Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN (LP)

ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI Ny”M” UMUR 47


TAHUN DENGAN TRANSFUSI DARAH DI RSUD
PATUH PATUT PATJU LOMBOK BARAT

NAZRIANI

PROGRAM STUDI PROFESI BIDAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) HAMZAR
LOMBOK TIMUR
2023

PERSETUJUAN
LAPORAN PENDAHULUAN

Laporan Pendahuluan Atas Nama: Nazriani dengan judul “ asuhan kebidanan


pada by Ny”M” umur 47 tahun dengan Transfusi darah Di RSUD Patuh Patut
Patju Lombok Barat”.

Telah disetujui

Pembimbing Lahan Tanggal

Muhammad Hirsan Husairi, S.Kep


NIP. 19830325 201001 1 006

Pembimbing Pendidikan Tanggal

Eka Faizaturrahmi, S.ST., M.Kes.


NIDN. 0808108904

Mengetahui
Program Studi Profesi Bidan
Ketua,

Eka Faizaturrahmi, S.ST., M.Kes.


NIDN. 0808108904
KONSEP DASAR TRANSFUSI DARAH

A. Pengertian
Transfusi darah adalah proses pengeluaran darah dari pendonor kepada
penerima (resipien) untuk meningkatkan kemampuan transportasi oksigen dari
paru-paru ke jaringan tubuh, meningkatkan trombosit, dan meningkatkan
pembekuan darah sesuai dengan kebutuhan pasien penerima darah donor
(Wahyu et al., 2019).
B. Tujuan Pemanfaatan
Transfusi darah memiliki beberapa tujuan, diantaranya yaitu untuk
meningkatkan dan mempertahankan volume darah yang normal pada
peredaran darah, meningkatkan oksigen jaringan, memperbaiki fungsi
hemostasis, meningkatkan jumlah sel darah merah untuk mempertahankan
kadar hemoglobin pada penderita anemia, dan mengganti kekurangan
komponen darah yang diperlukan oleh tubuh (Ulfiyah, 2014).
Transfusi darah juga memberikan banyak manfaat, diantaranya yaitu dapat
meningkatkan produksi sel darah merah, dapat menjaga kesehatan jantung
bagi pendonor karena dengan mendonorkan darah kadar zat besi dalam tubuh
akan lebih stabil, dan dapat memperbaiki kondisi klinis pasien pasca transfusi
darah (Ulfiyah, 2014).
C. Alur Pelayanan Transfusi Darah
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 91 Tahun
2015, ada beberapa tahapan yang harus dilakukan dalam pelayanan transfusi
darah, diantaranya yaitu:
a) Rekrutmen donor
b) Seleksi donor
c) Pengambilan darah donor
d) Pemeriksaan laboratorium darah yang meliputi uji golongan darah dan uji
saring IMLTD
e) Pengolahan komponen darah
f) Penyimpanan darah di UTD
g) Permintaan darah dari bank darah rumah sakit

1
h) Distribusi darah dari UTD
i) Pemeriksaan laboratorium darah yang meliputi uji golongan darah, uji
saring IMLTD, dan uji saring antibodi pasien
j) Pemberian darah kepada pasien
k) Monitoring pasien selama proses dan pasca transfusi
l) Evaluasi/audit proses transfusi
D. Reaksi Transfusi
Reaksi transfusi adalah efek samping yang ditimbulkan akibat transfusi
whole blood atau komponen darah lainnya. Tingkat keparahan reaksi ini
berbeda-beda mulai dari yang ringan sampai dengan mengancam jiwa. Reaksi
tersebut dapat terjadi selama transfusi (acute transfusion reactions/reaksi
transfusi akut) atau beberapa hari hingga beberapa minggu setalah transfusi
(delayed transfusion reactions/reaksi transfusi tertunda) dan dapat bersifat
imunologis atau nonimunologis (Aliviameita, 2020).
Reaksi transfusi dapat timbul dengan gejala yang tidak spesifik sehingga
sulit untuk didiagnosis. Tanda atau gejala yang paling umum yaitu termasuk
demam, menggigil, urtikaria, dan gatal-gatal. Namun, gangguan pernapasan,
demam tinggi, hipotensi, dan hemoglobinuria dapat menunjukkan reaksi yang
lebih serius. Jenis reaksi transfusi meliputi: hemolitik akut (Hemolytic
Transfusion Reactions/HTRs), hemolitik tertunda, post transfusion purpura
(PTP), demam nonhemolitik, anafilaksis, alergi sederhana, septic (kontaminasi
bakteri), cedera paru akut terkait transfusi (Transfusion-Related Acute Lung
Injury/TRALI), dan kelebihan beban sirkulasi terkait transfusi (Transfusion-
Associated Circulatory Overload/TACO). Jika terjadi reaksi yang dicurigai,
maka harus segera melaporkannya ke bank darah dan dokter. Namun karena
kemajuan dalam sistem screening pendonor, pengujian yang lebih baik, dan
sistem data otomatisasi, maka risiko dan kematian yang disebabkan oleh
transfusi komponen darah terus menurun (Aliviameita, 2020).
E. Pengkajian
Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan
suatu proses pengumpulan data yang sistematis dari berbagai sumber untuk
mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan klien. (Nursalam, 2017).

2
Pengkajian merupakan proses yang kontinu dilakukan setiap tahap proses
keperawatan. Semua tahap proses keperawatan tergantung pada pengumpulan
data (informasi) yang lengkap dan akurat (Padila, 2020).
F. Identitas Umum
Identitas umum meliputi nama, umur, jenis kelamin, suku/bangsa, alamat,
tanggal dan jam masuk rumah sakit, sumber informasi, diterima dari, dan cara
dating (Salamung dkk, 2021).
G. Riwayat Keperawatan
Keluhan utama: Keluhan utama yang biasa dirasakan klien mioma uteri
adalah nyeri seperti ditusuk-tusuk, panas, perih, mules, dan sakit pada bagian
perut (Mohamed & Saied, 2012).
H. Riwayat Penyakit Sekarang
Kapan timbul masalah, riwayat trauma, penyebab, gejala timbul tiba-
tiiba/perlahan, lokasi, obat yang diiminum, dan cara penanggulangan. (Suratun
dkk, 2012).
a. Riwayat penyakit keluarga
Meliputi penyakit yang pernah diderita keluarga baik penyakit kronis,
keturunan, maupun menular. (Potter & Perry, 2015).
b. Riwayat seksualitas/reproduksi
Kebanyakan klien enggan diajak untuk berhubungan dengan
pasangan. Frekuensi untuk melakukan hubungan juga berkurang, karena
pasien masih merasakan sakit pda area bekas operasi.
- Usia menarche, siklus haid, lama haid, haid terakhir.
- Masalah dalam mentruasi, apakah ibu pernah pap smear.
- Penggunan kontrasepsi sebelumnya (IUD, suntik, implant, oral)
Riwayat reproduksi (Hellena, 2022).
I. Pengkajian Psikososial
Pengkajian faktor emosional, perilaku, dan social pada masa pascapartum
memungkinkan perawat mengidentifikasi kebutuhan ibu dan keluarga
terhadap dukungan, penyuluhan, dan bimbingan antisipasi, respons mereka
terhadap pengalaman kehamilan dan persalinan dan perawattan pascapartum
dan faktor-faktor yang memengaruhi pengembanan tanggung jawabb menjadi

3
orang tua baru. Perawat juga mengkaji pengetaahuan dan kemampuan ibu
yang terkait dengan perawatan diri, perawatan bayi baru lahir, dan
pemeliharaan kesehatan serta perasaan tentang diri dan gambaran dirinya.
(Zahroh, 2021).
J. Pemeriksaan Fisik
a. Tanda-tanda vital
Suhu tubuh diukur setiap 4 sampai 8 jam selama beberapa hari
pasca partum karena demam biasanya merupakan gejala awal infeksi.
Suhu tubuh 38ºC mungkin disebabkan oleh dehidrasi atau karena awitan
laktasi dalam 2 sampaii 4 hari. Demam yang menetap atau berulang
diatas angka ini pada 24 jam pertama dapat menandakann adanya
infeksi. (Zahroh, 2021)
Brakikardi merupakan perubahan fisiologis normal selama 6
sampai 10 hari pascapartum dengan frekuensi nadi 40 sampai 70 kali/
menit. Frekuensi diatas 100 kali/menit (takikardi) dapat menunjukkan
adannya infeksi, hemoragi, nyeri, arau kecemasan. Nadi yang cepat dan
dangkal yang dihubungkan dengan hipotensi menunjukkan hemoragi,
syok, atau emboli. (Zahroh, 2021)
Tekanan darah umumnya tetap dalam batasan normal selama
kehamilam. Wanita pascapartum dapat mengalami hipotensi ortostik
karena diuresis dan diaphoresis, yang menyebabkan pergeseran volume
cairan kardiovaskuler. Hipotensi menetap atau berat dapat merupakan
tanda syok atau emboli. Peningkatan tekanan darah menunjukkan
hipertensii akibat kehamilan, yang dapat muncul pertama kali pada masa
pascapartum. Kejanng eklamsia dilaporkan terjadi sampai lebih dari 10
hari pascaparum (Cuningham, et al , 1993 dalam Andalas M, dkk 2017).
Nadi dan tekanan darah diukur setiap 4 sampai 8 jam, kecuali jika ada
penyimpangan dari nilai normal sehingga perlu diukur lebih sering
b. Pernafasan
Menurut sholikah (2014) klien post operasi Sectio caesarea
terjadi peningkatan pernafasan, lihat adannya tarikan dinding dada,
frekuensi pernapasan, irama nafas serta kedalaman bernapas.

4
c. Kepala dan muka
Amati kesimetrisan muka, amati ada atau tidaknya
hiperpigmentasi pada wajah ibu (cloasma gravidanum), amati warna
dari keadaan rambut, kaji kerontokan dan kebersihan rambut, kaji
pembengkakan pada muka.
d. Mata
Amati ada atau tidaknya peradangan pada kelopak mata,
kesimetrisan kanan dan kiri, amati keadaan konjungtiva (konjungtivitis
atau anemis), sclera (ikterik atau indikasi hiperbilirubin atau gangguan
pada hepar), pupil (isokor kanan dan kiri (normal), reflek pupil
terhadap cahaya miosis atau mengecil, ada atau tidaknya nyeri tekan
atau peningkatan tekanan intraokuler pada kedua bola mata.
e. Hidung
Amati keadaan septum apakah tepat di tengah, kaji adanya masa
abnormal dalam hidung dan adanya sekret, kaji adanya nyeri tekan pada
hidung.
f. Telinga
Amati kesimetrisan, warna dengan daerah sekitar, ada atau
tidaknya luka, kebersihan telinga amati ada tidaknya serumen dan otitis
media
g. Mulut
Amati bibir apa ada kelainan kogenital (bibir sumbing), warna,
kesimetrisan, sianosis atauu tidak, pembengkakan, lesi, amati adanya
stomatitis pada mulut, amati jumlah dan bentuk gigi, warna dan
kebersihan gigi.
h. Leher
Amati adanya luka, kesimetrisan dan masa abnormal, kaji
adanya distensi vena jugularis, dan adanya pembesaran kelenjar tiroid.
i. Paru-paru
Kesimetrisan bentuk/postur dada, gerakann nafas (frekuensi
irama, kedalaman, dan upaya pernafasan/pengggunaan otot- otot bantu
pernafasan), warna kulit, lesi, edema, pembengkakan/ penonjolan, kaji

5
pergerakan dada, massa dan lesi, nyeri, tractile fremitus apakah normal
kanan dan kiri, perkusi (normalnya berbunyi sonor), kaji bunyi
(normalnya kanan dan kiri terdengar vesiikuler).
j. Cardiovaskuler
Terjadi peningkatan frekuensi nadi, irama tidak teratur, serta
peningkatan tekanan darah.
k. Payudara
Pengkajian payudara selama masa pascapartum meliputu
inspeksi ukuran, bentuk, warna, dan kesimetrisan serta palpasi
konsistensi apakah ada nyeri tekan guna menentukan status laktasi.
Pada 1 sampai 2 hari pertama pascapartum, payudara tidak banyak
berubah kecil kecuali skresi kolostrum yang banyak. Pada ibu
menyusui, saat ASI mulai diproduksi, payudara menjadi lebih besar,
keras, dan hangat dan mungkin terasa berbenjol-benjol atau bernodul.
Wanita sering mengalami ketidak nyamanan dengan awitan awal
laktasi. Pada wanita yang tidak menyusui, perubahan ini kurang
menonjol dan menghilang dalam beberapa hari. Banyak wanita
mengalami pembengkakan nyata seiring dengan awitan menyusui.
Payudara menjadi lebih besar dan teraba keras dan tegang, dengan kulit
tegang dan mengkilap serta terlihatnya pembesaran vena berwarna biru.
Payudara dapat terasa sangat nyeri dan teraba panas saat disentuh.
l. Abdomen
Apakah kembung, asites, terdapat nyeri tekan, lokasi massa,
lingkar abdomen, bising usus, tampak linea nigra attau alba, striae
livida atau albican, terdapat bekas luka operasi Sectiocaesarea.
(Anggraeni, 2017) mengkaji luka jahitan post Sectiocaesarea yang
meliputi kondisi luka (melintang atau membujur, kering atau basah,
adanya nanah atau tidak), dan mengkaji kondisi jahitan (jahitan
menutup atau tidak, terdapat tanda-tanda infeksi serta warna kemerahan
pada sekitar area jahitan luka post Sectiocaesarea atau tidak).

6
m. Ekstermitas bawah
Pengkajian pascapartum pada ekstermitas bawah meliputi
inspeksi ukuran, bentuk, kesimetrisan, warna, edema, dan varises. Suhu
dan pembengkakan dirasakan dengan palpasi. Tanda-tanda
tromboflebitis adalah bengkak unilateral, kemerahan, panas, dan nyeri
tekan, biasanya terjadi pada betis. Trombosis pada vena femoralis
menyebabkan nyeri dan nyeri tekan pada bagiian distal pahha dan
daerah popliteal. Tanda homan, muncunya nyeri betis saat gerakan
dorsofleksi
n. Genetalia
Melihat kebersihan dari genetalia pasien, adanya lesi atau nodul
dan mengkaji keadaan lochea. Lochea yang berbau menunjukkan tanda-
tanda resiiko infeksi. (Handayani, 2012)
K. Nutrisi
Ibu harus mengkonsumsi tambahan 500 kalori tiap hari, pil zat besi harus
diminum untuk menambah zat gizi, makan dengan diet berimbang untuk
mendapatkan protein, mineral dan vitamin yang cukup , mengonsumsi kapsul
vitamin A (9200.000) unit (Saifuddin, 2001 dalam Siti, dkk 2013). Makanan
bergizi terdapat pada sayur hijau, lauk pauk dan buah. Konsumsi sayur hijau
seperti bayam, sawi, kol dan sayur hijau lainnya menjadi sumber makanan
bergizi. Untuk lauk pauk dapat memilih daging ayamm, ikan, telur, dan
sejenisnya.
Ibu post Sectio Caesarea harus menghindari makanan dan minuman yang
mengandung bahan kimia, pedas dan menimbulkan gas karena gas perut
kadanng-kadang menimbulkan masalah sesudah Sectio Caesarea. Jika ada gas
dalam perut, ibu akan merasakan nyeri yang menusuk. Gerak fisik dan bangun
dari tempat tidur, pernapasan salam, dan bergoyanng dikursi dapat membantu
mencegah dan menghilanngkan gas. (Simkin dkk, 2007 dalam Siti dkk, 2013).
L. Eliminasi
Menggambarkan pola fungsi sekresi yaitu kebiasaan BAB dan BAK
meliputi frekuensi, jumlah, konsistensi, bau serta masalah eliminasi
(Anggraeni, 2017). Pada klien post SC biasanya 2-3 hari mengalami kesulitan

7
buang air besar (konstipasi) hal ini dikarenakan ketakutan akan rasa sakit pada
daerah sekitar post operasi, takut jahitan terbuka karena menngejan.
(Handayani, 2017).
M. Pemeriksaan Laboratorium
Untuk mengkaji apakah ada anemia, pemeriksaan hitung darah lengkap,
hematokrit atau haemoglobin dilakukan dalam 2 sampai 48 jam setelah
operasi. Karena banyaknya adaptasi fisiologis saat wanita kembali ke keadaan
sediakala, nilai darah berubah setelah operasi. Dengan rata-rata kehilangan
darah 400-500 ml, penurunan 1g kadar haemoglobin atau 30% nilai
hemmatokrit masih dalam kisaran yang diharapkan. Penurunan nilai yang
lebih besar disebabkan oleh perdarahan hebat saat operasi.
Selama 10 hari pertama pasca operasi, jumlah sel darah putih dapat
meningkat sampai 20.000/mm3 sebelum akhirnya kembali ke nilai normal
(Bond, 1993 dalam Sharon J dkk, 2012). Karena komponen selular lekosit ini
mirip denngan komponen selular selama infeksi, peningkatan ini dapat
menutupi proses infeksi kecuali jika jumlah sel darah putih lebih tinggi dari
jumlah fisiologis.
N. Diagnosa Kebidanan
Diagnosa kebidanan digunakan sebagai landasan untuk pemilihan
intervensi guna mencapai hasil yang menjadi tanggung jawab bidan. Diagnosa
kebidanan perlu dirumuskan setelah melakukan analisa data dari hasil
pengkajian untuk mengidentifikasi masalah kesehatan yang melibatkan klien
beserta keluarganya. Dengan demikian asuhan kebidanan dapat dilakukan
sesuai dengan kebutuhan yakni memenuhi kebutuhan fisik, emosi atau
psikologis, tumbuh kembang, pengetahuan atau intelekual, social dan spiritual
yang didapatkan Dari pengkajian. (Wilkins & Williams, 2015).
Masalah keperawatan yang actual/potensial sering muncul pada ibu
dengan mioma uteri dan anemia setelah operasi berdasarkan definisi dan
klasifikasi (Nurarif & Hardhi, 2015) diantarannya adalah sebagai berikut :
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri fisik pembedahan.
2. Ketidakefektifan bersihan jalann nafas berhubungan dengan obstruksi
jalan nafas (mokus dalam jumlah berlebihan), jalan nafas alergik (respon

8
obat anestesi)
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dari
kurangnya pengetahuan tentang kebutuhan nutrisi ibu
4. Gangguan eliminasi urine
5. Gangguan pola tidur berhubungan dengan kelemahan
6. Resiko infeksi berhubungan dengan factor resiko episiotomy
7. Deficit perawatan diri : mandi/kebersihan diri, makan, toileting
8. Konstipasi berhubungan dengan efek anestesi
9. Resiko syok (hipofolemik) berhubungan dengan kekurangan cairan dan
elektrolit
O. Rencana Kebidanan
Tindakan segera/kolaborasi pada mioma uteri adalah berkolaborasi dengan
dokter untuk dilakukan tindakan yang mencegah terjadinya keganasan.
Tindakan segera atau kolaborasi yang di lakukan pada kunjungan pertama
adalah pemberian terapi obat-obatan, melakukan transfusi darah dan
pemantauan keadaan ibu.

9
P. Rencana Keperawatan

Diagnosa keperawatan Tujuan keperawatan dan Rencana tindakan


keriteria hasil (NIC)
(NOC)
1. Kurang Kriteria Hasil :  tentang proses
pengetahuan  Pasien dan keluarga penyakit yang
menyatakan spesifik
Definisi : Tidak pemahaman tentang  Jelaskan patofisiologi
adanya atau penyakit, kondisi, dari penyakit dan
kurangnya prognosis dan program bagaimana hal ini
informasi kognitif pengobatan berhubungan dengan
sehubungan  Pasien dan keluarga anatomi dan fisiologi,
dengan topic mampu melaksanakan dengan cara yang
spesifik. prosedur yang tepat.
dijelaskan secara benar  Gambarkan tanda dan
Batasan  Pasien dan keluarga gejala yang biasa
karakteristik : mampu menjelaskan muncul pada
memverbalisasikan kembali apa yang penyakit, dengan cara
adanya masalah, dijelaskan perawat/tim yang tepat
ketidakakuratan kesehatan lainnya  Gambarkan proses
mengikuti penyakit, dengan cara
instruksi, perilaku yang Gambarkan
tidak sesuai. proses penyakit,
dengan cara yang
Faktor yang tepat
berhubungan :  Identifikasi
Faktor yang kemungkinan
berhubungan : penyebab, dengna
keterbatasan cara yang tepat
keterbatasan  Sediakan informasi
kognitif, pada pasien tentang
interpretasi kondisi, dengan cara
terhadap informasi yang tepat
yang salah,  Hindari harapan yang
kurangnya kosong
keinginan untuk  Sediakan bagi
mencari informasi, keluarga informasi
tidak mengetahui tentang kemajuan
sumber-sumber pasien dengan cara
informasi. yang tepat
 Diskusikan perubahan
gaya hidup yang
mungkin diperlukan
untuk mencegah
komplikasi di masa
yang akan datang dan
atau proses

10
pengontrolan
penyakit
 Diskusikan pilihan
terapi atau
penanganan
 Dukung pasien untuk
mengeksplorasi atau
mendapatka

2. Kecemasan Kriteria Hasil :  Gunakan pendekatan


berhubungan  Klien mampu yang menenangkan
dengan kurang mengidentifikasi dan  Nyatakan dengan
pengetahuan dan mengungkapkan gejala jelas harapan terhadap
hospitalisasi cemas pelaku pasien
 Mengidentifikasi,  Jelaskan semua
Definisi : Perasaan mengungkapkan dan prosedur dan apa
gelisah yang tak menunjukkan tehnik yang dirasakan
jelas dari untuk mengontol selama prosedur
ketidaknyamanan cemas  Temani pasien untuk
atau ketakutan  Vital sign dalam batas memberikan
yang disertai normal Postur tubuh, keamanan dan
respon autonom ekspresi wajah, mengurangi takut
(sumner tidak bahasa tubuh dan  Berikan informasi
spesifik atau tidak tingkat aktivitas faktual mengenai
diketahui oleh menunjukkan diagnosis, tindakan
individu); perasaan berkurangnya prognosis
keprihatinan kecemasan  Dorong keluarga
disebabkan dari untuk menemani anak
antisipasi terhadap  Lakukan back / neck
bahaya. Sinyal ini rub
merupakan  Dengarkan dengan
peringatan adanya penuh perhatian
ancaman yang  Identifikasi tingkat
akan datang dan kecemasan
memungkinkan  Bantu pasien
individu untuk mengenal situasi yang
mengambil menimbulkan
langkah untuk kecemasan
menyetujui  Dorong pasien untuk
terhadap tindakan mengungkapkan
perasaan, ketakutan,
Ditandai dengan : persepsi
 Gelisah  Instruksikan pasien
 Insomnia menggunakan teknik
 Resah relaksasi
 Ketakutan  Berikan obat untuk
 Sedih mengurangi

11
 Fokus pada diri kecemasan
 Kekhawatiran
 Cemas

3. Resiko infeksi Kriteria Hasil : Kontrol Infeksi


 Klien bebas dari tanda  Bersihkan lingkungan
Definisi : dan gejala infeksi setelah dipakai pasien
Peningkatan resiko  Mendeskripsikan lain
masuknya proses penularan  Pertahankan teknik
organisme patogen penyakit, factor yang isolasi
mempengaruhi  Batasi pengunjung
Faktor-faktor penularan serta bila perlu
resiko : penatalaksanaannya,  Instruksikan pada
 Prosedur Infasif  Menunjukkan pengunjung untuk
 Ketidak cukupan kemampuan untuk mencuci tangan saat
pengetahuan untuk mencegah timbulnya berkunjung dan
menghindari infeksi setelah berkunjung
paparan patogen  Jumlah leukosit meninggalkan pasien
 Trauma dalam batas normal  Gunakan sabun
 Kerusakan  Menunjukkan perilaku antimikrobia untuk
jaringan dan hidup sehat cuci tangan
peningkatan  Cuci tangan setiap
paparan sebelum dan sesudah
lingkungan tindakan kperawtan
 Ruptur membran  Gunakan baju, sarung
amnion tangan sebagai alat
 Agen farmasi pelindung
(imunosupresan)  Pertahankan
 Malnutrisi lingkungan aseptik
 Peningkatan selama pemasangan
paparan alat
lingkungan  Ganti letak IV perifer
patogen dan line Ganti letak
 Imonusupresi IV perifer dan line
 Ketidak adekuatan central dan dressin
imum buatan central dan dressing
 Tidak adekuat sesuai dengan
pertahanan petunjuk umum
sekunder  Gunakan kateter
(penurunan Hb, intermiten untuk
Leukopenia, menurunkan infeksi
penekanan respon kandung kencing
inflamasi)  Tingktkan intake
 Tidak adekuat nutrisi
pertahanan  Berikan terapi
tubuh primer (kulit antibiotik bila perlu
tidak utuh, trauma

12
jaringan, Proteksi Terhadap
penurunan kerja Infeksi
silia, cairan tubuh  Monitor tanda dan
statis, perubahan gejala infeksi sistemik
sekresi pH, dan lokal
perubahan  Monitor hitung
peristaltik) granulosit, WBC
 Penyakit kroni  Monitor kerentanan
terhadap infeksi
 Batasi pengunjung
 Saring pengunjung
terhadap penyakit
menular
 Partahankan teknik
aspesis pada pasien
yang beresiko
 Pertahankan teknik
isolasi k/p
 Berikan perawatan
kuliat pada area
epidema
 Inspeksi kulit dan
membran Inspeksi
kulit dan membran
mukosa terhadap
kemeraha mukosa
terhadap kemerahan,
panas, drainase
 Ispeksi kondisi luka /
insisi bedah
 Dorong masukkan
nutrisi yang cukup
 Dorong masukan
cairan
 Dorong istirahat
 Instruksikan pasien
untuk minum
antibiotik sesuai resep
 Ajarkan pasien dan
keluarga tanda dan
gejala infeksi
 Ajarkan cara
menghindari infeksi
 Laporkan kecurigaan
infeksi
 Laporkan kultur
positif

13
DAFTAR PUSTAKA
Alamsyah, W. (2020). Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian
Penyakit Anemia pada Ibu Hamil Usia Kehamilan 1-3 Bulan Di Wilayah
Kerja Puskesmas Bontomarannu Kabupaten Gowa. 1(2), 41–48.
Amallia, S., Afriyani, R., Kesehatan, S. U.-J., & 2017, U. (2019). Faktor Risiko
Kejadian Anemia pada Ibu Hamil di Rumah Sakit BARI Palembang. In
ejurnal.poltekkes-tjk.ac.id.
Anggito, A., & Setiawan, J. (2019). Metode Penelitian Kualitatif. CV Jejak.
Anggraini D, Fitriani C, Pratomo BY. 2019. Manajemen dan Komplikasi
Transfusi Masif. Jurnal Komplikasi Anestesi. November;3(1):81-92.
Anggraini, P. D. (2021). Faktor – Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian
Anemia pada Ibu Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Tanjung Pinang
Tahun 2018. Jurnal Kebidanan, 7(15), 33–38.
Astuti, D. (2020). Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Anemia Pada Ibu
Hamil Di Puskesmas Undaan Lor Kabupaten Kudus. University Research
Colloquium, 1(3), 123–131.
Kaur P, Basu S, Kaur G, dkk. 2019. Transfusion issues in surgery. Internet
Journal of Medical Update. January;8(1):46-50.
Kusmiyati, Yuni, 2007. Keterampilan Dasar Praktik Klinik Kebidanan,
Yogyakarta Fitramaya.
Liumbruno, GM, Bennardello F, Lattanzio A, dkk. 2021. Recommendations for
the transfusion management of patients in the peri-operative period. III.
The post-operative period. Blood Transfus; 9:320-35.
Mangku G, Senapathi TGA. 2020. Ilmu Anestesia dan Reanimasi. 1st edition.
Jakarta: Indeks Jakarta.
McCullough J. 2019. Transfusion Medicine. 4th Edition. Oxford: John Wiley &
Sons.
Miller RD. 2020. Miller’s Anesthesia. 8th edition. Philadelphia: Elsevier
Saunders. Gaol HL, Tanto C, Pryambodho. 2014. Kapita Selekta
Kedokteran: Transfusi Darah. Jakarta, Indonesia: Media Aesculapius.
Morgan GE, Mikhail MS. 2019. Clinical Anesthesiology. 5th Edition. United
States: Lange.

14
Norfolk D. 2019. Handbook of Transfusion Medicine. 5th edition. United
Kingdom: TSO.
Sharma S, Sharma P, Tyler LN. 2020. Transfusion of Blood and Blood Products:
Indications and Complications. Am Fam Physician; 83(6):719-724.
Viveronika, EA. 2019. Tansfusi Darah. Available from:
repository.unimus.ac.id.pdf. [Diakses tanggal: 30 Januari 2019].
Watering LMG. 2018. Alternatives to Blood Transfusion in Transfusion
Medicine. Research Gate. doi: 10.1111/j.1778-428X.2008.00114.x.

15

Anda mungkin juga menyukai