Anda di halaman 1dari 33

MAKALAH

“TRANSPLANTASI, INSEMINASI, BAYI TABUNG, BEDAH


PLASTIK, KB, ETHANASIA DAN HIV/AIDS DALAM
PANDANGAN AGAMA ISLAM”

DISUSUN OLEH KELOMPOK 10

1. WELLY AYUNDIA SRI PRATIWI


2. YAYAN MELY SARI
3. ZARATUL AZHARI
4. ZINDA IDHAM

DOSEN PENGAJAR:

Drs. HM. NASRON HK.M.Pdi

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN BENGKULU

JURUSAN KEBIDANAN

2019/2020

1
KATA PENGANTAR

limpahan
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan karuniaNya sehingga
penulis dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul “Transplantasi, Inseminasi, Bayi
Tabung , Bedah Plastik, KB, Ethanasia, dan HIV/AIDS dalam pandangan agama islam”
sebagai salah satu tugas mata kuliah Agama pada semester III Prodi DIII Kebidanan
Poltekkes Kemenkes Bengkulu.
Penyelesaian Makalah ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak baik secara langsung
maupun tidak langsung. Oleh karena itu penulis menyampaikan terima kasih kepada :
1. Bapak Drs. HM. Nasron HK. M.Pdiselaku Dosen Pengajar mata kuliah Agama
2. Rekan - rekan mahasiswa yang turut membantu dalam penyusunan Makalah ini.
Penulis sadar bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, sehingga saran pembaca
sangat kami harapkan untuk perbaikan penyusunan makalah berikutnya.
Semoga Makalah ini dapat memberikan pengetahuan kepada kita semua serta
memberikan manfaat dan berguna di masa yang akan datang .

Bengkulu , September 2019

Penulis,

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL………………………………………………………………………1

KATA PENGANTAR…………………………………………………………………….2

DAFTAR ISI………………………………………………………………………………3

BAB I PENDAHALUAN..................................................................................................4

A. Latar belakang.........................................................................................................4
B. Rumusan masalah…………………………………………………………………5
C. Tujuan ………………………………………………………………………….…5

BAB II PEMBAHASAN ……………………………………………………………..…6

A. Transplantasi Dalam Pandangan Agama Islam……………………………………6


B. Inseminasi Dalam Pandangan Agama Islam……………………………………….9
C. Bayi Tabung Dalam Pandangan Agama Islam……………………………………12
D. KB Dalam Pandangan Agama Islam………………………………………………15
E. Bedah Plastik Dalam Pandangan Agama Islam……………………………………19
F. Ethanasia Dalam Pandangan Agama Islam………………………………………22
G. HIV/AIDS Dalam Pandangan Agama Islam……………………………………..26

BAB III PENUTUP………………………………………………………………………31

A. Kesimpulan ………………………………………………………………………31

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………………33

3
BAB II

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Saat ini Aborsi, transplantasi dan operasi menjadi salah satu masalah yang cukup serius,
dilihat dari tingginya angka aborsi transplantasi dan operasi yang kian meningkat dari tahun
ke tahun.Di Indonesia sendiri, angka pembunuhan janin per tahun sudah mencapai 3
juta.Angka yang tidak sedikit mengingat besarnya tingkat kehamilan di Indonesia.Selain itu,
ada yg mengkategorikan aborsi itu pembunuhan. Ada yang melarang atas nama agama. Ada
yang menyatakan bahwa jabang bayi juga punya hak hidup sehingga harus dipertahankan,
dan lain-lain.

Bayi tabung atau pembuahan in vitro (bahasa inggris in vitro fertilisation) adalah sebuah
tekhnik pembuatan dimana sel telur (ovum) dibuahi dilur tubuh wanita.Bayi tabung adalah
salah satu metode untuk mengatasi masalah kesuburan ketika metode lainnya tidak berhasil.
Peruses terdiri dari pengendalian proses ovulasi secara hormonal, pemindahan sel telur dari
ovarium dan pembuahan oleh sel sperma dalam sebuah medium cair.

Peringatan Hari Aids Sedunia dicetuskan tanggal 01 Desember 1988, hingga saat ini
terhitung sudah 30 tahun peringatan tersebut dilakukan.Namun Peringatan yang dilaksanakan
setiap tahunnya tidak membuahkan hasil yang baik pada penyebaran virus HIV-AIDS tetapi
peningkatanlah yang terus melejit setiap tahunnya di berbagai wilayah.Perayaan Hari Aids
Sedunia hanya dilakukan dengan kegiatan kampanye, sosialisasi yang bentuknya hanya
sekedar perayaan seperti berbagi bunga dengan pita merah, sosialisasi pacaran sehat dan seks
sehat dengan menggunakan kondom, pemilihan Duta Aids, dan sebagainya.Namun, data
perkembangan HIV-AIDS semakin meningkat setiap tahunnya yang menandakan bahwa
Solusi yang telah dilaksanakan belum efektif.

4
B. Rumusan Masalah
1) Bagaimana Transplantasi Dalam Pandangan Agama Islam?
2) Bagaimana Inseminasi Dalam Pandangan Agama Islam?
3) Bagaimana Bayi Tabung Dalam Pandangan Agama Islam?
4) Bagaimana KB Dalam Pandangan Agama Islam?
5) Bagaimana Bedah Plastik Dalam Pandangan Agama Islam?
6) Bagaimana Ethanasia Dalam Pandangan Agama Islam?
7) Bagaimana HIV/AIDS Dalam Pandangan Agama Islam?

C. Tujuan
1) Untuk Mengetahui Transplantasi Dalam Pandangan Agama Islam
2) Untuk Mengetahui Inseminasi Dalam Pandangan Agama Islam
3) Untuk Mengetahui Bayi Tabung Dalam Pandangan Agama Islam
4) Untuk Mengetahui KB Dalam Pandangan Agama Islam
5) Untuk Mengetahui Bedah Plastik Dalam Pandangan Agama Islam
6) Untuk Mengetahui Ethanasia Dalam Pandangan Agama Islam
7) Untuk Mengetahui HIV/AIDS Dalam Pandangan Agama Islam

5
BAB III

PEMBAHASAN

A. Transplantasi Dalam Pandangan Agama Islam

Transplantasi adalah perpindahan sebagian atau seluruh jaringan atau organ dari satu
individu pada individu itu sendiri atau pada individu lainnya baik yang sama maupun berbeda
spesies. Saat ini yang lazim di kerjakan di Indonesia saat ini adalah pemindahan suatu
jaringan atau organ antar manusia, bukan antara hewan ke manusia, sehingga menimbulkan
pengertian bahwa transplantasi adalah pemindahan seluruh atau sebagian organ dari satu
tubuh ke tubuh yang lain atau dari satu tempat ke tempat yang lain di tubuh yang sama.
Transplantasi ini ditujukan untuk mengganti organ yang rusak atau tak berfungsi pada
penerima dengan organ lain yang masih berfungsi dari pendonor.

Organ atau jaringan tubuh yang akan dipindahkan dapat diambil dari donor yang
hidup atau dari jenazah orang yang baru meninggal dimana meninggal sendiri didefinisikan
kematian batang otak. Organ-organ yang diambil dari donor hidup seperti : kulit ginjal
sumsum tulang dan darah (transfusi darah). Organ-organ yang diambil dari jenazah adalah
jantung,hati,ginjal,kornea,pancreas,paru-paru dan sel otak. Semua upaya dalam bidang
transplantasi tubuh tentu memerlukan peninjauan dari sudut hokum dan etik kedokteran

6
Menurut Cholil Uman (1994), Pencangkokan adalah pemindahan organ tubuh yang
mempunyai daya hidup yang sehat untuk menggantikan organ tubuh yang tidak sehat dan
tidak berfungsi dengan baik, yang apabila apabila diobati dengan prosedur medis biasa.
Harapan klien untuk bertahan hidupnya tidak ada lagi.

 Ada 3 tipe donor organ tubuh ;

1. Donor dalam keadaan hidup sehat : tipe ini memrlukan seleksi yang cermat dan
pemeriksaan kesahatan yang lengkap, baik terhadap donor maupun resipien untuk
menghindari kegagalan karena penolakan tubuh oleh resipien dan untk mencegah
resiko bagi donor.
2. Donor dalam keadaan koma atau diduga akan meninggal dengan sege. Untuk tipe ini
pengambilan organ donor memrlukan alat control kehidupan misalnya alat bantu
pernafasan khusus . Alat Bantu akan dicabut setelah pengambilan organ selesai. itu.
3. Donor dalam keadaan mati. Tipe ini merupakan tipe yang ideal , sebab secara medis
tinggal menunggu penentuan kapan donor dianggap meninggal secara medis dan
yuridis.

 Tipe Donor 1
Donor dalam keadaan sehat.Yang dimaksud disini adalah donor anggota tubuh bagi
siapa saja yang memerlukan pada saat si donor masih hidup.Donor semacam ini
hukumnya boleh.Karena Allah Swt memperbolehkan memberikan pengampunan
terhadap qisash maupun diyat.
Allah Swt berfirman:
ٌ‫يف ِم ْن َربــِ ُك ْم َو َرحْ َمة‬
ٌ ‫ـان ذلِكَ تـَ ْخـ ِف‬
ٍ ‫س‬ َ ‫ف َواَدَا ٌء اِلـَيْــ ِه بــإِحْ ــ‬ ٌ ‫ئ فَـاتـ ِ َبـا‬
ِ ‫ع ِبال َمـ ْع ُر ْو‬ َ ‫ي لَهُ ِم ْن ا َ ِخـ ْي ِه‬
ٌ ‫ش ْْي‬ َ ‫فَ َم ْن عُـ ِف‬
Maka barangsiapa yang mendapat suatu pema`afan dari saudaranya, hendaklah
(yang mema`afkan) mengikuti dengan cara yang baik, dan hendaklah (yang diberi
ma`af) membayar (diat) kepada yang memberi ma`af dengan cara yang baik (pula).
Yang demikian itu adalah suatu keringanan dari Tuhan kamu dan suatu
rahmat.Barangsiapa yang melampaui batas sesudah itu, maka baginya siksa yang
sangat pedih. (TQS al-Baqarah [2]: 178)

7
Namun, donor seperti ini dibolehkan dengan syarat.Yaitu, donor tersebut tidak
mengakibatkan kematian si pendonor.Misalnya, dia mendonorkan jantung, limpha atau paru-
parunya. Hal ini akan mengakibatkan kematian pada diri si pendonor. Padahal manusia tidak
boleh membunuh dirinya, atau membiarkan orang lain membunuh dirinya; meski dengan
kerelaannya.

 Tipe donor 2

hukum Islam pun tidak membolehkan karena salah satu hadist mengatakan bahwa ”Tidak
boleh membahayakan diri sendiri dan tidak boleh membayakan diri orang lain.” (HR. Ibnu
Majah). Yakni penjelasannya bahwa kita tidak boleh membahayakan orang lain untuk
keuntungan diri sendiri. Perbuatan tersebut diharamkan dengan alasan apapun sekalipun
untuk tujuan yang mulia.

 Tipe Donor 3

Menurut hukum Islam ada yang membolehkan dan ada yang mengharamkan.
Yang membolehkan menggantungkan pada syarat sebagai berikut:

1. Resipien (penerima organ) berada dalam keadaan darurat yang mengancam dirinya
setelah menmpuh berbagai upaya pengobatan yang lama
2. Pencangkokan tidak akan menimbulkan akibat atau komplikasi yang lebih gawat
3. Telah disetujui oleh wali atau keluarga korban dengan niat untuk menolong bukan
untuk memperjual-belikan

yang tidak membolehkan alasannya :

Seseorang yang sudah mati tidak dibolehkan menyumbangkan organ tubuhnya atau
mewasiatkan untuk menyumbangkannya. Karena seorang dokter tidak berhak memanfaatkan
salah satu organ tubuh seseorang yang telah meninggal dunia untuk ditransplantasikan
kepada orang yang membutuhkan. Adapun hukum kehormatan mayat dan penganiayaan
terhadapnya, maka Allah SWT telah menetapkan bahwa mayat mempunyai kehormatan yang
wajib dipelihara sebagaimana orang hidup. Dan Allah telah mengharamkan pelanggaran
terhadap pelanggaran kehormatan mayat sebagaimana pelanggaran kehormatan orang
hidup.Diriwayatkan dari A’isyah Ummul Mu’minin RA bahwa Rasulullah SAW bersabda:

8
‫ت َككَــس ِْر ِه َحــيًّـا‬ ْ ‫ــر َع‬
ِ ‫ظــ ُم ال ْمـ َ ِيــ‬ َ ‫س‬ َ ‫كَـ‬

“Memecahkan tulang mayat itu sama saja dengan memecahkan tulang orang hidup” (HR.
Ahmad, Abu dawud, dan Ibnu Hibban)

Tindakan mencongkel mata mayat atau membedah perutnya untuk diambil


jantungnya atau ginjalnya atau hatinya untuk ditransplantasikan kepada orang lain yang
membutuhkan dapat dianggap sebagai mencincang mayat. Padahal Islam telah melarang
perbuatan ini. Imam Bukhari telah meriwayatkan dari Abdullah bin Zaid Al-Anshasi RA, dia
berkata :

‫ــو ُل هللا َع ِن الـنُّ ْهـ ِبي َوال ُمـثَـلَّــ ِة‬


ْ ‫س‬ ُ ‫نـ َ َهى َر‬

“ Rasulullah SAW telah melarang ( mengambil ) harta hasil rampasan dan mencincang
(mayat musuh ).”(H.R. Bukhari)

B. Inseminasi Dalam Pandangan Agama Islam

Secara sederhana, inseminasi (buatan) adalah proses penempatan sperma dalam organ
reproduksi wanita dengan tujuan untuk mendapatkan kehamilan. Ini harus dilakukan pada
masa paling subur dari seorang wanita, yakni sekitar 24-48 jam sebelum ovulasi
terjadi.Inseminasi buatan yang paling populer digunakan adalah IUI atau Intra Uterine
Insemination. IUI merupakan proses fertility treatment yang melibatkan air mani yang dicuci
dan kemudian ditransfer ke dalam rahim wanita dengan menggunakan jarum suntik khusus.
Cara ini merupakan cara yang paling umum dan biasanya berhasil.

 Pandangan Agama terhadap Inseminasi


Inseminasi pada dasarnya bersifat netral. Namun kenetralan tersebut bisa berubah
sesuai dengan hal-hal yang mengiringi dilakukannya inseminasi. Jadi, meskipun memiliki
daya guna tinggi, terapan sains modern juga sangat rentan terhadap penyalahgunaan dan
kesalahan etika bila dilakukan oleh orang yang tidak beragama, tidak beriman dan tidak
beretika sehingga sangat potensial berdampak negatif dan fatal, sehingga hal tersebut
menjadi sebuah kejahatan. Oleh karena itu, kaedah dan ketentuan syariah patut dijadikan
sebagai pemandu etika dalam penggunaan teknologi ini, sebab penggunaan dan penerapan
teknologi belum tentu sesuai menurut agama, etika dan hukum yang berlaku di masyarakat.

9
Masalah inseminasi buatan ini menurut pandangan Islam termasuk
masalah Kontemporer, karena tidak terdapat hukumnya secara spesifik di dalam al-Qur’an
dan al-Sunnah bahkan dalam kajian fiqh klasik sekalipun. Karena itu, kalau masalah ini
hendak dikaji menurut hukum islam maka harus dikaji dengan memakai metode ijtihad yang
lazimnya dipakai oleh para ahli ijtihad (mujtahid), agar dapat ditemukan hukumnya yang
sesuai dengan prinsip dan jiwa al-Qur’an dan al-Sunnah yang merupakan sumber pokok
hukum Islam. Namun, kajian masalah inseminasi buatan ini seyogyanya menggunakan
pendekatan multi disipliner, tentunya oleh para ulama dan cendekiawan muslim dari berbagai
disiplin ilmu yang relevan, agar dapat diperoleh kesimpulan hukum yang benar-benar
proporsional dan mendasar. Misalnya ahli kedokteran, peternakan, biologi, hukum, agama
dan etika.
Menurut Mahmud Syaltut penghamilan buatan (jika menggunakan sperma donor) adalah
pelanggaran yang tercela dan dosa besar, setara dengan zina, karena memasukkan mani’
orang lain ke dalam rahim perempuan tanpa ada hubungan nikah secara syara’, yang
dilindungi hukum syara’.
Hal senada juga disampaikan oleh Yusuf Al-Qardlawi. Beliau menyatakan bahwa Islam
mengharamkan pencakokan sperma apabila pencakokan itu bukan dari sperma suami.
Dengan demikian, dapat dikatakan hukum inseminasi buatan dan bayi tabung pada
manusia harus diklasifikasikan persoalannya secara jelas.Bila dilakukan dengan sperma atau
ovum suami isteri sendiri, maka hal ini dibolehkan, asal keadaan suami isteri tersebut benar-
benar memerlukan inseminasi buatan untuk membantu memperoleh keturunan. Hal ini sesuai
dengan kaidah ‘al-hajaatu tanzilu manzilah al dharurah’ (hajat atau kebutuhan yang sangat
mendesak diperlakukan seperti keadaan darurat).
Sebaliknya, kalau inseminasi buatan itu dilakukan dengan bantuan donor sperma dan
ovum, maka diharamkan dan hukumnya sama dengan zina. Sebagai akibat hukumnya, anak
hasil inseminasi itu tidak sah dan nasabnya hanya berhubungan dengan ibu yang
melahirkannya. Dalil-dalil syar’i yang dapat dijadikan landasan menetapkan hukum haram
inseminasi buatan dengan donor ialah,
 pertama:
Dan Sesungguhnya Telah kami muliakan anak-anak Adam, kami angkut
mereka di daratan dan di lautan, Kami beri mereka rezki dari yang baik-baik
dan kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang Sempurna atas kebanyakan
makhluk yang Telah kami ciptakan. (QS. Al-Isra’ 70)

10
Ayat tersebut menunjukkan bahwa manusia diciptakan oleh Tuhan sebagai makhluk yang
mempunyai kelebihan/keistimewaan sehingga melebihi makhluk-makhluk Tuhan
lainnya. Dan Tuhan sendiri berkenan memuliakan manusia, maka sudah seharusnya manusia
bisa menghormati martabatnya sendiri serta menghormati martabat sesama manusia.
Pemuliaan manusia bukan hanya dari sisi fisik, namun sisi keturunan pun Allah bedakan
dengan makhluk lain. Sehingga inseminasi buatan dengan donor itu pada hakikatnya dapat
merendahkan harkat manusia sejajar dengan tumbuh-tumbuhan dan hewan yang
diinseminasi.
 Kedua; hadits Nabi Saw yang mengatakan,
“tidak halal bagi seseorang yang beriman kepada Allah dan hari akhir
menyiramkan airnya (sperma) pada tanaman orang lain (istri orang
lain).” (HR. Abu Daud, Tirmidzi dan dipandang Shahih oleh Ibnu Hibban).
Berdasarkan hadits tersebut para ulama sepakat mengharamkan seseorang melakukan
hubungan seksual dengan wanita hamil dari istri orang lain. Tetapi mereka berbeda pendapat
apakah sah atau tidak mengawini wanita hamil.Menurut Abu Hanifah boleh, asalkan tidak
melakukan senggama sebelum kandungannya lahir.Sedangkan Zufar tidak
membolehkan.Pada saat para imam mazhab masih hidup, masalah inseminasi buatan belum
timbul.Karena itu, kita tidak bisa memperoleh fatwa hukumnya dari mereka.
Hadits ini juga dapat dijadikan dalil untuk mengharamkan inseminasi buatan pada
manusia dengan donor sperma dan/atau ovum, karena kata maa’ dalam bahasa Arab bisa
berarti air hujan atau air secara umum, seperti dalam Surat Thaha:53. Juga bisa berarti
benda cair atau sperma seperti dalam Surat An-Nur:45 dan Al-Thariq:6.
Dalil lain untuk syarat kehalalan inseminasi buatan bagi manusia harus berasal dari
sperma dan ovum pasangan yang sah menurut syariah adalah kaidah hukum fiqih yang
mengatakan “dar’ul mafsadah muqaddam ‘ala jalbil mashlahah” (menghindari mafsadah
atau mudharat harus didahulukan daripada mencari atau menarik maslahah/kebaikan).
Sebagaimana kita ketahui bahwa inseminasi buatan pada manusia dengan donor sperma
dan/atau ovum lebih banyak mendatangkan mudharat (dampak negatif) daripada
maslahah (dampak positif).Maslahah yang dibawa inseminasi buatan ialah membantu suami-
isteri yang mandul, baik keduanya maupun salah satunya, untuk mendapatkan keturunan atau
yang mengalami gangguan pembuahan normal. Namun mudharat dan mafsadahnya jauh
lebih besar (jika menggunakan donor), antara lain berupa:
1. Percampuran nasab, padahal Islam sangat menjaga kesucian/kehormatan kelamin dan
kemurnian nasab, karena nasab itu ada kaitannya dengan kemahraman dan kewarisan.
11
2. Bertentangan dengan sunnatullah atau hukum alam.
3. Inseminasi pada hakikatnya sama dengan prostitusi, karena terjadi percampuran
sperma pria dengan ovum wanita tanpa perkawinan yang sah.
4. Kehadiran anak hasil inseminasi bisa menjadi sumber konflik dalam rumah tanggal.
5. Anak hasil inseminasi lebih banyak unsur negatifnya daripada anak adopsi.
6. Bayi tabung lahir tanpa melalui proses kasih sayang yang alami, terutama bagi bayi
tabung lewat ibu titipan yang menyerahkan bayinya kepada pasangan suami-isteri
yang punya benihnya sesuai dengan kontrak, tidak terjalin hubungan keibuan secara
alami. (QS. Luqman:14 dan Al-Ahqaf:14).
C. Bayi Tabung Dalam Pandangan Agama Islam

Bayi tabung (tets tube baby) yang kita kenal adalah bayi yang didapatkan melalui proses
pembuahan yang dilakukan di luar rahim sehingga terjadi embrio tidak secara alamiah,
melainkan dengan bantuan ilmu kedokteran. (Hasan, 1998, 70)

Bayi tabung adalah suatu istilah teknis. Istilah ini tidak berarti bayi yang terbentuk di
dalam tabung, melainkan dimaksudkan sebagai metode untuk membantu pasangan subur
yang mengalami kesulitan di bidang” pembuahan “ sel telur wanita oleh sel sperma pria.
Secara teknis, dokter mengambil sel telur dari indung telur wanita dengan alat yang disebut
"laparoscop" ( temuan dr. Patrick C. Steptoe dari Inggris ). Sel telur itu kemudian diletakkan
dalam suatu mangkuk kecil dari kaca dan dipertemukan dengan sperma dari suami wanita
tadi. Setelah terjadi pembuahan di dalam mangkuk kaca itu tersebut, kemudian hasil
pembuahan itu dimasukkan lagi ke dalam rahim sang ibu untuk kemudian mengalami masa
kehamilan dan melahirkan anak seperti biasa.

 Jenis Jenis Bayi Tabung

Bayi tabungdilihat dari asal sperma yang dipakai dapat dibagi dua yaitu:

1. bayi tabung dengan sperma sendiri atau AIH (Artificial Insemination


Husband).

2. bayi tabung dengan bukan sperma suami atau lazim disebut donor, disingkat
AID (Artificial Insemination Donor). (Hasan, 1998, 75)

12
 Ketentuan Hukum Bayi Tabung

Inseminasi permanian (pembuahan) buatan telah lama dikenal bahkan dipraktekkan


orang.Para sahabat Nabi pun pernah melakukannya pada tumbuh-tumbuhan. Setelah nabi
Muhammad hijrah/ migrasi ke madinah, ia melihat penduduk melakukan pembuahan buatan
(penyilangan/perkawinan) pada pohon kurma. Lalu Nabi menyarankan agar tidak usah
melakukannya. Kemudian ternyata buahnya banyak yang rusak dan setelah itu dilaporkan
kepada Nabi, maka ia berpesan sebagai berikut:

‫أَ ِب ُّر ْوا أَ ْنت ُ ْمأ َ ْعلَ ُم ِبأ ُ ُم ْو ِردُ ْن َيا ُك ْم‬

“Lakukanlah pembuahan buatan! Kalian lebih mengetahui tentang urusan dunia


kalian”

Untuk inseminasi buatan pada manusia dengan sperma suami sendiri, baik dengan
cara mengambil sperma suami kemudian disuntikkan ke dalam vagina atau uterus istri,
maupun dengan cara pembuahan dilakukan di luar rahim (bayi tabung), maka hal ini
dibolehkan asal keadaan suami dan istri tersebut benar-benar membutuhkan untuk
memperoleh keturunan. Hal ini telah disepakati oleh para ulama. (Hasan, 1998, 75)

1. Ketentuan Dibolehkannya Bayi Tabung

Jadi pada prinsipnya dibolehkan bayi tabung itu bila keadaannya benar-benar
memaksa pasangan itu untuk melakukannya dan bila tidak akan mengancam keutuhan rumah
tangganya (terjadi perceraian) sesuai dengan kaidah Ushul Fiqh:

ِ‫ْال َحا َجةُ تَ ْن ِزلُ َم ْن ِزلَةَالض َُّر ْو َرة‬

“Hajat itu keperluan yang sangat penting diberlakukan seperti keadaan darurat”.

Demikian pula pendapat Yusuf el Qardhawi: “Apabila pencangkokan yang dilakukan


itu bukan air mani suami, maka tidak diragukan lagi adalah suatu kejahatan yang sangat
buruk sekali dan suuatu perbuatan munkar yang lebih hebat daripada pengangkatan anak.”

Inseminasi buatan dengan menggunakan sperma donor para ulama


mengharamkannya, seperti pendapat Yusuf el Qardhawi katanya....”Islam juga
mengharamkan apa yang disebut pencangkokan itu bukan dari sperma suami...”

13
Pada inseminasi buatan dengan menggunakan sperma suami sendiri tidak
menimbulkan masalah pada semua aspeknya, bahkan ulama memujinya sebagai suatu cara
untuk membantu pasangan mandul untuk memperoleh keturunan yang sah. Tidak demikian
halnya pada inseminasi buatan yang menggunakan sperma donor, maka hal itu telah banyak
menimbulkan masalah di antaranya masalah nasab. (Hasan, 1998, 77)

Kelompok ini dari peserta muktamar Muhammadiyah XXI di Klaten berpendapat,


bahwa bayi tabung menurut proses dengan sperma dan ovum dari suami-istri yang sah
hukumnya mubah, dengan syarat sebagai berikut: (Djamil, 1995, 104)

· Teknis pengambilan sperma dengan cara yang tidak bertentangan dengan prinsip
ajaran islam.

· Penempatan Zigote Sebaiknya Dilakukan Oleh Dokter Wanita.

· Resipien adalah Istri Sendiri.

Kelompok ini merujuk kepada beberapa ayat Al Qur’an sebagai berikut:

ِ ‫ّللاُ َج َعلَلَ ُك ْم ِم ْنأ َ ْنفُ ِس ُك ْمأ َ ْز َوا ًج َاو َج َعلَلَ ُك ْم ِم ْنأ َ ْز َو‬
ً‫اج ُك ْمبَنِين ََو َحفَدَة‬ َّ ‫َو‬

Artinya: “Allah menjadikan bagi kamu isteri-isteri dari jenis kamu sendiri dan menjadikan
bagimu dari isteri-isteri kamu itu, anak-anak dan cucu-cucu". (An-Nahl : 72)

kelompok pertama ini juga menjadikan beberapa hadits berikut ini sebagai dalil:

Artinya: “Diriwayatkan dari Aisyah R.A ia berkata bahwa Rasulullah Saw. Bersabda,
sesungguhnya Allah telah mewajibkan beberapa kewajiban, maka janganlah kamu sia-siakan.
Dan Allah telah mengharamkan beberapa perkara, maka janganlah kamu langgar, dan ia juga
telah menetapkan batas-batas, maka janganlah kamu lampaui. Allah juga telah mendiamkan
(tidak melarang) beberapa hal sebagai rahmat bagi kamu sekalian”.

Karenanya, mengusahakannya melalui proses bayi tabung termasuk hal yang


dianjurkan. Namun demikian, Jika bayi tabung itu dilakukan dengan proses sperma atau
ovum donor, maka masalahnya tidak termasuk perkara yang maskut ‘anhu lagi, karena
tindakan itu telah dilarang oleh Nabi, seperti yang termaktub dalam hadits ketiga di atas.

14
Hadits yang diriwayatkan oleh Aisyah diatas juga memberikan arahan terhadap
kerangka berpikir para ahli fiqih dalam rangka menggariskan kaidah, bahwa segala sesuatu
yang termasuk al-umur al-dunyawiyyat pada dasrnya boleh dilakukan, selama tidak ada dalil
yang melarangnya. Berdasarkan kerangka berpikir inilah kelompok pertama peserta
muktamar tarjih Muhammadiyah XXI ini menetapkan, bahwa pada dasarnya bayi tabung itu
tidak dilarang, salama cara dan teknis pelaksanaannya tidak bertentangan dengan ketentuan
poko dalam ajaran islam. (Djamil, 1995, 109)

2. Hukum diharamkannya bayi tabung

Diriwayatkan dari Abu Hurairah RA bahwa dia telah mendengar Rasulullah SAW
bersabda ketika turun ayat li’an :

“Siapa saja perempuan yang memasukkan kepada suatu kaum nasab (seseorang) yang
bukan dari kalangan kaum itu, maka dia tidak akan mendapat apa pun dari Allah dan Allah
tidak akan pernah memasukkannya ke dalam surga. Dan siapa saja laki-laki yang
mengingkari anaknya sendiri padahal dia melihat (kemiripan)nya, maka Allah akan tertutup
darinya dan Allah akan membeberkan perbuatannya itu di hadapan orang-orang yang
terdahulu dan kemudian (Pada hari kiamat nanti). (HR. Ad Darimi).

Diriwayatkan dari Ibnu Abbas RA, dia mengatakan bahwa Rasulullah SAW telah
bersabda :

“Siapa saja yang menghubungkan nasab kepada orang yang bukan ayahnya, atau
(seorang budak) bertuan (loyal/taat) kepada selain tuannya, maka dia akan mendapat laknat
dari Allah, para malaikat, dan seluruh manusia.”(HR. Ibnu Majah).

Ketiga bentuk proses di atas mirip dengan kehamilan dan kelahiran melalui perzinaan
vagina. yang besarnya diserahkan kepada kebijaksaan hakim.

Sebagaimana kita ketahui bahwa inseminasi buatan pada manusia dengan donor sperma
dan/atau ovum lebih banyak mendatangkan mudharat daripada maslahah.Maslahah yang
dibawa inseminasi buatan ialah membantu suami-isteri yang mandul, baik keduanya maupun
salah satunya, untuk mendapatkan keturunan atau yang mengalami gangguan pembuahan
normal.

15
D. KB Dalam Pandangan Agama Islam

Tidak ada satupun manusia tentunya yang mengingingnkan hidupnya dalam kesulitan dan
ingin selalu mengembangkan keturunannya semakin baik dari waktu ke waktu.Untuk itulah
dibutuhkan keluarga dan rumah tangga yang dibangun agar harmonis dan melahirkan
generasi unggul setiap saatnya.Itulah tugas manusia, agar bumi ini senantiasa terjaga, dan
ummat manusia dapat memberikan manfaat yang sebesar-besarnya.

Tentunya semua itu dilakukan harus sesuai dengan syariat islam sebagaimana
disampaikan dalam Al-Quran, “Hai orang-orang beriman, penuhilah seruan Allah dan
seruan Rasul-Nya yang mengajak kamu kepada suatu yang memberi
(kemaslahatan/kebaikan) hidup bagimu” (QS Al Anfal : 24)
Namun, dalam proses pengaturan keluarga dan rumah tangga, di zaman saat ini ada
teknologi yang bernama Keluarga Berencana. Teknologi ini merupakan salah satu teknologi
yang bertujuan untuk membatasi kehamilan atau juga bertujuan untuk mengatur jarak
kehamilan.Dalam hal ini tentu memilki sudut pandangan dan pendapat yang berbeda-beda.
Agar lebih memahami, maka berikut adalah penjelasan mengenai Keluarga Berencana (KB)
dalam islam.

 Hukum KB dilihat dari Tujuannya

Menentukan halal dan haram dalam islam tentu saja sangat berbeda Dilihat tujuannya,
KB memiliki orientasi yang berbeda-beda. Tentu saja tujuan ini juga menentukan bagaimana
hukum KB dalam islam sesuai dengan dampak dan manfaat yang ada. Islam tidak pernah
memberikan aturan atau pelarangan yang tidak ada dampaknya. Seluruh aturan islam
berorientasi agar manusia selamat, sejahtera, dan terhindar dari keterpurukan.

Tentunya juga jangan melupakan bahwa harus dihitung apakah KB memberikan dampak
pada berlangsungnya Keluarga Bahagia Menurut Islam dan Dalilnya, Keluarga Dalam
Islam, Keluarga Sakinah Dalam Islam, Keluarga Harmonis Menurut Islam, dan Keluarga
Sakinah, Mawaddah, Warahmah Menurut Islam. Penggunaan KB atau tidak tentunya harus
juga dihitung dari bagaimana kehidupan keluarga di jalankan.Jangan sampai hal ini juga
membawa mudharat terutama masalah keharmonisan keluarga. Untuk menentukan halal dan
haram sebuah aktivtias atau teknologi, para ulama tentu melihat hal ini secara filosofis dan
praktis.Termasuk melihat tujuan dari KB dan praktik pelaksanaannya nanti.

16
1. Membatasi Kelahiran
Anas bin Malik berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alihi wa sallam memerintahkan
untuk menikah dan melarang keras untuk membujang dan berkata, “Nikahilah wanita yang
sangat penyayang dan yang mudah beranak banyak karena aku akan berbangga dengan
kalian dihadapan para nabi pada hari kiamat”
Para ulama memiliki pandangan bahwa KB dilarang jika orientasinya adalah untuk
membatasi kelahiran. Allah memberikan perintah agar para wanita dna keluarganya bisa
memiliki keturunan yang banyak dan kuat untuk islam. Jika berorientasi untuk membatasi
kelahiran, hal ini bisa membuat umat islam sedikit memiliki keturunan. Untuk itu lebih baik
tidak dilakukan, apalagi mencegah untuk lahirnya bayi di dunia.

Akan tetapi hal ini berbeda jika memang tujuannya untuk kesehatan.Membatasi
kelahiran dengan alasan kesehatan tentu berbeda lagi.Membatasi demi tujuan kesehatan
tentunya bisa berefek kepada kesehatan istri atau ibu, mengganggu rahim, dan juga pada
aspek-aspek organ tubuh lainnya.

Namun berbeda jika membatasi kelahiran ini didasri karena khawatir masalah
ekonomi, masalah keuangan, atau masalah kemampuan untuk membiayai lainnya. Maka
jangan sampai alasan tersebut digunakan jika orientasi khawatir akan kehidupan anak
nantinya.

2. Mengatur Jarak Kelahiran


“Janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan, dan berbuat
baiklah, karena sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik.” (QS Al
Baqarah : 195)
Ulama berpendapat bahwa jika berorientasi untuk mengatur jarak kehamilan saja
maka tidak masalah. Tentunya mengatur jarak ini tidak sama dengan membatasi kehamilan.
Mengatur jarak hanya sekedar mengatur agar waktunya lebih ada jeda dan berdampak bagi
kesehatan. Di lain waktu maka istri atau ibu bisa tetap hamil kembali tanpa harus dibatasi.

17
Mengenai hal pengaturan ini juga Allah menegaskan bahwa, “Dan janganlah kamu
membunuh anak-anakmu karena takut kemiskinan. Kamilah yang akan memberikan rizki
kepada mereka dan juga kepadamu” (QS Al Isra : 31)
Artinya, jangan sampai kita khawatir dan takut memiliki keturunan hanya karena
masalah rezeki.Sesungguhnya Allah telah memudahkan segala urusan manusia melalui
Sunnatullah yang telah Allah tetapkan.Tinggal manusia belajar dan berikhtiar setiap saat.

Jika dilihat dari dua tujuan tersebut, hukum KB boleh atau tidak sangat bergantung
kepada kondisi dan tujuan yang ada.Bisa menjadi haram jika orientasinya bukan untuk
kemaslahatan dan menyelamatkan.Tetapi bisa halal jika memang berorientasi pada kesehatan
dan juga kesejahteraan ibu.

 Pro Kontra Menggunakan KB dalam Keluarga Islam

Dari penjelasan di atas dapat dipahami bahwa menggunakan KB dalam keluarga sesuai
ajaran islam masih diperbolehkan jika alasannya bukan untuk membuat mandul atau steril
selamanya. Untuk alasan kesehatan dan mengatur waktu kehamilan masih diperbolehkan
asalkan tidak untuk tujuan tidak ingin memiliki keturunan dan membahayakan dirinya
sendiri.

Apalagi kelahiran dan keturunan adalah bagian dari Tujuan Penciptaan Manusia, Proses
Penciptaan Manusia , Hakikat Penciptaan Manusia , Konsep Manusia dalam
Islam, dan Hakikat Manusia Menurut Islam sesuai dengan fungsi agama.
Tentu saja walaupun begitu ada banyak pro dan kontra para ulama dan cendekiawan
mengenai masalah keluarga bencana ini.Masing-masing memiliki pendapat dan argumen
untuk menghadapi masalah tersebut. Sebagai umat islam, kita diperbolehkan oleh Allah
untuk berijtihad dan memikirkan sesuai dengan masalah dan konteks perkembangan zaman.
Untuk itu dibutuhkan ilmu pengetahuan dan juga teknologi untuk bisa melihat masalah ini
lebih baik lagi.

18
Berikut adalah pro kontra yang menjadi dinamika penggunaan KB dalam islam:

1. Islam Menganjurkan Banyak Keturunan


Islam menganjurkan ummat untuk dapat memiliki banyak keturunan.Hal ini yang
menjadi keberatan para ulama untuk menjadikan KB digunakan. Dengan adanya
program dan teknologi Keluarga Berencana dapat menjadikan umat islam secara
keturunan tidak terlalu banyak padahal umat islam diharapkan mampu menjadi ummat
terdepan dengan adanya keluarga dan keturunan yang banyak.
Hal ini mensoroti dalam sudut pandangan banyaknya atau kuantitas.Pendapat ini
mengedepankan bahwa keturunan yang banyak tidak selalu menjadi penghalang atau
penghambat, atau menjadi banyak masalah.Jika orang tua mampu sekuat tenaga berusaha
tentu saja keturunan yang baik bisa didapatkan.
Selain itu, para orang tua, baik ibu yang melahirkan atau ayah yang mencari nafkah
juga terhitung berjihad.Untuk itu bagi mereka yang berusaha sungguh-sunggu
menjadikan keturanannya shaleh dan sukses di dunia maupun akhirat adalah jihad
tersendiri.Sehingga tidak perlu ragu atau sampai melakukan keluarga berencana.

2. Kekhawatiran dalam Membesarkan Anak


Pendapat selanjutnya adalah kekhawatiran dalam membesarkan anak secara
berkualitas.Pendapat-pendapat ulama yang masih memperbolehkan penggunaan KB
untuk alasan tertentu juga memikirkan masalah ini.Untuk itu, jika tidak memang mampu
maka berikhtiar sekuat mungkin untuk bisa memiliki rezeki bukan mensterilisasi.Tetapi
jika memang dibutukan dan ketidakmampuan diri, maka bisa untuk melakukan KB.
Hal ini juga didasari oleh ayat, “Hendaklah takut kepada Allah orangorang yang
sekiranya mereka meninggalkan keturunan yang lemah di belakang mereka, yang
mereka khawatir terhadap kesejahteraannya. Oleh sebab itu, hendaklah mereka
bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka berbicara dengan tutur kata yang
benar” (QS An Nisa : 9)
Manusia memiliki akal, sehingga bisa menghitung dan berpikir secara rasional.Hawa
nafsu manusia juga bisa diatur tidak seperti hewan, sehingga tidak selalu harus memiliki
keturunan jika memang belum mampu dan memiliki sumber daya yang
mumpuni.Tentunya perlu dibatasi dan diatur sambil terus berikhtiar, tentu Allah Maha
Tau dan Menilai niat kita.

19
Tentunya jangan sampai kita melahirkan anak dan menelantarkannya atau bahkan
bergantung hidupnya pada orang lain. Hal ini bisa mendzalimi mereka dan menjadikan
mereka lemah nantinya untuk hidup kedepan.
Untuk itu para orang tua dan keluarga dalam membesarkan anak secara berkualitas
bisa mempelajari tentang
 Ilmu Pendidikan Islam
 Tujuan Pendidikan Menurut Islam
 Tujuan Pendidikan Islam
 Pendidikan Anak Dalam Islam
Hal ini semata-mata agar keturunan kelak (baik KB atau tidak) dapat sesuai
dengan aturan Allah yaitu rukun iman, rukun islam, Iman dalam Islam, Hubungan
Akhlak Dengan Iman Islam dan Ihsan, dan Hubungan Akhlak dengan Iman.

E. Bedah Plastik Dalam Pandangan Agama Islam

Wajah indah tentu saja menjadi dambaan setiap insan, apalagi wajah mulus nan
putih bersih seperti para artis korea yang digandrungi para remaja, terlebih bagi kaum
hawa. Demi meralisasikan impian tersebut, tak jarang kita temukan orang-orang yang
mencari jalan pintas dengan melakukan operasi plastik.Operasi plastik bahkan
menjadi hal yang sangat lumrah bagi masyarakat Korea Selatan.

 Lalu bagaimana Islam memandang operasi plastik? Apakah operasi plastik


untuk kecantikan diperbolehkan?
Operasi plastik terbagi menjadi dua, yaitu operasi plastik rekonstruksi
dan operasi plastik untuk kecantikan.Operasi rekonstruksi dilakukan untuk
memperbaiki kekurangan fisik bawaan seperti bibir sumbing.Sedangkan
operasi kecantikan dilakukan untuk mempercantik bagian tubuh tertentu.
Operasi plastik termasuk mengubah ciptaan Allah Swt. Sedangkan
mengubah ciptaan Allah adalah ajaran setan. Allah Swt berfirman:
ِ‫َوأل َ ُم َرنَّ ُه ْم فلَيغَيِ ُر َّن خ َْلقَ هللا‬
Dan akan aku (setan) suruh mereka (mengubah ciptaan Allah), lalu benar-
benar mereka mengubahnya. (QS. An-Nisa: 119).

20
Allah Swt juga melaknat orang yang mengubah ciptaannya.
Sebagaimana yang termaktub dalam hadis riwayat Imam Muslim :
َ‫ت خ َْلق‬
ِ ‫ت ِل ْل ُحس ِْن ْال ُمغَيِ َرا‬
ِ ‫ َو ْال ُمتَف َِل َجا‬،ِ‫صات‬
َ ‫ت َو ْال ُمتَن َِم‬
ِ ‫صا‬ ِ َّ‫ َوالن‬،ِ‫ت َو ْال ُم ْست َْو ِش َمات‬
َ ‫ام‬ ِ ‫لَعَنَ هللاُ ْال َوا ِش َما‬
ِ‫هللا‬
Allah telah melaknat mengutuk orang-orang yang membuat tato dan orang
yang minta dibuatkan tato, orang-orang yang mencabut bulu mata, orang-
orang yang minta dicabut bulu matanya, dan orang-orang yang
merenggangkan gigi demi kecantikan yang merubah ciptaan Allah.” (HR.
Muslim)
Dalam hadis ini disebutkan bahwa perkara mengubah ciptaan Allah
seperti mentato, mencabut bulu mata dan merenggangkan gigi dengan tujuan
memperindah diri diharamkan.

 Namun apakah semua ketegori mengubah ciptaan Allah diharamkan? Prof. Dr.
H. Ahmad Zahro, MA dalam bukunya “Fiqih Kontemporer” mengatakan,
pengubahan ciptaan Allah Swt diperbolehkan dalam tiga hal:

1. Ciptaan Allah itu bersifat tidak permanen, seperti umumnya sifat benda.
Misalnya mengubah kayu menjadi kursi.
2. Ciptaan Allah itu bersifat permanen, tetapi pengubahannya tidak permanen
(bisa kembali seperti semula). Misalnya menyemir rambut dan mengenakan
kutek
3. Pengubahan ciptaan Allah secara permanen karena sakit, tidak normal atau
cacat. Misalnya bibir sumbing, kulit yang rusak karena terbakar atau
tersiram air keras, dll.

Pengubahan ciptaan Allah yang permanen hanya dibolehkan jika dalam


keadaan darurat, misalnya karena sakit atau ada cacat yang bisa membuatnya
malu.Hal ini dapat dikategorikan kepada rukhshah yang dalam kaidah ushul fiqh
berbunyi “‫( ”الضرورة تبيح المحظورات‬Keadaan darurat menyebabkan bolehnya hal-hal
yang dilarang).

21
Kebolehan ini juga didasari pada hadis yang diriwayatkan oleh beberapa
perawi seperti Abu Daud, Al-Hakim, Thabrani, Baihaqi dan Ibnu Hibban.

‫ب ِفي ْال َجا ِه ِليَّ ِة فَات َّ َخذَ أ َ ْنفًا ِم ْن‬ِ ‫يب أ َ ْنفُهُ َي ْو َم ْال ُك ََل‬ َ ‫ص‬ ِ ُ ‫ َع ْن َج ِد ِه َع ْرفَ َجةَ ب ِْن أَ ْس َعدَ أَنَّهُ ” أ‬،َ‫ط َرفَة‬
َ ‫الرحْ َم ِن ب ِْن‬
َّ ‫َع ْن َع ْب ِد‬
ٍ ‫س َّل َم أ َ ْن يَتَّ ِخذَ أ َ ْنفًا ِم ْن ذَ َه‬
‫ب‬ َ ‫صلَّى هللاُ َع َل ْي ِه َو‬
َ ‫ي‬ ُّ ‫ق فَأ َ ْنتَنَ َع َل ْي ِه فَأ َ َم َرهُ النَّ ِب‬
ٍ ‫َو ِر‬

Dari Abdurrahman bin Thorofah, dari kakeknya ‘Arfajah bin As’ad, hidungnya
terkena senjata pada perang Al-Kulab di masa jahiliyah. Kemudian ia menambal
hidungnya dengan perak, namun hidungnya membusuk. Kemudian Nabi Saw
memerintahkannya untuk menambal hidungnya dengan emas.

Kisah Arfajah di atas menunjukkan bahwa Nabi Saw memperbolehkan


mengubah ciptaannya untuk pengobatan. Dalam kitab Nailul Author Imam Syaukani
berkata:

‫ظاهره أن التحريم المذكور إنما هو إذا كان القصد التحسين ال لداء وال علة فإنه ليس بمحرم‬.

Sesungguhnya keharaman yang dimaksud jika tujuannya untuk memperindah, bukan


sebagai pengobatan dan alasan tertentu, maka sesungguhnya yang demikian
(pengobatan) tidak diharamkan.

Menghias diri merupakan perkara fitrah, Allah Swt indah dan menyukai
keindahan.Maka tiada salahnya jika ingin berhias dengan maksud memperindah
diri.Dalam hal ini, Prof. Dr. H. Ahmad Zahro, MA mengatakan, adakalanya
perubahan diperbolehkan jika didasari dengan alasan yang benar.Misalnya seorang
istri diperbolehkan mengencangkan payudara dengan tujuan menyenangkan
suaminya.Namun jika sekedar untuk mempercantik diri, bahkan dengan tujuan
mendapatkan pujian dari orang-orang maka diharamkan.

Sedangkan Abu Ja’far At-Thobari mengatakan, mengubah ciptaan Allah tidak


diperbolehkan jika tujuannya untuk mempercantik diri. Baik dengan menambahkan
unsur atau menguranginya, baik diniatkan untuk suaminya maupun orang lain.

22
Para ulama bersepakat mengharamkan operasi plastik yang dimaksudkan untuk
mempercantik diri berdasarkan hadis di atas.Jadi, operasi plastik yang diharamkan
adalah yang mengubah bagian tubuh secara permanen dan tidak didasari alasan yang
benar.Yakni hanya untuk memperindah diri seperti memancungkan hidung,
memanjangkan dagu, mengubah bentuk bibir dll.

F. Ethanasia Dalam Pandangan Agama Islam

Islam mengajarkan kepada kita untuk memelihara setiap jiwa manusia.Agama yang
rahmatan lil ‘alamin ini pun tidak pernah mengajarkan dan bahkan melarang adanya
pembunuhan baik yang tanpa persetujuan korban maupun dengan permintaan korban
sendiri.Lalu bagaimana dengan Eutahanasia Killing?Ya, memang masih banyak sekali pro-
kontra dalam masalah ini. Para pro-Euthanasia Killing berpendapat bahwa seseorang yang
tidak dapat melakukan apapun atau tidak produktif lagi dalam hidupnya seperti pasien dalam
keadaan terminal memiliki hak untuk mati demi kebaikan dirinya sendiri. Mereka
beranggapan dengan adanya Euthanasia Killing, pasien dalam keadaan terminal bisa hilang
penderitaanya secara seketika dalam keadan damai.Berbeda dengan orang-orang yang kontra
dengan Euthanasia Killing, mereka berargumen bahwa setiap jiwa yang dianugerahkan oleh
Tuhan adalah penting untuk dijaga dan dihormati keberadaanya. Maka, mereka beranggapan
bahwa Euthanasia Killing adalah hal yang sama sekali tidak diperbolehkan karena ini sama
saja dengan pembunuhan dan tidak adanya penghormatan bagi jiwa seseorang.

Lalu, bagaimana dengan agama islam? Tentu saja islam sangat melarang akan hal ini.
Tegasnya, agama islam tidak pernah mengizinkan pembunuhan baik itu terencana ataupun
tidak kecuali dalam beberapa hal, yaitu orang yang bersangkutan membunuh orang lain
secara melawan hukum, orang yang sudah menikah melakukan perzinaan atau murtad.
Rasulullah SAW bersanda : “Tidak dihalalkan darah seorang muslim yang mengakui bahwa
tidak ada Tuhan selain Allah dan Aku (Muhammad) itu utusan Allah, kecuali oleh satu sebab
dari tiga alasan, yaitu orang yang (diqisas) karena membunuh orang lain, berzina sedang ia
sudah kawin, dan keran meninggalkan agamanya serta memisahkan diri dari jama’ah (kaum
muslimin).” (HR. Buhkari)

23
Berdasarkan ayat dan hadits diatas dapat dikatakan bahwa larangan pembunuhan tanpa
hak itu bersifat umum dan mutlak.Dengan tindakan seseorang yang memberikan suntikan
obat berdosis tinggi dengan tujuan untuk mempercepat kematian pasiennya adalah termasuk
tindakan pembunuhan yang terlarang. Karena yang berhak menentukan cepat atau lambatnya
ajal adalah merupakan hak prerogatif Allah, seperti diungkapkan dalam firman Allah yang

berbunyi :
Artinya : “Jika Allah menimpakan sesuatu kemudharatan kepadamu, maka tidak ada
yang dapat menghilangkannya kecuali Dia. Dan jika Allah menghendaki kebaikan bagi
kamu, maka tak ada yang dapat menolak kurnia-Nya. Dia memberikan kebaikan itu
kepada siapa yang dikehendaki-Nya di antara hamba-hamba-Nya dan Dia-lah Yang Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Q.S. Yunus : 107)

Ayat diatas jelas mengatakan kepada kita bahwa segala sesuatu yang bersifat sulit
hanya Allah yang dapat menghilangkannya termasuk seorang pasien dalam keadaan
terminal. Maka, jika Euthanasia Killing dilakukan berarti orang yang melakukan hal
tersebut sama saja dengan tidak menyetujui kehendak Allah karena mungkin saja Allah
sedang memberikan ujian kepada orang yang bersangkutan. Sehingga walaupun
seseorang melakukan Euthanasia Killing demi kebaikan (berhentinya penderitaan) orang
lain, namun hal tersebut mengakibatkan kematian, maka tetap saja Euthanasia Killing ini
dilarang sebab perbuatan haram tak akan menjadi halal lantaran niat baik. Islam
memandang tindakan yang bermanfaat adalah caranya benar secara syara dan niatnya pun
benar secara syara pula.

Niat baik dalam Euthanasia Killing pada hakekatnya termasuk dalam kategori
pemberian bantuan dalam perbuatan yang dilarang Tuhan, sebab menginginkan kematian
lantaran suatu penderitaan hidup termasuk penyakit yang tidak kunjung sembuh adalah
dilarang oleh Allah. Nabi SAW bersabda : “Janganlah seorang kamu mengharapkan
kematian karena sesuatu musibah yang menimpanya, tetapi jika terpaksa ia harus berbuat
begitu maka katakanlah: Ya Allah biarkanlah aku hidup jika hidup ini lebih baik bagiku
dan matikanlah aku jika mati itu lebih baik bagiku.” (HR. Bukhari dari Anas)

24
Hadits di atas jelas menerangkan bahwa mengharapkan kematian adalah dilarang baik
karena musibah yang didapatnya maupun karena harta yang tidak
dimilikinya.Dikecualikan mengharapkan mati karena rindu kepada Allah karena ingin
syahid atau karena takut fitnah dengan satu keyakinan, bahwa kematian itu lebih baik.

Tindakan Euthanasia Killing berbeda dengan berdoa memohon tunjukan kepada Allah
agar dipilihkan yang terbaik antara hidup dengan mati karena tindakan ini merupakan
cerminan sikap hidup yang optimis dan bukan keputusasaan. Sedangkan mengharapkan
kematian yang diwujudkan melalui Euthanasia Killing merupakan sikap keputusan yang
dibenci oleh Tuhan, sesuai Q.S. Yusuf (12) : 87. Yang berbunyi :

Artinya : “Dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya
tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir”. (Q.S. Yusuf : 87)

Dari ayat diatas dapat dipahami bahwa sikap putus asa dikategorikan sebagai sikap
kekufuran apalagi keputusasaan yang menjurus kepada kematian melalui Euthanasia
Killing.Bahkan tindakan Euthanasia Killing dalam hal ini mengakibatkan dosa yang
berlipat ganda yaitu dosa karena putus asa dari rahmat Allah dan dosa karena membunuh
diri sendiri baik secara langsung maupun tidak langsung.

Dalam hal ini tindakan dokter yang membantu mempercepat kematian pasien melalui
Euthanasia Killing juga pada hakekatnya turut menanggung dosa dan perbuatannya itu
termasuk kategori haram. Niat “baik” dokter dalam kasus ini tetap haram karena cara
yang ditempuh adalah salah sehingga berakibatkan kematian juga salah menurut hukum
Islam. Sebab dalam kondisi kritis itu seharusnya dokter berusaha semaksimal mungkin
untuk memberikan pengobatan kepada pasiennya, bukannya diberikan obat yang dapat
mempercepat kematian pasien. Dalam kaidah fiqh dijelaskan, bahwa al-dararu la yuzalu
bi aldarar (bahaya tidak boleh dihilangkan dengan bahaya yang lain).
Dari uraian diatas dapat dikatakan bahwa memudahkan proses kematian pasien secara
Euthanasia Killing aktif, seperti pada contoh yang telah dikemukakan diatas, tidak
dibolehkan. Sebab tindakan aktif dengan tujuan membunuh si pasien dan mempercepat
kematiannya melalui pemberian obat secara overdosis atau cara lainnya. Tindakan ini

25
tetap dalam kategori pembunuhan, walaupun yang mendorong itu rasa kasihan kepada
pasien dan untuk meringankan penderitaannya.Karena bagaimanapun dokter tidak lebih
pengasih dan penyayang daripada Allah.Manusia harus menyerahkan hidup dan matinya
kepada Allah.Dalam Euthanasia Killing menandakan manusia terlalu cepat menyerah
kepada (fatalis), padahal Allah menyuruh manusia untuk selalu berusaha / berikhtiar
sampai akhir hayatnya.

Sedangkan memudahkan proses kematian pasien dengan Euthanasia Killing pasif ini
adalah boleh dan dibenarkan syara, bila keluarga penderita mengizinkannya dan dokter
diperbolehkan melakukannya untuk meringankan penderitaan si sakit dan keluarganya.
Hal ini berlaku juga terhadap tindakan dokter menghentikan alat pernapasan buatan dari
si sakit, yang menurut pandangan dokter dia dianggap sudah “mati” atau “dihukumi telah
mati” karena jaringan otak atau sumsun yang dengannya seorang dapat hidup dan
merasakan sesuatu, telah rusak.
Dari uraian di atas dapat dikatakan bahwa Euthanasia Killing aktif haram hukumnya
sedangkan Euthanasia Killing pasif dibolehkan karena pada hakekatnya tidak ada
keterlibatan langsung dokter dalam kasus terjadinya kematian penderita.Kematian yang
dialaminya disebabkan oleh penyakit yang dideritanya, bukan karena akibat tindakan
dokter.Waullohu’alam bissawab.

G. HIV/AIDS Dalam Pandangan Agama Islam

Secara terminologi AIDS merupakan kumpulan gejala penyakit yang menyerang dan atau
merusak system kekebalan tubuh manusia melalui HIV (Human Immune Virus).

Sampai saat ini belum ada vaksin yang mampu mencegah HIV( mungkin hanya sebatas
mencegah penyebarannya melalui ARV). Orang yang terinfeksi HIV akan menjadi karier
selama hidupnya, firman Allah s.w.t. yang berbunyi:

“dan sesungguhnya akan kami berikan cobaan kepadamu dengan sedikit kelaparan,
ketakutan,…dan berikanlah berita gembira bagi orang-orang sabar.” (Al-Baqarah:155)
 Penyebab dan Penularannya
Kemajuan iptek telah menimbulkan pola dan gaya hidup baru yang bersumber
pada doctrine of permissiveness yang kemudian melahirkan permissive society, hal tersebut
tercermin pada pola dan gaya hidup semisal;

26
· perdagangan seks
· pengesahan perkawinan sesama jenis
· pameran seks
· pornografi
· legalisasi aborsi tak bertanggung jawab, dan seterusnya.
Allah SWT berfirman:

“maka tatkala mereka melupakan peringatan yang telah diberikan, kami pun membuka
semua pintu kesenangan untuk mereka, sehingga apabila mereka bergembira, kami siksa
mereka dengan sekonyong-konyong, maka ketika itu mereka terdiam terdiam berputus
asa.” (Al-An’am:44)

Allah swt berfirman dalam Al-Qur’an :

” Sesungguhnya Allah tidak berbuat dzalim kepada manusia sedikit pun, akan tetapi manusia
itulah yang berbuat dzalim kepada diri mereka sendiri. (QS. Yunus: 44).
Penyakit HIV-AIDS yang sangat ditakuti oleh masyarakat, bukanlah merupakan penyakit
“Kutukan Tuhan” sebagaimana pandangan sebagaian masyarakat.Melainkan penyakit biasa
sebagaimana penyakit-penyakit lainnya.

Penyakit HIV-AIDS diatas lebih banyak di takuti oleh masyarakat karena penyakit
tersebut belum ada obatnya.Penyakit tersebut muncul dikarenakan perbuatan manusia yang
melanggar terhadap syari’ah yang telah di tetapkan.

HIV terutama terdapat di dalam darah, air mani, dan cairan vagina, cairan
preseminal, air susu ibu. Penularannya melalui:
1.Hubungan seksual dengan pengidap HIV (homo atau heteroseksual)

Kebiasaan main perempuan (berbuat zina) merupakan salah satu dari kebiasaan pada
sebagaian masyarakat.Hal ini terbukti dengan masih eksisnya beberapa tempat pelacuran di
Negara kita yang mayoritas penduduknya memeluk agama Islam.

Negara kita yang mayoritas penduduknya muslim ini, merupakan salah satu negara
yang memiliki tempat pelacuran terbesar jika dibandingkan dengan negara-negara di Asia
lainnya. Ini adalah merupakan prestasi yang memalukan bagi umat Islam.

27
Islam telah melarang mendekati perbuatan di atas, sebagaimana firmannya:

‫وال تقـربوا الزنا إنه كان فاحشة وساء سبيـَل‬

” Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu
perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk”. ( QS. Al-Isra’: 32).
” Dan janganlah kamu paksa budak-budak wanitamu untuk melakukan pelacuran,
sedang mereka sendiri mengingini kesucian, karena kamu hendak mencari keuntungan
duniawi.Dan barang siapa yang memaksa mereka, maka sesungguhnya Allah adalah Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang (kepada mereka) sesudah mereka dipaksa (itu)”. ( QS.
An-Nur: 33).
Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian
itu adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka
perbuat.” (terj. Qs: An-Nuur; 30).

Islam melarang berdua-duaan antara seorang laki-laki dan seorang perempuan dalam
satu tempat tanpa kehadiran seorang mahram. Nabi SAW bersabda : “Ketika seorang laki-
laki (pergi) berduaan dengan seorang wanita, maka setan menjadi orang ketiganya di
sana.” Dalam Islam, campur baur bebas antara laki-laki dan wanita tanpa adanya keperluan
dan kepentingan syar’i adalah terlarang. Islam memandang seks bebas sebagai sebuah
malapetaka besar.
“…dan janganlah kamu datangi perbuatan keji, baik yang nampak diantaranya maupun
yang tersembunyi….” (terj. QS :Al-An’am; 151).
Dari ayat di atas, Allah swt menjelaskan kepada hambanya, bahwa segala bentuk
perbuatan mendekati kepada zina (main perempuan) pelacuran dan seterusnya itu
dilarang.Sebagai akibat dari perbuatan di atas adalah munculnya penyakit HIV-AIDS yang
hingga sekarang belum ditemukan obatnya.

2.Transfusi darah yang mengandung virus HIV

3.Alat suntik bekas pengidap HIV,tindik, tattoo, narkoba (IDU), injeksi, dan lain-lain

Secara tekstual di dalam Al-Qur’an tidak sebutkan akan dilarangnya penggunaan


narkoba. Namun secara kontekstual, bait Al-Qur’an maupun Hadits telah menyebutkan
bahwa Narkoba itu hukumnya adalah haram. Sebagaimana Ayat dan Hadits di bawah ini:

28
Mereka bertanya kepadamu tentang khamr dan judi. Katakanlah: pada keduanya itu
terdapat dosa besar dan beberapa manfaat bagi manusia, tetapi dosa keduanya lebih besar
dari manfaatnya.(QS. Al-Baqarah: 219).
Dari ayat di atas jelas bahwa khamr itu memabukkan dan hukumnya haram sedangkan
narkoba lebih bahaya dari khamr dan hukumnya lebih haram dari khamr.Narkoba tidak hanya
membuat orang menjadi mabuk tetapi dapat membuat orang yang menyalahgunakan menjadi
mati.Melihat bahanya narkoba melebihi khamr, maka narkoba hukumnya adalah haram.

Setiap zat yang memabukkan itu kmar dan setiap zat yang memabukkan itu
haram.(HR. Abdullah Ibnu Umar)
Narkoba tidak hanya sekedar membuat mabuk, tetapi narkoba membuat syaraf yang
menyalahgunakan menjadi error.Oleh karena itu narkoba harus dijauhi dengan sejauh-
jauhnya.Melihat bahaya narkoba yang sangat besar, maka Allah SWT memerintahkan agar
sesuatu yang dapat membahayakan seperti minuman keras, narkoba dan lain-lainnya itu
supaya dijauhi. Sebagaimana firman Allah :

Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (meminum) khamar, berjudi,


(berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah perbuatan keji termasuk
perbuatan setan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat
keberuntungan (QS. Al-maidah: 90).
Khamr dan judi adalah haram

‫يسألونك عن الخمر والميسر قل فيهما إثم كبير ومنافع للناس وإثمهما أكبر من نفعهما‬

Mereka bertanya kepadamu tentang khamr dan judi. Katakanlah: pada keduanya itu
terdapat dosa besar dan beberapa manfaat bagi manusia, tetapi dosa keduanya lebih besar
dari manfaatnya”.(QS. Al-Baqarah:219)
Laknat terhadap Khamr

Malaikat Jibril datang kepadaku lalu berkata : “ hai Muhammad, Allah melaknat minuman
keras, yang memerasnya, yang meminumnya, orang yang menerima penyimpanannya, orang
yang menjualnya, orang yang membelinya, orang yang menyuguhkannya dan orang-orang
yang mau disuguhi”. (Riwayat Ahmad bin Hambal ibnu Abbas)
4.Dari ibu hamil kepada janinnya.

Misalnya: Istri yang baik-baik (shalihah) bisa terkena HIV jika bergaul dengan suaminya
yang suka melacur dan pelacurnya terinfeksi HIV

29
 Pencegahan
1).Secara Umum

Memberikan penyuluhan tentang HIV/AIDS dan kesehatan reproduksi melalui ceramah


agama, khotbah, pengajian, seminar, lokakarya, dan lain-lain. Firman Allah s.w.t.:

“serulah manusia kepada jalan Allah dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantulah
pula dengan cara yang baik….” (An-Nahl:25)
2).Secara Khusus

Memperkenalkan metode A, B, C, dan D, yakni:

· Abstain from sex → bagi remaja dan belum menikah


· Be faithful → setia terhadap pasangan
· Condom → selalu menggunakan kondom
· Don’t use a hypodermic needle → tidak menggunakan alat suntik bekas pengidap
HIV/AIDS.

 Pengobatan
Hadits Rasulullah s.a.w. yang diriwayatkan oleh Arba’ah:

“berobatlah hai hamba Allah, karena Allah tidak menurunkan suatu penyakit, kecuali
diturunkan pula obatnya, kecuali penyakit yang satu (pikun).”
Islam memberikan tuntunan dalam pengobatan HIV/AIDS yakni secara fisik, psikis,
dan social. Secara fisik melalui medis dan sejenisnya hingga yang terbaru ARV (Anti Retro
viral) secara psikis melalui kesabaran, taubat, taqarrub ilallah (dzikrullah), dan berdoa,
sedangkan secara social melalui penerimaan dan dukungan penuh masyarakat terutama
keluarga.

30
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
 Transplantasi organ tubuh yang dilakukan ketika pendonor hidup sehat diperbolehkan
asal organ yang disumbangkan tidak menyebabkan kematian kepada si
pendonor.Transplantasi organ tubuh yang dilakukan ketika pendonor sakit (koma),
hukumnya haram.Transplantasi organ tubuh yang dilakukan ketika pendonor telah
meninggal, ada yang berpendapat boleh dan ada yang berpendapat haram.
 Masalah inseminasi buatan ini menurut pandangan Islam termasuk
masalah Kontemporer, karena tidak terdapat hukumnya secara spesifik di dalam al-
Qur’an dan al-Sunnah bahkan dalam kajian fiqh klasik sekalipun. Karena itu, kalau
masalah ini hendak dikaji menurut hukum islam maka harus dikaji dengan memakai
metode ijtihad yang lazimnya dipakai oleh para ahli ijtihad (mujtahid), agar dapat
ditemukan hukumnya yang sesuai dengan prinsip dan jiwa al-Qur’an dan al-Sunnah
yang merupakan sumber pokok hukum Islam. Namun, kajian masalah inseminasi
buatan ini seyogyanya menggunakan pendekatan multi disipliner, tentunya oleh para
ulama dan cendekiawan muslim dari berbagai disiplin ilmu yang relevan, agar dapat
diperoleh kesimpulan hukum yang benar-benar proporsional dan mendasar. Misalnya
ahli kedokteran, peternakan, biologi, hukum, agama dan etika.
 Bayi tabung secara eksplisit tidak terdapat di dalam Al Qur’an dan Hadits, sehingga
dalam mengantisipasi masalah tersebut, syari’ah islam memberikan kriteria, baik
kehalalan atau keharamannya sebagai berikut:
Pelaksanaan bayi tabung tetap dibolehkan islam sepanjang prosesnya dapat
dipertanggungjawabkan. Meskipun sperma dan ovum yang diambi berasal dari suami
istri yang sah, kemudian ditransfer ke dsalam rahim istrinya (bukan yang disebut itu
titipan dan sebagainya). Pelaksanaan bayi tabung tidak sekedar eksperimen, tetapi
benar-benar telah dikaji secara jitu dan dimungkinkan sebagai upaya terakhir untuk
melahirkan keturunan yang sah dari suami istri yang sah pula. Jika sperma dan ovum
yang ditabung bukan dari suami istri yang sah maka hal itu adalah haram menurut
hukum islam. Sementara anak-anak yang dihasilakn sama dengan anak akibat

31
perbuatan zina, namun ia suci. Perbuatan seperti itu tidak akan menuju pada derajat
kebinatangan dan tidak berperikemanusiaan.
 Menentukan halal dan haram dalam islam tentu saja sangat berbeda Dilihat tujuannya,
KB memiliki orientasi yang berbeda-beda. Tentu saja tujuan ini juga menentukan
bagaimana hukum KB dalam islam sesuai dengan dampak dan manfaat yang ada.
Islam tidak pernah memberikan aturan atau pelarangan yang tidak ada dampaknya.
Seluruh aturan islam berorientasi agar manusia selamat, sejahtera, dan terhindar dari
keterpurukan.

 Hadits Rasulullah s.a.w. yang diriwayatkan oleh Arba’ah:


“berobatlah hai hamba Allah, karena Allah tidak menurunkan suatu penyakit, kecuali
diturunkan pula obatnya, kecuali penyakit yang satu (pikun).”
Islam memberikan tuntunan dalam pengobatan HIV/AIDS yakni secara fisik,
psikis, dan social. Secara fisik melalui medis dan sejenisnya hingga yang terbaru
ARV (Anti Retro viral) secara psikis melalui kesabaran, taubat, taqarrub ilallah
(dzikrullah), dan berdoa, sedangkan secara social melalui penerimaan dan dukungan
penuh masyarakat terutama keluarga.

32
DAFTAR PUSTAKA

1. https://keperawatanreligiondinnyria.wordpress.com/
2. Ebrahim, Abul Fadl Mohsin. Fikih kesehatan. Penerbit Serambi. Jakarta. 2007
3. Hanafiah,Jusuf.1999.Etika Kedokteran dan Hukum Kesehatan.Jakarta:EGC
4. http://meetabied.wordpress.com/2009/11/02/hukum-kloning-tranplantasi-
organ-abortus-dan-bayi-tabung-menurut-islam/
5. http://fosmik-unhas.tripod.com/buletin.html
6. http://semuailmiah.blogspot.com/2011/12/inseminasi-dalam-perspektif-
agama_19.html
7. http://makalahpendidikanislamlengkap.blogspot.com/2013/06/bayi-tabung-
dalam-pandangan-islam_8030.html
8. https://fiqihwanita.com/hukum-kb-dalam-pandangan-islam/
9. https://dalamislam.com/hukum-islam/hukum-kb-dalam-islam
10. https://islami.co/begini-hukum-operasi-plastik-dalam-islam/
11. https://keperawatanreligionnabilah.wordpress.com/materi-2/euthanasia-dalam-
pandangan-islam/
12. http://haqqul-yaqiin.blogspot.com/2016/12/pandangan-islam-mengenai-hivaids.html
13. La Jamaa’. Euthanasia Killing Menurut Tinjauan Hukum Islam.Jurnal JABAL
HIKMAH, STAIN AL-FATAH JAYAPURA.No.2, Vol.1 Januari-Juni 2008.

33

Anda mungkin juga menyukai