua area
tersebut pada salah satu sudut, kemungkinan kita untuk melihat
pulsasi semakin besar.

202 Praktikum Keperawatan Dasar


Normal : tidak ada pulsasi
Kelainan : ada pulsasi
3) Inspeksi dan palpasi area trikuspidalis untuk mengetahui adanya
pulsasi dan heave atau lift
Normal : tidak ada pulsasi; tidak ada lift atau heave
Kelainan : ada pulsasi; lift atau heave menyebar, mengindikasikan
pembesaran atau peningkatan aktivitas ventrikel kanan
4) Inspeksi dan palpasi area apeks untuk mengetahui adanya pulsasi
dengan memerhatikan lokasi (area mungkin bergeser ke samping atau
ke bawah) dan diameter area apeks yang spesifik. Apabila pulsasi
bergeser ke samping, catat jarak antaraapeks dan MCL dalam
sentimeter.
Normal : pulsasi terlihat pada 50% individu dewasa dan dapat
diraba di hampir seluruh bagian PMI pada sela iga
kelima kiri atau di pertengahan MCL; diameter 1-2 cm;
tidak ada lift atau heave
Kelainan : PMI bergeser ke samping atau ke bawah
(mengindikasikan pembesaran jantung); diameter
melebihi 2 cm (mengindikasikan pembesaran jantung
atau aneurisma); lift atau heave yang menyebar di sisi
lateral apeks (mengindikasikan pembesaran atau
peningkatan aktivitas ventrikel kiri)
5) Amati dan palpasi area epigastrium pada dasar sternum untuk
mengetahui adanya pulsasi aorta-abdomen

Normal : ada pulsasi aorta


Kelainan : pulsasi abdomen kuat (bounding)

Praktikum Keperawatan Dasar 203


c. Auskultasi jantung pada empat area anatomi: aorta, pulmonal, trikuspidalis,
dan apeks (mitral). Tindakan auskultasi tidak terbatas pada keempat area
ini; walaupun demikian, perawat dapat menggeser stetoskop untuk
menemukan suara yang paling jelas terdengar pada tiap pasien.
Langkah-langkah melakukan auskultasi jantung.
1) Hilangkan semua sumber kebisingan. Bunyi jantung memiliki intensitas
yang rendah, dan bunyi-bunyi lainnya dapat menghambat kemampuan
dalam mendengarkan bunyi jantung.
2) Minta pasien berbaring telentang dan tinggikan kepala 30º-45º
3) Gunakan kedua diafragma stetoskop, yaitu diafragma lempeng-datar
dan bentuk-bel, untuk mendengarkan semua area jantung.
4) Pada semua area auskultasi bedakan antara bunyi S1 dan S2
5) Saat melakukan auskultasi, fokuskan pada satu bunyi setiap kali
auskultasi pada setiap area; bunyi jantung pertama, diikuti sistole,
kemudian bunyi jantung kedua, diikuti diastole. Sistole dan diastole
adalah interval yang normalnya hening.
6) Selanjutnya, periksa kembali jantung pasien saat pasien dalam posisi
duduk. Bunyi-bunyi tertentu akan lebih mudah didengar pada posisi
tertentu.
Normal :
1) S1: bisanya terdengar di semua sisi. Biasanya terdengar lebih keras
pada area apeks.
2) S2: biasanya terdengar disemua sisi. Biasanya terdengar lebih keras di
area basis jantung
3) Sistole; interval hening; sedikit lebih singkat daripada diastole pada
frekuensi jantung yang normal (60-90 kali per menit)
4) Diastole; interval hening; sedikit lebih lama daripada sistole pada
frekuensi jantung yang normal
5) S3 pada anak-anak dan dewasa muda
6) S4 pada banyak individu lansia
Kelainan :
1) Peningkatan atau penurunan intensitas
2) Intensitas bervariasi, bergantung pada denyut jantung
3) Peningkatan intensitas pada area aorta

204 Praktikum Keperawatan Dasar


4) Peningkatan intensitas pada area paru
5) Bunyi klik ejeksi yang tajam
6) S3 pada individu lansia
7) S4 mungkin merupakan tanda hipertensi
d. Palpasi arteri karotis dengan sangat hati-hati
1) Lakukan palapsi hanya pada satu arteri karotis pada satu waktu.
Tindakan ini menjamin keadekuatan aliran darah pada arteri karotis
lainnya dengan demikian akan mencegah kemungkinan iskemia,
iskemia adalah kekurangan darah pada salah satu bagian tubuh akibat
konstriksi atau sumbatan pada pembuluh darah
2) Hindari membrikan tekanan yang berlebihan atau memijat area
tersebut. Tekanan dapat menyumbat arteri dan masase pada sinus
karotis dapat mencetuskan bradikardia. Sinus karotis adalah area kecil
yang mengalami dilatasi pada pangkal arteri karotis interna tepat di
atas percabangan arteri karotis mayor yaitu pada sepertiga bagian atas
leher.
3) Minta pasien menoleh ke sisi yang sedang diperiksa. Tindakan ini
memudahkan pemeriksaan pada area karotis.
Normal : volume nadi simetris; kualitas pulsasi, dorongan yang
maksimal; kualitas akan tetap sama saat pasien bernapas,
menolehkan kepala, dan beralih dari posisi duduk ke posisi
berbaring; dinding arteri elastis.
Kelainan : volume yang asimetris (kemungkinan adanya stenosis atau
adanya trombosis); penurunan pulsasi (mungkin
mengindikasikan gangguan pada curah jantung kiri);
peningkatan pulsasi; dinding arteri menebal, keras, kaku,
menyerupai tasbih, dan tidak elastis (mengindikasikan
arteriosklerosis)
e. Lakukan auskultasi pada arteri karotis untuk menentukan adanya bruit
1) Minta pasien menoleh ke sisi yang tidak sedang diperiksa. Tindakan ini
memudahkan penempatan stetoskop
2) Auskultasi arteri karotis pada salah satu sisi, kemudian lanjutkan
dengan sisi yang lain
3) Dengarkan adanya bruit

Praktikum Keperawatan Dasar


205
4) Apabila anda mendengar adanya bruit, palpasi arteri secara perlahan
untuk menentukan adanta thrill
Normal : tidak terdengar bunyi saat auskultasi
Kelainan : Adanya suara bising “bruit” pada salah satu atau kedua arteri
(menandakan penyakit arteri oklusif)
4. Pengkajian THORAX-PARU
a. Melakukan anamnesa
Tanyakan apakah pasien memiliki riwayat berikut : riwayat penyakit pada
keluarga, termasuk kanker, allergi, tuberkulosisi, gaya hidup seperti
merokok dan bahaya dalam pekerjaan (mis., menghirup gas berbahaya);
obat yang sedang digunakan; masalah saat ini (mis., bengkak, batuk,
mengi, nyeri)
Toraks Posterior
b. Amati bentuk dan kesimetrisan dada dari sudut pandang posterior dan
lateral. Bandingkan diameter anteroposterior dengan diameter transversum
Normal : rasio diameter anteroposterior terhadap diameter
transversum adalaha 1 : 2 ; dada simetris.
Kelainan : dada tong; peningkatan rasio diameter anteroposterior
terhadap diameter transversum; dada tidak simetris.
c. Amati kesejajaran spina untuk melihat adanya kelainan. Minta pasien
berdiri. Dari posisi lateral, amati tiga lengkung normal; servikal, torakal, dan
lumbal.
Normal : spina sejajar secara vertikal.
Kelainan : kelengkungan spina berlebihan.
d. Untuk mengkaji adanya deviasi lateral pada spina (skoliosis), amati posisi
berdiri pasien dari belakang. Minta pasien membungkuk dan amati dari
belakang.
Normal : medula spinalis lurus, bahu dan pinggul kanan dan kiri sama
tinggi
Kelainan : medula spinalis miring ke satu sisi, sering kali terlihat saat
membungkuk. Kedua bahu atau pinggul tidak sejajar.
e. Palpasi toraks posterior.
1) Bagi pasien yang tidak memiliki keluhan pernapasan, kaji temperatur
dan integritas seluruh kulit dada dengan cepat.

206 Praktikum Keperawatan Dasar


Normal : kulit utuh , suhu sama.
Kelainan : lesi kulit; area hipertermia.
2) Bagi pasien yang memiliki keluhan pernapasan, palpasi semua area
dada untuk mengetahui adanya massa, bengkak, atau pergerakan
yang abnormal. Hindari palpasi yang dalam pada yang nyeri, terutama
jika diduga terdapat fraktur iga. Pada kasus semacam ini, plapasi yang
dalam dapat menyebabkan pergeseran fragmen tulang ke paru-paru.
Normal : dinding dada utuh; tidak ada pembengkakan; tidak ada
massa.
Kelainan : tonjolan, benjolan; depresi; area nyeri tekan; struktur
yang dapat digerakkan (mis., iga).
f. Palpasi area dada posterior untuk melihat adanya ekskursi pernapasan
(ekspansi toraks). Letakkan kedua telapak tangan anda di atas toraks
bagian bawah; kedua ibu jari didekatkan di atas spina dan jari-jari
diregangkan ke arah lateral. Minta pasien menarik napas dalam saat anda
mengamati pergerakan kedua tangan anda dan adanya keterlambatan
pergerakan.

Normal : ekspansi dada maksimal dan simetris (yaitu saat pasien


mengambil napas dalam, kedua ibu jari anda harus
bergerak menjauh dalam jarak yang sama dan pada saat
yang bersamaan, normalnya kedua ibu jari akan memisah
sejauh 3-5 cm selama inspirasi dalam)
Kelainan : ekspansi paru asimteris dan/atau menurun
g. Palpasi dada untuk mengetahui adanya fremitus vokal (taktil) getaran halus
yang dirasakan pada dinding dada pasien saat pasien berbicara.
1) Letakkan permukaan ujung jari anda atau bagian ulnar tangan anda
pada dada posterior pasien, yang dimulai di dekat apeks paru

Praktikum Keperawatan Dasar 207


Normal : suara pria yang bernada rendah lebih mudah dipalpasi
daripada suara wanita yang bernada tinggi
Kelainan : fremitus meningkat (karena konsolidasi jaringan paru,
seperti pada pneumonia)
2) Minta pasien mengulangi beberapa kata seperti “Sembilan-sembilan”
atau “tujuh-tujuh”.
3) Ulangi dua langkah di atas, geser
kedua tangan anda secara berurutan
sampai ke bagian dasar paru,
melalui posisi B-E seperti pada
gambar
4) Bandingkan fremitus pada kedua
paru dan fremitus antara kedua apeks dan basisi setiap paru. Langkah
ini dapat dilakukan dengan menggunakan satu tangan, yakni dengan
menggesernya dari satu sisi dada ke sisi lain yang sejajar atau dengan
menggunakan kedua tangan yang diletakkan bersamaan pada area
yang sejajar di kedua sisi dada
Normal : fremitus vokal simetris pada kedua sisi. Fremitus paling
jelas terdengar pada apeks paru
Kelainan : fremitus berkurang atau tidak ada (karena pneumonia)
h. Perkusi Toraks
Melakukan Perkusi Toraks Untuk Mendengarkan Bunyi Toraks Normal
Perkusi toraks ditujukan untuk mengetahui apakah jaringan di bawahnya
terisi udara, cairan, atau materi padat. Selain itu tindakan ini juga ditujukan
untuk menetukan posisi serta batas-batas organ tertentu. Perkusi
mencapai kedalaman 5-7 cm karenanya tindakan ini hanya mendeteksi lesi
superfisial bukan lesi yang dalam.
1) Minta pasien menunduk dan menyilangkan kedua lengannya di depan
dada. Langkah ini akan memisahkan skapula dan memperlebar area
paru untuk tindakan perkusi
2) Lakukan perkusi pada sela iga dengan jarak sekitar 5 cm dalam urutan
yang sistematis. Gambar dibawah memperlihatkan bunyi perkusi yang
normal pada dada posterior

208 Praktikum Keperawatan Dasar


3) Bandingkan satu sisi paru dengan sisi paru yang lain
4) Lakukan perkusi pada sisi lateral toraks setiap beberapa inci dimulai
dari aksila dan turun hingga iga ke delapan.
5) Meminta pasien mengambil napas dalam dan menahan napasnya saat
anda melakukan perkusi di sepanjang garis skapula sampai terdengar
bunyi redup pada area setinggi diafragma. Tandai titik ini dengan
pensil penanda, dan ulangi prosedur tersebut pada sisi dada yang lain.
6) Minta pasien bernapas normal beberapa kali dan kemudian
mengeluarkan napas yang terakhir secara komplet dan menahannya
selagi anda melakukan perkusi ke arah atas dan titik yang telah
ditandai guna mengkaji serta menandai ekskursi diafragma pada
kedua sisi selama pasien melakukan ekspirasi dalam
7) Ukur jarak diantara dua tanda tersebut.
Normal : perkusi menentukan resonansi, kecuali di atas skapula; titik
resonansi terendah berada di diafragma (yaitu, setinggi iga ke
delapan sampai ke sepuluh pada sisi posterior); catatan :
perkusi pada iga normalnya memunculkan bunyi tumpul
Kelainan : perkusi tidak simetris; area yang menghasilkan bunyi redup
atau pekak pada jaringan paru (disebabkan oleh konsolidasi
jaringan paru atau adanya massa).
i. Perkusi untuk mengetahui adanya ekskursi diafragma (pergerakan
diafragma selama proses inspirasi dan ekspirasi maksimal).
Normal : pada wanita ekskursi mencapai 3-5 cm di kedua sisi dan
pada pria mencapai 5-6 cm ; diafragma sebelum kanan
biasanya sedikit lebih tinggi

Praktikum Keperawatan Dasar 209


Kelainan : ekskursi terbatas (berhubungan dengan kelainan paru-paru)
j. Auskultasi dada dengan menggunakan diafragma stetoskop lempeng-datar
(paling baik dalam menghantarkan bunyi berfrekuensi tinggi)
1) Lakukan prosedur zig-zag sistematis yang digunakan dalam tindakan
perkusi

2) Minta pasien mengambil napas dalam dan lambat melalui mulut.


Dengarkan bunyi napas pada setiap titik selama inspirasi dan ekspirasi
3) Bandingkan hasil pengkajian pada setiap titik dengan titik yang sejajar
di sisi dada yang berlawanan
Normal : bunyi napas vesikuler dan bronkovesikular
Kelainan : bunyi napas adventisius (mis., krekel, ronki, mengi, friction
rub; tidak terdengar bunyi napas (karena kolaps lobus atau
pengangkatan salah satu lobus melalui pembedahan)
Toraks Anterior
k. Amati pola pernapasan (mis., frekuensi dan irama pernapasan)
Normal : pernapasan tanpa suara, berirama dan tanpa usaha
l. Amati sudut kosta (sudut yang dibentuk oleh perpotongan tepi kosta) dan
sudut tempat iga memasuki spina.

210 Praktikum Keperawatan Dasar


Normal : sudut kosta kurang dari 90º, dan iga memasuki spina pada
sudut mendekati 45º.
Kelainan : sudut kosta melebar (karena penyakit paru obstruktif kronis)
m. Palpasi area dada anterior untuk mengetahui adanya ekskursi pernapasan
1) Letakkan kedua telapak tangan anda pada toraks bawah pasien, jari-
jari anda di sepanjang sisi lateral selubung iga (rib cage) bawah, dan
ibu jari anda di sepanjang tepi kosta

2) Minta pasien mengambil napas dalam saat anda mengamati


pergerakan kedua tangan anda
Normal : ekskursi dada maksimal dan simetris; kedua ibu jari
normalnya menjauh 3-5 cm
Kelainan : ekskursi pernapasan tidak simetris dan/atau mengalami
penurunan
n. Lakukan palpasi fremitus taktil dengan langkah-langkah yang sama seperti
palpasi dada posterior dan dengan menggunakan urutan langkah yang
sistematis
Praktikum Keperawatan Dasar 211
Normal : sama seperti fremitus vokal posterior, normalnya fremitus
berkurang di atas area jantung dan jaringan payudara.
Kelainan : sama seperti fremitus posterior
o. Lakukan perkusi pada dada anterior secara sistematis
1) Dimulai dari atas klavikula pada ruang supraklavikula dilanjutkan ke
bawah hingga mencapai diafragma
2) Bandingkan kedua sisi paru-paru

Normal : perkusi mendengarkan bunyi resonansi hingga iga keenam,


tetapi memperdengarkan bunyi pekak di atas area otot dan
tulang yang padat, bunyi redup di atas area jantung dan hati
serta bunyi timpani di atas lambung.
Kelainan : perkusi memperdengarkan bunyi redup atau pekak yang tidak
simetris di atas jaringan paru
p. Auskultasi trakea
Normal : bunyi napas bronkial dan tubular
Kelainan : bunyi napas adventius
q. Auskultasi area dada bagian anterior. Lakukan urutan langkah yang
digunakan dalam perkusi, yang dimulai dari bronki di antara sternum dan
klavikula

212 Praktikum Keperawatan Dasar


Normal : bunyi napas bronko vesikular dan vesikular
Kelainan : bunyi napas adventius
D. Tahap Terminasi
1. Melakukan evaluasi dan menyampaikan hasil pengkajian yang dilakukan.
2. Menyampaikan rencana tindak lanjut / RTL
3. Merapikan pasien dan lingkungan.
4. Mengajak pasien membaca Hamdalah dan berdoa kepada Allah.
5. Berpamitan dengan pasien dan menyampaikan kontrak yang akan datang.
6. Memberieskan dan mengembalikan alat ke tempat semula.
7. Mencuci tangan.
8. Mencatat kegiatan dalam lembar catatan keperawatan.

CHECK LIST PENILAIAN DEMONSTRASI SKILL

SKORE
NO ASPEK YANG DINILAI BOBOT 0 1 2
Tahap Pra Interaksi
1. Mengecek program terapi 0,5
2. Mencuci tangan 0,5
3. Mengidentifikasi pasien dengan benar 0,5
4. Menyiapkan dan mendekatkan alat ke pasien 0,5
Tahap Orientasi
1. Salam, sapa, perkenalkan diri 0,5
2. Melakukan kontrak 0,5
3. Menjelaskan tujuan 0,5
4. Menjelaskan prosedur 0,5
5. Menanyakan kesiapan dan kerjasama pasien 0,5
Tahap Kerja
1. Menjaga privasi 0,5
2. Mengajak pasien membaca Basmalah 0,5

Praktikum Keperawatan Dasar 213


Pengkajian JANTUNG
3. Anamnesa riwayat 1
Inspeksi dan palpasi pada prekordium secara
4. 2
bersamaan
5. Auskultasi jantung pada empat area anatomi 2
6. Palpasi arteri karotis 2
7. Auskultasi arteri karotis 2
Pengkajian THORAX-PARU
Thorax posterior
8. Anamnesa riwayat 1
Amati bentuk dan kesimetrisan dada dari
9. 2
posterior dan lateral
10. Amati kesejajaran spina, kaji adanya deviasi 2
11. Palpasi thorax posterior 2
Palpasi dada posterior untuk melihat adanya
12. ekspansi 2
13. Palpasi fremitus vocal pada thorax posterior 2
14. Perkusi thorax posterior 2
15. Perkusi untuk mengetahui ekskursi diafragma 2
16. Auskultasi dada posterior 2
Thorax anterior
17. Amati pola nafas 2
18. Amati sudut kosta 2
Palpasi dada anterior untuk mengetahui
19. ekspansi 2
20. Palpasi fremitus taktil pada dada anterior 2
21. Perkusi pada dada anterior 2
22. Auskultasi trachea 2
23. Auskultasi dada anterior 2
Tahap Terminasi
Melakukan evaluasi dan menyampaikan hasil
1. pengkajian 0,5
2. Menyampaikan rencana tindak lanjut / RTL 0,5
3. Mengajak pasien membaca Hamdalah 0,5
Berpamitan dan menyampaikan kontrak akan
4. 0,5
datang
5. Memberieskan dan mengembalikan alat 0,5
6. Mencuci tangan 0,5
Mencatat kegiatan dalam lembar catatan
7. 0,5
keperawatan
Penampilan selama tindakan
1. Menjaga keamanan dan kenyamanan pasien 0,5
Menggunakan bahasa yang dimengerti oleh
2. 0,5
pasien

TOTAL SCORE

Praktikum Keperawatan Dasar


214
DAFTAR PUSTAKA

A aziz alimul hidayat… [et al.]. Buku saku kebutuhan dasar manusia. Jakarta : EGC.
2004
Berman, Audrey… [et al.]. Buku Ajar Praktik Keperawatan Klinis Kozier & Erb, Ed 5.
Alih bahasa, Eny Meiliya… [et al.]. Jakarta: EGC. 2009
Kosyati, Eni, 2004, Ketrampilan dan Prosedur Laboratorium : Ketrampilan Dasar,
Penerbit Buku Kedokteran. Jakarta
Kowalski, Mary T., & Rosdahl, C. B. Textbook of Basic Nursing. Philadelphia :
Lippincott Williams & Walkins, 2007
Kozier, Barbara… [et al.]. Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep, proses dan
praktik, Vol 1, Ed 7. Alih bahasa, Pamilih Eko Karyuni … [et al.]. Jakarta : EGC.
2010
Patricia, Potter A and Anne Griffin Perry. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan :
Konsep, Proses dan praktik, Vol I, Edisi IV, Alih Bahasa Yasmin Asih [et al.],
Penerbit Buku Kedokteran EGC : Jakarta
Taylor, C.,et al. Fundamentals of Nursing : The Arte and Science of Nursing Care, 6th
ed. Philadelphia : Lippincott Williams & Wilkins, 2008

Praktikum Keperawatan Dasar 215

Anda mungkin juga menyukai