Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

IMAN,ISLAM DAN IHSAN

(Dosen Pengampu Dra, NURMAYANI, M.Ag.)

DISUSUN OLEH KELOMPOK 2:

NURUL FADILAH

MUHAMMAD RINALDI

RIZKY PRATAMA KARO-KARO

PROGRAM STUDI : AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2019
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, puji syukur kami
panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan Rahmat, Hidayah, dan Inayah-Nya
sehingga kami sanggup menyelesaikan penyusunan makalah pendidikan agama islam dengan
judul "Iman,Islam dan Ihsan" tepat pada waktunya.

Penyusunan makalah semaksimal mungkin kami upayakan dan didukung tunjangan banyak
sekali pihak, sehingga sanggup memperlancar dalam penyusunannya. Untuk itu tidak lupa kami
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam
menyelesaikan makalah ini.

Namun tidak lepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih terdapat
kekurangan baik dari segi penyusunan bahasa dan aspek lainnya. Oleh alasannya ialah itu,
dengan nrimo kami membuka selebar-lebarnya pintu bagi para pembaca yang ingin memberi
saran maupun kritik demi memperbaiki makalah ini.

Akhirnya penyusun sangat mengharapkan biar dari makalah sederhana ini sanggup diambil
keuntungannya dan besar keinginan kami sanggup menginspirasi para pembaca untuk
mengangkat permasalahan lain yang relevan pada makalah-makalah selanjutnya.

Medan,10 September 2019

Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Hakikat manusia diciptakan oleh Allah SWT adalah semata-mata untuk ta’abbudi yaitu
penghambaan yang penuh dengan cara beribadah hanya karena Allah SWT. Beribadah tanpa
ilmu tiada guna dan akan sia-sia. Ada tiga komponen yang saling berkaitan satu sama lain dan
sangat urgen untuk dijaga dan diamalkan oleh seorang hamba. Tiga komponen dasar yang
menjadikan sempurnanya predikat hamba disisi tuhannya. Tiga komponen tersebut adalah Iman,
Islam, dan Ihsan.
Seseorang dikatakan beriman jikalau mereka meyakini dan membenarkan adanya Allah ta’ala
tuhan yang maha Esa, adanya Malaikat Allah, adanya Rasul, Kitab-kitab samawi, hari Kiamat
serta adanya Qadla’ dan Qadar. Sedangkan seseorang dikatakan muslim ketika ia melaksanakan
kewajiban dan meninggalkan larangan agama dan dikatakan muhsin ketika seseorang dapat
merasakan manisnya beribadah serta selalu merasa diawasi oleh Allah SWT, pada ujungnya
segala yang diperbuat lillahita’ala hanya karena-Nya.
Maka dari itu, mengingat betapa pentingnya tiga komponen tersebut, makalah ini dibuat untuk
terlebih dahulu mengetahui apa itu iman, islam dan ihsan, mengetahui rukun-rukun iman dan
islam, mengetahui tingkatan-tingkatan dalam iman maupun islam, serta korelasi antarketiga
komponen tersebut.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa itu iman, ihsan, dan islam?
2. Bagaimana proses terbentuknya iman dan upaya meningkatkannya?
3. Bagaimana manifestasi iman dan islam?

1.3 Tujuan
1. Memahami iman, ihsan, dan islam.
2. Mengerti proses terbentuknya iman dan upaya meningkatnya.
3. Memahami manifetasi iman dan islam.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Iman, Islam dan Ihsan
1. IMAN
Iman dari bahasa Arab yang artinya percaya. Sedangkan menurut istilah, pengertian
iman adalah membenarkan dengan hati, diucapkan dengan lisan, dan diamalkan dengan
tindakan (perbuatan). Dengan demikian, pengertian iman kepada Allah adalah membenarkan
dengan hati bahwa Allah itu benar-benar ada dengan segala sifat keagungan dan
kesempurnaanNya, kemudian pengakuan itu diikrarkan dengan lisan, serta dibuktikan dengan
amal perbuatan secara nyata.
Jadi, seseorang dapat dikatakan sebagai mukmin (orang yang beriman) sempurna apabila
memenuhi ketiga unsur keimanan di atas. Apabila seseorang mengakui dalam hatinya tentang
keberadaan Allah, kemudian diikrarkan dengan lisan dan dibuktikan dengan amal perbuatan.
Sebab, ketiga unsur keimanan tersebut merupakan satu kesatuan yang utuh dan tidak dapat
dipisahkan.
Beriman kepada Allah adalah kebutuhan yang sangat mendasar bagi seseorang. Allah
memerintahkan agar ummat manusia beriman kepada-Nya, sebagaimana firman Allah yang
artinya:
“Wahai orang-orang yang beriman. Tetaplah beriman kepada Allah dan RasulNya
(Muhammad) dan kepada Kitab (Al Qur’an) yang diturunkan kepada RasulNya, serta kitab yang
diturunkan sebelumnya. Barangsiapa ingkar kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, Kitab-kitab-
Nya, Rasul-rasulNya, dan hari kemudian, maka sungguh orang itu telah tersesat sangat
jauh.” (Q.S. An Nisa : 136)
Ayat di atas memberikan penjelasan bahwa Bila kita ingkar kepada Allah, maka akan
mengalami kesesatan yang nyata. Orang yang sesat tidak akan merasakan kebahagiaan dalam
hidup. Oleh karena itu, beriman kepada Allah sesungguhnya adalah untuk kebaikan manusia.
Iman memiliki beberapa tingkatan, sebagaimana terdapat dalam sabda beliau Shallallahu
'alaihi wa sallam :

ٌ‫ش ْع َبة‬ ِ ‫ َوأَ ْدنَا َها ِإ َما َطةُ اْألَذَى ع َِن ال َّط ِر ْي‬،ُ‫ضلُهَا قَ ْو ُل الَ ِإلهَ ِإالَّ هللا‬
ُ ‫ َوا ْل َح َيا ُء‬،‫ق‬ َ ‫ فَأ َ ْف‬،ً‫ش ْع َبة‬
ُ َ‫ست ُّ ْون‬ ْ ‫س ْبعُ ْونَ أ َ ْو ِب‬
ِ ‫ض ٌع َو‬ ْ ‫اْ ِإل ْي َمانُ ِب‬
َ ‫ض ٌع َو‬
ِ ‫منَ اْ ِإل ْي َم‬.
‫ان‬ ِ
“Iman memiliki lebih dari tujuh puluh cabang atau lebih dari enam puluh cabang, cabang
yang paling tinggi adalah ucapan laa ilaaha illallaah, dan yang paling rendah adalah
menyingkirkan duri (rintangan) dari jalan, dan malu adalah salah satu cabang iman.”

Rukun Iman ada enam, yaitu:


1. Iman kepada Allah.
2. Iman kepada Malaikat-Malaikat-Nya.
3. Iman kepada Kitab-Kitab-Nya.
4. Iman kepada Rasul-Rasul-Nya.
5. Iman kepada hari Akhir.
6. Iman kepada takdir yang baik dan buruk.
Keenam rukun iman ini berdasarkan hadits yang diriwayatkan dari ‘Umar bin al-Khaththab
Radhiyallahu anhu dalam jawaban Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam atas pertanyaan Malaikat
Jibril Alaihissallam tentang iman, yaitu:

َ ‫ َوت ُؤْ ِمنَ ِبا ْل َقد َِر َخي ِْر ِه َو‬،‫آلخ ِر‬
‫ش ِ ِّر ِه‬ ُ ‫ َو ُر‬،‫ َو ُكتُبِ ِه‬،‫ َو َمالَئِ َكتِ ِه‬،ِ‫أ َ ْن ت ُؤْ ِمنَ بِاهلل‬.
ِ ْ‫ َوا ْليَ ْو ِم ا‬،‫س ِل ِه‬
“Engkau beriman kepada Allah, Malaikat-Malaikat-Nya, Kitab-Kitab-Nya, Rasul-Rasul-Nya,
hari Akhir, dan engkau beriman kepada takdir yang baik dan buruk.”

2. ISLAM
Islam secara etimologi (bahasa) berarti tunduk, patuh, atau berserah diri. Adapun menurut
syari’at (terminologi), apabila dimutlakkan berada pada dua pengertian:
Pertama: Apabila disebutkan sendiri tanpa diiringi dengan kata iman, maka pengertian Islam
mencakup seluruh agama, baik ushul (pokok) maupun furu’ (cabang), juga seluruh masalah
‘aqidah, ibadah, perkataan dan perbuatan.

Allah Azza wa Jalla juga berfirman:


َّ َّ‫َّللاِ فَ ِإن‬
َ‫َّللا‬ َّ ‫ت‬ َ َ‫ف الَّ ِذينَ أُوت ُوا ا ْل ِكت‬
ِ ‫اب ِإ َّال ِمن بَ ْع ِد َما جَا َء ُه ُم ا ْل ِع ْل ُم بَ ْغيًا بَ ْينَ ُه ْم ۗ َو َمن يَ ْكفُ ْر ِبآيَا‬ َ َ‫اختَل‬
ْ ‫س َال ُم ۗ َو َما‬ ِ ْ ِ‫َّللا‬
ْ ‫اإل‬ َّ ‫ِإنَّ ال ِدِّينَ ِعن َد‬
‫ب‬ َ ‫س ِري ُع ا ْل ِح‬
ِ ‫سا‬ َ
“Sesungguhnya agama di sisi Allah ialah Islam. Tidaklah berselisih orang-orang yang telah
diberi Kitab kecuali setelah mereka memperoleh ilmu, karena kedengkian di antara mereka.
Barangsiapa ingkar terhadap ayat-ayat Allah, maka sungguh, Allah sangat cepat perhitungan-
Nya.” [Ali ‘Imran: 19)
Allah Subhanahu wa Ta'ala juga berfirman:
ِ ‫س َال ِم دِينًا َفلَن يُ ْقبَ َل ِم ْنهُ َوه َُو فِي ْاآل ِخ َر ِة ِمنَ ا ْل َخا‬
َ‫س ِرين‬ َ ِ‫َو َمن يَ ْبتَغ‬
ِ ْ ‫غي َْر‬
ْ ‫اإل‬
“Dan barangsiapa mencari agama selain Islam, dia tidak akan diterima, dan di akhirat
dia termasuk orang yang rugi.” [Ali ‘Imran: 85]
Menurut Syaikh Muhammad bin ‘Abdul Wahhab rahimahulllah, definisi Islam adalah:
‫ش ِّْر ِك َوأَ ْه ِل ِه‬ َ ‫سالَ ُم ِهللِ ِبالت َّ ْو ِح ْي ِد َواْ ِإل ْن ِقيَا ُد لَهُ باِل َّطا‬
ِ ‫ع ِة َوا ْلبَ َرا َءةُ ِمنَ ال‬ ْ ‫ َاْ ِإل‬:‫سالَ ُم‬
ْ ِ‫ست‬ ْ ‫اْ ِإل‬.
“Islam adalah berserah diri kepada Allah dengan mentauhidkan-Nya, tunduk dan patuh kepada-
Nya dengan ketaatan, dan berlepas diri dari perbuatan syirik dan para pelakunya.”

Kedua: Apabila kata Islam disebutkan bersamaan dengan kata iman, maka yang dimaksud
Islam adalah perkataan dan amal-amal lahiriyah yang dengannya terjaga diri dan hartanya , baik
dia meyakini Islam atau tidak. Sedangkan kata iman berkaitan dengan amal hati.
Sebagaimana firman Allah Azza wa Jalla:

‫سولَهُ َال يَ ِلتْكُم ِِّم ْن‬ َّ ‫اإلي َمانُ فِي قُلُوبِ ُك ْم ۖ َوإِن ت ُِطيعُوا‬
ُ ‫َّللاَ َو َر‬ ْ َ ‫اب آ َمنَّا ۖ قُل لَّ ْم ت ُؤْ ِمنُوا َو َٰلَ ِكن قُولُوا أ‬
ِ ْ ‫سلَ ْمنَا َولَ َّما َي ْد ُخ ِل‬ ُ ‫ت ْاألَع َْر‬
ِ َ‫قَال‬
َ َ‫َّللا‬
‫غفُو ٌر َّر ِحي ٌم‬ َ ‫أ َ ْع َما ِل ُك ْم‬
َّ َّ‫ش ْيئ ًا ۚ إِن‬
“Orang-orang Arab Badui berkata, ‘Kami telah beriman.’ Katakanlah (kepada mereka),
‘Kamu belum beriman, tetapi katakanlah, ‘Kami telah tunduk (Islam),’ karena iman belum
masuk ke dalam hatimu. Dan jika kamu taat kepada Allah dan Rasul-Nya, Dia tidak akan
mengurangi sedikit pun (pahala) amalmu. Sungguh, Allah Maha Pengampun, Maha
Penyayang.’” [Al-Hujuraat: 14]
Tidak diragukan lagi bahwa prinsip agama Islam yang wajib diketahui dan diamalkan oleh
setiap muslim ada tiga, yaitu; (1) mengenal Allah Azza wa Jalla, (2) mengenal agama Islam
beserta dalil-dalilnya [4], dan (3) mengenal Nabi-Nya, Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam.
Mengenal agama Islam adalah landasan yang kedua dari prinsip agama ini dan padanya terdapat
tiga tingkatan, yaitu Islam, Iman dan Ihsan. Setiap tingkatan mempunyai rukun sebagai berikut:
Islam memiliki lima rukun, yaitu:
1. Bersaksi bahwa tidak ada ilah yang berhak diibadahi dengan benar melainkan hanya Allah, dan
bersaksi bahwa Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam adalah utusan Allah.
2. Menegakkan shalat.
3. Membayar zakat.
4. Puasa di bulan Ramadhan
5. Menunaikan haji ke Baitullah bagi yang mampu menuju ke sana.

Kelima rukun Islam ini berdasarkan sabda Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam ;

‫ َوتَ ُح َّج ا ْل َبيْتَ ِإ ِن‬، َ‫ص ْو َم َر َمضَان‬


ُ َ‫ َوت‬،َ‫لزكاَة‬
َّ ‫ َوت ُؤْ ِت َي ا‬،َ‫صالَة‬ ُ ‫ش َه َد أ َ ْن الَ ِإلهَ ِإالَّ هللا ُ َوأَنَّ ُم َح َّمدا ً َر‬
َّ ‫ َوت ُ ِق ْي َم ال‬،ِ‫س ْو ُل هللا‬ ْ َ ‫سالَ ُم أ َ ْن ت‬
ْ ‫اْ ِإل‬
ً‫سبِ ْيال‬َ ‫ست َ َط ْعتَ إِلَ ْي ِه‬
ْ ‫ا‬.
“Islam itu adalah engkau bersaksi bahwa tidak ada ilah yang berhak diibadahi dengan benar
melainkan hanya Allah dan bahwa Muhammad adalah utusan Allah, menegakkan shalat,
membayar zakat, berpuasa di bulan Ramadhan dan menunaikan haji ke Baitullah jika engkau
mampu menuju ke sana.
Juga sabda beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam :

ِ َ‫ َوإِ ْيت‬،‫صالَ ِة‬


َّ ‫اء‬
ِّ ‫ َوص َْو ِم َر َمضَانَ َوح‬،‫الزكَا ِة‬
ِ‫َج‬ ُ ‫شهَا َد ِة أ َ ْن الَ إِلَهَ إِالَّ هللاُ َوأَنَّ ُم َح َّمدًا َر‬
َّ ‫ َوإِقَ ِام ال‬،ِ‫س ْو ُل هللا‬ َ :‫علَى َخ ْم ٍس‬ ْ ‫بُنِ َي اْ ِإل‬
َ ‫سالَ ُم‬
ِ ‫ا ْلبَ ْي‬.
‫ت‬
“Islam dibangun atas lima hal: bersaksi bahwa tidak ada ilah (sesembahan) yang berhak
diibadahi dengan benar melainkan hanya Allah dan bahwa Muhammad adalah utusan Allah,
menegakkan shalat, membayar zakat, berpuasa di bulan Ramadhan dan menunaikan haji ke
Baitullah.”
3. IHSAN
Ihsan berasal dari bahasa yang artinya berbuat baik/ kebaikan. Sedangkan menurut istilah
yaitu perbuatan baik yang dilakukan oleh seseorang dengan niat hati beribadah kepada Allah
SWT.
Para ulam menggolongkan Ihsan menjadi 4 bagian yaitu:
1. Ihsan kepada Allah
2. Ihsan kepada diri sendiri
3. Ihsan kepada sesama manusia
4. Ihsan bagi sesama makhluk

Untuk menelusuri ihsan secara mendalam» maka terlebih dahulu manusia harus kembali
menyadari posisinya serta mandat yang diberikan Allah SWT kepadanya sebagai khalifah Allah.
Sebagai khalifah, maka hendaknya ia menjadi hamba yang setia sebagaimana tujuan
penciptaannya. Begitu pula tugas di bumi, ia harus memakmurkan bumi ini. Kedua tugas tersebut
tidak boleh diabaikan sebab dapat mencelakakan manusia sendiri. Allah SWT berfirman; Telah
ditimpakan kehinaan (krisis) kepada mereka (manusia) di mana saja berada, kecuali bagi mereka
yang baik hubungannya dengan Allah dan kepada sesama manusia.
Al - Ghazali mengemukakan bahwa orang yang mau berhubungan langsung dengan Allah
maka harus terlebih dahulu memperbaiki hubungannya dengan sesama manusia. Untuk
mengenal Allah SWT maka sebelumnya perlu mengenal diri sendiri, karena pada diri sendiri
setiap manusia ada unsur ketuhanan. Sementara cara untuk mengenal diri adalah dengan
mengetahui proses kejadian manusia itu sendiri.
Tingkatan Ketiga: Ihsan
Ihsan memiliki satu rukun yaitu engkau beribadah kepada Allah Azza wa Jalla seakan-akan
engkau melihat-Nya, jika engkau tidak melihat-Nya, maka sesungguhnya Dia melihatmu. Hal ini
berdasarkan hadits yang diriwayatkan dari ‘Umar bin al-Khaththab Radhiyallahu anhu dalam
kisah jawaban Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam kepada Jibril Alaihissallam ketika ia bertanya
tentang ihsan, maka Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam menjawab:

َ‫أ َ ْن ت َ ْعبُ َد هللاَ كَأَنَّكَ تَ َراهُ َف ِإ ْن لَ ْم تَك ُْن ت َ َراهُ فَ ِإنَّهُ يَ َراك‬.

“Engkau beribadah kepada Allah seolah-olah engkau melihat-Nya, maka bila engkau tidak
melihat-Nya, sesungguhnya Allah melihatmu.”
Tidak ragu lagi, bahwa makna ihsan secara bahasa adalah memperbaiki amal dan
menekuninya, serta mengikhlaskannya. Sedangkan menurut syari’at, pengertian ihsan
sebagaimana penjelasan Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam :

َ‫أ َ ْن ت َ ْعبُ َد هللاَ َكأَنَّكَ تَ َراهُ َف ِإ ْن لَ ْم تَك ُْن ت َ َراهُ فَ ِإنَّهُ يَ َراك‬.

“Engkau beribadah kepada Allah seolah-olah engkau melihat-Nya, maka jika engkau tidak
melihat-Nya, sesungguhnya Allah melihatmu.”
Maksudnya, bahwasanya Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam menjelaskan ihsan dengan
memperbaiki lahir dan batin, serta menghadirkan kedekatan Allah Azza wa Jalla, yaitu
bahwasanya seakan-akan Allah berada di hadapannya dan ia melihat-Nya, dan hal itu akan
mengandung konsekuensi rasa takut, cemas, juga pengagungan kepada Allah Azza wa Jalla,
serta mengikhlaskan ibadah kepada Allah Azza wa Jalla dengan memperbaikinya dan
mencurahkan segenap kemampuan untuk melengkapi dan menyempurnakannya
Tanda-tanda seseorang mukmin menjadi seorang mukhsin yaitu:
1. Selalu mengingat Allah
2. Senang berbuat kebaikan
3. Meninggalkan hal-hal yang tidak berguna
4. Istiqomah

2.2 Proses Terbentuknya Iman dan Upaya Meningkatkannya


2.2.1 Fitrah Ilahi

ِ َ‫ت َ َخلَّقُ ْوا ِبأ َ ْخال‬


ِ‫ق هللا‬

“Hendaklah kalian berakhlak dengan akhlak Tuhan sesuai kemampuan kalian sebagai
makhluk”.
Kita diperintahkan oleh Nabi untuk berusaha meneladani akhlak Tuhan sifat-sifat Tuhan
sesuai kemampuan kita sebagai makhluk, nah, puasa adalah salah satu upaya untuk meneladani
sifat-sifat Allah itu sesuai kemampuan kita sebagai makhluk, Allah tidak makan, tidak minum,
tidak memiliki pasangan, kita sebagai makhluk berusaha meneladaninya sesuai kemampuan kita,
maka dalam puasa kita tidak makan, tidak minum dan tidak berhubungan suami istri sesuai
dengan kemampuan kita sebagai makhluk. Namun, akhlak banyak bentuk jama’nya
menunjukkan bahwa ada banyak aspek dari akhlak, karena itu ada akhlak kepda Allah ada
akhlak sesama manusia ada akhlak kepada binatang bahkan dengan lingkungan.
Agungkanlah Allah dan berprasangka baik turus kepadaNya itulah dasar akhlak kepada Allah,
perlakukanlah manusia sebagaimana anda ingin di perlakukan itulah dasar akhlak sesama
manusia dan pelihara, bimbinglah, antarlah segala sesuatu menuju tujuan penciptaaannya itulah
dasar akhlak kepada lingkungan kita

2.2.2 Hidayah
Kata Hidayah adalah dari bahasa Arab atau bahasa Al-Qur’an yang telah menjadi bahasa
Indonesia. Akar katanya ialah : hadaa, yahdii, hadyan, hudan, hidyatan, hidaayatan. Khusus yang
terakhir, kata hidaayatan kalau wakaf (berhenti) di baca : Hidayah, nyaris seperti ucapan bahasa
Indonesia. Hidayah secara bahasa berarti petunjuk. Lawan katanya adalah : “Dholalah” yang
berarti “kesesatan”. Secara istilah (terminologi), Hidayah ialah penjelasan dan petunjuk jalan
yang akan menyampaikan kepada tujuan sehingga meraih kemenangan di sisi Allah. Allah
berfirman yang artinya:
“Mereka itulah yang tetap mendapat petunjuk dari Tuhan Pencipta mereka, dan (sebab itu)
merekalah orang-orang yang sukses.” (Q.S. Al-Baqarah: 5)
Namun salinan bahasa Indonesia tersebut (petunjuk atau pimpinan) dari kata-kata hidayah itu
tidaklah menggambarkan makna haqiqi yang dalam perkataan hidayah tersebut.sebab arti yang
terkandung dalam perkataan Hidayah itu mengandung kekhususan,yaitu satu petunjuk yang
datangnya dari yang maha suci (Allah) yang di karuniakan kepada semua mahluk-Nya,baik
mahluk insani maupun mahluk hewani dan lain-lain.jadi perkataan hidayah itu boleh di katakan
semacam satu hak prerogatif yang khusus hanya dimiliki oleh Tuhan.
Maksudnya, petunjuk itu dikaruniakan Tuhan kepada Mahluk-Nya sehingga dengan petunjuk
tersebut ,seseorang dalam menempuh jalan yang di tujuanya dapat tercapai,lurus tidak terperosok
dalam jurang kenistaan.kalau boleh saya ibaratkan hidayah itu suatu cahaya kilat atau pelita yang
menerangi jalan yang di tempuhnya pada malam hari yang gelap gulita.
MACAM-MACAM HIDAYAH.
Hidayah ialah satu petunjuk yang di karuniakan Tuhan kepada semua mahluk-Nya,baik
mahluk hewani maupun mahluk insani.Menurut Syekh Muhammad Abduh,bahwa hidayah itu
ada 4 macam tingkatanya, yaitu :
1. Hidayatul Wijdan
Potensi naluriah yang Allah tanamkan pada manusia untuk dapat mempertahankan
kehidupannya. insting/naluri = berupa tindakan-tindakan sederhana yang dilakukan manusia
sebagai akibat langsung dari nalurinya dalam meraih suatu kenikmatan atau menghindari suatu
penderitaan tertentu. hidayah ini bersifat bawaan dan diperoleh sejak lahir.
contoh= bayi ketika sakit atau lapar akan menangis, padahal tidak ada yang pernah mengajarkan
bayi untuk menangis jika ia merasa lapar atau sakit. Kita mencari air ketika meras haus.

2. Hidayatul Hawas
Kemampuan indrawi untuk menangkap/ menerjemahkan rangsang dari luar diri
manusia. tanpa kemampuan ini manusia tidak akan mampu bertahan hidup.
Contoh: kemampuan melihat, mendengar, merasakan manis, pahit, dingin, panas dll
Kemampuan indrawi ini, walaupun sangat bermanfaat ternyata memiliki kelemahan, ingat
fenomena fatamorgana? dari jauh seperti ada air, ketika didekati ternyata tidak ada. fenomena
gaung dan gema, seseorang berbicara sekali, tetapi terdengar lebih dari sekali. fenomena garis
horizon, apakah bumi itu datar?
3. Hidayatul Aqli
Kemampuan berpikir, kemampuan untuk memahami suatu fenomena, memberikan
persepsi, kemampuan untuk menginterpresetasikan realita yang tertangkap oleh alat indra. Akal
dapat membantu kelemahan indra.akal lah yang akan menerangkan hal-hal yang tak dapat
dijelaskan pleh indra, akal lah yang berdasarkan prinsip-prinsip rasional akan menolak,
mempertanyakan, mencari sebab membuat penilaian dan penafsiran terhadap hasil indrawi kita.
pada banyak ayatnya, Allah sering menambahkan Quote "bagi kaum yang berpikir". dengan
menggunakan Akal manusia tidakkan tertipu oleh keterbatasan kemampuan indrawi. tetapi tetap
saja, Akal pun memiliki keterbatasan.
4. Hidayah Ad-din
Hidayah berupa petunjuk-petunjuk ajaran agama. agama memberikan jawaban untuk
hal-hal yang tak dapat dijawab hanya dengan pendekatan akal. agama berbicara mengenai
hakikat kehidupan, kematian, kebahagiaan dll.

5. Hidayah taufik
Suatu kekuatan yang Allah berikan pada manusia untuk mengamalkan dengan sungguh-
sungguh apa yang telah diketahuinya. hidayah taufik adalah kemauan dan kemampuan untuk
mengamalkan hidayah dilalah.
Contoh: pengetahuan kita bahwa sholat itu wajib, tata cara sholat, rukun sholat, syarat sah sholat,
semua itu adalah hidayah dilalah yang kita dapatkan melalui proses belajar. tapi ketika kita
mampu dan mau mengamalkan sholat, itulah hidayah taufik. jika kita tahu sholat itu wajib,tetapi
kita tidak melaksanakannya, iyu berarti kita punya hidayah dilalah tetapi tidak punya hidayah
taufiq.
2.2.3 Ikhtiar insani
Setiap muslim hendaknya mengetahui cara-cara meningkatkan iman, dan mempraktekkannya,
terutama saat iman sedang turun. Agar dirinya punya kesempatan besr meninggal dunia dlam
keadaan membawa iman, atau kusnul khatimah. Berikut ini dijelaskan sejumlah cara yang bisa
dilakukan untuk meningkatkan iman.
1. Penciptaan lingkungan yang kondusif
Setiap diri manusia sebenarnya mempunyai potensi bahwa Allah itu esa (tauhid). Potensi
tersebut akan menjadi kenyataan biladiiringi dengan penyediaan lingkungan yang kondusif guna
tumbuh dan berkembangnya potensi tersebut.
Hal ini menunjukkan bahwa lingkungan, dalam koteks ini pendidikan, memiliki kekuata yang
luar biasa dalam membentuk keyakinan dan pandangan hidup seseorang. Manusia yang didik di
lingkunga keluarga, sekolah, dan masyarakat islam, maka fitrah tauhidnya akan tumbuh dan
berkembang sehingga jadilah dia seorang muslim. Dan sebaliknya.
2. Dzikir, tafakkur, dan tadabbur
Iman dapat terbentuk mellui zikir, yaitu mengingat Allah, dan menyebut nama-nama-Nya
setiap saat dalam segala posisi dan keadaan. Menghadirkan asma Allah setiap waktu akan
membawa efek yang sangat besar terhadap kedalaman dan kemantapan iman.
Berzikir dapat dilakukan pula dengan merenung (tadabbur) dan memikirkan (tafakkur)
ciptaan Allah., memikirkan proses kejadian alam dan segala peristiwa yang terjadi didalamnya.
Iman dapat terbentuk ketika manusia memikirkan denga sungguh-sungguh dan mendalam semua
realitas yang ada di alam semesta.
3. Ingat mati
Mati akan dirasakan oleh manusia setelah tiba saatnya. Mati adalah misteri yang sering
dilupakan namun juga sangat ditakuti manusia. Ssalah satu cara untuk mengingat mati adalah
bertakziyah kepada orang yang mati dan dengan ziarah kubur. Karena dengan melaksanakan
aktifitas inni seseorang akan sadar bahwa cepat atau lambatiapun atau mati. Bila tidak sempat
berziarah kubur, maka saat lewat kuburan dianjurkan mengucapkan salam kepada ahli kubur
muslim yang telah mendahului kita.
2.3 Ibadah : Manifestasi Iman dan Islam
2.3.1 Hakikat dan Manfaat Ibadah
a. Hakikat Ibadah
Ibadah adalah bentuk penghambaan diri kepada Allah yang bukan hanya hubungan manusia
sebagai hamba dengan Tuhan (hablun minallah) tetapi juga hubungan manusia dengan
sesamanya (hablun minannas), bahkan juga hubungan manusia dengan semua makhluk
(mu’amalah ma’al khalqi). As-Siddieqy misalnya mengartikan ibadah sebagai: “nama yang
meliputi segala yang meliputi segala kegiatan yang disukaidan dan diridhoi oleh Allah, baik
berupa perkataan ataupun perbuatan, secara terang-terangan ataupun sembunyi-sembunyi”.
Menurut Imam Ibnu Katsir dalam tafsirnya menyimpulkan bahwa hakikat ibadah ialah: “suatu
pengertian yang mengumpulkan kesempurnaan cinta, tunduk dan takut (kepada Allah)” (as-
Siddieqy, 1963:24). Namun pengertian takut (khauf) yang dimaksud bukanlah sebagaimana takut
kepada harimau tetapi takut kalau pengabdiannya kepada Allah yang didasarkan kepada cinta
yang sempurna (muhabbah) kepada-Nya itu ditolak atau tidak diterima oleh-Nya.
b.Manfaat Ibadah
Ibadah yang berfungsi sebagai Pupuk yang dapat menumbuh-suburkan benih iman.Seperti
yang dijelaskan dalam surat Al-Hijr:99 berikut:
ْ َ‫ُْربَّكَ ُ َحت َّ ٰىُيَأ ْ ِتيَك‬
ُ‫ُاليَ ِقين‬ َ ‫َواعْبد‬
“Dan sembahlah Tuhanmu sampai keyakinan (ajal) dating kepadamu!”
Diantara fungsi-fungsi pokok ibadah bagi manusia yaitu:
1) Menjaga keselamatan akidah, terutama terkait dengan kedudukan manusia dan Allah dimana
manusia dalam posisi sebagai hamba yang menyembah dan Allah dalam posisi sebagai Tuhan
yang disembah (‘abdun ya’budu wa rabbyu’badu).
2) Menjaga agar hubungan antara manusia dan Tuhan itu berjalan dengan baik dan abadi (daiman
Abadan) yang telah ditelah diterangkan pada Q.S. Al-fath:4
َّ َ‫ُۚو َكان‬
‫َُّللاُ َع ِلي ًماُ َح ِكي ًما‬ َ ُ‫ض‬ِ ‫ُِو ْاْل َ ْر‬ َّ ‫ُۗو ِ َّّلِلُِجنودُال‬
َ ‫س َم َاوات‬ ْ ‫ب‬
َ ُ‫ُالمؤْ ِمنِينَ ُ ِليَ ْزدَادواُ ِإي َمانًاُ َم َعُ ِإي َما ِن ِه ْم‬ َّ ‫ه َوُالَّذِيُأ َ ْنزَ لَُال‬
ِ ‫س ِكينَةَُفِيُقلو‬
“Dialah yang telah menurunkan ketenangan ke dalam hati orang-orang mukmin supaya
keimanan mereka bertambah di samping keimanan mereka (yang telah ada). Dan kepunyaan
Allah-lah tentara langit dan bumi dan adalah Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana,”
3) Mendisiplinkan sikap dan perilaku agar etis dan religius. Sikap etis didasarkan pada paradigm
agama (Tim Dosen PAI UM.,2005:38). Allah berfirman:
َ ‫صا ِل َحاتُِطوبَ ٰىُلَه ْم‬
ُ‫ُوحسْنُ َمآب‬ َ ‫الَّذِينَ ُآ َمن‬
َّ ‫واُو َع ِملواُال‬
“Orang-orang yang beriman dan beramal saleh, bagi mereka kebahagiaan dan tempat kembali
yang baik.”
2.3.2 Macam-macam Ibadah
Ibadah pada umumnya dibagi menjadi dua macam, yaitu ibadah mahdhah (ibadah ritual) dan
ibadah ghairu mahdhah (ibadah social). Ibadah ritual adalah ibadah yang terangkum dalam rukun
islam dan ibadah social adalah ibadah yang berupa perbuatan baik yang dilakukan oleh mukallaf
dalam rangka melaksanakan perintah Allah.
Ibadah dengan segala ragamnya merupakan bentuk penghambaan diri kepada Allah, baik
yang berdimensi vertical (hablun minallah) maupun horizontal (mablun minannas) oleh para
ulama dikelompokkan menjadi dua macam yaitu:
a. Ibadah Khusus (ibadah mahdhah)
Yaitu ibadah yang pelaksanaannyatelah dicontohkan langsung oleh Nabi Muhammad SAW.
Tatacara (kaifiat), syarat, dan rukunnya telah diatur dan ditetapkan oleh agama. Dalam ibadah
khusus para ulama menetapkan kaidah: “Semua tidak boleh dilakukan, kecuali yang
diperintahkan Allah atau dicontohkan rasul-Nya.”. melakukan hal yang tidak dicontohkan dalam
ibadah ini disebut dengan bid’ah dhalalah (sesat). Adapun menurut HR. al-Bukhari dan muslim
bahwa “Siapa yang mengerjakan suatu amalan (ibadah) yang tidak sesuai dengan perintahku,
maka tertolak”.
Selain bid’ah dhalalah yang dilarang adapula bid’ah hasanah yaitu yang baik dan tidak
dilarang agama karena merupakan sunnah al-Khulufa al-Rasyidin (Abu bakar, Umar, Usman,
Ali) yang oleh Nabi SAW diperintahkan mengikutinya. Nabi SAW bersabda bahwa “Hendaklah
kamu mengikuti sunahku dan sunnah al-Khulufa al-Rasyidin yang akan mendapat hidayah.”
Contoh bid’ah hasanah antara lain:
1) Dua kali adzan dalam shalat Jum’at seperti yang dilakukan oleh Khalifah Usman bin Affan,
sedang Nabi SAW hanya satu kali adzan, yaitu sesudah khatib menyampaikan salam dan duduk
di mimbar.
2) Shalat Tarawih berjamaah sebulan Ramadhan penuh dengan 20 rakaat dan witir 3 rakaat,
sebagaimana dilakukan oleh Khalifah Umar bin Khaththab. Sedangkan Nabi SAW shalat
Tarawih hanya 8 rakaat dan witir 3 rakaat.
3) Membukukan kitab suci Al-Quran yang diprakarsai oleh Khalifah Abu Bakar kemudian
disempurnakan oleh Khalifah Usman.
Ibadah mahdhah dapat dibedakan antara yang bersifat badaniyyah (fisik) dan maliyyah (harta):
1. Bersifat Badaniyyah, seperti: bersuci (thaharah) meliputi berwudhu, mandi, tayammum, cara
menghilangkan najis, adzan, iqamah, I’tikaf, doa, dan lain-lain.
2. Bersifat Maliyyah, seperti: qurban, aqiqah, al-hadyu, sedekah, wakaf, fidyah, hibah, dan lain-
lain.
b. Ibadah Umum (Ghair Mahdhah)
Ibadah Ghairu Mahdhah adalah ibadah yang jenis dan macamnya tidak ditentukan, baik oleh
Al-Quran atau sunnah Nabi SAW,berupa perbuatan apa saja yang dilakukan oleh seseorang yang
dibenarkan oleh agama contohnya, bekerja, belajar, menolong sesame, silaturrahim, dan
sebagainya.
Sebagai ibadah yang bersifat umum cakupan Ghairu Mahdhah cukup luas meliputi:
1. Hukum Keluarga (ahkam al-Ahwal al-Syakhsyiyah)
2. Hukum Perdata (al-ahkam al-Maliyah)
3. Hukum Pidana (ahkam al-Jinayah)
4. Hukum Acara (ahkam al-murafa’ah)
5. Hukum perundang-undangan
6. Hukum Kenegaraan (al-ahkam al-dauliyah)
7. Hukum Ekonomi dan Keuangan (al-ahkam al-iqtishadiyah)
2.3.3 Syarat Diterimanya Ibadah
Semua ibadah, baik yang khusus (mahdhah) maupun yang umum (ghairu mahdhah)
mempunyai tujuan yang sama, yaitu ridho Allah. Hanya kepada Allah-lah semua ibadah di
tujukan, karena hanya dia-lah yang berhak menerima peribadatan dari semua makhluk yang di
ciptakannya. Ada dua syarat yang harus di penuhi agar semua ibadah bisa di terima oleh Allah
SWT,
a. Dilakukan dengan niat yang ikhlas karena Allah semata. Diterangkan oleh Nabi Muhammad
SAW :
“Sesungguhnya Allah tidak menerima amal ( perbuatan ) kecuali amal yang di kerjakan secara
ikhlas dan di tujukan untuk mendapatkan ridho Allah” (HR. al-Nasa’i)
Dari segi bahasa, ikhlas berarti bersih atau murni, tidak ada campuran. Ibarat emas yang bersih
dari segala macam campuran bahan-bahan lain. Suatu ibadah yang di sebut ikhlas, jika ibadah
itu di lakukan murni karena Allah SWT Semata, tanpa di campuri maksud-maksud selain Allah,
seperti ingin di puji, terkenal daan sebagainya. Allah SWT berfirman:
“Dan tidaklah mereka diperintah, kecuali untuk beribadah kepada Allah dengan ikhlas,
menjalankan agama dengan lurus” (Q.S. al-bayyinah:5)
Perusak ikhlas adalah riya’ dan sum’ah, yaitu beramal bukan karena Allah Subhanahu wa
Ta’ala, tetapi karena ingin dipertontonkan atau diperdengarkan kepada manusia. Demikian pula
beramal karena dunia dapat merusak keikhlasan. Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam
bersabda:
ُ‫إنماُاْلعمالُبالنياتُوإنماُلكلُامرئُماُنوىُفمنُكانتُهجرتهُإلىُهللاُورسولهُفهجرتهُإلىُهللاُورسولهُومنُكانتُهجرته‬
‫لدنياُيصيبهاُأوُامرأةُينكحهاُفهجرتهُإلىُماُهاجرُإليه‬
“Sesungguhnya amalan-amalan manusia tergantung niat, dan setiap orang (mendapatkan
balasan) sesuai niatnya. Maka barangsiapa yang hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya maka
hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya (yakni mendapatkan balasan kebaikan sesuai niatnya),
dan barang siapa hijrahnya karena dunia yang ingin dia raih, atau wanita yang ingin dinikahi,
maka hijrahnya kepada apa yang dia niatkan.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim dari Amirul
Mu’minin Umar Bin Khaththab radhiyallahu’anhu).
b. Dilakukan sesuai dengan ketentuan Allah dan contoh Rasul-nya. Allah berfirman:
“barang siapa mengharap perjumpaan dengan tuhannya, hendaklah ia mengerjakan amal yang
saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorang pun dalam beribadah kepada-nya” (Q.S. al-
kahfi:110).
Maksud amal saleh dalam firman Allah tersebut ialah amal yang sesuai dengan
kehendak/petunjuk agama (as-shiddieqy, 1963;29). Ibadah yang dilakukan tidak sesuai dengan
petunjuk agama, disebut bid’ah dhalalah. Hukum bid’ah dhalalah adalah sesat atau dosa.
Sudah tentu seorang muslim cinta pada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi was
sallam, bukti kalau kita cinta kepada Allah adalah ittiba’/mengikuti beliau shallallahu ‘alaihi
was sallam terutama dalam beramal, sebagaimana firman Allah ‘azza wa jalla (yang
artinya), “Katakanlah (Wahai Muhammad) jika mereka mencintai Allah maka iktutilah aku
(Muhammad) maka Allah akan mencintai kalian”. (QS. Al ‘Imron [3] : 31). Maka di
antara konsekuensi dari mencintai Allah dan mengimani kerosulan Rasulullah shallallahu
‘alaihi was sallam adalah mengikuti syari’at beliau yang tercakup d
i dalamnya ibadah. Bahkan mengikuti apa yang beliau perintahkan/syari’atkan merupakan
salah satu hak beliau yang teragung yang harus kita tunaikan.
2.3.4 Sholat: ibadah utama yang istimewa
Sholat adalah ibadah yang paling penting bagi umat islam dari sekian banyak ibadah.sholat
adalah inti dari semuanya. Bahkan di bandingkan dengan semua macam ibadah yang lain
sekalipun, shalat adalah yang paling istimewa, maka seharusnya setiap muslim dan muslimah
menaruh perhatian khusus (serius) terhadap ibadah shalat dengan cara rajin dan taat dalam
melaksanakannya.
Di antara keistimewaan shalat dan kelebihannya ialah:
a. Shalat adalah ibadah badaniyah yang pertama kali di wajibkan oleh Allah, mendahului ibadah
badaniyah yang lain.
b. Perintah shalat (lima waktu) di wahyukan di luar planet bumi, yaitu di hadirat Allah yang
Maha Tinggi, langsung tanpa melalui perantara malaikat jibril, pada saat Nabi Muhammad SAW
melakkian isra’mi’raj memenuhi panggilaan Allah SWT.
c. Sghyalat adalah tiang agama, sebagaimana sabda Nabi Muhammad SAW, “barang siapa
mendirikan shalat, maka sesungguhnya ia telah mendirikan agama dan barang siapa merusaknya,
sesungguhnya ia telah merusak agama” (HR. Baihaqi dari Umar RA)
d. Dengan shalat seorang dapat terhindar dari perbuatan jahat ( fakhsya’ dan munkar), karena
dirinya akan selalu ingat Allah sehingga akan timbul perasaan malu kepadanya untuk melakkan
kejahatan yang bertentang dengan ucapan dan harapan-harapan doa shalatnya (Q.S. al –
ankabut:45)
e. Shalat adalah ibadah yang paling keras perintahnya, melebihi kerasnya perintah untuk ibadah-
ibadah yang lain.
f. Shalat adal ibadah amal perbuatan manusia yang pertama kali di perhitungkan (dihisab) oleh
Allah, dan semua amal yang lain bergantung pada hasil perhitungan shalatnya. Jika shalatnya
baik, maka sempurnalah seluruh amalannya, jika shalatnya buruk/tidak baik, maka rusaklah
seluruh amal perbuatanya yan lain (HR. al-Thabrani)
g. Shalat adalah wasiat terakhir semua Nabi kepada umatnya. Termasuk Nabi Muhammad SAW.
Di akhir hayatnya berwasiat: ‘shalat, shalat, shalat!’ (HR. Ibnu Jurair dari Ummu Salamah).
h. Shalat adalah saat yang paling dekat antara hamba dengan Allah, yaitu saat hamba
bersujuddalam shalatnya, Nabi SAW berpesan agar kita memperbanyak doa dalam sujud (HR.
al-muslim, Abu Dawud dan al-Nasai dari Abu Hurairah).
i. Shalat adalah media untuk meminta memohon pertolongan kepada Allah, sebagaimana di
terangkan oleh Allah dalam Q.S. al-Baqarah:45:
“Dan mohonlah pertolongan kepada Allah dengan sabar dan shalat. Namun sesungguhnya yang
demikian itu adalah berat, kecuali bagi orang-orang khususk”
j. Shalat adalah wujud rasa syukur manusia kepada Allah atas anugerah nikmat-Nya yang tak
terhingga banyaknya. Hal ini di perintah ole-Nya, salah satu dalam Q.S. al-Kautsar:1-2:
“sesungguhnya kami telah memberikan kepadamu nikmat yang banyak, maka kerjakanlah shalat
karena Tuhan-mu an berkorbanlah”(Q.S. al-Kautsar:1-2)
k. Shalat mrnjadi syarat pertama dri kebahagiaan orang-orang beriman yang akan menjadi
pewaris surga dalam kehidupan akhir nanti (Q.S. al-Mukminun:1-11)

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Iman adalah membenarkan dengan hati, diucapkan dengan lisan, dan diamalkan dengan
tindakan (perbuatan). Jadi, seseorang dapat dikatakan sebagai mukmin (orang yang beriman)
sempurna apabila memenuhi ketiga unsur keimanan di atas.
Islam secara etimologi (bahasa) berarti tunduk, patuh, atau berserah diri. Secara istilah
apabila kata Islam disebutkan bersamaan dengan kata iman, maka yang dimaksud Islam adalah
perkataan dan amal-amal lahiriyah yang dengannya terjaga diri dan hartanya , baik dia meyakini
Islam atau tidak. Sedangkan kata iman berkaitan dengan amal hati. Apabila disebutkan sendiri
tanpa diiringi dengan kata iman, maka pengertian Islam mencakup seluruh agama, baik ushul
(pokok) maupun furu’ (cabang), juga seluruh masalah ‘aqidah, ibadah, perkataan dan perbuatan.
Ihsan yaitu perbuatan baik yang dilakukan oleh seseorang dengan niat hati beribadah
kepada Allah SWT.
DAFTAR PUSTAKA

Dani, Abang. “Syarat Diterimanya Ibadah [dan Perusak-perusaknya]”.


https://abangdani.wordpress.com/2010/07/07/syarat-diterimanya-ibadah-dan-perusak-
perusaknya/. 9-feb-2017
Hidayah.”Pengertian dan Macam-Macam Hidayah Secara Umum”.
https://onlinehidayah.wordpress.com/2011/10/12/pengertian-dan-macam-macam-hidayah-secara-
umum/.9-feb-2017
Trirnawati, Amalia.“macam-macam hidayah”.
http://amaliatrisnawati.blogspot.co.id/2009/05/macam-macam-hidayah.html.9-feb-2017.

Anda mungkin juga menyukai