Kep
Jumlah kematian ibu dan bayi di Indonesia terus me
nunjukkan tren penurunan selama beberapa tahun t
erakhir. Penurunan jumlah absolut kematian ibu dari
4.999 Ibu (tahun 2015) menjadi 4.295 Ibu (tahun 201
7). Penurunan jumlah absolut kematian bayi dari 33.
278 bayi (tahun 2015) menjadi 27.875 bayi (tahun 2
017) di seluruh Indonesia. (Kemenkes RI 2018)
Perawat terlatih melakukan resusitasi neonatus dan k
egawatdaruratan obstetrik dan neonatus.
Perawat harus terlatih dalam asuhan neonatal (ASI, r
esusitasi neonatus, kegawatdaruratan neonatus) Ti
m IGD sebaiknya sebagai pemeriksa awal dan cepat u
ntuk menemukan kegawatdaruratan dan melakukan ti
ndakan stabilisasi untuk penyelamatan jiwa, sedangk
an tindakan definitif sebaiknya dilakukan di kamar be
rsalin. (Nasution, 2012)
Ratio perawat : pasien = 1 : 2 – 4 dalam setiap tugasn
ya.
Konselor laktasi dapat dihubungi 24 jam.
KEPERAWATAN adalah Kegiatan pemberian asuh
an kepada Individu, keluarga, kelompok baik dal
am keadaan sehat maupun sakit. (UU Nomor 38
Tahun 2014 tentang keperawatan)
Kolaborasi:
• Kolaborasi pemberian transfusi darah, jika perlu.
• Kolaborasi pemberian uterotonika dan terapi lainnya jika
perlu.
Menejemen hipovolemi ( I.03116.)
Definisi
mengidentifikasi dan mengelola penurunan volume cairan intravaskuler.
Tindakan
Observasi
- Periksa tanda dan gejala hipovolemia (mis. Frekuensi nadi meningkat, na
di teraba lemah, tekanan darah menurun, tekanan nadi menyempit, turg
or kulit menurun, membran mukosa kering, volume urin menurun, hema
tokrit meningkat, haus, lemah)
- monitor intake dan output cairan.
Terapeutik
- Hitung kebutuhan cairan
- berikan posisi modified Trendelenburg
- Berikan asupan cairan oral
Edukasi
- Anjurkan memperbanyak asupan cairan oral (jika memungkinkan)
- Anjurkan menghindari perubahan posisi mendadak
Kolaborasi
- kolaborasi pemberian cairan IVFD
- Kolaborasi pemberian produk darah
Manajemen syok hipovolemik (I.02050)
Definisi
• mengidentifikasi dan mengelola ketidakmampuan tubuh menyediakan oksigen dan nutrien
untuk mencukupi kebutuhan jaringan akibat kehilangan cairan/darah berlebih.
Observasi
• Monitor status kardiopulmonal (fekuensi dan kekuatan nadi, frek nafas, TD, MAP)
• Monitor status oksigensasi (oksimetri nadi, AGD).
• Monitor status cairan (masukan dan haluaran, turgor kulit, CRT)
• Periksa tingkat kesadaran dan respon pupil.
Terapeutik:
• Pertahankan jalan napas paten.
• Berikan oksigen untuk mempertahankan saturasi oksigen >94%
• Persiapkan intubasi dan ventilasi mekanis (jika perlu).
• Berikan posisi syok (modified trendelenburg)
• Pasang jalur IV berukran besar
• Pasang kateter urine untuk menilai produksi urine.
• Pasang selang NGT untuk dekompresi lambung.
• Ambil sampel darah untuk pemeriksaan DL dan elektrolit.
Kolaborasi
• Kolaborasi pemberian infus cairan kristaloid
• Kolaborasi pemberian transfusi darah, jika pelu.
Definisi: Suhu tubuh berada di bawah rentang normal tubuh.
Suhu normal bayi adalah antara 36,5-37,5°C.
Hipotermia dibagi menjadi tiga jenis yaitu:
stres dingin (suhu antara 35,5-36,4°C)
hipotermia sedang (suhu antara 32-35,4°C)
hipotermia berat. (suhu kurang dari 32°C. )
Bila tubuh dan ekstremitas hangat maka interpretasinya adalah normal.
Bila tubuh teraba hangat tapi ekstremitas teraba dingin maka berarti bayi mengalami
stres dingin.
Sedangkan bila tubuh dan ekstremitas teraba dingin berarti bayi mengalami hipotermi
a.
Pada perabaan tidak dapat ditentukan gradasi hipotermia. Wandita, S (2016)
Tidakan
Observasi
- Monitor suhu tubuh
- Identifikasi penyebab hiportemia ( mis. Terpapar suhu linkungan rendah, pakaian tipis, popo
k yang basah, kerusakan hipotalamus, penurunan laju metabolisme, kekurangan lemak subku
tan )
- Monitor tanda dan gejala akibat hipotermia (hipotermia ringan: takipnea, disartria, menggig
il, hipertensi, diuresis ; hipotermia sedang: aritmia, hipotensi, apatis, koagulopati, refleks
menurun; hipotermia berat: oliguria, refleksi menghilang, edema paru, asam-basa abnorm
al )
Terapeutik
- Sediakan lingkungan yang hangat ( mis. Atur suhu ruangan , inkubator)
- Ganti pakaian dan/ atau linen yang basah
- Lakukan penghangatan pasif ( mis. Selimut, menutup kepala, pakaian tebal)
- Lakukan penghangatan aktif eksternal ( mis. Kompres hangat, botol hangat, selimut hangat,
perawatan metode kangguru
- Lakukan penghangatan aktif internal ( mis. Infus cairan hangat, oksigen hangat, lavase perito
neal dengan caian hangat)
Edukasi
Campbell, N.A, J.B. Reece and L.G. Mitchell. (2003). Biologi. Alih Bahasa : L. Rahayu, E.I.M Adil, N
Anita, Andri, W.F Wibowo, W. Manalu. Penerbit erlangga .jakarta.
Chamberlain G, & Steer PJ. (2002). Turnbull’s Obstetrics 3rd ed. London: Churchill Livingstone.
Dorland, W.A. Newman. (2012). Kamus Kedokteran Dorland; Edisi 28. Jakarta: Buku Kedokteran EG
C
Kemenkes RI (2017) Situasi Tenaga Keperawatan, Infodatin Pusat Data dan Informasi Kemenkes RI
Setyarini, D, I & Suprapti (2016) Asuhan Kebidanan Kegwatdaruuratan Maternal Neonatal. Kemenk
es RI
Wandita, S (2016), Hipotermia Pada Bayi Baru Lahir: Kapan Harus Membawa Bayi Ke Dokter? Ikatan
Dokter Anak Indonesia sumber: http://www.idai.or.id/artikel/klinik/pengasuhan-anak/hipoterm
ia-pada-bayi-baru-lahir-kapan-harus-membawa-bayi-ke-dokter