K
DI RUANG IGD RSUD dr. R. GOETENG TAROENADIBRATA
PURBALINGGA
Disusun untuk memenuhi tugas Praktik Klinik Mata Kuliah Keperawatan Kegawatdaruratan
Dosen Pengampu : Subandiyo, S. Pd., S. Kep., Ns., M. Kes
Disusun Oleh:
A. KONSEP DASAR
1. Latar Belakang
Perdarahan saluran cerna akut merupakan keadaan gawat darurat
yang harus ditangani secara cepat dan tepat karena dapat menyebabkan
kematian. Sementara perdarahan saluran cerna yang sifatnya kronik
walaupun tidak terlihat nyata namun bila tidak ditangani juga sangat
berbahaya. Perdarahan saluran cerna dapat terjadi dimana saja pada
traktus digestivus dari mulut sampai dengan anus. Darah dapat terlihat
pada tinja atau muntahan atau dapat saja berupa perdarahan
tersembunyi yang hanya dapat dilihat dengan pemeriksaan
laboratorium. Perdarahan saluran cerna bagian bawah sebagian besar
terjadi pada usia tua. Dahulu, kematian yang disebabkan oleh
perdarahan saluran cerna bagian bawah yang akut sangat tinggi. Hal ini
terutama disebabkan oleh kesulitan untuk menemukan sumber
pendarahan. Namun, seiring dengan kemajuan dan pembangunan di
bidang teknologi medis, khususnya kolonoskopi dan angiografi, telah
menurunkan angka kematian yang disebabkan oleh perdarahan saluran
cerna bagian bawah sebesar 5-10% selama dekade terakhir.
Hal ini sebagian besar disebabkan oleh peningkatan kemampuan
dalam mencari sumber pendarahan, dalam resusitasi dan juga
perawatan medis yang lebih baik. Penyebab utama kehilangan darah
dari saluran pencernaan bagian bawah yang akut adalah divertikulosis
dan angiodisplasia. Sementara itu, penyebab utama perdarahan saluran
cerna bagian bawah yang kronik adalah keganasan dan penyakit di
daerah perianal. Perdarahan saluran cerna bagian bawah yang kronik
terjadi secara bertahap dan sebentar-sebentar, sehingga seringkali
pasien tidak menyadarinya dan membutuhkan rawat inap di rumah
sakit.
2. Definisi
Hematoshezia adalah pengeluaran feses atau tinja yang berwarna
merah segar dari saluran cerna bagian bawah. Nama penyakit yang bisa
mendasarinya yaitu hemoroid (wasir), infeksi kuman seperti amoeba,
tifus, disentri yang berat, dan kanker usus besar.
BAB darah atau hemtosezhia ditandai dengan keluarnya darah
berwarna merah segar dari anus,dapat berbentu gumpalan atau telah
bercampur dengan tinja. Sebagian besar BAB darah berasal dari luka di
usus besar, rektum, atau anus. Warna darah pada tinja tergantung dari
lokasi perdarahan. Semakin dekat sumber perdarahan dengan anus,
rektum, dan kolon sigmoid cenderung berwarna merah terang
dibandingnkan dengan perdarahan di kolon transversa dan kolon kanan
(lebih jauh dari anus) yang berwarna merah gelap atau merah tua.
3. Etiologi
Etiologi hematoshezia, yaitu berasal dari saluran cerna bagian
bawah, penyakit penyebab terjadinya BAB darah adalah hemoroid
(wasir), infeksi kuman, seperti amoeba, tifus, disentri yang berat,
kanker usus besar, dan radang usus besar menahun oleh sebab penyakit
autoimun.
4. Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala hematosezhia, yaitu syok (denyut jantung, suhu
tubuh), penyakit hati kronis (sirosis hepatis), demam ringan 38-39°C,
nyeri di perut, hiperperistaltik, penurunan Hb dan Hmt yang terlihat
setelah beberapa jam, peningkatan kadar urea darah setelah 24-48 jam
karena pemecahan protein darah oleh bakteri usus.
5. Patofisiologi
Pada gagal hepar sirosis kronis,kematian sel dalam hepar
mengakibatkan peningkatan tekanan vena porta. Sebagai akibatnya
terbentuk saluran kolateral dalam submukosa esophagus dan rektum
serta pada dinding abdomen anterior untuk mengalihkan darah dari
sirkulasi splenik menjauhi hepar. Dengan meningkatnya tekanan dalam
vena ini, maka vena tersebut menjadi mengambang dan membesar
(dilatasi) oleh darah (disebut varises). Varises dapat pecah,
mengakibatkan perdarahan gastrointestinal masif. Selanjutnya dapat
mengakibatkan kehilangan darah tiba-tiba penurunan arus balik vena ke
jantung, dan penurunan curah jantung. Jika perdarahan menjadi
berlebihan, maka akan mengakibatkan penurunan perfusi jaringan.
Dalam berespon terhadap penurunan curah jantung, tubuh
melakukan mekanisme kompensasi untuk mencoba mempertahankan
perfusi. Mekanisme ini merangsang tanda-tanda dan gejala-gejala
utama yang terlihat pada saat pengkajian awal. Jika volume darah tidak
digantikan, penurunan perfusi jaringan mengakibatkan disfungsi
seluler. Sel-sel akan berubah menjadi metabolisme anaerobi, dan
terbentuk asam laktat. Penurunan aliran darah akan memberikan efek
pada seluruh sistem tubuh, dan tanpa suplai oksigen yang mencukupi
sistem tersebut akan mengalami kegagalan.
6. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi pada penderita hemotosezhia, yaitu
encelofati, asites dan sirosis hepatis.
7. Pathway
8. Pemeriksaan Penunjang
a. Laboratorium (pemeriksaan darah)
Hitung darah lengkap, periksa hemoglobin, hematokrit,
peningkatan leukosit. Pemeriksaan elektrolit dengan melihat
adakah penurunan kalium serum, peningkatan natrium, glukosa
serum dan laktat.
b. Radiologi
c. Colonoscopy
Pemeriksaan ini dianjurkan pada pasien yang menderita peradangan
kolon.
B. ASUHAN KEPERAWATAN
1) Pengkajian
Pengkajian keperawatan dilakukan dengan cara pengumpulan data
secara subjektif (data yang didapatkan dari pasien/keluarga) melalui
metode anamnesa dan data objektif (data hasil pengukuran atau
observasi). Pengkajian yang harus dilakukan adalah :
a) Identitas Pasien
Meliputi nama lengkap, tempat tinggal, jenis kelamin, tanggal
lahir, umur, tempat lahir, asal suku bangsa, agama, tanggal
masuk rumah sakit, diagnosa medis.
b) Identitas Penanggungjawab
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, alamat, pekerjaan, serta
status hubungan dengan pasien.
c) Pengkajian Primer
1. A (Airways)
Apakah ada sumbatan nafas pada jalan nafas pasien, baik
itu sekret ataupun benda asing. Apakah pasien bernafas
mengalami kesulitan atau tidak bernafas sama sekali.
2. B (Breathing)
Observasi pernapasan pasien apakah dangkal/dalam, sesak
teratur, periodik/apneu, jumlah RR, penggunaan otot
tambahan pernapasan, ada tidak retraksi dada.
3. C (Circulation)
Kaji nadi klien, berupa frekuensinya, bagaimana irama dan
kekuatannya, cek CRT, dan akral.
4. D (Disability)
Kaji tingkat kesadaran klien, kaji kemampuan klien dalam
menggerakkan ekstermitas, kaji apakah klien mengeluhkan
nyeri.
5. E (Eksposure)
Kaji bagian tubuh pasien apakah ada luka, perdarahan,
fraktur, atau cedera kepala pada pasien.
d) Pengkajian Sekunder
1. Keluhan utama : menanyakan keluhan utama pada pasien
2. Riwayat penyakit sekarang : menanyakan keluhan utama
dan keluhan tambahan, dan menuliskan kronologi sakit bisa
terjadi
3. Riwayat penyakit dahulu : menanyakan apakah ada
penyakit lain yang menyertai.
4. Riwayat penyakit keluarga : dikaji apakah ada anggota
keluarga yang menderita penyakit-penyakit yang disinyalir
sebagai penyebab BAB darah.
5. Riwayat alergi : dikaji apakah pasien memiliki riwayat
alergi terhadap beberapa obat, makanan, udara, debu.
e) Pemeriksaan fisik
1. Keadaan umum: tampak lemas dan tidak betenaga.
2. Kesadaran: tergantung tingkat keprahan penyakit
3. Tanda-tanda vital: Perawat memeriksa tekanan darah, nadi,
pernapasan, dan suhu tubuh.
4. Kepala: mesocephal, tidak ada kelainan
5. Mata: konjungtiva anemis atau tidak
6. Hidung: tanyakan sesak atau tidak
7. Paru:
- Inspeksi: pengembangan paru berat dan tidak simetris, ada
penggunaan otot bantu napas
- Palpasi: adanya nyeri tekan, peningkatan vocal fremitus
pada daerah yang terkena.
- Perkusi: pekak bila ada cairan, normalnya timpani
- Auskultasi: mendengarkan suara paru
8. Jantung: jika tidak ada kelainan, maka tidak ada gangguan
9. Ekstremitas: kaji apakah ekstermitas lemah atau tidak
2) Analisis Data
Data Etiologi Masalah
DS : Pasien mengatakan Agen cedera Nyeri akut
nyeri pinggang fisik
P : Nyeri karena
perdarahan saat BAB
Q : Nyeri seperti
ditusuk-tusuk
R : Pinggang
S : Skala 6
T : Hilang timbul
DO : Pasien terlihat
memegangi
pinggangnya
DS : Pasien mengatakan Kekhawatiran Ansietas
cemas dengan dengan kondisi
keadaanya saat ini
DO : Pasien terlihat
cemas
6) Evaluasi Keperawatan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan adalah tahap evaluasi
keperawatan, yang mengacu pada kriteria evaluasi, dan ditahap ini
perawat akan mengetahui seberapa jauh proses perawatan telah
tercapai.
DAFTAR PUSTAKA
Bruner and Suddart, 2018. Buku Ajar keperawtan medikal bedah, edisi 8 vol 3.
Jakarta: EGC
Carpenito, L.J. 2017. Diagnosa Keperawatan, Aplikasi pada Praktik Klinis, edisi
6. Jakarta: EGC
Jakarta: Prima
6.Jakarta : EGC