Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

GENETIKA DAN BIOLOGI REPRODUKSI

“TENTANG INFERTILITAS”

disusun oleh:
NELLY PAULA YAWAN
NURHUDAYANTI
OCTARIS MAYANTI

DIREKTORAT JENDRAL KEMENKES REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES JAYAPURA

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEBIDANAN

TAHUN 2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan kepada Allah SWT, karena atas kehendak-Nya
penyusun dapat menyelesaikan tugas ini dengan baik dan lancar. Dengan ini penyusun
bermaksud memperluas pengetahuan mata kuliah genetika dan biologi reproduksi dengan
makalah yang berjudul “Infertilitas”. Dalam proses penyusunan materi ini, penyusun berupaya
untuk mengumpulkan bahan-bahan referensi dan diskusi ilmiah serta berbagai tulisan dari
media masa seperti internet.

Penyusun menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena
itu, segala kritik dan saran yang membangun akan penyusun terima dengan baik. Semoga
makalah ini bermanfaat bagi kita semua.

Timika, 18 Maret 2024

Peyusun

Kelompok 7

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................... i

DAFTAR ISI................................................................................................................................. ii

BAB I: PENDAHULUAN............................................................................................................ 1

1.1 Latar Belakang..................................................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah................................................................................................................ 1

1.3 Tujuan.................................................................................................................................. 2

1.4 Manfaat................................................................................................................................. 2

BAB II: PEMBAHASAN.............................................................................................................. 3

2.1 Pengertian Infertilitas........................................................................................................... 3

2.2 Jenis-jenis Infertilitas............................................................................................................ 4

2.3 Faktor Penyebab Infertilitas................................................................................................. 4

2.4 Pencegahan Infertilitas......................................................................................................... 9

2.5 Pengobatan Infertilitas.......................................................................................................... 10

2.6 Penanganan Infertilitas......................................................................................................... 15

BAB III: PENUTUP...................................................................................................................... 18

3.1 Kesimpulan........................................................................................................................... 18

3.2 Saran..................................................................................................................................... 18

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Infertilitas menurut dunia medis adalah istilah yang di gunakan untuk menyebut
pasangan yang belum mempunyai anak walaupun sudah berhubungan intim secara teratur
tanpa alat kontrasepsi dalam kurun waktu satu tahun.
Hampir setiap pasangan di dunia menginginkan seorang anak, namun sayangnya tidak
setiap perkawinan dianugerahi keturunan. Ada 10-15% pasangan mengalami infertilitas,
keadaan tersebut dimulai saat wanita tidak mampu untuk tidak menjadi hamil atau
kehamilan sampai melahirkan, meskipun telah melakukan hubungan seksual secara teratur
tanpa menggunakan alat kontrasepsi selama setahun atau lebih (infertilitas). Infertilitas
adalah masalah yang dialami pria dan wanita dimanapun di dunia. Walaupun diperkiraan
angka kejadiannya tidak terlalu cermat dan bervariasi dari satu daerah ke daerah lain, sekitar
8% pasangan mengalami masalah infertilitas selama masa reproduksinya, ini berarti bahwa
antara 50 sampai 80 juta orang mempunyai masalah fertilitas, suatu keadaan yang
menimbulkan penderitaan pribadi dan gangguan kehidupan keluarga.
keluarga infertil terpaksa menempuh hidup tanpa anak, atau ada juga yang melalukan
adopsi (mengangkat anak), poligami, atau bahkan tidak jarang yang bercerai dikarenakan
tidak dikaruniai anak. Namun berkat kemajuan teknologi kedokteran, beberapa pasangan
infertil telah dimungkinkan memperoleh anak dengan dengan jalan inseminasi buatan, bayi
tabung (membesarkan janin di dalam Rahim wanita lain), dan sebagainya.

1.2 Rumusan Masalah


1. Sebutkan jenis-jenis infertilitas!
2. Sebutkan dan jelaskan faktor-faktor penyebab infertilitas!
3. Bagaimana cara pencegahan infertilitas?
4. Bagaimana cara pengobatan infertilitas?
5. Bagaimana cara menangani infertilitas?

1
2

1.3 Tujuan
1. Mengetahui jenis-jenis infertilitas,
2. Mengetahui dan memahami faktor-faktor penyebab infertilitas,
3. Memahami pencagahan infertilitas,
4. Memahami cara pengobatan infertilitas.
5. Mengetahui berbagai cara penanganan pada penderita infertilitas.

1.4 Manfaat
1. Manfaat teoretis
Dengan adanya makalah ini diharapkan dapat menambah wawasan mengenai
masalah infertilitas serta cara penanganannya.
2. Manfaat praktis
Pembaca diharapkan dapat memahami cara pencegahan infertilitas. Dan bagi
pembaca yang memiliki masalah dengan fertilitas diharapkan dapat memahami dan
memilih cara penanganan yang tepat untuk masalahnya.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Infertilitas


Menurut dunia medis Infertilitas adalah istilah yang di gunakan untuk menyebut
pasangan yang belum mempunyai anak walaupun sudah berhubungan intim secara
teratur tanpa alat kontrasepsi dalam kurun waktu satu tahun (diah, 2012:
www.jurnalbidandiah.blogspot.com).
“Infertilitas adalah kegagalan dari pasangan suami-istri untuk mengalami
kehamilan setelah melakukan hubungan seksual tanpa kontrasepsi, selama satu tahun”
(Sarwono dalam diah, 2012: www.jurnalbidandiah.blogspot.com).
“Infertilitas (kamandulan) adalah ketidakmampuan atau penurunan kemampuan
menghasilkan keturunan” (Elizbeth dalam diah,2012: www.jurnalbidandiah.blogspot.
com).
“Ketidaksuburan (infertil) adalah suatu kondisi dimana pasangan suami istri
belum mampu memiliki anak walaupun telah melakukan hubungan seksual sebanyak 2
—3 kali seminggu dalam kurun waktu 1 tahun dengan tanpa menggunakan alat
kontrasepsi jenis apapun” (Djuwantono,2008).
Sedangkan Baradero, dkk (2006) menjelaskan bahwa “Infertilitas adalah
ketidakmampuan untuk hamil dalam waktu satu tahun.”
Maka dapat disimpulkan bahwa Infertilitas berarti tidak terjadinya fertilisasi
(Pembuahan ) pada organ reproduksi wanita, yaitu tidak terjadinya proses peleburan
antara satu sel sperma dan satu sel ovum yang sudah matang.

3
4
2.2 Jenis-jenis Infertilitas
Djuwanto, dkk., (2008) mengemukakan bahwa secara medis, infertilitas dibagi menjadi
2 jenis, yaitu:
a. Infertilitas primer
Berarti pasangan suami-istri belum mampu dan belum pernah memiliki anak setelah 1
tahun berhubungan seksual sebanyak 2—3 kali per minggu tanpa menggunakan alat
kontrasepsi dalam bentuk apapun.
b. Infertilitas sekunder
Berarti pasangan suami-istri telah atau pernah memiliki anak sebelumnya, tetapi saat
ini belum mampu memiliki anak lagi setelah 1 tahun berhubungan seksual sebanyak 2
—3 kali per minggu tanpa menggunakan alat atau metode kontrasepsi dalam bentuk
apapun.

2.3 Faktor penyebab Infertilitas


2.3.1 Pada Wanita
a. Gangguan organ reproduksi
1) Infeksi vagina menyebabkan meningkatnya keasaman vagina yang akan
membunuh sperma, dan pengkerutan vagina akan menghambat transportasi
sperma ke vagina.
2) Kelainan pada serviks akibat defesiensi hormon esterogen yang
mengganggu pengeluaran mukus serviks. Apabila mukus sedikit di serviks,
perjalanan sperma ke dalam rahim terganggu. Selain itu, bekas operasi pada
serviks yang menyisakan jaringan parut juga dapat menutup serviks
sehingga sperma tidak dapat masuk ke rahim
3) Kelainan pada uterus, misalnya diakibatkan oleh malformasi uterus yang
mengganggu pertumbuhan fetus, mioma uteri dan adhesi uterus yang
menyebabkan terjadinya gangguan suplai darah untuk perkembangan fetus
dan akhirnya terjadi abortus berulang.
4) Kelainan tuba falopii akibat infeksi yang mengakibatkan adhesi tuba falopii
dan terjadi obstruksi sehingga ovum dan sperma tidak dapat bertemu.
5
b. Gangguan ovulasi
Gangguan ovulasi ini dapat terjadi karena ketidakseimbangan hormonal
seperti adanya hambatan pada sekresi hormone FSH dan LH yang memiliki
pengaruh besar terhadap ovulasi. Hambatan ini dapat terjadi karena adanya
tumor cranial, stress, dan pengguna obat-obatan yang menyebabkan terjadinya
disfungsi hiotalamus dan hipofise. Bila terjadi gangguan sekresi kedua
hormone ini, Maka folikel mengalami hambatan untuk matang dan berakhir
pada gangguan ovulasi.

c. Kegagalan implantasi

Wanita dengan kadar progesteron yang rendah mengalami kegagalan


dalam mempersiapkan endometrium untuk nidasi. Setelah terjadi pembuahan,
proses nidasi pada endometrium tidak berlangsung baik. Akibatnya fetus tidak
dapat berkembang dan terjadilah abortus.

d. Endometriosis

Endometriosis adalah jaringan endometrium yang semestinya berada di


lapisan paling dalam rahim (lapisan endometrium) terletak dan tumbuh di
tempat lain. Endometriosis bisa terletak di lapisan tengah dinding rahim
(lapisan myometrium) yang disebut juga adenomyosis, atau bisa juga terletak di
indung telur, saluran telur, atau bahkan dalam rongga perut. Gejala umum
penyakit endometriosis adalah nyeri yang sangat pada daerah panggul terutama
pada saat haid dan berhubungan intim, serta tentu saja infertilitas.

e. Faktor immunologis
Apabila embrio memiliki antigen yang berbeda dari ibu, maka tubuh ibu
memberikan reaksi sebagai respon terhadap benda asing. Reaksi ini dapat
menyebabkan abortus spontan pada wanita hamil.
6
f. Lingkungan
Paparan radiasi dalam dosis tinggi, asap rokok, gas ananstesi, zat kimia,
dan pestisida dapat menyebabkan toxic pada seluruh bagian tubuh termasuk
organ reproduksi yang akan mempengaruhi kesuburan.

2.3.2 Pada Pria


Dari sisi pria, penyebab infertilitas yang paling umum terjadi adalah:

a. Bentuk dan gerakan sperma yang tidak sempurna

Sperma harus berbentuk sempurna serta dapat bergerak cepat dan akurat
menuju ke telur agar dapat terjadi pembuahan. Bila bentuk dan struktur
(morfologi) sperma tidak normal atau gerakannya (motilitas) tidak sempurna
sperma tidak dapat mencapai atau menembus sel telur.

b. Konsentrasi sperma rendah

Konsentrasi sperma yang normal adalah 20 juta sperma/ml semen atau lebih.
Bila 10 juta/ml atau kurang maka menujukkan konsentrasi yang rendah
(kurang subur). Hitungan 40 juta sperma/ml atau lebih berarti sangat subur.
Jarang sekali ada pria yang sama sekali tidak memproduksi sperma.
Kurangnya konsentrasi sperma ini dapat disebabkan oleh testis yang
kepanasan (misalnya karena selalu memakai celana ketat), terlalu sering
berejakulasi (hiperseks), merokok, alkohol dan kelelahan.

c. Tidak ada semen

Semen adalah cairan yang mengantarkan sperma dari penis menuju vagina.
Bila tidak ada semen maka sperma tidak terangkut (tidak ada ejakulasi).
Kondisi ini biasanya disebabkan penyakit atau kecelakaan yang
memengaruhi tulang belakang.
7

d. Varikosel (varicocele)

Varikosel adalah varises atau pelebaran pembuluh darah vena yang


berhubungan dengan testis. Sebagaimana diketahui, testis adalah tempat
produksi dan penyimpanan sperma. Varises yang disebabkan kerusakan pada
sistem katup pembuluh darah tersebut membuat pembuluh darah melebar dan
mengumpulkan darah. Akibatnya, fungsi testis memproduksi dan
menyalurkan sperma terganggu.

e. Testis tidak turun

Testis gagal turun adalah kelainan bawaan sejak lahir, terjadi saat salah satu
atau kedua buah pelir tetap berada di perut dan tidak turun ke kantong
skrotum. Karena suhu yang lebih tinggi dibandingkan suhu pada skrotum,
produksi sperma mungkin terganggu.

f. Kekurangan hormon testosteron

Kekurangan hormon ini dapat memengaruhi kemampuan testis dalam


memproduksi sperma.

g. Kelainan genetik

Dalam kelainan genetik yang disebut sindroma Klinefelter, seorang pria


memiliki dua kromosom X dan satu kromosom Y, bukannya satu X dan satu
Y. Hal ini menyebabkan pertumbuhan abnormal pada testis sehingga sedikit
atau sama sekali tidak memproduksi sperma. Dalam penyakit Cystic fibrosis,
beberapa pria penderitanya tidak dapat mengeluarkan sperma dari testis
mereka, meskipun sperma tersedia dalam jumlah yang cukup. Hal ini karena
mereka tidak memiliki vas deferens, saluran yang menghubungkan testis
dengan saluran ejakulasi.
8

h. Infeksi

Infeksi dapat memengaruhi motilitas sperma untuk sementara. Penyakit


menular seksual seperti klamidia dan gonore sering menyebabkan infertilitas
karena menyebabkan skar yang memblokir jalannya sperma.

i. Masalah seksual

Masalah seksual dapat menyebabkan infertilitas, misalnya disfungsi ereksi,


ejakulasi prematur, sakit saat berhubungan (disparunia). Demikian juga
dengan penggunaan minyak atau pelumas tertentu yang bersifat toksik
terhadap sperma.

j. Ejakulasi balik

Hal ini terjadi ketika semen yang dikeluarkan justru berbalik masuk ke
kantung kemih, bukannya keluar melalui penis saat terjadi ejakulasi.

Ada beberapa kondisi yang dapat menyebabkannya, di antaranya adalah


diabetes, pembedahan di kemih, prostat atau uretra, dan pengaruh obat-
obatan tertentu.

k. Sumbatan di epididimis/saluran ejakulasi

Beberapa pria terlahir dengan sumbatan di daerah testis yang berisi sperma
(epididimis) atau saluran ejakulasi. Beberapa pria tidak memiliki pembuluh
yang membawa sperma dari testis ke lubang penis.

l. Lubang kencing yang salah tempat (hipoepispadia)

Kelainan bawaan ini terjadi saat lubang kencing berada di bagian bawah
penis. Bila tidak dioperasi maka sperma dapat kesulitan mencapai serviks.
9

m. Antibodi pembunuh sperma

Antibodi yang membunuh atau melemahkan sperma biasanya terjadi setelah


pria menjalani vasektomi. Keberadaan antibodi ini menyulitkannya
mendapatkan anak kembali saat vasektomi dicabut.

n. Pencemaran lingkungan

Paparan polusi lingkungan dapat mengurangi jumlah sperma dengan efek


langsung pada fungsi testis dan sistem hormon. Beberapa bahan kimia yang
mempengaruhi produksi sperma antara lain: radikal bebas, pestisida (DDT,
aldrin, dieldrin, PCPs, dioxin, furan, dll), bahan kimia plastik, hidrokarbon
(etilbenzena, benzena, toluena, dan xilena), dan logam berat seperti timbal,
kadmium atau arsenik.

o. Kanker Testis

Kanker testis berpengaruh langsung terhadap kemampuan testis


memproduksi dan menyimpan sperma. Penyakit ini paling sering terjadi
pada pria usia 18 – 32 tahun.

2.4 Pencegahan Infertilitas

a. Hentikan kebiasaan merokok, mengkonsumsi obat-obatan terlarang atau minum-


minuman beralkohol.
b. Mengurangi mengkonsumsi minuman berkafein, karena dapat mengganggu
kesuburan
c. Jaga keseimbangan berat badan, jangan terlalu gemuk dan jangan terlalu kurus.
d. Jangan stress berlebihan.
1
0

e. in

2.5 Pengobatan infertilitas

2.5.1 Pemeriksaan pasangan infertil

Sekitar 1 dari 5 pasangan akan hamil dalam 1 tahun pertama pernikahan


dengan senggama yang normal dan teratur.

1. Riwayat penyakit dan pemeriksaan


Pemeriksaan awal dari pasangan infertil mencakup riwayat penyakit,
riwayat perkawinan terdahulu dan sekarang pemeriksaan terhadap masing-
masing pasangan. Sungguh baik jika pertama kali pasangan diperiksa bersama-
sama, karena dokter yang memeriksa akan dapat menilai interaksi mereka,
untuk pemeriksaan berikutnya lebih baik dinilai sendiri-sendiri.
2. Analisis Sperma
Analisis sperma harus dilakukan pada tahap awal, contoh sperma
dikumpulkan dalam plastic atau dalam wadah gelas, tidak boleh pakai karet
kondom, kemudian harus dikirim ke laboratorium dalam masa dua jam dari
ejakulasi. Tidak adanya semen dalam didalam dua atau lebih contoh semen
merupakan indikasi untuk pemeriksaan ulang.
Tiadanya fruktosa didalam contoh semen menjadi petunjuk tiadanya
vesikula dan vasa seminalis yang bersifat congenital, ini menjadi patokan bahwa
pemeriksaan fungsi testis berikutnya tidak ada gunanya. Apabila frukosa dalam
contoh semen ada, maka perlu dilakukan biopsi testis.
3. Uji Pasca Senggama (UPS)
Apabila telah diyakini bahwa analisis spermanya normal, maka UPS
bisa dijadwalkan. Ini akan memperlihatkan apakah semen sudah terpancar
dengan baik ke puncak vagina selama senggama.
11
UPS dilakukan sekitar 2-3 hari sebelum perkiraan ovulasi. Pasien
diminta dating 2-8 jam setelah senggama normal. Getah servik dihisap dari
kanal endoserviks yang pada tahap ini harus banyak dan bening.
Pemeriksaan dilakukan dengan mikroskop. Jika dijumpai 20 sperma
perlapang pandang, harapan untuk kehamilan cukup besar jika 1-20 sperma
aktif per lapang pandang. Uji ini harus dilakukan sekurang-kurangnya pada dua
keadaan yang terpisah, hasil negative bias disebabkan oleh teknik senggama.
4. Pembasahan dan Pemantauan Ovulasi
UPS dapat menyingkirkan sebab infertilitas suami, dan yang sangat
penting adalah apakah ovarium secara teratur menghasilkan ova.
Riwayat haid dapat memberikan pegangan terhadap hal ini. Ovulasi
lebih mungkin terjadi jika siklus haid berlangsung teratur dan dengan jumlah
darah haid yang sedang untuk jangka waktu 3-5 hari. Haid yang tak teratur dan
sedikit menjadi partanda siklus anovulatorik.
Sebagian wanita merasakan nyeri pada satu sisi fossa illiaka untuk 12-24
jam pada saat ovulasi, dan hal ini mungkin bersamaan atau tanpa disertai
pendarahan ringan atau dengan suatu peningkatan limbah vagina. Matalgia
prahaid menandakan adanya suatu korpus luteum yang aktif, artinya ovulasi
sebelumnya telah terjadi dalam siklus itu.
5. Uji Pakis
Di bawah pengaruh estrogen, getah serviks yang dikeringkan pada obyek
glass akan mengalami kristalisasi dan menghasilkan suatu pola daun pakis yang
cukup khas. Ini terjadi antara hari ke-6 sampai hari ke-22 dari siklus haid dan
kemudian akan dihambat oleh progestron. Hambatan ini biasanya akan tampak
pada hari ke-23 hingga haid berikutnya. Menetapnya pola pakis setelah hari ke-
23 ini menunjukan bahwa ovulasi tidak terjadi. Darah dan semen juga dapat
menghambat pembentukan lukisan pakis itu sehingga hasil yang salah sering
dijumpai pada uji ini.
1
2
6. Suhu Basal Badan (SBB)
Pada beberapa wanita, SBB meningkat selama fase progesterone dari
siklus haid. Cara ini juga dapat menentukan apakah telah terjadi ovulasi.
SBB diambil setiap hari pada saat terjaga pagi hari, sebelum bangkit dari
tempat tidur, ataupun makan dan minum. Nilainya ditandai pada kertas grafik.
Jika wanita erovulasigrafik akan memperlihatkan pola bifasik yang khas
(tipikal).
Meskipun grafik bifasik berarti bahwa ovulasi telah terjadi, suatu grafik
monofasik belum memastikan bahwa ovulasi tidak terjadi.
SBB bisa dipakai untuk menentukan kemungkinan hari ovulasi,
sehingga senggama bias diarahkan sekitar saat itu. Dalam praktek penggunaan
SBB tidak selalu mudah untuk dipercaya (seperti umumnya sebagian besar
pasien di Negara kita).
7. Sitologi vagina atau endoserviks
Epitel dari sepertiga lateral atas dinding vagina memberikan respon yang
ada pada hormon ovarium. Pemeriksaan ini dilakukan secara serial. Sekarang
telah dikembangkan pemeriksaan dari endoserviks pada fase pasca ovulasi
dengan pengambilan tunggal (tanpa serial). Perubahan sitologik dengan melihat
indeks kariopiknotik dapat dipakai untuk menentukan ada tidaknya ovulasi.
8. Biopsi Endometrium
Biopsi endometrium bias dilakukan secara poliklinis tanpa anastesi,
dengan memakai sendok kurret kecil tanpa dilatasi serviks. Saat yang tepat
adalah fase sekresi, yaitu 5-7 hari sebelum hari haid berikutnya.
9. Laparaskopi
Cara ini memungkinkan visualisasi langsung secara endoskopik baik
ovulasi yang baru saja terjadi dengan adanya bintik ovulasi, maupun adanya
korpus luteum sebagai hasil ovulasi diwaktu yang lebih dini dari siklus itu.
(Widyastuti, dkk. 2009)
13
2.5.2 Pengobatan infertilitas pasangan

Pengobatan infertilitas harus disesuaikan dengan penyebab infertilitas


masing-masing pasangan suami istri. Penggunaan obat yang logis dan sesuai
dengan jenis kelainan yang dimiliki adalah kunci penanganan infertilitas yang
tepat.

1. Obat infertilitas pria


Manusia terdiri atas sekumpulan sistem organ yang berkoordinasi satu
samalain. Sistem reproduksi juga berkoordinasi dengan sistem tubuh lainnya,
terutama sistem hormonal dan sistem saraf.
Hormon yang terkait langsung dengan kualitas kerja sistem reproduksi
pria adalah testosteron. Hormon tersebut penting karena perannya dalam
perkembangan spermatozoa menjadi matang (siap untuk membuahi sel telur).
Produksi dan kadar hormon testosteron dalam tubuh pria dipengaruhi oleh
produksi dan kadar hormon lain yang merangsangnya.

Produksi dan kadar hormon testosteron dipengaruhi oleh:

a. Produksi dan pelepasan hormon GnRH (Gonadotropin Releasing Hormone)


b. Produksi dan pelepasan hormon FSH (Follicle Stimulating Hormone) dan
LH (Luteinizing Hormone)

Dari pernyataan diatas maka dapat disimpulkan bahwa prinsip kerja obat-
obatan ini adalah untuk merangsang produksi spermatozoa matang dalam testis.
Selain dengan jalan langsung dari luar tubuh, obat-obatan yang mengandung
GnRH, FSH, dan LH juga dapat diberikan dengan tujuan yang sama. Selain
pemberian hormon tambahan, obat-obatan yang merangsang produksi dan
pelepasan hormon-hormon tersebut juga dapat diberikan.
1
4
Obat-obatan yang sering diberikan dokter sebagai obat pendukung dalam
meningkatkan kesuburan adalah vitamin dan antibiotik. Pada umumnya, vitamin
yang diberikan dokter adalah vitamin E. vitamin E telah terbukti memiliki efek
antioksidan yang tinggi sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup sel-sel
tubuh, termasuk kerja sel yang berkaitan dengan produksi dan perkembangan
spermatozoa hingga matang.

Antibiotik hanya diberikan apabila sang pria terbukti mengalami infeksi


pada organ ataupun saluran reproduksinya. Antibiotik diberikan atas instruksi
dokter dan digunakan sesuai dengan petunjuk penggunaannya.

2. Obat infertilitas wanita


Pengobatan infertilitas untuk wanita secara garis besar bertujuan untuk:
1) Perbaikan fungsi ovarium (Tempat dihasilkannya sel telur wanita yang
matang)
Sama halnya dengan sistem reproduksi pria, sistem reproduksi
wanita juga dipengaruhi oleh kerja sistem neuro-hormonal. Kerja sistem
reproduksi wanita dapat diamati pada siklus ovulasi dan menstruasi yang
dialaminya, yaitu dalam interval waktu yang teratur setiap bulannya (setiap
±28 hari).
Klomifen sitrat dan tamoksifen adalah obat yang sering digunakan
dan bertujuan untuk meningkatkan kadar FSH yang mempengaruhi
perkembangan sel telur wanita hingga mencapai maturasi / kematangan.
Obat tersebut bekerja dengan merangsang pelepasan GnRH, yang
selanjutnya akan merangsang reproduksi dan pelepasan FSH.
2) Perbaikan fungsi tuba (Tempat terjadinya pembuahan sel telur oleh
spermatozoa)
Sumbatan (obstruksi) pada tuba dipastikan secara medis melalui
pemeriksaan Histerosalfingografi (HSG), sonohisterografi, ataupun
laparoskopi. Salah satu penyebab tersering dari sumbatan pada tuba adalah
infeksi bakteri Chlamydia. Apabila sumbatan tuba terbukti disebabkan oleh
15
infeksi Chlamydia, obat yang sepantasnya diberikan adalah antibiotik yang
tepat dalam menangani infeksi tersebut. Selain dengan obat-obatan,
gangguan sumbatan pada tuba dapat diatasi dengan metode operatif.
3) Perbaikan fungsi rahim (Tempat berkembangnya janin dalam tubuh ibu)
Keseimbangan hormonal serta ketiadaan infeksi termasuk syarat-
syarat utama kesehatan rahim. Atas dasar inilah, obat-obatan yang berfungsi
menyeimbangkan kadar hormon estrogen dan progesteron serta penanganan
infeksi menjadi pilihan terapi pada wanita yang mengalami gangguan fungsi
rahim.

(Djuwantono, dkk. 2008)

2.6 Penanganan infertilitas


2.6.1 Inseminsi buatan
Inseminasi adalah suatu teknik untuk membantu spermatozoa pria sampai
pada tempat untuk membuahi sel telur wanita dalam organ reproduksi wanita.
Pada inseminasi, terdapat beberapa tahapan penting yang baik untuk diketahui
oleh setiap pasangan yang akan menjalani teknik tersebut. Antara lain:
a. Pengumpulan sperma pria,
b. Pemisahan spermatozoa dari bahan-bahan lain yang terkandung dalam sperma
(isolasi),
c. Penempatan spermatozoa pada zat tertentu yang dapat menjaga kelangsungan
hidup spermatozoa sementara di luar tubuh pria (medium),
d. Penyuntikan spermatozoa ke dalam rahim wanita (Intrauterine Insemination:
IUI).
(Djuwantono, dkk., 2008)

2.6.2 Fertilisasi In Vitro (FIV)


FIV (Fertilisasi = pembuahan sel telur oleh spermatozoa; In vitro = di luar
tubuh) atau dalam masyarakat dikenal dengan istilah “bayi tabung” merupakan
salah satu jalan keluar bagi pasangan suami istri yang belum memiliki anak. Pada
1
6
teknik ini, sel telur matang yang dihasilkan akan dipertemukan dengan
spermatozoa dalam suatu wadah berisi cairan khusus di laboratorium. Cairan yang
digunakan untuk merendam serupa dengan cairan yang terdapat pada tuba wanita
dengan tujuan untuk membuat suasana pertemuan antara sel telur matang dan
spermatozoa senormal mungkin. Dengan demikian, keaktifan gerak spermatozoa
dan kondisi optimal sel telur dapat terjaga.
Proses-proses utama dalam fertilisasi in vitro:
1) Pengambilan sel telur matang dan spermatozoa oleh dokter ahli untuk
kemudian ditempatkan pada sebuah tabung khusus yang steril.
2) Proses fertilisasi sel telur oleh spermatozoa dalam sebuah cawan khusus di
laboratorium. Embrio yang dihasilkan akan ditumbuhkan hingga cukup usia
(pada umumnya 2—3 hari).
3) Embrio yang telah siap (sekitar 2—3 hari pascafertilisasi) ditanamkan
kembali ke dalam rahim sang ibu oleh dokter ahli. Embrio tersebut
diharapkan terus tumbuh dan barkembang hingga menjadi bayi yang pada
akhirnya dilahirkan oleh sang ibu.
(Djuwantono, dkk., 2008)
2.6.3 Intra Cytoplasmic Sperm Injection (ICSI)
ICSI merupakan teknik untuk membantu pembuahan dengan cara
menyuntikan satu sel sperma langsung ke sel telur. Keistimewaan dari teknik ini
adalah jumlah spermatozoa yang dibutuhkan untuk melakukan fertilitas sel telur
di laboratorium hanya satu spermatozoa. Oleh karena itu, teknik tersebut sangat
bermanfaat bagi pria yang hanya memiliki sedikit spermatozoa normal dan aktif.
(Djuwantono, dkk., 2008)
2.6.4 Gamete Intrafallopian Transfer (GIFT)
GIFT merupakan teknik untuk membantu pembuahan dengan cara
mengambil sel telur dari ovarium, lalu dipertemukan dengan sel sperma yang
sudah dibersihkan. Dengan menggunakan alat yang bernama laparoscope, sel
telur dan sperma yang sudah dipertemukan tersebut dimasukkan kedalam tuba
17
falopi melalui irisan kecil di bagian perut wanita melalui operasi laparoskopik.
(Reeder, dkk., 2012)
2.6.5 Zygote Intrafallopian Transfer (ZIFT)
ZIFT merupakan teknik pemindahan zigot (sel telur yang telah dibuahi).
Proses ini dilakukan dengan cara mengumpulkan sel telur dari indung telur
seorang wanita lalu dibuahi di luar tubuhnya. Kemudian setelah dibuahi,
dimasukkan kembali ke tuba falopii melalui pembedahan di bagian perut dengan
operasi laparoskopik. Teknik ini merupakan kombinasi antara teknik FIV dan
GIFT. (Reeder, dkk. 2012)
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Infertilitas terbagi atas dua jenis, yaitu infertilitas primer dan sekunder. Infertilitas
disebabkan oleh abnormalitas anatomi atau fisiologi sistem reproduksi wanita maupun pada
sistem reproduksi pria yang dipengaruhi oleh banyak faktor, contohnya karena kebiasaan
hidup yang kurang sehat, faktor lingkungan, dan faktor bawaan dari lahir.

Infertilitas dapat dicegah dengan cara menerapkan hidup sehat seperti tidak merokok,
tidak mengonsumsi minuman beralkohol, dan sebagainya. Pengobatan infertilitas dapat
diakukan dengan terapi obat maupun operasi, sesuai dengan jenis kelainan yang dimiliki
oleh masing-masing pasangan suami istri. Apabila penyebab infertilitas tersebut tidak dapat
disembuhkan, maka dapat menanganinya dengan mengikuti program bantuan dari teknologi
kedokteran, seperti inseminasi buatan, FIV, dan sebagainya.

3.2 Saran

Demikian yang dapat penyusun paparkan mengenai materi yang menjadi pokok
pembahasan dalam makalah ini. Tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahannya,
dikarenakan terbatasnya pengetahuan dan kurangnya rujukan atau referensi yang ada
hubungannya dengan judul makalah ini. Oleh karena itu, segala kritik dan saran yang
bersifat membangun akan penyusun terima dengan baik demi sempurnanya makalah ini dan
penulisan makalah di kesempatan berikutnya.Semoga makalah ini berguna bagi kita semua.

18
DAFTAR PUSTAKA

Baradero, M., dkk. (2006). Klien Gangguan Sistem Reproduksi & Seksualitas. Jakarta: EGC

Diah. (2012). “INFERTILITAS : Pengertian, penanganan, pencegahan “, [online]. Tersedia:


http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/05/infertilitas-pengertian-penanganan.html
yang direkam pada 14 Mei 2012 17.01.03 GMT. [3 Des 2013].

Djuwantono, T., dkk. (2008). Hanya 7 hari Memahami Infertilitas. Bandung: PT Refika
Aditama

Reeder, dkk. (2012). Keperawatan Maternitas. Jakarta: EGC

Widyastuti, Y., dkk. (2009). Kesehatan Reproduksi. Yogyakarta: Fitramaya

Anda mungkin juga menyukai