Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH TRANSPLANTASI ORGAN

SISTEM ENDOKRIN

Disusun Oleh :

Kelompok 5
Apria Zirandi
Firmansyah
I Putu Rian
Muhammad Zulsafrans Jaya
Muliya Usmi
Nur Azura Asry
Raja Aini Nurani
Rizka Ayu Gustia

STIKes Mitra Bunda Persada Batam


S1 Keperawatan TK II
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG

Dewasa ini ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang kedokteran dan kesehatan
berkembang dengan pesat. Salah satunya adalah kemajuan dalam teknik
transplantasi organ. Transplantasi organ merupakan suatu teknologi medis untuk
penggantian organ tubuh pasien yang tidak berfungsi dengan organ dari individu lain.
Sejak kesuksesan transplantasi yang pertama kali berupa ginjal dari donor kepada
pasien gagal ginjal pada tahun 1954, perkembangan di bidang transpIantasi maju
dengan pesat. Kemajuan ilmu dan teknologi memungkinkan pengawetan organ,
penemuan obat-obatan anti penolakan yang semakin baik sehingga berbagai organ
dan jaringan dapat ditransplantasikan. Dewasa ini bahkan sedang dilakukan uji klinis
penggunaan hewan sebagai donor. Dibalik kesuksesan dalam perkembangan
transplantasi organ muncul berbagai masalah. Semakin meningkatnya pasien yang
membutuhkan tranplantasi, penolakan organ, komplikasi pasca transplantasi, dan
resiko yang mungkin timbul akibat transplantasi telah memunculkan berbagai
pertanyaan tentang etika, legalitas dan kebijakan yang menyangkut penggunaan
teknologi itu.

Pada makalah ini akan dibicarakan berbagai masalah etika yang timbul sejalan
dengan perkembangan ilmu dan teknologi transplantasi organ, masalah etika utama
dalam transplantasi, bagaimana kebijakan di Indonesia mengenai transplantasi dan
betapa pentingnya nilai-nilai etika dalam mempertahankan suatu sistem nilai dan
dalam penentuan kebijakan pemerintah.

1.2 RUMUSAN MASALAH

1. Apa definisi Transplantasi Organ hati

2. Apa saja klasifikasi Transplantasi Organ hati

3. Bagaimana etiologi Transplantasi Organ hati

4. Bagaimana asuhan keperawatan transplantasi organ hati


1.3 TUJUAN

1. Untuk mengetahui definisi transplantasi organ hati

2. Untuk mengetahui Klasifikasi transplantasi organ hati

3. Untuk mengetahui etiologi transplantasi organ hati

4. Untuk mengetahui asuhan keperawatan transplantasi organ hati

1.4 MANFAAT

1. Agar masyarakat memahami definisi transplantasi organ hati

2. Agar masyarakat memahami klasifikasi transplantasi organ hati

3. Agar masyarakat memahami etiologi transplantasi organ hati

4. Agar mahasiswa memahami asuhan keprawatan pada tranplantasi organ hati


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI TRANSPLANTASI ORGAN

Hati adalah salah satu organ vital terbesar. Fungsinya untuk menyaring darah
yang datang dari saluran pencernaan (via vena portal), memastikannya bebas
bakteri dan racun sehingga tidak ada resiko infeksi. Hati juga bertanggung jawab
untuk menghasilkan bile, zat kimia yang membantu tubuh mencerna dan
menyerap lemak.

Transplantasi hati berarti mengangkat hati yang terserang penyakit dan


menggantinya dengan hati sehat. Hal ini hanya dilakukan jika hati sudah
memasuki penyakit stadium akhir.

B. KLASIFIKASI TRANSPLANTASI ORGAN

Jika ditinjau dari sudut penyumbang atau donor alat dan atau jaringan tubuh, maka
transplantasi dapat dibedakan menjadi:

a. Transplantasi dengan donor hidup

Transplantasi dengan donor hidup adalah pemindahan jaringan atau organ tubuh
seseorang ke orang lain atau ke bagian lain dari tubuhnya sendiri tanpa mengancam
kesehatan. Donor hidup ini dilakukan pada jaringan atau organ yang bersifat
regeneratif, misalnya kulit, darah dan sumsum tulang, serta organ-organ yang
berpasangan misalnya ginjal.

b. Transplantasi dengan donor mati atau jenazah

Transplantasi dengan donor mati atau jenazah adalah pemindahan organ atau
jaringan dari tubuh jenazah ke tubuh orang lain yang masih hidup. Jenis organ yang
biasanya didonorkan adalah organ yang tidak memiliki kemampuan untuk regenerasi
misalnya jantung, kornea, ginjal dan pankreas

C. ETIOLOGI DAN PATOFISIOLOGI TRANSPLANTASI ORGAN HATI

Pada umumnya penyakit yang sering menyerang hati disebut pula hepatitis.
Peradangan pada hati karena toxin, seperti kimia/obat atau gangguan fungsi hati
yang disebabkan oleh suatu agen infeksi atau keracunan. Penyakit ini apabila kurang
dari 6 bulan disebut hepatitis akut dan jika penyakit tersebut selama 6 bulan lebih
disebut hepatitis kronis.

Salah satu gejala terlihat pada penderita gangguan hepatitis adalah kulit dan selaput
putih mata yang mungkin akan berubah warna menjadi kuning, sehingga sering
disebut oleh masyarakat sebagai penyakit kuning. Warna kuning timbul disebabkan
oleh cairan empedu yang berlebihan kadarnya dalam darah.

Hepatitis biasanya terjadi terutama salah satu dari kelima virus hepatitis, yaitu A, B,
C, D atau E. Hepatitis juga bisa terjadi karena infeksi virus lainnya, seperti
mononukleosis infeksiosa, demam kuning dan infeksi sitomegalovirus. Penyebab
hepatitis non virus yang utama adalah alkohol dan obat-obatan. Di Indonesia yang
banyak ditemukan adalah virus hepatitis A, virus hepatitis B dan virus hepatitis C.
Virus hepatitis dapat masuk ke dalam tubuh, terutama melalui makanan atau air
yang dikotori oleh virus, tertular akibat tranfusi darah maupun melalui pemakaian
alat-alat yang tidak steril di rumah sakit. Hepatitis merupakan penyakit yang lebih
sering menjangkiti anak-anak muda. Tempat tinggal yang sesak, kebersihan yang
tidak terjamin dan kurangnya makanan yang sehat sangat memegang peranan
dalam.

Terlalu lama terhadap alergen atau gas di tempat kerja dapat menyebabkan
penyakit paru-paru obstruktif kronis.

Perokok pasif, orang-orang yang menghisap asap yang dipancarkan oleh perokok
lebih rentan untuk mendapatkan penyakit kronis obstruktif paru.

Menghirup gas alam dengan ventilasi yang buruk juga menyebabkan PPOK –
penyakit paru obstruktif kronis

D. MANIFESTASI KLINIS

Manifeatasi klinis transplantasi hati:

1. Kegagalan Prekim hati

2. Asites

3. Ensefalophati hepatitis

E. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK TRANSPLANTASI ORGAN


Dilakukan pemeriksaan laboratorium

Pemeriksaan Laboratorium

Laboratorium darah

Pemeriksaan Urin Warna, PH, BJ, kekeruhan, volume, glukosa, protein, sedimen,
SDM, keton, SDP.

II. Pemeriksaan Radiologi

Renogram, Intravenous Pyelography, Retrograde Pyelography, Renal Aretriografi dan


Venografi, CT Scan, MRI, Renal Biopsi, pemeriksaan rontgen dada, pemeriksaan
rontgen tulang, foto polos abdomen

F. PENATALAKSANAAN

Transplantasi baru dapat diperoleh dari donor yang baru saja meninggal dunia, atau
dari donor hidup. Donor hidup bisa keluarga, bisa juga bukan – biasanya pasangan
atau teman. Jika anda tidak memiliki donor hidup, anda akan dimasukkan ke dalam
daftar tunggu untuk memperoleh ginjal dari donor meninggal. Masa tunggu tersebut
dapat berlangsung bertahun-tahun.

Petugas transplantasi akan mempertimbangkan tiga faktor untuk menentukan


kesesuaian organ dengan penerima (resipien). Faktor tersebut akan menjadi tolak
ukur untuk memperkirakan apakah sistim imun tubuh penerima akan menerima atau
menolak organ baru tersebut.

Misalnya melakukan pemeriksaan

Golongan darah. Golongan darah penerima (A,B, AB, atau O) harus sesuai dengan
golongan darah donor. Faktor golongan darah merupakan faktor penentu kesesuaian
yang paling penting.

Human leukocyte antigens (HLAs). Sel tubuh membawa 6 jenis HLAs utama, 3 dari
ibu dan 3 dari ayah. Sesama anggota keluarga biasanya mempunyai HLAs yang
sesuai. Resipien masih dapat menerima organ dari donor walaupun HLAs mereka
tidak sepenuhnya sesuai, asal golongan darah mereka cocok, dan tes lain tidak
menunjukkan adanya gangguan kesesuaian.

Uji silang antigen. Tes terakhir sebelum dilakukan pencangkokan adalah uji silang
organ. Sejumlah kecil darah resipien dicampur dengan sejumlah kecil darah donor.
Jika tidak terjadi reaksi, maka hasil uji disebut uji silang negatif, dan transplantasi
dapat dilakukan.

Dokter akan mengevaluasi pasien untuk menentukan apakah dia akan menjadi calon
yang baik untuk transplantasi organ. Seorang pasien harus cukup sehat untuk
menjalani operasi dan mengambil obat imunosupresif.

Obat imunosupresif akan membantu tubuh untuk tidak menolak organ donor. Obat
tersebut harus diambil selama sisa hidup pasien. Mengambil obat imunosupresif
merupakan suatu keharusan, tetapi obat tersebut memiliki efek samping, salah
satunya adalah melemahnya sistem kekebalan tubuh.

Untuk transplantasi organ, ada dua jenis donor yaitu donor yang masih hidup dan
donor yang sudah meninggal. Donor yang masih hidup biasanya berasal dari anggota
keluarga atau teman dekat. Sedangkan organ dari donor yang sudah meninggal
berasal dari seseorang yang sudah meninggal namun memiliki oorgan yang sehat.

Untuk organ yang berasal dari donor yang sudah meninggal biasanya akan ada daftar
tunggu karena lebih banyak pasien yang membutuhkan daripada organ yang
tersedia. Meskipun sudah ada organ yang berasal dari donor baik yang masih hidup
atau sudah meninggal, namun masih diperlukan kecocokan antara pasien dan donor.

Organ donor harus cocok dengan jenis darah dan jaringan tubuh penerima organ
(pasien). Beberapa tes dan pemeriksaan kesehatan harus dilakukan baik pada pasien
maupun donor potensial untuk menentukan apakah organ akan cocok atau tidak.

Jika seorang pasien ditempatkan pada daftar tunggu, informasi mengenai darah dan
jenis jaringan akan dimasukkan ke dalam file daftar tunggu tersebut. Jika pasien akan
menerima organ dari donor yang masih hidup, operasi bisa dilakukan setelah
dinyatakan ada kecocokan. Jika pasian membutuhkan donor yang sudah meninggal,
maka dia akan dimasukkan ke dalam daftar tunggu.

Waktu tunggu rata-rata untuk donor organ adalah sekitar 3 hingga 5 tahun. Ketika
organ donor tersedia, akan dipilih dari daftar pasien yang paling cocok untuk
menerima transplantasi. Transplantasi harus dilakukan segera setelah organ tersedia.
Petugas kesehatan akan memanggil pasien untuk memberitahu bahwa organ donor
sudah tersedia. Pasien tersebut harus segera datang ke rumah sakit untuk menjalani
prosedur transplantasi setelah dia mendapatkan kabar tersebut.
Prosedur Operasi Transplantasi
Secara tekhnik bedah, transplantasi organ dapat dilakukan dengan cara :

1. Ortopik

Bila organ yang dicangkokkan dipasang di tempat organ yang asli. Sebelumnya
organ yang asli diambil terlebih dahulu.

2. Heterotopik

Bila organ yang dicangkokkan dipasang pada tempat organ yang lain. Pada tekhnik ini
organ yang rusak tidak dikeluarkan. Ketika donor organ tersedia, dokter akan
melakukan tes dan pemeriksaan untuk memverifikasi kecocokan organ. Setelah
kecocokan diverifikasi, pasien akan dibawa ke ruang operasi. Proses operasi
transplantasi organ biasanya berlangsung antara 2 hingga 4 jam. Setelah operasi
transplantasi organ dilakukan, pasien akan diberi obat imunosupresif untuk
mencegah penolakan organ donor oleh tubuh. Petugas kesehatan akan mengawasi
pasien untuk memastikan bahwa organ yang baru dapat berfungsi dengan baik.
Terkadang pasien mungkin membutuhkan dialisis selama beberapa hari sambil
menunggu organ baru sembuh dan cukup kuat untuk bekerja dengan baik. Setelah
organberfungsi dan bekerja dengan baik dan kondisi pasien sehat, maka pasien
diperbolehkan pulang. Beberapa pasien bisa pulang dalam waktu 5 hari setelah
operasi.

Perawatan Tindak Lanjut (Follow up Care)


Seorang pasien yang menerima organ donor harus mengambil obat imunosupresif
selama sisa hidupnya. Berbagai jenis obat bisa bertindak sebagai immunosupresan.
Yang sering digunakan adalah kortikosteroid (misalnya prednison); pada awalnya
diberikan melalui infus kemudian dalam bentukobatyangdiminum.

Obat lainnya dalah:

#Azatioprin
#Takrolimus
#Mikofenolatmofetil
#Siklosporin
#Siklofosfamid(terutama digunakan pada pencangkokkan sumsum tulang)
#Globulinanti-limfositdanglobulinanti-timosit
#Antibodi monoklonal.
Pasien juga harus mengunjungi dokter secara teratur untuk menjalani
pemeriksaan dan mendeteksi dini setiap masalah yang mungkin muncul.

G. KOMPLIKASI

a) Penolakan pencangkokan:

Yaitu sebuah serangan dari sistem kekebalan terhadap organ donor asing yang
dikenal oleh tubuh sebagai jaringan asing. Reaksi tersebut dirangsang oleh antigen
dari kesesuaian organ asing. Ada tiga jenis utama penolakan secara klinik, yaitu
hiperakut, akut dan kronis.

b) Peningkatan berat badan akibat penimbunan cairan.ini pada transplantasi


organ,mungkin banyak cairan yang masuk pada saat pemindahan organ.

c) demam karena reaksi imun.

d) nyeri dan pembengkakan di daerah tempat yang dicangkokkan.

e) Infeksi, meninggalkan masalah yang potensial dan mewakili komplikasi yang


paling serius memberikan ancaman kehidupan pada periode pencangkokan jaman
dulu. Infeksi sistem urine, pneumonia, dan sepsis adalah yang sering dijumpai.

f) Penyembuhan yang jelek pada titik persambungan saluran udara.

g) Penyumbatan saluran udara akibat pembentukan jaringan parut.

h) Terjadinya penggumpalan darah akibat perbedaan golongan darah.

i) kerusakan pada organ transplan karena sistem kekebalan tubuh yang


menganggap organ transplan tersebut sebagai benda asing.

j) katarak, diabetes, asam lambung berlebihan, tekanan darah tinggi, dan penyakit
tulang

\
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN

1) Identitas klien yang harus diketahui diantaranya: nama, umur, agama,


pendidikan, pekerjaan, jenis kelamin

2) Aktifitas dan Istirahat :Kelelahan, kelemahan, malaise, gangguan tidur, kelemahan


otot dan tonus, penurunan ROM

3) Sirkulasi : Riwayat hipertensi lama atau berat, palpitasi, nyeri dada, tachycardia,
hipotensi orthostatic, friction rub

4) Integritas Ego, Faktor stress, perasaan tak berdaya, tak ada kekuatan, menolak,
cemas, takut, marah, irritable

5) Eliminasi, Penurunan frekuensi urin, oliguri, anuri, perubahan warna urin, urin
pekat warna merah/coklat, berawan, diare, konstipasi, abdomen kembung

6) Makanan/Cairan, Peningkatan BB karena edema, penurunan BB karena


malnutrisi, anoreksia, mual, muntah, rasa logam pada mulut, asites, penurunan otot,
penurunan lemak subkutan

7) Neurosensori : Sakit kepala, penglihatan kabur, kram otot, kejang, kebas,


kesemutan, gangguan status mental,penurunan lapang perhatian, ketidakmampuan
berkonsentrasi, kehilangan memori, kacau, penurunan tingkat kesadaran, koma

8) Nyeri/Kenyamanan : Nyeri panggul, sakit kepala, kram otot, nyeri kaki, distraksi,
gelisah

9) Pernafasan : pernafasan Kussmaul (cepat dan dangkal), Paroksismal Nokturnal


Dyspnea (+), batuk produkrif dengan frotty sputum bila terjadi edema pulmonal

10)Keamanan : Kulit gatal, infeksi berulang, pruritus, demam (sepsis dan dehidrasi),
petekie, ekimosis, fraktur tulang, deposit fosfat kalsieum pada kulit, ROM terbatas

11)Seksualitas : Penurunan libido, amenore, infertilita


12)Interaksi Sosial : Tidak mampu bekerja, tidak mampu menjalankan peran seperti
biasanya

13)Psikologi : Adanya ansietas menghadapi pree operasi.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1) Pree operasi

Ansietas behubungan dengan prosedur pembedahan dari transplantasi hati

Tujuan: dirapkan rasa cemas akan hilang

Kriteria hasil : 1. Px sudah tidak cemas

2. K/U baik

3. Wajah px nampak tidak gelisah dan cemas

Intervensi dan rasional

1. Jelaskan pada px tentang penyebab ansietas

R/ Meningkatkan pengetahuan px

2.Anjurkan pada px agar mau melaksanakan pengalihan perhatian mengurangi


gangguan psikologi ansietas

3. Berikan informasi yang akurat dan jawab dengan jujur

R/ Memungkinkan px untuk membuat keputusan yang didasarkan atas


pengetahuannya

4. Berikan kesempatan px untuk mengungkapkan masalah yang dihadapi

R/ Kebanyakan px mengalami masalah yang perlu untuk diungkapkan

5. Catat prilaku dari orang terdekat/keluarga yang meningkatkan peran sakit px

R/ Orang terdekat mungkin secara tidak sadar memungkinkan px untuk


mempertahankan ketergantunganx

6. Observasi TTV

R/ Mengetahui perkembangan px
7. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat sedatif

R/ Untuk mengurangi kecemasan

2) Post Operasi

Diagnosa keperawatan :

1. Nyeri (akut) berhubungan dengan adanya insisi luka operasi, spasme otot, atau
adanya distensi abdomen/kandung kemih.

2. Resiko tinggi terhadap penatalaksanaan di rumah berhubungan dengan


kurang pengetahuan tentang perawatan diri, riwayat ketidak patuhan.

3. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan penurunan haluaran urine, gagal


ginjal, penolakkan tranplantasi, tingginya volume cairan intravena.

4. Resiko terhadap infeksi yang berhubungan dengan imunosupresi

5.Resiko tinggi terhadap cidera berhubungan dengan resiko dari reaksi imun
transplantasi dan efek samping dari obat-obatan imunosupresi, atau kebutuhan
hemodialisa lanjut.

6. Resiko tinggi terhadap penatalaksanaan di rumah berhubungan dengan kurang


pengetahuan tentang perawatan diri, riwayat ketidak patuhan.

Intervensi dan rasional

1.Nyeri (akut) berhubungan dengan adanya insisi luka operasi, spasme otot, atau
adanya distensi abdomen/kandung kemih.

Tujuan: Nyeri berkurang dan terkontrol

Kriteria hasil: 1. Px mampu menjelaskan tentang nyeri

2. Px mampu menjelaskan tentang nyeri

3. Px mampu melaksanakan untuk mengurangi nyeri

4. Wajah tidak menyeringai

5. Skala nyeri berkurang

1. Jelaskan pada px tentang nyeri


R/ Meningkatkan pengetahuan px

2. Anjurkan pada px untuk melaksanakan tindakan untuk mengurangi nyeri

R/ Membantu px untuk melaksanakan tindakan mengurangi nyeri

3. Ajarkan pada px untuk melaksanakan tindakan untuk mengurangi nyeri dengan


relaksasi dan distraksi

R/ Menarik nafas panjang dan melakukan sentuhan halus dapat mengurangi


nyeri

4. Observasi TTV

R/ Mengetahui perkembangan px

5. Kolaborasi dengan dokter pemberian obat analgesik anti nyeri

R/ Dapat mengurangi nyeri


BAB IV
PENUTUP
Demikian makalah ini kami buat,besar harapan kami tugas makalah
“TRANSPLANTASI ORGAN” yang kami kerjakan ini dapat berguna bagi kita semua.
Kami menyampaikan terima kasih atas dukungan dan partisipasi semua pihak yang
mendukung kelancaran dan kesuksesan kegiatan ini.
DAFTAR PUSTAKA

http://www.geogle.co.id.transplantasi organ (diaksses tanggal 1 oktober 2011)

Doenges. Edisi 3.Rencana asuhan keperawatan.Jakarta:EGC

Anda mungkin juga menyukai