Anda di halaman 1dari 35

BAGIAN KEGAWATDARURATAN REFERAT

FAKULTAS KEDOKTERAN JULI 2023


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

TRANSFUSI DARAH

OLEH :
Siti Awalia Ramadhani

105101102820

PEMBIMBING:
dr. Zulfikar Tahir, M. Kes., Sp.An

DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS

KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN ILMU KEGAWATDARURATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2023

1
LEMBAR PENGESAHAN

Yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan bahwa :

Nama : Siti Awalia Ramadhani

NIM : 105101102820

Judul Referat : Transfusi Darah

Telah menyelesaikan Referat dalam rangka kepanitraan klinik di bagian

Kegawatdaruratan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas

Muhammadiyah Makassar.

Makassar, Juli 2023

Pembimbing,

dr. Zulfikar Tahir, M. Kes., Sp.An

2
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah

memberikan Rahmat dan Karunia-Nya, sehingga penulisan Referat ini dapat

diselesaikan. Sholawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Baginda

Besar Nabi Muhammad SAW.

Referat berjudul “Transfusi Darah” ini dapat terselesaikan dengan baik dan

tepat pada waktunya, sebagai salah satu syarat untuk dalam menyelesaikan

Kepanitraan Klinik di Bagian Ilmu Kegawatdaruratan. Secara khusus penulis

sampaikan rasa hormat dan terima kasih yang mendalam kepada dr. Zulfikar

Tahir, M. Kes.,Sp.An selaku pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu

dengan tekun dan sabar dalam membimbing, memberikan arahan dan koreksi

selama proses penyusunan Referat ini hingga selesai.

Penulis menyadari bahwa penyusunan Referat ini belum sempurna. Akhir

kata, penulis berharap agar Referat ini dapat memberi manfaat kepada semua

orang.

Makassar, Juni 2023

Penulis

3
BAB I
PENDAHULUAN

Transfusi darah merupakan komponen penting dari perawatan kesehatan


modern. Diperlukan secara universal untuk mengelola berbagai kondisi medis,
bedah, dan kebidanan. Menetapkan profil penerima darah akan membantu
memprediksi kebutuhan transfusi darah jangka panjang karena perubahan pola
populasi, penyakit dan perawatan kesehatan akan mengakibatkan perubahan
permintaan darah dan komponen darah.1
Kedokteran telah membuat kemajuan yang signifikan dalam memahami
sirkulasi dalam beberapa ratus tahun terakhir. Selama ribuan tahun pengobatan
percaya pada "empat humor" dan menggunakan pertumpahan darah sebagai
pengobatan. Pada tahun 1600-an, William Harvey mendemonstrasikan bagaimana
sistem peredaran darah berfungsi. Tak lama setelah itu, para ilmuwan menjadi
tertarik pada transfusi, awalnya mentransfusikan darah hewan ke manusia. dr.
Philip Syng Physick melakukan transfusi darah manusia pertama pada tahun 1795,
dan transfusi darah manusia pertama untuk mengobati perdarahan terjadi di
Inggris pada tahun 1818 oleh dr. James Blundell.2
Langkah cepat telah dilakukan dalam memahami golongan darah,
komponen darah, dan penyimpanan sejak awal 1900-an. Ini telah berkembang
menjadi bidang kedokteran transfusi. Kedokteran transfusi melibatkan kedokteran
laboratorium dan klinis, dan dokter dari berbagai spesialisasi, seperti patologi,
hematologi, anestesi, dan pediatri, berkontribusi di bidang ini. Transfusi sel darah
merah telah menjadi prosedur yang relatif umum. Di Amerika Serikat, sekitar 15
juta unit ditransfusikan setiap tahun, sementara sekitar 85 juta unit ditransfusikan
di seluruh dunia.2

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. DARAH
a. Defenisi Darah
Darah merupakan cairan yang terdiri dari banyak sel bebas pembawa
zat penting yang diperlukan oleh tubuh melalui sebuah jalur yang
pembuluh darah. Kinerja darah diatur oleh "master kontrol" yaitu jantung.
Zat yang dibawa bermacam-macam, seperti oksigen, mineral, protein,
vitamin, dan hormon yang berasal dari sistem endokrin. Hasil sisa olahan
tubuh seperti karbondioksida dibawa oleh darah ke paru-paru untuk
ditukar dengan oksigen. Bahan racun dan bahan kimia yang tidak
dikehendaki tubuh dibawa ke hati dan ginjal untuk kemudian diekskresi
keluar dari tubuh manusia melalui feces atau urin. 3
Darah adalah suatu cairan tubuh yang terdapat di dalam pembuluh
darah yang warnanya merah. Darah berfungsi sebagai alat pengangkut
yaitu mengambil oksigen dari paru-paru untuk diedarkan ke seluruh
jaringan tubuh, mengangkut karbondioksida dari jaringan untuk
dikeluarkan melalui paru-paru, mengambil zat makanan dari usus halus
untuk diedarkan dan dibagikan ke seluruh jaringan tubuh, mengeluarkan
zat-zat yang tidak berguna bagi tubuh untuk dikeluarkan melalui kulit dan
ginjal, sebagai pertahanan tubuh terhadap serangan penyakit,
menyebarkan panas ke seluruh tubuh.3
Darah berupa jaringan cair meliputi plasma darah (cairan
intersellulair, 55%) yang di dalamnya terdapat sel-sel darah (unsur padat,
45%). Volume darah secara keseluruhan berkisar 1/12 dari berat badan.
Secara fisiologis volume darah adalah tetap (homeostatik) dan diatur oleh
tekanan osmotik koloid dari protein dalam plasma dan jaringan. 3
Darah juga adalah komponen esensial mahluk hidup yang berbentuk
cair dan berwarna merah. Darah membentuk 6-8% dari berat tubuh total
dan terdiri dari sel darah yaitu eritrosit, leukosit, dan trombosit yang
tersuspensi dalam suatu cairan yang disebut plasma. Darah dalam
keadaan fisiologik selalu dalam pembuluh darah sehingga dapat

5
menjalankan fungsinya sebagai: 1) pembawa oksigen (oxygen carrier), 2)
mekanisme pertahanan tubuh terhadap infeksi, dan 3) mekanisme
hemostasis.3
b. Fungsi darah adalah
Secara umum darah mempunyai fungsi sebagai berikut.
1. Sebagai alat transportasi yaitu mengedarkan sari makanan (nutrisi)
dan bahan kimia yang diserap dari saluran pencernaan ke seluruh
jaringan tubuh yang dilakukan oleh plasma darah.
2. Mengangkut sisa oksidasi dari sel tubuh untuk dikeluarkan dari tubuh
yang dilakukan oleh plasma darah, sedangkan karbon dioksida
dikeluarkan melalui organ paru-paru, dan urea dikeluarkan melalui
ginjal.
3. Mengedarkan hormon yang dikeluarkan oleh kelenjar endokrin
(hormon) dan enzim dari organ ke organ yang dilakukan oleh plasma
darah
4. Mengangkut oksigen (O2) yang diambil dari paru-paru untuk dibawah
ke seluruh tubuh yang dilakukan oleh sel-sel darah merah
5. Membawa keluar hasil-hasil buangan metabolism (waste product
metabolit) dan CO2 dari jaringan ke organ-organ ekskresi misalnya
ginjal dan paru.
6. Membunuh kuman yang masuk ke dalam tubuh yang dilakukan oleh
sel darah putih
7. Menutup luka yang dilakukan oleh keping keping darah
8. Menjaga kestabilan suhu tubuh karena darah mempunyai panas
spesifik yang tinggi
9. Mempertahankan keseimbangan air dalam tubuh, sehingga kadar air
tubuh tidak terlalu tinggi/rendah (homeostasis)
10. Mengatur pH tubuh (keseimbangan asam dan basa) dengan jalan
konsentrasi ion hidrogen
11. Alat transport antar jaringan dari bahan-bahan yang diperlukan oleh
suatu jaringan dibuat oleh jaringan lain. Misalnya transport lipoprotein
seperti lipoprotein densitas tinggi atau High Density Lippoprotein
(HDL), lipoprotein densitas rendah atau Low Density Lipoprotein (LDL)
dan hormon.3
6
c. Sistem Golongan Darah
Membran sel darah merah manusia diperkirakan mengandung
setidaknya 300 determinan antigenik yang berbeda, dan setidaknya 20
sistem antigen golongan darah yang terpisah diketahui. Untungnya, hanya
sistem ABO dan Rh yang penting dalam sebagian besar transfusi darah.
Individu sering menghasilkan antibodi (alloantibodi) untuk alel yang
mereka kekurangan dalam setiap sistem. Antibodi semacam itu
bertanggung jawab atas reaksi paling serius terhadap transfusi. Antibodi
dapat muncul secara spontan atau sebagai respons terhadap sensitisasi
dari transfusi atau kehamilan sebelumnya. 4
1. Sistem ABO
Golongan darah ABO ditentukan oleh ada atau tidaknya antigen
permukaan RBC A atau B: Darah tipe A memiliki antigen RBC A, darah
tipe B memiliki antigen RBC B, darah tipe AB memiliki antigen A dan B
RBC, dan golongan darah O tidak memiliki antigen A atau B RBC.
Hampir semua individu yang tidak memiliki antigen A atau B "secara
alami" menghasilkan antibodi, terutama imunoglobulin (Ig) M, melawan
antigen yang hilang tersebut dalam tahun pertama kehidupan. 4,5
2. Sistem Rh
Ada sekitar 46 antigen permukaan sel darah merah golongan
Rhesus, dan pasien dengan antigen D Rhesus dianggap Rh- positif. Kira-
kira 85% populasi kulit putih dan 92% populasi kulit hitam memiliki
antigen D, dan individu yang kekurangan antigen ini disebut Rh- negatif.
Berbeda dengan kelompok ABO, pasien Rh- negatif biasanya
mengembangkan antibodi terhadap antigen D hanya setelah transfusi Rh-
positif atau dengan kehamilan, dalam situasi ibu Rh- negatif melahirkan
bayi Rh- positif.4,5
3. Sistem Antigen RBC Lainnya
Sistem antigen sel darah merah lainnya termasuk Lewis, P, Ii,
MNS, Kidd, Kell, Duffy, Lutheran, Xg, Sid, Cartright, YK, Ss, dan
Chido Rodgers. Untungnya, dengan beberapa pengecualian (Kell, Kidd,
Duffy, dan Ss), alloantibodi terhadap antigen ini jarang menyebabkan
reaksi hemolitik yang serius.4,5

7
B. TRANSFUSI DARAH
a. Defenisi

Transfusi darah adalah memindahkan darah dari donor darah


(orang sehat) ke resipien (orang sakit/pasien) sebagai pengobatan/terapi.
Pengertian ini menunjukkan bahwa transfusi darah merupakan tindakan
transplantasi. Transfusi darah adalah life saving therapy (terapi untuk
menyelamatkan jiwa). Sehingga indikasi transfusi darah sangat ketat.
Dokter yang merawat pasien tidak membuat permintaan darah bila
kondisi pasien masih bisa ditanggulangi dengan obat atau tindakan lain. 6
b. Tujuan Trasfusi Darah
Pemberian transfusi darah diberikan dokter sesuai dengan indikasi
medis. Berikut beberapa tujuan transfusi darah :
 Meningkatkan kadar Hb (Hemoglobin) pada keadaan anemia,
 Mengganti darah yang hilang karena perdarahan misalnya perdarahan
saat melahirkan,
 Mengganti kehilangan plasma darah misalnya pada luka bakar,
 Mencegah dan mengatasi perdarahan karena kekurangan/kelainan
komponen darah misalnya pada penderita thalasemia. 7

c. Macam-macam komponen darah

1. Red Blood Cell

Transfusi Sel Darah dimaksudkan untuk meningkatkan pengiriman


oksigen ke ke jaringan. Sel darah Merah ditransfusikan baik sebagai
darah utuh atau sebagai konsentrat sel darah merah yang dikemas, juga
dikenal sebagai Packed Red Blood Cells (PRBCs). Satu unit darah
lengkap memiliki volume sekitar 450 +10% ml, dengan kisaran
hematokrit 38 hingga 54%. Satu unit PRBC terdiri dari sel darah merah
yang terkonsentrasi dari satu unit darah lengkap. Setiap unit PRBC
mengandung sekitar 230 hingga 330 ml sel darah merah dan mungkin
memiliki larutan aditif. Hematokrit PRBC adalah 65% sampai 75%.
Setiap unit darah mengandung kira- kira 60 g hemoglobin dan 250 mg
zat besi, terutama dalam bentuk hemoglobin. Baik whole blood dan
PRBCS mengandung sedikit antikoagulan sitrat dan mungkin memiliki
8
larutan tambahan. Unit darah, baik whole blood maupun PRBC yang
terkumpul dalam antikoagulan CPDA-1 dapat disimpan hingga 35 hari
dan 42 hari untuk PRBC dengan larutan aditif (Saline Adenine Glucose
Mannitol).5,9

Jenis RCC8,9

• RCC:Sel darah merah disiapkan dari darah yang dikumpulkan ke


dalam larutan pengawet antikoagulan dan dipisahkan dari plasma
dengan sentrifugasi atau sedimentasi. RCC dapat mengandung 160
hingga 275 ml sel darah merah (50-80g hemoglobin) yang tersuspensi
dalam jumlah yang bervariasi dari sisa plasma (20-100 ml).

• Sel darah merah dalam larutan aditif disiapkan dengan


mensentrifugasi seluruh darah untuk mengeluarkan plasma sebanyak
mungkin dan mengganti plasma dengan 100 hingga 110 ml larutan
aditif yang mengandung dekstrosa, adenin, natrium klorida, dan
natrium fosfat monobasa atau manitol. RCC yang disimpan dengan
larutan aditif memiliki umur simpan 42 hari pada 4 - 2°C.

• RCC dan RCC dalam larutan aditif leukosit berkurang (Reduksi


leukosit RCC) dibuat dari satu unit darah utuh (dikumpulkan dalam
larutan antikoagulan-pengawet seperti disebutkan di atas) awalnya
mengandung 1 sampai 10x109sel darah putih per unit. Leukosit RCC
yang dikurangi harus memiliki kandungan sisa leukosit 1,0 hingga
5,0x106per unit.8,9

Tabel 1

9
2. Transfusi komponen trombosit

Komponen trombosit adalah konsentrat trombosit yang


diresuspensi dalam volume plasma yang sesuai atau campuran
plasma dan larutan aditif trombosit yang disimpan dengan agitasi
terus menerus pada suhu 22±2°C dalam wadah plastik yang cocok
untuk pertukaran oksigen dan karbon dioksida. Konsentrat trombosit
juga dapat dibuat dengan aferesis, dalam hal ini harus mengandung
lebih dari 3,0 x1011trombosit, setara dengan empat sampai enam unit
trombosit yang dipisahkan dari donor darah utuh. Trombosit
memainkan peran kunci dalam hemostasis. Mereka bersirkulasi di
pinggiran aliran darah di pembuluh darah dan melekat ketika sub-
endotel terpapar di tempat cedera dinding pembuluh darah. 8

Jenis komponen trombosit 8

• Trombosit tunggal adalah konsentrat trombosit yang dipisahkan


dari satu unit darah utuh. Satu unit trombosit harus mengandung
>5,5×1010 trombosit tersuspensi dalam 40 sampai 70 ml plasma.
Umur simpan bervariasi antara lima dan 7 hari tergantung pada
suspensi cairan yang digunakan. Jumlah unit platelet atau buffy coat
yang digabungkan dalam pool bervariasi antara empat sampai enam
dan platelet dapat tersuspensi dalam plasma 100% atau kombinasi
plasma dan PAS. Volume akhir dari kumpulan trombosit tipikal
adalah antara 300-350 ml

• Trombosit aferesis adalah konsentrat trombosit yang dikumpulkan


dari satu donor menggunakan alat pemisah darah. Trombosit
apheresis mengandung sekitar 3,0×1011 trombosit, setara dengan
empat sampai enam unit trombosit yang dibuat dari donor darah
lengkap. Jumlah leukosit yang terkandung dalam komponen ini
bervariasi tergantung pada pemisah sel darah dan protokol yang
digunakan untuk pengumpulan.8

Trombosit leukosit berkurang adalah kumpulan trombosit atau


produk trombosit apheresis dengan kandungan leukosit <1 sampai

10
5x106 leukosit. Produk dapat disiapkan pada saat penyiapan (melalui
filtrasi dalam kasus trombosit yang dibuat dari donor darah utuh atau
dengan menggunakan pemisah darah dalam kasus trombosit
apheresis) atau di samping tempat tidur menggunakan filter, pada
saat produk dikelola.

• Trombosit tereduksi patogen dibuat dari pooled atau apheresis


platelets, dan umumnya direduksi leukore dan disuspensikan dalam
PAS yang dirawat dengan salah satu teknologi inaktivasi patogen
yang saat ini dilisensikan. Secara umum, trombosit tereduksi patogen
memiliki umur simpan 7 hari.8

3. Transfusi komponen plasma8,9

Plasma adalah cairan bening yang terpisah dari darah utuh setelah
sentrifugasi. Plasma segar mengandung semua faktor koagulasi
selain protein plasma lainnya. Plasma dapat disiapkan dari donor
darah lengkap atau melalui plasmaferesis. Umur simpan plasma beku
tergantung pada suhu penyimpanan. Plasma dapat disimpan selama
12, 36 bulan, atau 7 tahun jika disimpan pada suhu -18°C, -25°C,
dan - 65°C masing-masing. Layanan darah dan pemasok darah perlu
memverifikasi rekomendasi peraturan yang relevan dalam hal ini. 8

Jenis komponen plasma8,9

• Fresh Frozen Plasma (FFP): plasma dipisahkan dan dibekukan


dalam waktu 8 jam setelah pengumpulan.

• Plasma dibekukan dalam 24 jamproses mengeluarkan darah


(PF24): PF24 mengandung tingkat faktor V dan VIII yang lebih
rendah daripada FFP dan oleh karena itu bukan produk pilihan untuk
penggantian faktor-faktor ini.8,9

• Plasma cair dapat dipisahkan dari darah lengkap kapan saja


selama penyimpanan dan dapat disimpan pada 4±2° C hingga 5 hari
setelah tanggal kedaluwarsa darah utuh yang dipisahkan. Jenis
plasma ini tidak pernah dibekukan dan mungkin mengandung sel

11
darah putih yang layak dan memerlukan iradiasi jika akan
ditransfusikan ke pasien yang berisiko penyakit graft vs. host terkait
transfusi. Jenis plasma ini memiliki faktor V dan faktor VIII yang
lebih sedikit daripada FFP. Dapat digunakan untuk semua indikasi
FFP kecuali untuk penggantian faktor V dan VIII.8.9

• Plasma yang dicairkan:Setelah mencairkan plasma dari keadaan


beku, dapat disimpan pada 4 -2°C selama 24 jam. Setelah 24 jam
pertama setelah pencairan, plasma dapat diberi label ulang sebagai
plasma yang dicairkan dan disimpan selama empat hari tambahan.
Tingkat faktor koagulasi labil (V, VII, VIII, dan protein S)
menunjukkan penurunan yang signifikan dibandingkan dengan
tingkat dalam 24 jam pertama pasca pencairan. Ini dapat digunakan
untuk menggantikan beberapa faktor koagulasi pada pasien dengan
perdarahan peri-operatif atau pasien yang memiliki transfusi masif.

• Cryo-supernatant Plasma :Ini adalah produk yang tersisa setelah


kriopresipitat dikeluarkan dari FFP. Produk ini mengandung faktor
VIII, XIII, fibrinogen, dan Faktor Von Willebrand (VWF) yang lebih
rendah dibandingkan dengan FFP. Ini biasanya digunakan sebagai
cairan pengganti selama pertukaran plasma pada pasien dengan
purpura trombositopenik trombotik, baik selama sesi awal atau
sebagai terapi penyelamatan untuk respons pasca pertukaran plasma
yang tidak memuaskan menggunakan FFP8,9

4. Kriopresipitat

Kriopresipitat diperoleh dengan mencairkan whole blood atau


apheresis FFP pada suhu 4±2°C, dan kemudian sentrifugasi dan
resuspensi protein yang diendapkan dalam volume kecil plasma dan
dibekukan kembali dalam waktu 1 jam. Kriopresipitat mengandung
fibrinogen, faktor VIII, faktor XIII, VWF, dan fibronektin. 8

Kriopresipitat dapat tersedia sebagai unit individu (dari satu


donor darah utuh) atau sebagai kumpulan (biasanya lima unit).
Penyatuan unit individu biasanya dilakukan dengan menggunakan

12
sistem tertutup, sebelum dibekukan, dan jarang dilakukan pada saat
penerbitan. Kriopresipitat disimpan dalam keadaan beku pada suhu -
18°C selama 12 bulan atau -25°C selama 24 bulan. Setelah
dicairkan, produk harus ditransfusikan sesegera mungkin, tetapi
dapat ditahan pada 4±2°C, hingga 6 jam jika diproduksi
menggunakan sistem tertutup. Jika sistem terbuka digunakan untuk
menyatukan unit individu yang dicairkan, maka produk dapat
ditahan pada 4±2° C hingga 4 jam jika perlu.8

d. Indikasi dan Kontraindikasi Transfusi Darah

Pedoman transfusi sel darah merah dari American Association of


Blood Banks menyarankan pendekatan restriktif untuk pasien stabil
dengan anemia non-pendarahan. Meskipun mungkin ada variasi, anemia
biasanya didefinisikan sebagai kadar hemoglobin kurang dari 13 g/dL
pada pria dan kurang dari 12 g/dL pada wanita. Indikasi transfusi,
sebelumnya, strategi liberal, biasanya menggunakan penggalan
hemoglobin kurang dari 10 g/dL, digunakan, terlepas dari gejalanya. 10

Saat ini, pedoman untuk transfusi sel darah merah (RBC)


umumnya mengikuti taman batas yang ketat. Meskipun ada beberapa
variasi dalam jumlah batas batas, 7 g/dL adalah nilai yang disepakati
untuk pasien sehat tanpa gejala. Pedoman merekomendasikan nilai 8
g/dL sebagai ambang batas pada pasien dengan penyakit arteri koroner
atau mereka yang menjalani operasi ortopedi. Namun, hal ini mungkin
disebabkan oleh kekurangan literatur tentang penggunaan ambang batas
7 g/dL dalam studi evaluasi populasi pasien ini.10

Transfusi juga dapat diindikasikan pada pasien dengan perdarahan


aktif atau akut dan pasien dengan gejala yang berhubungan dengan
anemia (misalnya takikardia, kelemahan, dispnea saat beraktivitas) dan
hemoglobin kurang dari 8 g/dL. Anemia, dalam kasus seperti itu,
digambarkan sebagai massa sel darah merah yang bersirkulasi menurun,
didefinisikan sebagai gram hemoglobin per 100 ml darah utuh. Anemia
dapat terjadi karena kehilangan eksternal, produksi yang tidak memadai,
kerusakan internal, atau kombinasi dari faktor-faktor tersebut.10
13
Kecuali jika pasien mengalami pendarahan aktif dianjurkan untuk
melakukan transfusi 1 unit sel darah merah sekaligus, yang biasanya
akan meningkatkan nilai hemoglobin sebesar 1 g/dL dan hematokrit
sebesar 3%. Tindak lanjut dengan pemeriksaan hemoglobin pasca
transfusi.10

American Society of Anesthesiologists menyarankan transfusi pada


kadar hemoglobin 6 g/dL atau kurang. Namun, data terbaru
menunjukkan penurunan mortalitas dengan hemoglobin praanestesi
lebih besar dari 8 g/dL, terutama pada pasien gagal ginjal. 10
1. Indikasi transfusi Red Cell Concentrate( RCC)
Komponen yang mengandung sel darah merah diindikasikan untuk
pengobatan gejala defisit kapasitas pembawa oksigen. Mereka juga
diindikasikan untuk transfusi pertukaran sel darah merah. Transfusi
pasien dewasa dan anak dalam perawatan intensif harus
dipertimbangkan pada konsentrasi hemoglobin 70 g/L atau kurang. Pada
pasien bedah pasca operasi, atau pada pasien rawat inap, pasien dengan
hemodinamik stabil dengan penyakit kardiovaskular yang sudah ada
sebelumnya, transfusi harusn dipertimbangkan dengan konsentrasi
hemoglobin 80 g/L atau kurang atau jika pasien menunjukkan gejala
seperti nyeri dada, hipotensi ortostatik atau takikardia yang tidak
responsif terhadap resusitasi cairan, atau gagal jantung kongestif. 8,9
Bukti terbaru menunjukkan bahwa untuk pasien berusia 65 tahun
atau lebih, ambang transfusi hemoglobin mungkin perlu lebih tinggi;
sekitar 10 g/L untuk menurunkan morbiditas dan mempertahankan
kualitas hidup.8,9
Kontraindikasi untuk transfusi RCC
Komponen yang mengandung sel darah merah tidak boleh
digunakan untuk mengobati anemia yang dapat dikoreksi dengan obat
hematinik tertentu seperti zat besi, vitamin B12, asam folat, atau
eritropoietin. RCC atau whole blood tidak boleh digunakan semata-mata
untuk ekspansi volume atau untuk meningkatkan tekanan onkotik darah
yang bersirkulasi.8,9

14
Dosis dan pemberian untuk transfusi RCC
Setiap unit RCC atau whole blood mengandung hemoglobin yang
cukup untuk meningkatkan konsentrasi hemoglobin pada orang dewasa
berukuran rata-rata (70-75 kg) sekitar 10 g/L (dan untuk meningkatkan
hematokrit sebesar 3%). Alikuot yang lebih kecil dapat disediakan
untuk digunakan pada pasien neonatus atau anak-anak, atau orang
dewasa dengan kebutuhan transfusi khusus. 8
Bagian awal dari setiap unit yang ditransfusikan harus diinfus
dengan hati-hati dan dengan pengamatan yang cukup untuk mendeteksi
timbulnya reaksi akut. Setelah itu, laju infus bisa lebih cepat, seperti
yang ditoleransi oleh sistem peredaran darah pasien. Komponen yang
mengandung sel darah merah tidak diinginkan berada pada suhu kamar
lebih lama dari 4 jam. Jika laju infus yang diantisipasi harus sangat
lambat sehingga seluruh unit tidak dapat diinfuskan dalam waktu 4 jam,
sebaiknya memesan alikuot yang lebih kecil untuk transfusi. 8
2. Indikasi untuk transfusi trombosit
Transfusi trombosit dapat diberikan kepada pasien dengan
trombositopenia atau gangguan disfungsional trombosit (kongenital,
metabolik, atau obat-induksi), dalam situasi baik perdarahan terkait
trombosit aktif atau untuk profilaksis perdarahan. Transfusi trombosit
profilaksis diindikasikan ketika jumlah trombosit pasien adalah
10x109/L atau kurang untuk mengurangi risiko perdarahan spontan.
Transfusi trombosit juga diindikasikan dalam kasus prosedur invasif
atau bedah dengan jumlah trombosit <50x109/L.8
Dalam kasus perdarahan dan jumlah trombosit <50x10 9/L transfusi
trombosit diindikasikan. Tingkat trombosit yang lebih tinggi
(>100×109/L) mungkin diperlukan dalam pengaturan klinis yang
melibatkan risiko perdarahan kritis (misalnya prosedur bedah saraf dan
intraokular).
Transfusi trombosit profilaksis mungkin tidak memberikan manfaat
terapeutik ketika trombositopenia terkait dengan penghancuran
trombosit yang bersirkulasi sekunder akibat gangguan autoimun [mis.
purpura trombositopenik imun (ITP)]; namun, transfusi dapat
diindikasikan untuk perdarahan aktif pada pasien ini. 8
15
Trombosit yang mengalami leukoreduksi diindikasikan untuk
mengurangi frekuensi demam berulang, reaksi transfusi non-hemolitik,
untuk mencegah aloimunisasi terhadap antigen leukosit manusia (HLA),
dan untuk menghindari infeksi sitomegalovirus (CMV) yang ditularkan
melalui transfusi.8
Kontraindikasi untuk transfusi trombosit
Trombosit tidak boleh ditransfusikan jika perdarahan tidak terkait
dengan penurunan jumlah, atau fungsi abnormal, trombosit. Trombosit
juga tidak boleh ditransfusikan bila jumlah trombosit >100.000/µL,
kecuali ada didokumentasikan atau diduga fungsi abnormal karena efek
farmakologis pengobatan. Pasien dengan defek glikoprotein permukaan
kongenital harus ditransfusikan secara konservatif untuk mengurangi
kemungkinan aloimunisasi pada protein yang hilang. 8
Dosis dan administrasi untuk transfusi trombosit
Pengujian kompatibilitas tidak diperlukan dalam transfusi trombosit
rutin. Kecuali dalam keadaan yang tidak biasa, plasma donor harus
ABO kompatibel dengan sel darah merah penerima ketika komponen ini
akan ditransfusikan ke bayi, atau ketika volume besar akan
ditransfusikan. Dosis terapeutik dewasa biasanya mengandung
3.0x1011trombosit (satu unit trombosit aferesis atau empat hingga enam
unit trombosit yang berasal dari darah lengkap). Satu unit trombosit
diharapkan dapat meningkatkan jumlah trombosit orang dewasa dengan
berat 70 kg sebesar 30 hingga 40×109/L. Untuk profilaksis, dosis ini
mungkin perlu diulangi dalam 1-3 hari karena umur trombosit yang
ditransfusikan pendek.8
Komponen trombosit harus diperiksa sebelum pemberian untuk
penampilan abnormal seperti kurangnya putaran atau adanya agregat.
Unit dengan agregat berlebihan tidak boleh diberikan. Transfusi
mungkin lanjutkan secepat yang dapat ditoleransi dan tidak boleh lebih
dari 4 jam. Produk trombosit tidak boleh didinginkan selama
penyimpanan atau sebelum digunakan.8
Peningkatan jumlah terkoreksi (CCI) adalah ukuran respons pasien
yang dihitung terhadap trombosit yang disesuaikan dengan jumlah
trombosit yang diinfuskan dan massa tubuh penerima, berdasarkan luas
16
permukaan tubuh (BSA). BSA diukur dalam madan dihitung dengan
rumus:

Dimana BSA adalah luas permukaan tubuh dalam meter persegi, H


adalah tinggi penerima dalam sentimeter dan W adalah berat (massa
tubuh) penerima dalam kilogram. 3600 adalah konstanta.

Di mana post-count dan pre-count adalah jumlah trombosit (x109/L)


setelah dan sebelum transfusi; BSA adalah luas permukaan tubuh
pasien; dan trombosit yang ditransfusikan adalah jumlah trombosit yang
diberikan (x1011). CCI biasanya ditentukan dengan mengukur jumlah
trombosit pasca transfusi antara 10 hingga 60 menit setelah transfusi
(CCI 1 jam) atau 24 jam setelah transfusi (CCI 24 jam). 8
Pada pasien yang stabil secara klinis, CCI 1 jam biasanya > 7,5 dan
tetap di atas 4,5 dalam 24 jam. Mekanisme kekebalan dan non-
kekebalan dapat berkontribusi pada penurunan pemulihan dan
kelangsungan hidup trombosit. Seiring dengan hasil tes serologis yang
mendukung, CCI 1 jam kurang dari lima dapat menunjukkan keadaan
refraktori yang dimediasi kekebalan terhadap terapi trombosit. Dengan
mekanisme konsumsi trombosit non-imun, CCI 1 jam berada dalam
kisaran yang diharapkan, sedangkan CCI 24 jam lebih rendah dari yang
diharapkan.8
3. Indikasi Transfusi Plasma
Secara umum, plasma digunakan untuk menggantikan faktor
koagulasi pada pasien perdarahan (pengobatan) atau pada pasien yang
mungkin mengalami perdarahan selama prosedur invasif (profilaksis).
Faktor koagulasi dapat dikurangi pada pasien dengan kondisi bawaan,
penyakit hati disebarluaskan atau koagulasi intravaskular. Situasi
khusus termasuk yang berikut ini sebagaimana diadaptasi dari
Rekomendasi untuk transfusi plasma dan trombosit, Italian Society of
Transfusion Medicine, 2009:8
17
• Koreksi defisiensi faktor pembekuan bawaan atau didapat (yang tidak
memiliki konsentrat spesifik), ketika rasio waktu tromboplastin parsial
(aPTT) teraktivasi atau rasio normalisasi internasional (INR) >1,5:
- Penyakit hati
- Pendarahan aktif
- Pencegahan perdarahan dalam kasus operasi atau prosedur invasif.
-Selama pengobatan dengan antagonis vitamin K (jika konsentrat
kompleks protrombin, yang merupakan pengobatan pilihan pertama,
tidak tersedia):
- Perdarahan mayor atau intrakranial
- Untuk persiapan operasi yang tidak bisa ditunda
• Koagulasi intravaskular diseminata (DIC) akut dengan perdarahan
aktif, terkait dengan koreksi penyebab yang mendasari.
• Perdarahan mikrovaskuler selama transfusi masif (>1 volume darah),
bahkan sebelum hasil waktu protrombin (PT) dan aPTT diketahui.
• Defisiensi faktor pembekuan tunggal, dengan tidak adanya konsentrat
spesifik (misalnya faktor V), dengan adanya perdarahan aktif atau
untuk mencegah perdarahan selama prosedur invasif.8
Sebagai cairan pengganti (yaitu untuk mengganti plasma yang
hilang) ketika plasmaferesis terapeutik digunakan untuk mengobati
kondisi seperti purpura trombositopenik trombotik (TTP) atau sindrom
uremik hemolitik (HUS).8
Rekonstitusi darah lengkap menggunakan satu unit RCC, untuk
transfusi tukar. Untuk pengobatan angioedema herediter jika C1- ester-
penghambat ase tidak tersedia.8
Kontraindikasi untuk transfusi plasma
Plasma tidak boleh digunakan untuk penggantian volume pada
pasien yang hipovolemik tetapi tidak mengalami perdarahan dan tidak
memiliki kelainan koagulasi. Seharusnya tidak digunakan untuk
menggantikan albumin pada pasien dengan hipoalbuminemia karena
albumin tersedia sebagai produk farmasi. Pada pasien dengan
defisiensi faktor spesifik, produk spesifik untuk menggantikan faktor
tersebut harus menjadi manajemen lini pertama, dengan plasma yang
dipesan hanya jika faktor spesifik ini tidak tersedia. Faktor spesifik ini
18
termasuk faktor VIII (turunan atau rekombinan plasma) pada pasien
dengan hemofilia A, faktor IX (turunan atau rekombinan plasma) pada
pasien dengan hemofilia B, dan kompleks protrombin berkonsentrasi
untuk antagonis vitamin K (misalnya warfarin atau coumadin)
pembalikan.8
Dosis dan pemberian untuk transfusi plasma
Dosis 15 ml/kg massa tubuh biasanya dianjurkan untuk
meningkatkan faktor koagulasi ke tingkat hemostatik pada pasien
perdarahan.8
Unit Rata- rata plasma yang berasal dari whole blood adalah 200-
250 ml. Beberapa unit diperlukan untuk pasien dewasa. FFP dapat
dikaitkan dengan reaksi transfusi, termasuk cedera paru akut terkait
transfusi (TRALI) dan kelebihan sirkulasi terkait transfusi (TACO).
Lanagkah-langkaah tersebut meliputi pembuatan plasma dari donor
yang tidak memiliki anti bodi sel darah putih, seperti donor pria atau
wanita yang belum hamil.8
Pasien harus menerima FFP dari donor dari kelompok ABO yang
sama jika memungkinkan, untuk menghindari reaksi transfusi karena
titer tinggi atau hemolisis anti- A dan/ atau anti- B. Plasma Grup AB
tidak mengandung isoagglutinin kelompok ABO dan karenanya dapat
digunakan dengan aman pada pasien dari semua kelompok ABO. Jika
plasma grup AB tidak tersedia, maka plasma Gro A, B atau O perlu
digunakan, dan hanya jika tidak mengandung isoagglutinin titer/
hemolisis yang tinggi.8

4. Indikasi untuk transfusi kriopresipitat


kriopresipitat dapat digunakan untuk menggantikan fibrinogen, fad
XIII, faktor VIII, dan VWF, asalkan alternative tertentu tidak tersedia.
Konsentrat farmasi dari semua faktor-faktor ini tersedia, dan
penggunaan kriopresipitat yang berlebihan ini didorong karena risiko
infeksi menular melalui transfusi yang lebih rendah dan pemberian
dosis faktor yang lebih akurat.8
Dosis dan pemberian untuk transfusi kriopresipitat
Dosis tipikal orang dewasa adalah 10 unit individu (atau dua
19
kumpulan masing- masing lima unit). Volume ini diperkirakan akan
meningkat fibrinogen pada orang dewasa berukuran rata- rata dengan
perkiraan kira- kira 1 g/L.8

e. Prosedur Pelaksanaan Transfusi Darah


Transfusi Klinis5
1. Kaji kebutuhan pasien akan transfusi darah
2. Catat indikasi transfusi pada catatan pasien
3. Lengkapi formulir permintaan fisik atau elektronik secara akurat dan
terbaca dan sertakan:
• Identifikasi pasien (3 nama pasien, jenis kelamin, usia dan nomor)
• Alasan transfusi
• Komponen dan jumlah yang diperlukan
• Tanggal diperlukan dan urgensinya
4. Informed consent tertulis dari pasien atau keluarga terdekat.
5. Kumpulkan dan beri label dengan benar sampel darah (4 cc dalam
tabung polos dan koagulan) untuk pengelompokan dan pengujian
kompatibilitas
6. Kirim formulir permintaan darah dan sampel ke laboratorium
7. Kumpulkan atau terima darah atau produk darah dari laboratorium
8. Konfirmasi kecocokan darah atau plasma dengan memeriksa
golongan darah pada:
• Catatan pasien
• Label pada kantong darah
9. Periksa tanggal kedaluwarsa darah atau plasma Periksa darah untuk:
• Gumpalan, Hemolisis, Penampilan sel darah merah, Tanda- tanda
kontaminasi.
10. Periksa kebocoran kantong darah
11. Hangatkan darah, gunakan penghangat darah yang
direkomendasikan, sesuai indikasi.
12. Mulai transfusi darah utuh dan sel darah merah dalam waktu 30
menit setelah dikeluarkan dari lemari es.
13. Tingkat-Total Volume dibagi dengan waktu (menit) dikalikan
dengan faktor tetes 60gtts/ ml yang sama dengan 42 tetes per menit.
20
14. Kembalikan darah atau produk darah yang tidak terpakai ke
laboratorium dalam waktu 30 menit setelah dikeluarkan dari lemari es.
15. Menyelesaikan infus darah utuh dan sel darah merah dalam waktu 4
jam, dan trombosit dan plasma dalam waktu 30 menit.
16. Pantau pasien sebelum, selama, dan setelah transfusi produk darah:
• Sebelum memulai transfusi.
• Segera setelah transfusi dimulai
• 15 menit setelah memulai transfusi.
• Setidaknya setiap setengah jam selama transfusi.
• Setelah menyelesaikan transfusi dan 4 jam setelah menyelesaikan
transfusi.
17. Catat yang berikut ini:
• Penampilan pasien.
• TTV(Nadi,Suhu, Tekanan Darah, Pernapasan)
• Keseimbangan cairan: input dan output.
18. Dalam catatan catatan pasien:
• Tanggal transfusi.
• Waktu transfusi dimulai dan selesai.
• Volume dan jenis darah atau produk yang diberikan.
• Nomor unit darah atau plasma.
• Efek samping apa pun.
19. Tandatangani catatan pasien
20. Segera laporkan setiap reaksi yang merugikan ke laboratorium.
21.Mengembalikan kantong darah bekas/ sebagian bekas pakai ke
laboratorium.5

f. Komplikasi Transfusi Darah

Komplikasi kekebalan setelah transfusi darah terutama disebabkan


oleh kepekaan penerima terhadap sel darah merah donor, sel darah putih,
trombosit, atau protein plasma. Lebih jarang, sel atau serum yang
ditransfusikan dapat meningkatkan respons imun terhadap penerima. 4

21
1. Hemolytic Reactions

Reaksi hemolitik biasanya melibatkan penghancuran spesifik


sel darah merah yang ditransfusikan oleh antibodi penerima. Lebih
jarang, hemolisis sel darah merah penerima terjadi sebagai akibat dari
transfusi antibodi sel darah merah. Unit konsentrat trombosit, FFP,
konsentrat faktor pembekuan yang tidak kompatibel. atau
cryoprecipitate mungkin mengandung sejumlah kecil plasma dengan
anti-A atau anti-B (atau keduanya) alloantibodi. Transfusi volume
besar unit tersebut dapat menyebabkan hemolisis intravaskular.
Reaksi hemolitik biasanya terjadi diklasifikasikan sebagai akut
(intravaskular) atau tertunda (ekstravaskular). 4

a. Acute Hemolytic Reactions

Hemolisis intravaskular akut biasanya disebabkan oleh darah ABO


inkompatibilitas, dan frekuensi yang dilaporkan sekitar 1:38.000
transfusi. Penyebab paling umum adalah kesalahan identifikasi
pasien, spesimen darah, atau unit transfusi, risiko yang tidak dapat
dihilangkan dengan transfusi darah autologus. Reaksi-reaksi ini sering
parah dan dapat terjadi setelah infus 10 sampai 15 mL darah yang
tidak cocok dengan ABO. Risiko reaksi hemolitik yang fatal adalah
sekitar 1 dari 100.000 transfusi. Pada pasien yang terjaga, gejalanya
meliputi menggigil, demam, mual, dan nyeri dada dan pinggang. Pada
pasien yang dianestesi, reaksi hemolitik akut dapat dimanifestasikan
dengan peningkatan suhu, takikardia yang tidak dapat dijelaskan,
hipotensi, hemoglobinuria, cairan yang menyebar di bidang bedah,
atau kombinasi dari temuan ini. Koagulasi intravaskular diseminata,
syok, dan gagal ginjal akut dapat berkembang dengan cepat.
Keparahan reaksi seringkali bergantung pada volume darah yang
tidak sesuai yang telah diberikan.4

22
b. Delayed Hemolytic Reactions

Reaksi hemolitik tertunda juga disebut hemolisis ekstravaskular


umumnya ringan dan disebabkan oleh antibodi terhadap antigen non-
D dari sistem Rh atau alel asing dalam sistem lain seperti antigen
Kell, Duffy, atau Kidd. Setelah transfusi yang kompatibel dengan
ABO dan Rh D, pasien memiliki peluang 1%-1,6% untuk
membentuk antibodi yang diarahkan melawan antigen asing dalam
sistem lain ini. Pada saat sejumlah besar antibodi ini terbentuk
(berminggu-minggu hingga berbulan-bulan), sel darah merah yang
ditransfusikan telah dibersihkan dari sirkulasi. Reexposure ke
antigen asing yang sama selama transfusi sel darah merah
berikutnya, bagaimanapun, memicu respon antibodi anamnestic
terhadap antigen asing. Oleh karena itu, reaksi hemolitik biasanya
tertunda 2-21 hari setelah transfusi, dan gejala umumnya ringan,
terdiri dari malaise, ikterus, dan demam. Hematokrit pasien biasanya
gagal naik atau naik hanya sementara, terlepas dari transfusi dan
tidak adanya perdarahan. Bilirubin tak terkonjugasi serum meningkat
akibat pemecahan hemoglobin.4

2. Nonhemolytic Immune Reactions

Reaksi imun nonhemolitik disebabkan oleh sensitisasi penerima


terhadap sel darah putih, trombosit, atau protein plasma donor; risiko
ini reaksi dapat diminimalkan dengan penggunaan produk darah
yang direduksi leukosit.4

a. Febrile Reactions

Sensitisasi sel darah putih atau trombosit biasanya bermanifestasi


sebagai reaksi demam. Reaksi tersebut relatif umum (1%-3% dari
episode transfusi) dan ditandai dengan peningkatan suhu tanpa bukti
hemolisis. Pasien dengan riwayat reaksi demam berulang harus
menerima transfusi leukoreduced saja.4

23
b. Reaksi urtikaria

Reaksi urtikaria biasanya ditandai dengan eritema, gatal- gatal,


dan gatal tanpa demam. Mereka relatif umum (1% dari transfusi) dan
dianggap karena kepekaan pasien terhadap protein plasma yang
ditransfusikan. Reaksi urtikaria dapat diobati dengan obat
antihistamin (H, dan mungkin penghambat H₂) dan steroid. 4

c. Reaksi Anafilaktik.

Reaksi anafilaksis jarang terjadi (sekitar 1:150.000 transfusi).


Reaksi parah ini dapat terjadi setelah hanya beberapa mililiter darah
yang diberikan, biasanya pada pasien dengan defisiensi IgA dengan
antibodi anti- IgA yang menerima transfusi darah yang mengandung
IgA. Prevalensi defisiensi IgA diperkirakan 1:600 sampai 1:800 pada
populasi umum. Reaksi semacam itu memerlukan pengobatan
dengan epinefrin, cairan, kortikosteroid, dan penghambat H₁ dan H₂.
Pasien dengan defisiensi IgA harus menerima PRBC yang dicuci
bersih, sel darah merah beku yang didegliserol, atau unit darah bebas
IgA.4

d. Transfusion-Related Acute Lung Injury

(TRALI) muncul sebagai hipoksia akut dan edema paru


nonkardiak yang terjadi dalam 6 jam setelah transfusi produk darah.
Ini dapat terjadi sesering 1:5000 unit yang ditransfusikan dan dengan
transfusi komponen darah apa pun, tetapi terutama trombosit dan
FFP. Insiden TRALI, sampai saat ini penyebab utama kematian
terkait transfusi, telah menurun secara nyata dengan pengakuan
bahwa keberadaan antibodi HLA dalam plasma donor merupakan
faktor risiko utama TRALI dan bahwa risiko ini dapat dikurangi
dengan menerima donasi plasma dan trombosit hanya dari laki- laki,
atau dari perempuan yang belum pernah hamil atau yang telah diuji
dan ditemukan anti- HLA negatif.4

24
e. Transfusion-Associated Circulatory Overload (TACO)

TACO terjadi ketika produk darah diberikan pada tingkat yang


berlebihan, biasanya dalam skenario resusitasi perdarahan masif. Hal
ini kemungkinan besar terjadi ketika penyedia terus memberikan
produk darah tanpa mengetahui bahwa sumber perdarahan telah
dikendalikan. Komunikasi antara anggota tim yang menyadarkan
pasien dengan produk darah dan mereka yang berusaha
mengendalikan perdarahan sangat penting. TACO telah
menggantikan TRALI sebagai risiko terkait transfusi terkemuka
untuk pasien trauma.4

f. Graft- Versus- Host Disease

Jenis reaksi dapat dilihat pada pasien immunocompromised.


Produk darah seluler mengandung limfosit yang mampu
meningkatkan respons imun terhadap penerima yang
dikompromikan. Penggunaan filter leukosit khusus saja tidak dapat
diandalkan untuk mencegah penyakit graft- versus- host; iradiasi sel
darah merah, granulosit, dan produk darah trombosit secara efektif
menghilangkan limfosit tanpa mengubah kemanjuran transfusi
tersebut.4

g. Purpura Pasca Transfusi

Purpura pasca transfusi adalah kelainan trombositopenik yang


berpotensi fatal yang jarang terjadi setelah transfusi darah atau
trombosit. Ini hasil dari pengembangan alloantibodi trombosit yang
menghancurkan trombosit pasien sendiri. Jumlah trombosit biasanya
turun drastis 5 sampai 10 hari setelah transfusi. Perawatan mungkin
termasuk IgG intravena dan plasmaferesis.4

h. Transfusion Related Immunodulation

Transfusi alogenik produk darah dapat mengurangi


imunoresponsif dan meningkatkan peradangan. Imunosupresi pasca
transfusi jelas terlihat pada penerima transplantasi ginjal, di mana

25
transfusi darah pra operasi meningkatkan kelangsungan hidup
cangkok. Studi terbaru menunjukkan bahwa transfusi perioperatif
dapat meningkatkan risiko infeksi bakteri pasca operasi,
kekambuhan kanker, dan kematian, yang semuanya menekankan
perlunya menghindari pemberian produk darah yang tidak perlu4

2. Komplikasi Infeksi

a. Virus Infection

1. Hepatitis

Insiden hepatitis virus pasca transfusi sangat bervariasi, dari


sekitar 1:200.000 transfusi (untuk hepatitis B) hingga sekitar
1:1.900.000 (untuk hepatitis C). Sebagian besar kasus akut bersifat
anikterik. Hepatitis C adalah infeksi yang lebih serius; kebanyakan
kasus berkembang menjadi hepatitis kronis, dengan sirosis
berkembang pada 20% dari pembawa kronis dan karsinoma
hepatoseluler berkembang hingga 5% dari pembawa kronis. 4

2. Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS)

Semua darah diuji untuk keberadaan antibodi anti- HIV-1


dan anti- HIV-2. Persyaratan untuk tes darah donor oleh Badan
Pengawas Obat dan Makanan AS (FDA) telah menurunkan risiko
HIV yang ditularkan melalui transfusi menjadi sekitar 1:1.900.000
transfusi.4

3. Infeksi Virus Lainnya

Cytomegalovirus (CMV) dan virus Epstein- Barr biasanya


menyebabkan penyakit sistemik tanpa gejala atau ringan. Beberapa
orang yang terinfeksi virus ini menjadi pembawa infeksi tanpa
gejala; sel darah putih dalam unit darah dari donor tersebut mampu
menularkan salah satu virus. Pasien immunocompromised dan
imunosupresi (misalnya, bayi prematur, penerima transplantasi
organ, dan pasien kanker) sangat rentan terhadap infeksi CMV
terkait transfusi yang parah. Idealnya, pasien tersebut hanya
26
menerima unit CMV- negatif. Namun, penelitian terbaru
menunjukkan bahwa risiko penularan CMV dari transfusi produk
darah yang mengandung leukosit setara dengan unit tes CMV-
negatif. Virus limfotropik sel T manusia 1 dan 2 (HTLV-1 dan
HTLV-2) masing-masing adalah virus leukemia dan limfoma, yang
telah dilaporkan ditularkan melalui transfusi darah. Penularan
Parvovirus telah dilaporkan setelah transfusi konsentrat faktor
koagulasi dan dapat mengakibatkan krisis aplastik transien pada
pejamu yang mengalami penurunan sistem imun. Infeksi virus West
Nile dapat menyebabkan ensefalitis dengan tingkat kematian hingga
10%, dan penularan virus ini melalui transfusi telah dilaporkan.
Risiko infeksi COVID-19 yang ditularkan melalui transfusi dari
donor darah tanpa gejala atau dari donor darah yang menunjukkan
gejala setelah donasi diyakini sangat rendah pada saat pencetakan
ini; namun, COVID-19 adalah penyakit yang relatif baru, dan
karena itu risiko penularan penyakit terkait transfusi belum
diketahui secara pasti saat ini.4

b. Infeksi Parasit

Penyakit parasit yang dapat ditularkan melalui transfusi


antara lain malaria, toksoplasmosis, dan penyakit Chagas. Kasus
seperti ini sangat jarang terjadi di negara maju. 4

c. Infeksi Bakteri

Kontaminasi bakteri pada produk darah adalah penyebab


utama kedua kematian terkait transfusi. Prevalensi kultur bakteri
positif dalam produk darah berkisar dari 1:2000 untuk trombosit
hingga 1:7000 untuk PRBC dan mungkin karena bakteremia donor
atau antisepsis yang tidak adekuat selama proses mengeluarkan
darah. Prevalensi sepsis akibat transfusi darah berkisar dari 1:25.000
untuk trombosit hingga 1:250.000 untuk PRBC. Bakteri gram positif
(Staphylococcus) dan gram negatif (Yersinia dan Citrobacter) dapat
mencemari transfusi darah dan menularkan penyakit. Penyakit
bakteri spesifik yang jarang ditularkan melalui transfusi darah dari
27
donor termasuk sifilis, brucellosis, salmonellosis, yersiniosis, dan
berbagai riketsia.4

g. Tatalaksana Reaksi Transfusi


Berdasarkan keluhan dan tanda, reaksi transfusi ini dikelompokkan
menjadi tiga kategori, yaitu:11
1. Kategori I (reaksi ringan)
2. Kategori II (reaksi sedang)
3. Kategori III (reaksi berat)

Kategori I Kategori II Kategori III


Gejala/Keluhan
- Gatal - Cemas - Cemas
- Gatal - Nyeri dada
- Palpitasi - Nyeri didaerah
- Sesak napas ringan pemasangan jarum
- Sakit kepala transfusi
- Gangguan pernapasan
- Nyeri punggung atau
nyeri daerah pangkal
paha
- Sakit kepala
- Sesak

Tanda
Reaksi pada kulit yang - Flushing (kulit - Kaku/Rigor
berlokalisasi menjadi merah) - Gelisah
- Urtikaria - Urtikaria - Hipotensi (TD Sistolik
- Bercak merah/Rash - Kaku/rigor turun ≥20%)
- Demam - Takikardi (Frekuensi
- Gelisah denyut jantung
- Takikardi meningkat ≥20%)
- Hemoglobinuria
- DIC
Tabel 4. Reaksi Alergi Transfusi Darah
28
1. Penanganan reaksi transfusi ringan:11
a. Hentikan transfusi.
b. Berikan antihistamin intramuscular (IM)
c. Lakukan observasi dalam waktu 30 menit. Jika tidak ada perbaikan,
perlakukan sebagai Kategori II. Jika ada perbaikan, transfusi dapat
dilanjutkan.
2. Penanganan reaksi transfusi sedang11
a. Hentikan transfusi, ganti dengan cairan infus NaCl 0,9% untuk
menjaga pembuluh darah tetap terbuka. Panas tanpa gejala lainnya
hanya diberikan antipiretik.
b. Hubungi dokter yang bertanggung jawab terhadap pelayanan
pasien dan BDRS.
c. Kirim kantong darah, selang set transfusi, dan sampel darah baru
(sampel darah tanpa antikoagulan dan sampel darah dengan anti
koagulan) dari vena kontralateral
d. Berikan anti histamin IM dan antipiretik oral atau per rektal.
e. Berikan kortikosteroid dan bronkodilator IV bila terjadi reaksi
anafilaksis (contoh: bronkospasme, stridor).
f. Kumpulkan urin 24 jam untuk memeriksa adanya hemolisis.
g. Lakukan observasi dalam waktu 15 menit. Jika tidak ada
perbaikan, perlakukan sebagai Kategori III. Jika ada perbaikan,
transfusi darah dengan kantong baru dapat dimulai dengan observasi
lebih ketat.
3. Penanganan reaksi transfusi berat:11
a. Hentikan transfusi. Ganti dengan cairan infus NaCl 0,9% untuk
menjaga pembuluh darah tetap terbuka
b. Berikan infus NaCl 0,9% untuk menjaga tekanan darah sistolik.
Jika terjadi hipotensi, berikan selama 5 menit dan tinggikan tungkai
bawah pasien
c. Jaga saluran nafas dan berikan oksigen dengan tekanan tinggi
menggunakan sungkup.
d. Hubungi dokter yang bertanggung jawab terhadap pelayanan
pasien atau dokter yang kompeten dan BDRS
e. Berikan adrenalin IM secara pelan.
29
f. Berikan kortikosteroid dan bronkodilator IV bila terjadi reaksi
anafilaktoid (contoh: bronkospasme, stridor)
g. Berikan diuretik IV.
h. Kirim kantong darah, selang blood set, dan sampel darah baru (dalam
bentuk beku dan sampel darah dengan anti koagulan) dari vena kontra
lateral.
i. Periksa urin segar untuk melihat tanda terjadinya hemoglobinuria.
j. Kumpulkan urin 24 jam untuk memeriksa adanya hemolisis
k. Catat semua cairan yang masuk dan luar untuk mengetahui
keseimbangan cairan
1. Periksa apakah terjadi perdarahan di tempat pemasangan blood set
atau pada luka di tempat lain. Jika terdapat bukti terjadinya DIC, berikan
TC dan AHF atau FFP. m. Periksa kembali, jika terjadi hipotensi,
berikan lebih banyak NaCl 0,9% selama 5 menit, dan jika tersedia,
berikan obat inotropik.
n. Jika output urin menurun atau terdapat tanda terjadinya gagal ginjal
akut, hitung keseimbangan cairan, pertimbangkan pemberian
Furosemide, jika ada, pertimbangkan pemberian infus dopamin, rujuk
kepada dokter spesialis yang sesuai seperti pada kasus pasien yang
memerlukan dialisis.
o. Jika diperkirakan terjadi bakteremia, berikan antibiotik spektrum luas
secara IV.11

30
BAB III
KESIMPULAN

Transfusi darah adalah suatu rangkaian proses pemindahan darah donor ke


dalam sirkulasi darah resipien sebagai upaya pengobatan, pemikiran dasar pada
transfusi adalah cairan intravaskuler dapat diganti atau disegarkan dengan cairan
pengganti yang sesuai dari luar tubuh. Tujuannya adalah untuk mengembalikan
dan mempertahankan volume yang normal peredaran darah dan memperbaiki
fungsi homeostasis.. Dalam menjalankan prosedur transfusi darah banyak
kesalahan yang terjadi, misalnya kesalahan pemberian darah milik pasien lain.
Sehingga perlu menjalankan prosedur yang tepat guna menghindari kesalahan
selama proses transfusi darah berlangsung.Komplikasi yang dapat timbul dalam
menjalani transfusi darah antara lain reaksi transfusi hemolitik, reaksi febris
transfusi, Kerusakan paru akut karena transfuse, reaksi transfusi alergi, purpura
pasca transfuse, GVHD(Graft versus Host disease), kelebihan (overlood) volume,
lainnya: plasticizer, hemosiderosis transfuse, dan infeksi

31
DAFTAR PUSTAKA

1. Kipkulei, J. , Buziba, N. , Mining, S. and Jepngetich, H. Demographic


and Clinical Profiles of Blood Transfusion Recipients at a Teaching and
Referral Hospital in Kenya. Open Journal of Blood Diseases.
2019.p.9,30-40. doi: 10.4236/ojbd.2019.91004.

2. Lotterman Seth, Sharma Sandeep. Blood Transfusion. Statpearls.


Publishing LLC. 2023.
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/portal/utils/pageresolver.fcgi?recordid=64
ad298ad98d0c13207fc3e3

3. Amalia Yustisia, Widuri Sasi. Manajemen Mutu Pelayanan Darah Bagi


Teknisi dan Mahasiswa Teknologi Bank Darah. Scopindo Media
Pustaka.2020;p.122

4. Morgan GE, Mikhail MS, Murray MJ. Transfusion, In: Clinical


Anesthesiology. 7th edition. New York: Lange Medical Books McGraw
Hill;2022.p.2262-2275

5. Ministry of Health Kenya, Kenya Blood Transfusion and Transplant


Service.Guidelines for the Appropriate Use of Blood, Blood Components
and Blood Products. Nairobi, Kenya.2022.

6. Soehardjo Agi Harliani, Rohan Hasdianah H, Rohana Irine Rakhmanty.


Rekrutmen Pendonor Darah. MNC publishing.2019.p.57-60

7. Setyowatiningsih Yuni. Transfusi Darah : Manfaat dan Risiko Untuk


Pasien. RSUD dr. Mohammad Soswandhis.2020.

8. Lozano Miquel, Badaw Maha. Indications for transfusion of blood


components. International Society of Blood Transfusion. Blackwell
Publishing Ltd. 2020.p.15, 320–330 DOI: 10.1111/voxs.12605

9. Tanner L, Müller MM. Bluttransfusion: ein Leitfaden Anästhesiol


Intensivmed Notfallmed Schmerzther 2019.p.54: 194–205

10. Loterman Atur. Blood Transfusion. Stapearls journal. 2023


https://www.statpearls.com/physician/lifetime/

11. Soehardjo Agi Harliani, Rohan Hasdianah H, Rohana Irine Rakhmanty.


Rekrutmen Pendonor Darah. MNC publishing.2019.p.57-6

32
33
34
35

Anda mungkin juga menyukai