Anda di halaman 1dari 13

BLOK BIOETIK, HUMANIORA DAN PROFESIONALISME

Makassar, 3 Januari 2014

LAPORAN HASIL DISKUSI KELOMPOK


MODUL 2
Humaniora, Etika Dan Profesionalisme Kedokteran

Transplantasi vs Transaksi
KELOMPOK 12
1102130031

A. Muhammad Fathur Rohman

1102130032

Andi Tenriawaru P.

1102130057

Ratkhiaber Asnawi

1102130058

Hartati Burhan

1102130097

Annisa Rachma M.

1102130098

Yolanda Eva P.

1102130132

Moehammad Sofyan Wahid

1102130133

Marwani

1102130135

Azkiah Wahidah Arif

1102130144

Resqi Anugrah S.

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

2013

Puji syukur kami panjatkan atas limpahan rahmat, taufik,


dan hidayah-Nya sehingga laporan hasil TUTORIAL dari kelompok
12 ini dapat terselesaikan dengan baik. Dan tak lupa kami
kirimkan salam dan shalawat kepada nabi junjungan kita yakni
Nabi Muhammad SAW yang telah membawa kita dari alam yang
penuh kebodohan ke alam yang penuh kepintaran.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada setiap pihak
yang telah membantu dalam pembuatan laporan ini dan yang
telah membantu selama masa TUTORIAL khususnya kepada dr.
Henny Fauziah yang telah banyak membantu selama proses PBL
berlangsung. Dan kami juga mengucapkan permohonan maaf
kepada setiap pihak jika dalam proses PBL telah berbuat salah
baik disengaja maupun tidak disengaja.
Semoga Laporan hasil TUTORIAL ini dapat bermanfaat bagi
setiap pihak yang telah membaca laporan ini dan khusunya bagi
tim penyusun sendiri. Diharapkan setelah membaca laporan ini
dapat memperluas pengetahuan pembaca mengenai Humaniora,
Etikda dan Profesionalisme Kedokteran.

Makassar,3 Januari 2014


Kelompok 12

A. PENGENALAN SKENARIO

Transplantasi vs Transaksi
Seorang wanita usia 45 tahun, isteri seorang pejabat di sebuah provinsi telah
dinyatakan oleh dokter spesialis penyakit mengalami gagal ginajl sejak 5 ahun
yang lalu. Sejak awal dokter menyatakan bahwa alternatif terapinya adalah cuci
darah atau transplantasi ginjal. Pada dua tahun pertama kondisinya terkontrol baik
sehingga pasien beserta keluarga masih bisa hidup normal. Pada saat itu pasien
dan suaminya memilih untuk melakukan cuci darah. Pada awal tahun ke-3 kondisi
pasien menurun cukup bermakna, sehingga dengan segala pertimbangan pasien
dan suami ingin melakukan transplantasi ginjal. Persoalan pertama yang muncul
adalah tidak mudah untuk mendapatkan calon donor. Anak dan keluarga pasien
tidak ada yang berkehendak (sukarela) melakukan donor. Secara kebetulan pasien
maupun keluarganya beberapa kali membaca kerelaan orang untuk menjadi
donor ginjal seperti yang ada dalam surat kabar dengan berbagai alasan.
MINGGU KLIWON 4 MARET 2007 (14 SAPAR 1940)
Tukar Ginjal untuk Biaya Anak Sakit
SAYA laki-laki dengan 1 istri dan 2 anak laki-laki. Anak pertma umur 8 tahun lahir dengan
operasi caesar, kondisi sehat. Anak kedua umur 3 tahun, lahir dengan operasi caesar, kondisi
sakit. Sewaktu istri saya hamil 2 bulan, ada kista di rahimnya dan dibuang pada waktu anak
saya lahir.
Selain dirawat inap juga rawat jalan hampir tiap hari. Saya juga sudah ke pengobatan
alternatif, ke mana saja sampaisaya harus kehilangan pekerjaan dan tabungan, tetapi hasilnya
tidak ada perubahan.deiagnosa penyakit anak saya ada kelainan di syaraf otak, komplikasi
paru-paru, ginjal dan saluran pencernaan. Kini berat badan anak saya semakin menurun
(sekitar 7 kg) dan kondisi lemas, berada di rumah, karena tidak ada biaya ke rumah sakit dan
karena saya belum mendapat pekerjaan. Mohon santuanan. Apabila ada dermawan yang
bersedia membiayai pengobatan anak saya sampai sembuh dan bisa berjalan, saya akan
berikan salah satu ginjal saya.

Setiap mendapat berita kerelaan semacam di atas, suami pasien berusaha


menghubungi calon donor untuk melakukan pendekatan yang akhirnya selalu
berujung pada perjanjian transaksi. Selama tahun ketiga dan keempat suami
pasien telah berhasil melkukan pendekatan dan perjanjian transaksi pada tiga
orang calon donor, namun semuanya tidak ada kecocokan setelah melalui
serangkaian uji medis. Diduga karena tekanan hidup yang tidak ringan karena
sulitnya mendapatakan calon donor dan beban kerja yang berat, pada awal tahun
kelima suami pasien mengalami serangan stroke hingga hemiparese. Pada akhir
tahun kelima keluarga pasien berhasil mendapatkan calon donor yang cocok
secara medis dan mereka melakukan perjanjian transaksi.
Pada saat konsultasi dengan dokter untuk langkah medis selanjutnta, dokter
memahami sulitnya mencari donor dan juga mengetahui cara keluarga
mendapatkan calon donor tersebut. Adalah menjadi dilema bagi dokter untuk
melanjutkan proses transplantasi. Apabila proses transplantasi benar-benar
dilakukan, maka dokter telah terlibat pada jual beli organ dan membiarkan
kesalahan akibat ketiadaan sistem donasi organ tetap berlangsung. Namun bila
dibatalkan, pasien akan semakin parah kondisinya dan pihak keluarga terutama
suami akan sengat kecewa, karena upayanya selama ini sia-sia.

B. KLARIFIKASI KATA SULIT DAN KATA KUNCI


1. Kata Sulit
a. Transplantasi
Transplantasi adalah tindakan medik atau rangkaian tindakan
kedokteran untuk pemindahan jaringan tubuh atau organ manusia yang
berasal dari tubuh orang lain dalam rangka pengobatan untuk
menggantikan alat atau jaringan organ tubuh yang tidak berfungsi
dengan baik. (Referensi : M. jusuf Hanafiah dan Amri amir. Etika Kedokteran dan
Hukum Kesehatan .Edisi 3. Jakarta. 1999. Penerbit buku kedokteran EGC. Halaman
112).

b. Transaksi
Transaksi adalah sebuah aktivitas yang melibatkan dua pihak atau lebih,
untuk mempertukarkan sesuatu milik yang satu dengan sesuatu yang
lain milik pihak lain. (Referensi : http://tipon.tripod.com/dai071.htm).
c. Cuci darah
Cuci darah atau dalam bahasa medis disebut hemodialisa yaitu
pengeluaran zat sisa metabolisme seperti ureum dan zat beracun
lainnya, dengan mengalirkan darah lewat alat dializer yang berisi
membran yang selektif-permeabel dimana melalui membran tersebut
penggabungan zat-zat yang tidak dikehendaki terjadi. Pengertian
sederhananya cuci darah atau hemodialisa yaitu proses pembersihan
darah dari zat-zat sampah, melalui proses penyaringan di luar tubuh.
Hemodialisis menggunakan ginjal buatan berupa mesin dialisis.
(Referensi:http://buletinkesehatan.com/cuci-darah-atau-hemodialisa-pada-penderitagagal-ginjal/)

d. Stroke
Stroke adalah sindrom yang terdiri dari tanda atau gejala hilangnya
fungsi system saraf pusat fokal (global) yang berkembang cepat (dalam
detik atau menit). (Referensi : Lionel Ginsberg. Lecture notes Neurologi. Edisi 8.
23 Februari 2007. Penerbit erlangga dengan pusat perbukuan depdiknas. Halaman 89)

e. Hemiparese
Hemiparese adalah paralisis atau kelemahan disalah satu sisi tubuh,
biasanya terjadi akibat cerebrovascular accident yang mengenai sisi
otak yang bersebrangan. (Referensi : Brooker chris. Encyclopaedia of nursing.
Edisi 1. Jakarta 2008. Penerbit buku kedokteran EGC. Halaman446)

2. Kata Kunci
a. Wanita, usia 45 tahun.
b. Mengalami gagal ginjal sejak 5 tahun lalu.
c. Saat dua tahun pertama masih mampu menjalani cuci darah
d. Pada tahun ketiga kondisi kesehatan pasien menurun.
e. Pasien dan suaminya ingin melakukan transplantasi ginjal
f. Sulit mendapat donor
g. Perjanjian transaksi
h. Tahun kelima, suami pasien mengalami stroke hingga hemiparese.

C. IDENTIFIKASI MASALAH
Pertanyaan:

Dari kasus di atas, cobalah Anda analisis berdasarkan ranah:


a) Aspek Humaniora Kedokteran
b) Aspek Etika Kedokteran
c) Aspek Profesionalisme Kedokteran
Bagaimana jika kasus tersebut di atas, kita melihatnya dalam perspektif
Islam (Humaniora, etika dan profesionalisme dalam Islam)

Jawaban:
- Analisis Ranah Humaniora, Etika dan Profesionalisme Kedokteran
N
Ranah/
Kutipan Skenario
o
Topik
1. Humaniora Pada saat konsultasi dengan dokter
kedokteran
untuk langkah medis selanjutnya,
dokter
memahami
sulitnya
mencari
donor
dan
juga
mengetahui
cara
keluarga
mendapatkan
calon
donor
tersebut.
Namun bila dibatalkan, pasien akan
semakin parah kondisinya dan
pihak keluarga terutama suami
akan
sengat
kecewa,
karenaupayanya selama ini sia-sia.
2. Etika
Seorang wanita usia 45 tahun, isteri
kedokteran
seorang pejabat di sebuah provinsi
telah dinyatakan oleh dokter
spesialis penyakit mengalami
gagal ginajl sejak 5 ahun yang lalu
Sejak awal dokter menyatakan
bahwa alternatif terapinya adalah
cuci darah atau transplantasi
ginjal.
Pada saat itu pasien dan suaminya
memilih untuk melakukan cuci
darah.
Pada saat itu pasien dan suaminya
memilih untuk melakukan cuci
darah.

Analisis
Tindakan
dokter
sudah tepat dengan
melakukan
transplantasi,
mengingat
kondisi
pasien yang makin
memburuk
jika
transplantasi
tidak
cepat dilakukan.

Autonomy, tampak
ada dengan dokter
memberikan
kesempatan
kepada
pasien untuk memilih
tindakan medis yang
akan dilakukan.
Beneficience,
ada
sebab
dokter
setidaknya melakukan
tindakan
untuk
menyelamatkan
pasien.
Nonmaleficence,
tidak begitu nampak
pada kasus ini sebab

kasusnya
nonemergency.
Justice, tidak nampak
pada kasus ini sebab
hanya ada satu orang
pasien.

3.

Pada akhir tahun kelima keluarga


pasien berhasil mendapatkan calon
donor yang cocok secara medis
dan mereka melakukan perjanjian
transaksi.
Apabila proses transplantasi benarbenar dilakukan, maka dokter telah
terlibat pada jual beli organ dan
membiarkan kesalahan akibat
ketiadaan sistem donasi organ
tetepa berlangsung
Profesionali Apabila proses transplantasi benarsme
benar dilakukan, maka dokter telah
kedokteran
terlibat pada jual beli organ dan
membiarkan kesalahan akibat
ketiadaan sistem donasi organ tetap
berlangsung
Bila dibatalkan, pasien akan
semakin parah kondisinya dan
pihak keluarga terutama suami
akan sengat kecewa, karena
upayanya selama ini sia-sia.

Tindakan dokter tidak


dibenarkan
jika
melakukan
transplantasi
ginjal,
yang berarti dokter
melegalkan transaksi
organ,
sedangkan
untuk
mendapatkan
suatu donor organ
maka haruslah melalui
sistem donasi organ.
Sebagai seorang yang
profesional
di
bidangnya harusnya
seorang
dokter
mampu
memilih
tindakan yang tepat
untuk
pasiennya.
Dalam hal ini, dokter
dilegalkan melakukan
transplantasi
mengingat
kondisi
pasien yang akan
semakin parah jika
transplantasi
tak
dilakukan.

Analisis Kasus dalam Perspektif Islam


Seorang dokter wajib menjalankan tugas dengan sebaik-baiknya, dalam
hal ini dengan melakukan tindakan transplantasi maka dokter tersebut
kemungkinan besar mampu menyelamatkan nyawa pasiennya.






oleh karena itu Kami tetapkan (suatu hukum) bagi Bani Israil, bahwa:
Barangsiapa yang membunuh seorang manusia, bukan karena orang itu
(membunuh) orang lain, atau bukan karena membuat kerusakan dimuka bumi,
Maka seakan-akan Dia telah membunuh manusia seluruhnya. dan Barangsiapa
yang memelihara kehidupan seorang manusia, Maka seolah-olah Dia telah
memelihara kehidupan manusia semuanya. dan Sesungguhnya telah datang
kepada mereka Rasul-rasul Kami dengan (membawa) keterangan-keterangan yang
jelas, kemudian banyak diantara mereka sesudah itu sungguh-sungguh melampaui
batas dalam berbuat kerusakan dimuka bum. (Al Maidah, 5: 32)

Agama Islam membolehkan seseorang pada saat hidupnya dengan


sukarela tanpa ada paksaan untuk menyumbangkan sebuah atau sebagian
organ tubuhnya kepada orang lain yang membutuhkan dengan syarat :
1. Tidak akan menyebabkan ganguan atau kematian bagi pendonor.


...dan janganlah kamu membunuh dirimu .. (An Nisa, 4: 29)

2.
organ

reproduksi

seperti

tesitis

Tidak

atau

menyumbangkan

ovarium,

sebab

dapat

mengakibatkan terjadinya pencampuradukan nasab atau keturunan.

orang-orang yang menzhihar isterinya di antara kamu, (menganggap


isterinya sebagai ibunya, padahal) Tiadalah isteri mereka itu ibu
mereka. ibu-ibu mereka tidak lain hanyalah wanita yang melahirkan
mereka. dan Sesungguhnya mereka sungguh-sungguh mengucapkan
suatu Perkataan mungkar dan dusta. dan Sesungguhnya Allah Maha
Pemaaf lagi Maha Pengampun. (Al Mujaadilah, 58: 2)

3. Transplantasi organ tersebut adalah satu-satunya cara penyembuhan


yang bisa ditempuh. Dimana keterpaksaan membuat sesuatu yang
terlarang menjadi boleh.


.... Tetapi barangsiapa dalam Keadaan terpaksa sedang dia tidak

menginginkannya dan tidak (pula) melampaui batas, Maka tidak ada


dosa baginya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang. (Al Baqarah, 2: 173)
Selain itu, Ketika dua kepentingan yang saling bertentangan bertemu,
maka kepentingan yang dapat membawa manfaat yang lebih besarlah yang
didahulukan dan jika terpaksa harus memilih di antara dua keburukan maka
pilihlah yang paling ringan keburukannya.
Intinya, setiap penyakit yang Allah turunkan tentulah memiliki penawar
(obat). Dari Abu Hurairah, Rasulullah SAW bersabda:
Tidakklah Allah SWT menurunkan suatu penyakit, melainkan Dia turunkan
pula penyembuhnya. (HR. Bukhari dan Ibnu Majah)

D. KESIMPULAN
Berdasarkan kasus transplantasi vs transaksi diatas dapat ditarik
kesimpulan bahwa terdapat dilema etik yang terjadi pada saat dokter tersebut
mengambil keputusan. Hal ini dikarenakan karena dalam hal humaniora, dokter
dibolehkan menyetujui transplantasi organ tersebut atas dasar kemanusiaan dan
humanity seorang dokter. Sang dokter memahami bahwa pasien dan keluarga
telah susah payah mencari pendonor dan apabila tidak dilakukan transplantasi
maka keadaan pasien akan memburuk, dalam hal aspek humaniora dokter dituntut
untuk turut merasakan penderitaan pasien. Begitu juga dalam hal profesionalisme
kedokteran, menurut kami bahwa sebagai seorang yang profesional di bidangnya
harusnya seorang dokter mampu memilih tindakan yang tepat dan terbaik untuk
pasiennya, sehingga tranplantasi organ pun dilegalkan semata-mata untuk
kesembuhan dan kebaikan pasien. Namun dalam hal etika kedokteran, dokter
seharusnya tidak menyetujui transplantasi ini, disebabkan apabila proses
transplantasi benar-benar dilakukan, maka dokter telah terlibat pada jual beli
organ dan membiarkan kesalahan akibat ketiadaan sistem donasi organ tetap
berlangsung. Adapun etika berdasarkan KDB, menurut kami sang dokter telah
memenuhi aspek autonomy dan beneficience, hal ini karena dokter telah memberi
keleluasan kepada pasien untuk memilih cuci darah dan transplantasi ginjal yang
mana itu demi kebaikan pasien. Adapun analisis kami dalam prespektif islam ialah
bermuara pada mudharat(kebaikan) yang ditimbulkan atas keputusan dokter
tersebut. Sebab dalam islam sesuatu yang dilarang akan dibolehkan (dengan syarat
tertentu) bila dalam keadaan mendesak dan demi kebaikan. Dalam islam
mengajarkan bahwa setiap penyakit yang Allah turunkan tentulah memiliki

penawar (obat), dan menurut kami transplantasi organ adalah salah satu jalan yang
diberikan Allah SWT untuk kesembuhan pasien.

Anda mungkin juga menyukai