Anda di halaman 1dari 62

LAPORAN INDIVIDU

ASUHAN KELUARGA BINAAN PADA REMAJA NN P USIA 16 TAHUN


DENGAN KEKURANGAN ENERGI KRONIK (KEK)
DI DESA PASANGGRAHAN KECAMATAN MUNJUL
TAHUN 2023

DISUSUN OLEH
YULI
NPM 072202200063

PROGRAM STUDI KEBIDANAN PROGRAM SARJANA TERAPAN


FAKULTAS VOKASI
UNIVERSITAS INDONESIA MAJU
TAHUN 2023
LEMBAR PERSETUJUAN
LAPORAN INDIVIDU KELUARGA BINAAN KOMUNITAS
ASUHAN KELUARGA BINAAN PADA REMAJA NN P USIA 16 TAHUN
DENGAN KEKURANGAN ENERGI KRONIK ( KEK) DI DESA
PASANGGRAHAN KECAMATAN MUNJUL
TAHUN 2023

DISUSUN OLEH

YULI
NPM 072202200063

Telah Disetujui di Jakarta


Pada Tanggal, Agustus 2023

Menyetujui,
Dosen Pembimbing

(Irma Jayatmi, S.ST.Keb.M.Keb)

i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. Atas Rahmat dan

nikmatnya, penulis dapat menyelesaikan Laporan Individu Keluarga Binaan Komunitas

Mahasiswa Program Studi Kebidanan Asuhan Kebidanan pada Remaja Nn. P Usia

16 Tahun Dengan Kekurangan Energi Kronik (KEK) Di Desa Pasanggrahan

Kecamatan Munjul Tahun 2023 ini tepat pada waktunya. Laporan Individu Keluarga

Binaan Komunitas Mahasiswa Program Studi Kebidanan diajukan sebagai salah satu

syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Terapan Kebidanan di Universitas Indonesia

Maju (UIMA).

Tujuan dari penulisan laporan ini adalah untuk memenuhi tugas Asuhan

Kebidanan Komunitas Keluarga Binaan, Penyusunan Laporan Praktik Asuhan

Kebidanan Komunitas tidak lepas dari dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh

karena itu, penulis bermaksud untuk mengucapkan terima kasih kepada :

1. Drs.H.A.Jacub Chatib, selaku Ketua Yayasan Universitas Indonesia Maju


2. Prof.Dr.Dr.dr.H.M.Hafizurracman,MPH, selaku Pembina Yayasan Indonesia
Maju.
3. Dr.Astrid Novita,SKM,MKM Selaku Rektor Universitas Indonesia Maju.
4. Susaldi,S.ST.,M.Biomed Selaku Wakil Rektor I Bidang Akademik Universitas
Indonesia Maju.
5. Dr.Rindu,SKM.,M.Kes Selaku Wakil Rektor II Bidang Non-Akademik
Universitas Indonesia Maju.
6. Hidayani,S.Tr.Keb,SKM,MKM Selaku Dekan Fakultas Vokasi Universitas
Indonesia Maju.
7. Hedy Hardiana,S.Kep.,M.Kes Selaku Wakil Dekan Fakultas Vokasi Universitas
Indonesia Maju.
8. Retno Sugesti,S.ST.,M.Kes., Selaku Koordinator Program Studi Pendidikan
Profesi Bidan Universitas Indonesia Maju

ii
9. Irma Jayatmi,S.ST,M.Kes, selaku dosen pembimbing Asuhan Kebidanan
Komunitas
10. Seluruh dosen dan staf pengajar Program Studi Pendidikan Profesi Bidan Program
Profesi Universitas Indonesia Maju (UIMA) yang telah memberikan ilmu
pengetahuan, mengarahkan dan membimbing penulis selama mengikuti proses
Pendidikan.
11. Keluarga Nn. P yang telah bersedia menjadi keluarga binaan penulis
12. Orang tua dan keluarga tercinta yang selalu memberikan do’a dan dukungan
kepada penulis dalam menyelesaikan laporan ini
13. Teman-teman seperjuangan yang selalu membantu dan memotivasi penulis dalam
menyelesaikan laporan ini
Untuk itulah dalam kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terimakasih,
semoga Allah SWT membalas dan melimpahkan Rahmat dan hidayahnya atas bantuan
yang telah di berikan kepada penulis dalam penyusunan Laporan ini.

Jakarta,Agustus 2023

(Penulis)

iii
DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN............................................................................. i
KATA PENGANTAR....................................................................................... ii
DAFTAR ISI...................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang....................................................................................... 6
1.2 Tujuan..................................................................................................... 7
1.2.1 Tujuan Umum................................................................................ 3
1.2.3 Tujuan Khusus ............................................................................. 8
1.3 Manfaat................................................................................................... 8
1.3.1 Manfaat teoritis.............................................................................. 8
1.3.2 Manfaat metodologis...................................................................... 8
1.3.3 Manfaat praktis............................................................................... 9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Dasar Asuhan Kebidanan Komunitas...................................... 10
2.1.1 Pengertian Kebidanan Komunitas................................................. 10
2.1.2 Definisi asuhan kebidanan dalam kontek keluarga........................ 11
2.1.3 Tujuan asuhan kebidanan di komunitas......................................... 12
2.1.4 Metode prioritas masalah............................................................... 12
2.2 Konsep Dasar Keluarga Binaan............................................................ 13
2.2.1 Definisi keluarga....................................................................... 13
2.2.2 Stuktur Keluarga....................................................................... 14
2.2.3 Ciri-ciri Keluarga...................................................................... 14
2.2.4 Bentuk-bentuk Keluarga........................................................... 15
2.2.5 Peran dan fungsi keluarga......................................................... 19
2.2.6 Tugas keluarga.......................................................................... 22
2.3 Kekurangan Energi Kronik................................................................... 23
2.3.1 Pengertian kekurangan energi kronik.......................................... 23
2.3.2 Etologi......................................................................................... 24
2.3.3 Konsep pola makan..................................................................... 25
2.3.4 Konsep remaja ............................................................................ 26
2.3.5 Empat pilar gizi seimbang........................................................... 27
2.3.6 Pesan gizi seimbang untuk remaja putri...................................... 29
2.3.7 Dampak terjadinya KEK............................................................. 30
2.4 Teori manajemen kebidanan SOAP...................................................... 30
BAB III TINJAUAN KASUS
1. Kunjungan ke 1....................................................................................... 32

iv
2. Kunjungan ke 1I...................................................................................... 37
3. Kunjungan ke III..................................................................................... 40
BAB IV PEMBAHASAN
4.1 Penjelasan............................................................................................... 43
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan............................................................................................ 45
5.2 Saran....................................................................................................... 45
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

v
6

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Remaja merupakan asset bangsa untuk terciptanya generasi mendatang


yang baik. Masa remaja atau adolenscence adalah waktu terjadinya perubahan-
perubahan yang berlangsungnya cepat dalam hal pertumbuhan fisik,kognitif, dan
psikososial atau tingkah laku. Usia remaja merupakan usia peraliahan dari masa
kanak-kanak menuju mas remaja dan banyak perubahan yang terjadi karna
bertambahnya mas otot, bertambahnya jaringan lemak, dalam tubuh juga terjadi
perubahan hormonal. Perubahan-perubahan itu mempengaruhi kebutuhan gizi dan
makanan mereka. Masa remaja adalah masa peralihan dari masa anak menuju masa
dewasa dan disertai dengan perkembangan semua aspek atau fungsi untuk
memasuki masa dewasa.
Kekurangan energi kronik (KEK) adalah keadaan dimana remaja putri atau
Wanita mengalami kekurangan gizi (kalori dan protein) yang berlangsung lama
atau menahun. Resiko kekurangan energi kronik (KEK) adalah keadaan dimana
remaja putri mempunyai kecenderungan menderita KEK.
Secara nasional prevalensi kasus KEK di Indonesia pada wanita usia subur
(WUS) sebesar 20,8 % sedangkan pada ibu hamil sebesar 24,%. Berdasarkan
menurut Riskesdas 2018, kejadian Kekurangan Energi Kronis pada remaja putri
berfluktuasi dengan hasil sebesar 36,5%. Sedangkan menurut data Riskesdas di
Kalimantan Selatan, angka KEK pada ibu hamil sebesar 19,45% dan pada ibu tidak
hamil sebesar 14,42%.
Berdasarkan Riskesdas 2018 prevalensi remaja KEK di provinsi Banten
remaja KEK 12,21 % sedangkan di kabupaten pandeglang remaja KEK 15,78%.
Data dari Puskesmas Munjul masih banyak remaja mengalami Kekurangan
Energi Kronik yaitu sekitar 36% dari 356 di wilayah puskesmas munjul.
7

Istilah Kekurangan Energi Kronik merupakan istilah lain dari Kurang


Energi Protein (KEP) yang diperuntukan untuk wanita yang kurus atau lemah
akibat kurang energi yang kronik. (1).
Kurang gizi pada remaja putri yang disebut kurang energi kronik (KEK)
ditandai dengan lingkar lengan atas (LiLA) kurang dari 23,5 cm. Pada umumnya,
hal tersebut disebabkan karna remaja putri makan terlalu sedikit karna keinginan
untuk menurunkan berat badan. Wanita yang menurunkan berat badan secara
drastis erat hubungan nya dengan factor emosional seperti takut gemuk atau
dipandang lawan jenis kurang seksi.
KIE (Komunikasi, Informasi dan Edukasi) mengenai KEK dan faktor yang
mempengaruhi serta bagaimana menanggulanginya merupakan salah satu upaya
untuk menanggulangi KEK. Bentuk KIE salah satunya adalah penyuluhan, yaitu
kegiatan Pendidikan yang dilakukan dengan cara menyebarkan pesan, menanamkan
keyakinan, sehingga masyarakat tidak saja sadar, tahu dan mengerti, tetapi juga
mau dan bisa melakukan suatu anjuran yang ada hubungannya dengan Kesehatan.
Dampak dari kekurangan energi kronik ialah Pada anak-anak, kurang gizi
bisa menyebabkan mereka mengalami gangguan tumbuh kembang, berkurangnya
tingkat kecerdasan dan prestasi akademik, berat badan kurang, serta stunting.
Upaya untuk penanggulangan dan pencegahan Kekurangan Energi Kronik
(KEK) dengan mengubah pola hidup ke arah pola hidup sehat dengan konsumsi
gizi seimbang, pola istirahat cukup dan aktivitas fisik teratur.
1.2 Tujuan Umum dan Khusus

1.2.1 Tujuan Umum

Mampu memberikan asuahan kebidanan komunitas pada remaja Nn. P usia

16 tahun dengan kekurangan energi kronik melalui pendekatan manajemen

varney dan pendokumentasian dalam bentuk SOAP.

1.2.2 Tujuan Khusus

1. Mampu melakuakan pengkajian data subjektif asuahan kebidanan pada


remaja Nn. P usia 16 tahun dengan kekurangan energi kronik.
8

2. Mampu melakukan pengkajian data objektif asuahan kebidanan pada remaja


Nn. P usia 16 tahun dengan kekurangan energi kronik.
3. Mampu mendiagnosa asuahan kebidanan pada remaja Nn. P usia 16 tahun
dengan kekurangan energi kronik
4. Mampu melakukan penatalaksanaan dan evaluasi pada remaja Nn. P usia 16
tahun dengan kekurangan energi kronik.

1.3 Manfaat

1.3.1 Manfaat teoritis

Secara teoritis, kegiatan ini di harapkan agar dapat bermanfaat untuk sumber

informasi bagi pembaca dalam permasalahan-permasalahan yang terjadi dalam

proses pemeriksaan kebidanan terutama dalam pemeriksaan pada remaja dengan

kekurangan energi kronik

1.3.2 Manfaat metodologis

Tujuan di adakannya kegiatan keluarga binaan ini adalah agar masyarakat

di harapkan memiliki kesadaran bermasyarakat yang mandiri dan berdaya saing

di berbagai kegiatan yang bertujuan meningkatkan kualitas dalam segi

pendidikan, ekonomi, sosial, budaya, dan kesehatan.

1.3.3 Manfaat praktis

Secara praktis kegiatan ini dapat bermanfaat sebagai berikut :

a. Bagi penulis

Mendapatkan wawasan serta pengalaman untuk menerapakan

manajemen kebidanan komunitas dan memberikan asuahan kebidanan

secara langsung kepada masyarakat.


9

b. Bagi klien dan keluarga

Mendapatkan pengetahuan tentang pentingnya pola hidup sehat dan

mengkonsusmsi makan yang bergizi seimbang.

c. Bagi lahan praktik

Sebagai sumbangan teoritis maupun aplikasi dalam memberikan

asuahan kebidanan pada remaja dengan kekurangan energi kronik.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar Asuhan Kebidanan Komunitas

2.1.1 Pengertian Kebidanan Komunitas

Bidan adalah seorang wanita yang telah mengikuti program pendidikan

bidan dan lulus ujian dengan persyaratan yang berlaku.

Komunitas berasal dari bahasa latin yaitu kommunis yang berarti

kesamaan, publik ataupun banyak. Istilah comunity dapat di terjemahkan

sebagai masyarakat setempat yang menunjuk pada warga sebuah desa, kota,

suku, atau bangsa.

Komunitas di gambarkan sebagai sebuah lingkungan fisik dimana

seseoprang tinggal beserta aspek- aspek sosialnya. Hubungan-hubungan

individu dalam sebuah komunitas akan membangun dan mendukung

terbentuknya suatu sistem kepercayaan atau keyakinan baik tentang arti

kekuarga , konsep sehat , maupun sakit. Keyakinan mereka ini akan di

cerminkan daklam perilaku keluarga maupun di kelompok tertentu.Hal ini

merupakan dasar pemikiran mereka dalam pemeliharaan kesehatan maupun

perawatan ketika sakit.

Masyarakat adalah sekelompok manusia yang terbesar yang mempunyai

kebiasaaan , tradisi, sikap dan perasaan persatuan yang sama.

Kebidanan komunitas adalah upaya memberikan asuhan kebidanan pada

masyarakat baik individu, keluaraga, kelompok dan masyarakat yang terfokus

pada pelayanan kesehatan ibu dan anak (KIA), Keluarga berencana (KB),

10
Kesehatan Reproduksi termasuk usia wanita adi yuswa secara paripurna.

Pelaksanaan pelayanan kebidanan komunitas di dasarkan pada 4 konsep utama

dalam pelayanan kebidanan yaitu manusia, masyarakat, lingkungan, kesehatan

dan pelayanan kebidanan yang mengacu pada konsep paradigma kebidanan

dan paradigma sehat sehingga di harapkan tercapainya taraf kesejahteraan

hidup masyarakat.

2.1.2 Definisi asuhan kebidanan dalam kontek keluarga

Konsep adalah kerangka ide yang mengandung suatu pengertian tertentu.

Kebidanan berasal dari kata “Bidan”. Kebidanan adalah mencankup

pengetahuan yang dimilikai dan kegiatan pelayanan untuk menyelamtkan ibu

dan bayi, kebidanan merupakan profesi tertua didunia sejak adanya peradaban

umat manusia.

Bidan adalah seorang yang telah mengikuti program pendidikan

kebidanan yang diakui oleh negaranya, telah lulus dari pendidikan tersebut,

serta memenuhi kualifikasi untuk didaftar (registrasi) atau memiliki ijin yang

sah (lisensi) untuk melakukan praktik kebidanan.

Komunitas adalah kelompok orang yang berada disuatu lokasi atau

daerah atau area tertentu. Bidan komunitas adalah bidan yang bekerja melayani

keluarga dan masyarakat diwilayah tertentu. Kebidanan komunitas adalah

konsep dasar bidan dalam melayani keluarga dan masyarakat.

Pelayanan kebidanan komunitas adalah upaya yang dilakukan bidan

untuk pemecahan terhadap masalah kesehatan ibu dan anak balita didalam

keluarga dan masyarakat.

11
12

2.1.3 Tujuan asuhan kebidanan di komunitas

1. Tujuan umum

Mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat, khususnya kesehatan

perempuan diwilayah kerja bidan.

2. Tujuan khusus

a. Meningkatkan cakupan pelayanan kebidanan komunitas sesuai

tangguang jawab bidan

b. Meningkatkan pelayanan mutu ibu hamil, pertolongan persalinan,

perawatan nifas, dan perinatal secara terpadu

c. Menurunkan jumlah kasus-kasus yang berkaitan dengan resiko

kehamilan, persalinan, nifas, dan perinatal

d. Mendukung program-program pemerintah lainnya untuk menurunkan

angka kematian ibu dan anak

e. Membangun jejaring kerja dengan fasilitas rujukan dan tokoh

masyarakat setempat atau terkait.

2.1.4 Metode prioritas masalah

Masalah yang telah diidentifikasi perlu ditentukan menurut urutan atau

prioritas masalah, untuk itu digunakan beberapa metode. Metode yang dapat

digunakan dalam menetapkan urutan prioritas masalah, pada umumnya dibagi

atas, Teknik Skoring dan Teknik Non Skoring, sebagai berikut : Teknik scoring

dapat digunakan apabila tersedia data kuantitatif atau data yang dapat terukur

dan dapat dinyatakan dalam angka, yang cukup dan lengkap. Yang termasuk

teknik scoring dalam penetuan prioritas masalah, yakni:


13

1. Metode USG (Urgency, Seriousness, and Growth)

2. Metode MCUA (Multi Criteria Utility Assesment)

3. Metode CARL (Capability, Accesability, Readiness & Leverage)

4. Metode Hanlon (nama penemu metode Hanlon)

2.2 Konsep Dasar Keluarga Binaan

2.2.1 Definisi keluarga

Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas Kepala

Keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu tempat

dibawah suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan.

Anggota rumah tangga yang saling berhubungan melalui pertalian darah

adaptasi atau perkawinan. Keluarga adalah unit terkecil masyarakat, terdiri atas

2 orang atau lebih adanya ikatan perkawinan dan pertalian darah, hidup dalam

satu rumah tangga dibawah asuhan seorang kepala rumah tangga berinteraksi

diantara sesama anggota keluarga, setiap anggota keluarga mempunyai peran

masing-masing, menciptakan, mempertahankan suatu kebudayaan.

Keluarga adalah satu kelompok yang terdiri dari 2 orang atau lebih, yang

dipersatukan oleh hubungan darah, perkawinan atau adopsi atau pengakuan

sebagai anggota keluarga yang tinggal bersama, satu kesatuan atau unit yang

membina kerjasama yang bersumber dari kebudayaan umum. Di mana setiap

anggotanya belajar dan melakukan peranannya seperti yang diharapkan.

Keluarga sebagai suatu sistem sosial melakukan beberapa fungsi yang paling
14

dasar seperti memberikan keturunan, sosialisasi, psikologi, seleksi, proteksi

dan sebagainya.

Binaan adalah binaan dan arahan,asuhan, bimbingan, ciptaan

2.2.2 Stuktur Keluarga

Struktur keluarga menurut effendi, terdiri dari bermacam-macam,

diantaranya adalah

1. Patrilineal: keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah

dalam beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun melalui jalur

ayah.

2. Matrilineal: keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah

dalam beberapa generasi dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis

ibu.

3. Matrilokal: sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah

ibu.

4. Patrilokal: sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah

suami.

5. Keluarga kawinan : hubungan suami istri sebagai dasar bagi pembinaan

keluarga, dan beberapa sanak saudara yang menjadi bagian keluarga

karena adanya hubungan dengan suami atau istri.

2.2.3 Ciri-ciri Keluarga

1. Diikat dalam suatu tali perkawinan.

2. Ada hubungan darah.

3. Ada ikatan batin.


15

4. Ada tanggung jawab masing-masing anggotnya.

5. Ada pengambilan keputusan .

6. Kerjasama diantara anggota keluarga.

7. Komunikasi interaksi antar anggota keluarga.

8. Tinggal dalam satu rumah.

9. Suami sebagai pengambil keputusan

10. Merupakan suatu kesatuan yang utuh

11. Berbentuk monogram

12. Bertanggung jawab

13. Pengambil keputusan

14. Meneruskan nilai-nilai budaya bangsa

15. Ikatan kekeluargaan sangat erat

16. Mempunyai semangat gotong-royong

2.2.4 Bentuk-bentuk Keluarga

1. Tradisional :

a. The nuclear family (keluarga inti)

Keluarga yang terdiri dari suami, istri dan anak.

b. The dyad family

Keluarga yang terdiri dari suami dan istri (tanpa anak) yang hidup bersama

dalam satu rumah

c. Keluarga usila

Keluarga yang terdiri dari suami istri yang sudah tua dengan anak sudah

memisahkan diri
16

d. The childless family

Keluarga tanpa anak karena terlambat menikah dan untuK mendapatkan

anak terlambat waktunya, yang disebabkan karena mengejar

karir/pendidikan yang terjadi pada wanita

e. The extended family (keluarga luas/besar)

Keluarga yang terdiri dari tiga generasi yang hidup bersama dalam satu

rumah seperti nuclear family disertai : paman, tante, orang tua (kakak-

nenek), keponakan, dll)

f. The single-parent family (keluarga duda/janda)

Keluarga yang terdiri dari satu orang tua (ayah dan ibu) dengan anak, hal

ini terjadi biasanya melalui proses perceraian, kematian dan ditinggalkan

(menyalahi hukum pernikahan)

g. Commuter family

Kedua orang tua bekerja di kota yang berbeda, tetapi salah satu kota

tersebut sebagai tempat tinggal dan orang tua yang bekerja diluar kota bisa

berkumpul pada anggota keluarga pada saat akhir pekan (week-end)

h. Multigenerational family

Keluarga dengan beberapa generasi atau kelompok umur yang tinggal

bersama dalam satu rumah

i. Kin-network family

Beberapa keluarga inti yang tinggal dalam satu rumah atau saling

berdekatan dan saling menggunakan barang-barang dan pelayanan yang

sama. Misalnya : dapur, kamar mandi, televisi, telpon, dll)


17

j. Blended family

Keluarga yang dibentuk oleh duda atau janda yang menikah kembali dan

membesarkan anak dari perkawinan sebelumnya

k. The single adult living alone / single-adult family

Keluarga yang terdiri dari orang dewasa yang hidup sendiri karena

pilihannya atau perpisahan (separasi), seperti : perceraian atau ditinggal

mati.

2. Non-tradisional :

1) The unmarried teenage mother

Keluarga yang terdiri dari orang tua (terutama ibu) dengan anak dari

hubungan tanpa nikah

2) The stepparent family

Keluarga dengan orangtua tiri

3) Commune family

Beberapa pasangan keluarga (dengan anaknya) yang tidak ada hubungan

saudara, yang hidup bersama dalam satu rumah, sumber dan fasilitas yang

sama, pengalaman yang sama, sosialisasi anak dengan melalui aktivitas

kelompok/ membesarkan anak bersama

4) The nonmarital heterosexual cohabiting family

Keluarga yang hidup bersama berganti-ganti pasangan tanpa melalui

pernikahan
18

5) Gay and lesbian families

Seseorang yang mempunyai persamaan sex hidup bersama sebagaimana

pasangan suami-istri (marital partners)

6) Cohabitating couple

Orang dewasa yang hidup bersama diluar ikatan perkawinan karena

beberapa alasan tertentu

7) Group-marriage family

Beberapa orang dewasa yang menggunakan alat-alat rumah tangga

bersama, yang merasa telah saling menikah satu dengan yang lainnya,

berbagi sesuatu, termasuk sexual dan membesarkan anaknya

8) Group network family

Keluarga inti yang dibatasi oleh set aturan/nilai-nilai, hidup berdekatan

satu sama lain dan saling menggunakan barang-barang rumah tangga

bersama, pelayanan dan bertanggung jawab membesarkan anaknya.

9) Foster family

Keluarga menerima anak yang tidak ada hubungan keluarga/saudara dalam

waktu sementara, pada saat orangtua anak tersebut perlu mendapatkan

bantuan untuk menyatukan kembali keluarga yang aslinya

10) Homeless family

Keluarga yang terbentuk dan tidak mempunyai perlindungan yang

permanen karena krisis personal yang dihubungkan dengan keadaan

ekonomi dan atau problem kesehatan mental


19

11) Gang

Sebuah bentuk keluarga yang destruktif, dari orang-orang muda yang

mencari ikatan emosional dan keluarga yang mempunyai perhatian, tetapi

berkembang dalam kekerasan dan kriminal dalam kehidupannya.

2.2.5 Peran dan fungsi keluarga

a. Peran Keluarga

Peranan keluarga menggambarkan seperangkat perilaku interpersonal, sifat,

kegiatan, yang berhubungan dengan individu dalam posisi dan situasi tertentu.

Peranan individu dalam keluarga didasari oleh harapan dan pola perilaku dari

keluarga, kelompok dan masyarakat.

Berbagai peranan yang terdapat di dalam keluarga adalah sebagai berikut:

1) Peranan ayah :

Ayah sebagai suami dari istri, berperanan sebagai pencari nafkah,

pendidik, pelindung, dan pemberi rasa aman, sebagai kepala keluarga,

sebagai anggota dari kelompok sosialnya, serta sebagai anggota

masyarakat dari lingkungannya.

2) Peranan ibu :

Sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya, ibu mempunyai peranan

untuk mengurus rumah tangga, sebagai pengasuh dan pendidik anak-

anaknya, pelindung dan sebagai salah satu kelompok dari peranan

sosialnya, serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya,


20

disamping itu juga dapat berperan sebagai pencari nafkah tambahan

dalam keluarganya.

3) Peranan anak :

Anak-anak melaksanakan peranan psiko-sosial sesuai dengan

tingkat perkembangannya, baik fisik, mental, sosial dan spiritual.

b. Fungsi Keluarga

1) Fungsi biologis :

a) Meneruskan keturunan

b) Memelihara dan membesarkan anak

c) Memenuhi kebutuhan gizi keluarga

d) Memelihara dan merawat anggota keluarga

2) Fungsi Psikologis :

a) Memberikan kasih sayang dan rasa aman

b) Memberikan perhatian di antara anggota keluarga

c) Membina pendewasaan kepribadian anggota keluarga

d) Memberikan identitas keluarga

3) Fungsi sosialisasi :

a) Membina sosialisasi pada anak

b) Membentuk norma-norma tingkah laku sesuai dengan tingkat

perkembangan anak

c) Meneruskan nilai-nilai budaya keluarga


21

4) Fungsi ekonomi :

a. Mencari sumber-sumber penghasilan untuk memenuhi kebutuhan

keluarga.

b. Pengaturan penggunaan penghasilan keluarga untuk memenuhi

kebutuhan keluarga.

c. Menabung untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan keluarga di

masa yang akan datang (pendidikan, jaminan hari tua).

5) Fungsi pendidikan :

a) Menyekolahkan anak untuk memberikan pengetahuan, ketrampilan

dan membentuk perilaku anak sesuai dengan bakat dan minat yang

dimilikinya.

b) Mempersiapkan anak untuk kehidupan dewasa yang akan datang

dalam memenuhi peranannya sebagai orang dewasa.

c) Mendidik anak sesuai dengan tingkat-tingkat perkembangannya.

6) Fungsi religious

Tugas keluarga dalam fungsi ini adalah memperkenalkan dan mengajak

anak dan anggota lain dalam kehidupan beragama dan tugas kepala

keluarga untuk menanamkan keyakinan bahwa ada kekuatan lain yang

mengatur kehidupan ini dan ada kehidupan lain setelah di dunia ini.

7) Fungsi rekreasi

keluarga dalam fungsi rekreasi ini adalah tidak selalu harus pergi ke

tempat rekreasi, tetapi yang penting bagaimana menciptakan suasana


22

yang menyenangkan dalam keluarga sehingga dapat mencapai

keseimbangan kepribadian masing-masing.

8) Fungsi perlindungan

Tugas keluarga dalam hal ini adalah melindungi anak dari tindakan-

tindakan yang tidak baik, sehingga anggota keluarga merasa terlindung

dan merasa aman.

9) Fungsi perasaan

Tugas keluarga dalam hal ini adalah menjaga secara intitusif merasakan

perasaan dan suasana anak dan anggota lain dalam berkomunikasi dan

interaksi antar semua anggota keluarga, sehingga saling pengertian satu

sama lain dalam menumbuhkan keharmonisan dalam keluarga.

2.2.6 Tugas keluarga

Pada dasarnya tugas keluarga ada delapan tugas pokok sebagai berikut:

1. Pemeliharaan fisik keluarga dan para anggotanya.

2. Pemeliharaan sumber-sumber daya yang ada dalam keluarga.

3. Pembagian tugas masing-masing anggotanya sesuai dengan

kedudukannya masing-masing.

4. Sosialisasi antar anggota keluarga.

5. Pengaturan jumlah anggota keluarga.

6. Pemeliharaan ketertiban anggota keluarga.

7. Penempatan anggota-anggota keluarga dalam masyarakat yang lebih

luas.

8. Membangkitkan dorongan dan semangat para anggotanya.


23

2.3 Kekurangan Energi Kronik

2.3.1 Pengertian Kekurangan Energi Kronik

Kekurangan energi kronik adalah salah satu keadaan malnutrisi.


Dimana keadaan pasien menderita kekurangan makanan yang berlangsung
menahun (kronik) yang mengakibatkan timbulnya gangguan kesehatan ibu
secara relatif atau absolut satu atau lebih zat gizi. Kekurangan energi kronik
pada WUS sedang menjadi focus pemerintah dan tenaga Kesehatan sekarang
ini. Hal ini dikarnakan WUS yang kurang energi kronis memiliki resiko tinggi
untuk melahirkan anak yang akan menderita kurang energi kronik dikemudian
hari. Selain itu Kesehatan ( morbidilitas, mortalitas dan disabilitas), juga
menurunkan kualitas sumber daya manusia (SDM) suatu bangsa. Dalam skala
yang lebih luas, kekurangan gizi dapat menjadi ancaman bagi ketahanan dan
keberlangsungan hidup suatu bangsa (8).
Kurang energi kronik menggambarkan “keadaan menetap” (stedy state)
di mana tubuh seseorang berada dalam keseimbangan energi antara asupan dan
pengeluaran energi, meskipun berat bada rendah dan persediaan energi tubuh
rendah (6). Kekurangan gizi secara akut ini di sebabkan oleh asumsi makanan
yang tidak adekuat selama priode tertentu untuk mendapatkan tambahan kalori
dan protein.
2.3.2 Etologi

Terjadinya Kekurangan Energi Kronik (KEK) didukung oleh kekurangan


asupan zat-zat gizi yang di butuhkan tubuh sehingga simpanan zat gizi pada
tubuh di gunakan Kembali untuk memenuhi kebutuhan aktifitas, sehingga
apabila keadaan ini berlangsung cakup lama atamnjnju kronik makan simpanan
zat gizi akan habis dan ahirnya terjadi kemerosotan jaringan (4).
A. Tanda dan gejala
Tanda dan gejala terjadinya kurang energi kronik adalah berat
badan kurang dari 40 kg atau tampak kurus, mudah Lelah, tekanan darah
kurang dari 100 mmHg dan kategori KEK bila LiLA kurang dari 23,5 cm
atau berada pada bagian merah pita LiLA saat dilakukan pengukuran (6).
24

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kekurangan Energi Kronik


Berdasarkan penelitian Nurul Hasanah (6), faktor-faktor yang
mempengaruhi Kekurangan Energi kronik antara lain :
a) Pengetahuan
Pengetahuan tentang gizi dan pemilihan makanan,
kebiasaan diet dipengaruhi oleh pengetahuan dan sikap
terhadap makanan. Pendidikan formal dari ibu rumah
tangga seringkali mempunyai
asosiasi yang positif dengan pengembangan pola-pola
konsumsi makanan dalam keluarga. Beberapa studi
menunjukkan bahwa jika tingkat pendidikan dari ibu
meningkat, maka pengetahuan terkait gizi juga akan
bertambah baik.
b) Factor biologis
Selama masa pertumbuhan, perubahan fisik yang
pesat akan meningkatkan kebutuhan energi dan nutrisi.
Dengan demikian akan muncul keadaan cepat lapar.
Ketika lapar, seseorang menginginkan sesuatu yang cepat
yang dapat memenuhi kebutuhan energi mereka.
c) Factor psikologis
Pilihan makanan terbentuk sebagai hasil interaksi
kompleks dari banyak faktor di lingkungan seseorang,
termasuk pengalaman masa kecil terhadap makanan. Cita
rasa dan penyajian makanan merupakan salah satu
pengaruh utama dalam pemilihan makanan
d) Konsep diri
Kepercayaan diri (self efficacy) terhadap makanan
sehat telah
terbukti menjadi variabel yang baik untuk
memprediksikan perilaku makan pada remaja atau dewasa
25

muda. Seseorang dengan kepercayaan positif dan self


efficacy yang tinggi akan memilih makanan yang sehat.
e) Pola makan
Jumlah asupan makanan asupan makanan yang
tidak sesuai dengan kebutuhan dalam periode waktu yang
lama akan berimbas pada Kekurangan Energi Kronik.
Oleh karena itu, pengukuran konsumsi makanan sangat
penting untuk mengetahui proporsi yang dimakan oleh
masyarakat dan hal ini dapat berguna untuk mengukur
gizi dan menemukan faktor diet yang menyebabkan
malnutrisi.
f) Aktivitas
Beban kerja/aktivitas Aktivitas dan gerakan
seseorang berbeda-beda, seorang dengan aktivitas fisik
yang lebih berat otomatis memerlukan energi yang lebih
besar dibandingkan yang kurang aktif energi yang besar
karena fungsi organ yang melemah dan diharuskan untuk
bekerja maksimal.
2.3.3 Konsep Pola Makan

1. Pengertian pola makan

Pola makan adalah suatu cara dalam mengatur jumlah jenis makanan,
dan berbekal informasi atau suatu gambaran dengan tujuan mempertahan
Kesehatan, status nutrisi, mencegah atau membantu kesembuhan penyakit.
Pola makan merupakan perilaku penting yang dapat mempengaruhi keadaan
gizi. Hal ini disebabkan karena kuantitas makanan dan minuman yang
dikonsumsi akan mempengaruhi asupan gizi sehingga akan mempengaruhi
Kesehatan individu dan masyarakat. (3).
2. Pola makan seimbang
Pola makan seimbang adalah suatu cara pengaturan jumlah dan jenis
makanan dalam bentuk susunan makanan sehari-hari yang mengandung zat
26

gizi yang terdiri dari enam zat yaitu karbohidrat,protein,lemak, vitamin,


mineral, dan air. Dan keaneka ragam makanan. Konsumsi pola makan
seimbang dalam tubuh dan mengandung dua zata ialah: zat pembangun dan zat
pengatur.
Makan seimbang ialah makanan yang memiliki banyak kandungan gizi
dan asupan gizi yang terdapat pada makanan pokok, lauk hewani dan lauk
nabati, sayur, dan buah. Jumlah dan jenis makanan sehari-hari ialah cara makan
seseorang individu atau sekelompok orang dengan mengkonsumsi makanan
yang mengandung karbohidrat, protein, sayuran, dan buah frekuensi tiga kalo
sehari dengan makanan selingan pagi dan siang. Dengan mencapai gizi tubuh
yang cukup dan pola makanan yang berlebihan dapat mengakibatkan
kegemukan atau obesitas pada tubuh. Menu seimbang adalah makanan yang
beraneka ragam yang memenuhi kebutuhan zat gizi dalam Pedoman Umum
Gizi Seimbang (PUGS). (3).

2.3.4 Konsep Remaja

1. Pengertian Remaja

Masa remaja (adolescence) ialah masa transisi atau peralihan dari masa

kanak-kanak menuju kedewasa. Menurut istilah adolescence atau remaja

berasal dari kata latin adolescence, kata bendanya yang berarti “tumbuh” atau

“tumbuh menjadi dewasa”. Istilah ini adolescence mempunyai arti yang sangat

luas, yakni mencangkup pertumbuhan fisik, kognitif dan psikososial atau

tingkah laku.

Pendapat dari World Health Organization (WHO) remaja meliputi tiga


kriteria yaitu biologis, psikologis, dan social ekonomi. Sehingga definisi remaja
adalah masa individu yang pertama kali menunjukan tanda-tanda seksual
sekunder sampai saat kematangan seksual, mengalami perkembangan psikologis
27

dan pola indentifikasi diri anak-anak menuju dewasa dan terjadi peralihan dari
ketergantungan social ekonomi menjadi mandiri.
Menurut World Health Organization (WHO) masa remaja terbagi

menjadi tiga, masa remaja awal (early adolescence) berusia 10-13 tahun, masa

remaja tengah (middle adolescence) berusia 14-16 tahun dan masa remaja akhir

(late adolescence) berusia 17-19 tahun.

2.3.5 Empat Pilar Gizi Seimbang

Upaya untuk menyeimbangkan antara zat gizi keluar dengan zat gizi yang

masuk dengan memonitor berat badan secara teratur, emapat pilar tersebut

terdiri dari :

1. Mengkonsumsi Makanan Beragam


Makanan beragam terdiri dari berbagai jenis makanan, namun
tidak ada satupun jenis makanan yang mengandung semua jenis zat gizi
yang dibutuhkan tubuh untuk proses pertumbuhan dan mempertahankan
kesehatannya. Agar dalam komsumsi makanan sehari-hari mempunyai
kualitas dan kuantitas yang baik, maka dalam memilih dan
mengkomsumsi makanan perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut :
a. Adekuat, artinya makanan tersebut memberi zat gizi, fiber,
dan energi dalam jumlah yang cukup sehingga kebutuhan zat
gizi akan terpenuhi.
b. Seimbang, artinya keseimbangan dalam zat gizi lainnya.
c. Kontrol kalori, artinya makanan tersebut tidak memberikan
kalori yang berlebihan.
d. Moderat (tidak berlebihan), artinya makanan tidak berlebihan
dalam hal lemak, garam, gula dan zat lainnya.
e. Bervariasi, artinya makanan yang dikonsumsi berbeda dari
hari ke hari dan jenis makanan harus beragam (7).
28

2. Membiasakan Perilaku Hidup Bersih


Penyakit infeksi merupakan salah satu faktor penting yang
mempengaruhi status gizi seseorang secara lansung, terutama anak-anak.
Seseorang yang menderita penyakit infeksi akan mengalami penurunan
nafsu makan, yang menyebabkan jumlah dan jenis zat gizi yang masuk
ke tubuh berkurang. Salah satu upaya yang harus dilakukan dengan
menerapkan perilaku hidup bersih agar terhindar dari paparan sumber
infeksi, contohnya selalu mencuci tangan dengan sabun serta air yang
bersih dan mengalir (sebelum makan, sebelum memberikan ASI,
sebelum menyiapkan makanan dan minuman, dan setelah buang air
besar dan kecil), menutup makan dengan tudung saji untuk menghindari
makanan yang dihinggapi lalat dan binatang lainya, selalu menutup
mulut dan hidung bila bersin, agar tidak menyebarkan kuman penyakit,
selalu menggunakan alas kaki agar terhindar dari penyakit kecacingan
(7).
3. Melakukan Aktifitas Fisik
Aktifitas fisik merupakan segala macam kegiatan tubuh termasuk
olahraga dengan upaya untuk menyeimbangkan antara pengeluaran dan
pemasukan zat gizi utamanya sumber energi dalam tubuh. Aktifitas fisik
memerlukan energi. Adapun manfaat yang akan diperoleh yakni
aktivitas fisik akan memperlancar sistem metabolisme didalam tubuh
termasuk metabolisme zat gizi dan berperan dalam menyeimbangkan zat
gizi yang keluar dan masuk kedalam tubuh (7).
4. Mempertahankan dan Memantau Berat Badan (BB) Normal
Bagi orang dewasa tolak ukur atau indikator yang menunjukan
bahwa telah terjadi keseimbang zat gizi di dalam tubuh adalah
tercapainya berat badan yang normal, yaitu berat badan yang sesuai
untuk tinggi badannya. Indikator tersebut dikenal dengan Indeks Masa
Tubuh (IMT). Pemantauan berat badan penting untuk dilakukan secara
berkala sebagai tindakan preventif terhadap obesitas maupun KEK (7).
29

Cara pengukurannya dengan melakukan pengukuran berat badan dan


tinggi badannya. Selanjutnya dihitung IMT-nya, yaitu:
Berat badan (kg)
IMT =
Tinggi badan (meter)2

2.3.6 Pesan Gizi Seimbang Untuk Remaja Putri


1. Biasakan mengonsumsi aneka ragam makanan
Remaja putri perlu mengkonsumsi aneka ragam makanan untuk
memenuhi kebutuhan energi, protein dan zat gizi mikro (vitamin dan
mineral) karena digunakan untuk pertumbuhan yang cepat,
peningkatan volume darah dan peningkatan haemoglobin. Zat gizi
mikro seperti zat besi dan asam folat penting bagi remaja putri.
Kebutuhan zat besi bagi remaja putri diperlukan untuk membentuk
haemoglobin yang mengalami peningkatan dan mencegah anemia
yang disebabkan karena kehilangan zat besi selama menstruasi.
Asam folat digunakan untuk pembentukan sel serta sistem saraf
termasuk sel darah merah. Kekurangan asam folat dapat
mengakibatkan anemia karena terjadinya gangguan pada
pembentukan DNA yang mengakibatkan gangguan pembelahan sel
darah merah sehingga jumlah sel darah merah menjadi kurang
(Kementerian Kesehatan RI, 2014).
2. Banyak makan sayuran hijau dan buah berwarna
Sayuran hijau seperti bayam dan kacang–kacangan banyak
mengandung asam folat yang sangat diperlukan. Buah-buahan
berwarna merupakan sumber vitamin yang baik bagi tubuh dan buah
yang berserat dapat melancarkan BAB sehingga mengurangi risiko
sembelit (susah buang air besar).
Remaja mengalami pertumbuhan tinggi badan dan berat badan
yang cepat, sehingga kebutuhan zat gizi pada remaja mengalami
30

peningkatan. Buah berwarna, baik berwarna kuning, merah, merah


jingga, orange, biru, ungu, dan lainnya, pada umumnya banyak
mengandung vitamin, khususnya vitamin A, dan antioksidan.
Vitamin diperlukan tubuh untuk membantu proses-proses
metabolisme di dalam
tubuh, sedangkan antioksidan diperlukan untuk merusak senyawa-
senyawa hasil oksidasi, radikal bebas, yang berpengaruh tidak baik
bagi kesehatan.(7).
2.3.7 Dampak terjadinya Kekurangan Energi Kronik
Kurang energi kronis pada masa usia subur atau remaja khususnya masa
persiapan kehamilan. Berdampak pada tubuh yang dialami antara lain:
1. Badan lemah dan muka pucat ( anemia)
Anemia adalah kondisi ketika tubuh kekurangan sel darah merah
yang sehat atau ketika sel darah merah tidak berfungsi dengan baik.
Akibatnya, organ tubuh tidak mendapat cukup oksigen, sehingga
membuat penderita anemia pucat dan mudah lelah. Anemia
disebabkan akibat kekurangan zat besi, membuat tubuh tidak mampu
menghasilkan hemoglobin (Hb). Kondisi ini bisa terjadi akibat
kurangnya asupan zat besi dalam makanan.
2. Kehilangan masa otot
Jaringan otot merupakan bagian tubuh yang paling banyak
menyimpan dan menggunakan energi protein. Ketika tubuh 24
kekurangan protein, maka protein dalam tubuh akan diambil secara
perlahan atau menahun untuk memenuhi kebutuhan energi tersebut.
Dalam jangka waktu lama kekurangan energi protein dapat
menyebabkan penurunan masa otot.

2.4 Teori Manajemen Kebidanan SOAP


A. Pengertian
31

Manajemen kebidanan merupakan proses pendekatan pemecahan


masalah yang digunakan sebagai metode pemberian pelayanan yang utuh
dan menyeluruh dari bidan ke klien. Proses yang diselengggarakan untuk
memberikan pelayanan yang berkualitas melalui tahapan dan Langkah
Langkah yang disusun secara sistematis untuk mendapatkan data,
memberikan pelayanan yang benar sesuai dengan keputusan klinik yang
dilakukan dengan tepat.
B. Langkah-langkah manajemen kebidanan SOAP
1. Langkah 1 : Subyektif (S)
Pengkajuan yang diperoleh dengan anamnesis,berhubungan dengan
masalah dari sudut pandang pasien. Ekpresi pasien mengenai
kekhawatiran dan keluhannya yang dicatat sebagai kutipan
langsung/ringkasan yang akan berhubungan langsung dengan
diagnosis.
2. Langkah 2 : Objektif (O)
Data objektif merupakan hasil observasi yang jujur dari pemeriksaan
fisik pasien, pemeriksaan laboratorium/pemeriksaan diagnosik
lainnya.
3. Langkah 3 : Analisa (A)
Data objektif merupakan hasil analisis dan interpretasi (kesimpulan )
dari data subjektif dan objektif untuk menetukan Tindakan
segera/sesuai kebutuhan klien. Kebutuhan Tindakan segera harus di
identifikasi menurut kewenangan bidan, meliputi : Tindakan mandiri,
kolaborasi, dan merujuk pasien.
4. Langkah 4 : Penatalaksanaan asuahan kebidanan (P)
Penatalaksanaan adalah asuhan yang disusun berdasarkan hasil
analisis dan interprestasi data seperti Tindakan antisipatif,Tindakan
secara komprehensif, penyuluhan, dukungan, kolaborasi, evaluasi
dan rujukan. Tujuan penatalaksanaan untuk mengusahakan
tercapainya kondisi pasien seoptimal mungkin dan mempertahakan
kesejahteraan nya.
32

BAB III
TINJAUAN KASUS

FORMAT DOKUMENTASI
ASUHAN KEBIDANAN PADA REMAJA

3.1 Kunjungan pertama

No. Registrasi : 001/008/2023


Tanggal Pengkajian : 16-08-2023
Waktu Pengkajian : 09.00 WIB
Tempat Pengkajian : Kp. Ciluluk Ds. Pasanggrahan
Pengkaji : Bd. Yuli

A. Data Subjektif
Identitas Remaja
Nama : Nn. P
Umur : 16 Tahun
Anak ke : 1 (Satu)
Agama : Islam
Suku : Indonesia
Pendidikan : SLTA
Pekerjaan : Pelajar
Alamat : Kp. Ciluluk, Ds. Pasanggrahan, Kec. Munjul, Kab.
Pandeglang-banten
Identitas Orang Tua
Nama Ibu : Ny. C Nama Suami : Tn. Y
Umur : 38 Tahun Umur : 39 Tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Suku : Sunda Suku : Sunda
Pendidikan : SD Pendidikan : SD
33

Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Wiraswasta


Alamat : Kp. Ciluluk, Ds. Pasanggrahan

1. Alasan datang : kunjungan


2. Keluhan utama
Mudah Lelah dan nafsu makan berkurang
3. Riwayat obstetri :
a. Menarche : 12 tahun
b. Siklus : 28 hari
c. Teratur/tidak : teratur
d. Lamanya :6-7 hari
e. Banyaknya : 3 kali ganti pembalut/hari
f. Dismenorhe : tidak pernah
4. Riwayat ginekologi
Nn. P Mengatakan tidak memiliki Riwayat penyakit ginekologi
5. Riwayat kesehatan
a. Riwayat kesehatan remaja
Tidak sedang sakit dan tidak punya Riwayat penyakit sistemik lainya
b. Riwayat kesehatan keluarga
Nn. P mengatakan tidak ada Riwayat penyakit keluarga seperti :
hipertensi, DM, Hepatitis TBC dan lainnya.
6. Riwayat psikososial
Tidak ada
7. Pola kebiasaan sehari-hari
a. Pola istirahat
Tidur siang 1 jam sehari
Tidur malam 6-7 jam sehari
b. Pola aktivitas
Kegiatan sehari-hari mengerjakan pekerjaan rumah
c. Pola eliminasi
Frekuensi BAK 4-5 kali sehari, kuning jernih dan berbau khas
34

Frekuensi BAB 1 kali sehari, berwarna kecoklatan dan berbau khas.

d. Pola nutrisi
Makan 2x sehari porsi sedang dengan lauk pauk dan sayur, minum 5-6
gelas sehari
e. Pola personal hygiene
Mandi : 2x sehari, ganti pakaian : 2x sehari, gosok gigi : 2x sehari.
Keramas 1x seminggu

B. Data Objektif
1. Pemeriksaan Umum
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Composmentis

2. Pemeriksaan Umum
Tekanan Darah : 90/60 mmHg
Denyut nadi : 80 kali/menit
Frekuensi nafas : 20 kali/menit
Suhu tubuh : 36,3 ºC

3. Pemeriksaan Antropometri
Berat badan : 43 kg
Tinggi badan : 157 cm
LILA : 22 cm
IMT : 17,4 kg/m2
4. Pemeriksaan Fisik
Wajah : simetris, tidak oedema
Mata : simetris, (kiri dan kanan), sklera putih, konjungtiva
merah muda
Mulut : bibir lembab sedikit pucat, tidak ada stomatitis, gigi
tidak ada caries
35

Leher : tidak ada benjolan, tidak ada pembengkakan pada


kelenjar thyroid, tidak ada pembesaran kelenjar
limfe.
Dada : simetris, tidak ada benjolan
Abdomen : tidak ada pembesaran, tidak ada benjolan, tidak ada
nyeri tekan, tidak ada luka pasca oprasi
Ekstremitas Atas : normal, tidak oedema, tidak ada kelainan
Ekstremitas Bawah : normal, tidak oedema, tidak ada kelainan
Anogenitalia : tidak dilakukan pemeriksaan

5. Pemeriksaan Penunjang
Tidak dilakukan

C. Analisis Data
Nn. P usia 16 tahun Remaja Putri dengan kekurangan energi kronik (KEK)

D. Penatalaksanaan
1. Memakai APD Level I
Evaluasi : (petugas sudah menggunakan APD)
2. Melakukan informed consent untuk dilakukan pemeriksaan
Evaluasi: (pasien menyetujui untuk dilakukan pemeriksaan)
3. Melakukan pemeriksaan fisik secara head to toe
Evaluasi: (pasien bersedia dilakukan pemeriksaan)
4. Memberitahu hasil pemeriksaan bahwa hasil pemeriksaan yaitu : Nn. P dalam
keadaan baik, TD: 90/60 mmHg, N : 80x/m, RR: 20x/m, Suhu: 36,3 0C, TB:
157 cm, BB : 43 kg, LiLA: 22 cm
Evaluasi:(Pasien mengetahui kondisi Kesehatan nya saat ini dan
memahaminya)
5. Menganjurkan pasien untuk makan-makanan yang bergizi seimbang seperti :
nasi, lauk, telur, sayur, buah daging, hati ayam, kacang-kacangan dan tidak ada
pantang makanan.
36

Evaluasi: (Pasien memahai dan mengerti atas anjuran yang di sarankan oleh
petugas)
6. Memotivasi pasien untuk menerapkan hidup sehat, seperti makan 3x sehari,
minum air putih 2 liter sehari (8 gelas).
Evaluasi : (Pasien memahami dan mengerti apa yang telah dijelaskan oleh
petugas)
7. Menjelaskan kepada pasien tentang bahaya kekurangan energi kronik yaitu
bisa menyebabakan anemia.
Evaluasi : (pasein mengerti dan memahami apa yang telah dijelaskan oleh
petugas).
8. Menganjurkan pasien untuk periksa secara memantau kenaikan berat badan
dan LiLA.
Evaluasi : (pasien bersedia untuk memeriksakan Kembali)
9. Memberitahu pasien akan dilakukan kunjungan ulang 3 hari kemudian pada tgl
19-08-2023
Evaluasi : (Pasien bersedia untuk kunjungan ulang)
10. Melakukan pendokumentasian
Evaluasi : (dokumentasi terlampir)

Munjul, 16 Agustus 2023


Pengkaji,

(Bd. Yuli)
37

FORMAT DOKUMENTASI
ASUHAN KEBIDANAN PADA REMAJA

3.2 kunjungan kedua

No. Registrasi : 002/008/2023


Tanggal Pengkajian : 19-08-2023
Waktu Pengkajian : 10.00 wib
Tempat Pengkajian : kp. Ciluluk Ds. Pasanggrahan
Pengkaji : Bd. Yuli

E. Data Subjektif
Identitas Remaja
Nama : Nn. P
Umur : 16 tahun
Anak ke : 1 (satu)
Agama : Islam
Suku : Sunda
Pendidikan : SLTA
Pekerjaan : Pelajar
Alamat : Kp. Ciluluk Ds. Pasanggrahan

Identitas Orang Tua


Nama Ibu : Ny. C Nama Suami : Tn. Y
Umur : 38 Tahun Umur : 39 tahun
Agama : Islam Agama :
Islam
Suku : Sunda Suku : Sunda
Pendidikan : SD Pendidikan : SD
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Kp. Ciluluk

8. Alasan datang : Kunjungan


9. Keluhan utama
Masih merasa lesu, letih dan sering lemas
10. Riwayat obstetri
a. Menarche : 12 tahun
b. Siklus : 28 hari
38

c. Teratur/tidak : teratur
d. Lamanya :6-7 hari
e. Banyaknya : 3 kali ganti pembalut/hari
f. Dismenorhe : tidak pernah
11. Riwayat ginekologi
Nn. P Mengatakan tidak memiliki Riwayat penyakit ginekologi
12. Riwayat kesehatan
a. Riwayat kesehatan remaja
Tidak sedang sakit dan tidak punya Riwayat penyakit sistemik lainnya
b. Riwayat kesehatan keluarga
Nn. P mengatakan tidak ada Riwayat penyakit keluarga seperti : hipertensi,
DM, Hepatitis TBC dan lainnya
13. Riwayat psikososial
Tidak ada
14. Pola kebiasaan sehari-hari
a) Pola istirahat
Tidur siang 1 jam
Tidur malam 6-7 jam
b) Pola aktivitas
Melakukan pekerjaan rumah
c) Pola eliminasi
Frekuensi BAK 4-5 kali sehari, kuning jernih dan berbau khas
d) Pola nutrisi
Makan 2x sehari porsi sedang dengan lauk pauk dan sayur, minum 5-6 gelas
sehari
e) Pola personal hygiene
Mandi : 2x sehari, ganti pakaian : 2x sehari, gosok gigi : 2x sehari.
Keramas 1x seminggu
F. Data Objektif
6. Pemeriksaan Umum
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Composmentis

7. Pemeriksaan Umum
Tekanan Darah : 100/70mmHg
Denyut nadi : 80 kali/menit
Frekuensi nafas : 20 kali/menit
Suhu tubuh : 36,20C
39

8. Pemeriksaan Antropometri
Berat badan : 43kg
Tinggi badan : 157cm
LILA : 22 cm
IMT : 17,4 kg/m2
9. Pemeriksaan Fisik
Wajah : simetris, tidak odema
Mata : simetris, tidak sklera putih, konjungtiva merah muda
Mulut : bibir lembab sedikit pucat, tidak ada stomatitis, gigi
tidak ada caries
Leher : tidak ada benjolan, tidak ada pembengkakan pada
kelenjar thyroid, tidak ada pembesaran kelenjar limfe
Dada : simetris, tidak ada benjolan
Abdomen : tidak ada pembesaran, tidak ada benjolan, tidak ada
nyeri tekan, tidak ada luka pasca oprasi
Ekstremitas Atas :normal, tidak odema,tidak ada kelainan
Ekstremitas Bawah: normal, tidak oedema, tidak ada kelainan
Anogenitalia : tidak dilakukan pemeriksaan
10. Pemeriksaan Penunjang
Tidak dilakukan

G. Analisis Data
Nn. P usia 16 tahun dengan kekurangan energi kronik

H. Penatalaksanaan
1. Memakai APD level 1
Evaluasi : (petugas telah memakai APD)
2. Melakuakan informed consent
3. Memberitahu hasil pemeriksaaan
4. Menjelaskan kebutuhan dasar pada remaja , meliputi kebutuhan nutrisi,
eleminasi,aktifitas, istirahat, personal hyigiene.
5. Menganjurkan untuk mengkonsumsi vitamin
6. Menjadwalkan kunjungan ulang pada tgl 22-08-2023

Munjul, 19 Agustus 2023


Pengkaji,
40

(YULI)

FORMAT DOKUMENTASI
ASUHAN KEBIDANAN PADA REMAJA

3.3 kunjungan ketiga

No. Registrasi : 003


Tanggal Pengkajian : 22-08-2023
Waktu Pengkajian : 15.30 wib
Tempat Pengkajian : kp. Ciluluk
Pengkaji : Yuli

I. Data Subjektif
Identitas Remaja
Nama : Nn. P
Umur : 16 tahun
Anak ke : 1 (satu)
Agama : Islam
Suku : Sunda
Pendidikan : SLTA
Pekerjaan : Pelajar
Alamat : Kp. Ciluluk Ds. Pasanggrahan

Identitas Orang Tua


Nama Ibu : Ny. C Nama Suami : Tn. Y
Umur : 38 tahun Umur : 39 Tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Suku : Sunda Suku : Sunda
Pendidikan : SD Pendidikan : SD
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Kp. Ciluluk

15. Alasan datang : Kunjungan


16. Keluhan utama : Tidak Ada Keluhan
17. Riwayat obstetric :
a. Menarche : 12 tahun
41

b. Siklus : 28 hari
c. Teratur/tidak : teratur
d. Lamanya :6-7 hari
e. Banyaknya : 3 kali ganti pembalut/hari
f. Dismenorhe : tidak pernah
18. Riwayat ginekologi:
Nn. P Mengatakan tidak memiliki Riwayat penyakit ginekologi
19. Riwayat kesehatan
a. Riwayat kesehatan remaja
Tidak sedang sakit dan tidak punya Riwayat penyakit sistemik lainnya
b. Riwayat kesehatan keluarga
Nn. P mengatakan tidak ada Riwayat penyakit keluarga seperti : hipertensi,
DM, Hepatitis TBC dan lainnya
20. Riwayat psikososial
Tidak ada
21. Pola kebiasaan sehari-hari
f) Pola istirahat
Tidur siang 1 jam
Tidur malam 6-7 jam
g) Pola aktivitas
Melakukan pekerjaan rumah
h) Pola eliminasi
Frekuensi BAK 4-5 kali sehari, kuning jernih dan berbau khas.
i) Pola nutrisi
Makan 2x sehari porsi sedang dengan lauk pauk dan sayur, minum 5-6 gelas
sehari.
j) Pola personal hygiene
Mandi : 2x sehari, ganti pakaian : 2x sehari, gosok gigi : 2x sehari.
Keramas 1x seminggu

J. Data Objektif
11. Pemeriksaan Umum
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Composmentis

12. Pemeriksaan Umum


Tekanan Darah : 100/70mmHg
42

Denyut nadi : 80 kali/menit


Frekuensi nafas : 20 kali/menit
Suhu tubuh : 36,30C

13. Pemeriksaan Antropometri


Berat badan : 44 kg
Tinggi badan : 157 cm
LILA : 22,5 cm
IMT : 17,9 kg/m2
14. Pemeriksaan Fisik
Wajah : Simetris, tidak odema
Mata : simetris, sklera putih, konjungtiva merah muda
Mulut : bibir lembab, tidak ada stomatitis, gigi tidak ada caries
Leher : tidak ada benjolan,tidak ada pembengkan pada kelenjar
thyroid, tidak ada pembesaran kelenjar limfe
Dada : simetris, tidak ada benjolan
Abdomen : tidak ada pembesaran, tidak ada benjolan, tidak ada
nyeri tekan, tidak ada luka psca oprasi
Ekstremitas Atas : normal, tidak odema, tidak ada kelainan
Ekstremitas Bawah: normal, tidak odema, tidak ada kelainan
Anogenitalia : tidak dilakukan pemeriksaan

15. Pemeriksaan Penunjang


Tidak dilakukan

K. Analisis Data
Nn. P usia 16 tahun dengan kekurangan energi kronik

L. Penatalaksanaan
1. Memakai APD level 1
2. Memberitahu hasil pemeriksaan
3. Menyarankan untuk menghindari makanan cepat saji seperti junkfood,
seblak, bakso aci dan yang lainnya.
4. Menganjurkan remaja untuk memonitoring BB dengan menggunakan
timbangan berat badan.
5. Memberikan tablet tambah darah
Munjul, 22 Agustus 2023
Pengkaji,
43

(Yuli)
BAB IV
PEMBAHASAN

4.1 Penjelasan
Pada bab ini menjelaskan hasil penelitian. Membahas antara teori dan praktik
pada bab ini penulis akan membahas kesenjangan antara teori dan prkatik dengan
asuhan kebidanan yang telah diberikan kepada Nn. P dengan menggunakan asuhan
kebidanan mulai dari pengkajian data sampai penatalaksanaan langkah akhir.
1. Pengkajian
Menurut ambarwati dan wulandari (9), Pada bagian pengkajian data subjektif,
penulis mengkaji data, identitas pasien pada tanggal 16 Agustus 2023 dilakukan
pengumpulan data baik subjektif maupun objektif dengan nama Nn. P usia 16 tahun
remaja dengan kekurangan energi kronik (KEK) mengatakan merasa lelah, nafsu makan
berkurang, sering lelah setelah melakukan kegiatan sehari-hari.
2. Interprestasi data
Pada data objektif tanda dari kekurangan energi kronis adalah berat badan
tampak kurus, LILA > dari 23,5 cm, tekanan darah kurang dari 100 mmHg.
Pada pengkajian data objektif didapatkan hasil pengamatan dari pemeriksaan
pada pengkajian data, keadaan umum : baik, Tekanan darah : 100/60 mmHg, N: 80x/m,
RR: 20x/m, suhu tubuh : 36,3 0C, TB: 157 cm, BB : 43 kg, LiLA: 22 cm, IMT: 17,4
kg/m2 , wajah : simetris tidak oedema, sedikit pucat, konjungtiva merah muda. Pada
Langkah tidak ada kesenjangan antara teori dan praktik karna Nn. P memiliki tanda
kekurangan energi kronik yaitu LiLA : 22 cm.
3. Perencanaan
Hasil Analisa data Nn. P mengeluh mudah lemah dan nafsu makan berkurang.
Masalah yang muncul pada Nn. P yaitu khawatir dengan keadaanya tindakan
perencanaan terdiri dari perumusan masalah dan penyusuanan, kemudian menekankan
pada upaya promotif dan preventif dengan cara memberikan Pendidikan Kesehatan

44
45

yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan Kesehatan dalam rangka


meminimalisirkan kejadian kekurangan energi kronik (KEK).
4. Penatalaksanaan dan evaluasi
Perencanaan pada Nn. P dengan KEK yaitu dengan melakukan pemeriksaan
umum, menjelaskan tanda-tanda kek, memberikan konseling nutrisi pada remaja KEK,
memantau lila dan berat badan, menjelaskan apa yang dialami dan anjurkan untuk
mengkonsumsi sayur-sayuran, berdasarkan teori pada remaja dan kek tidak ada
kesenjangan antara teori dan dilahan praktik. Seluruh perencanaan telah dilaksanakan
dan disampaikan menggunakan leaflet ceramah dan tanya jawab serta diskusi pada Nn.
P tersebut.dari seluruh intervensi yang dilakukan pada Nn. P mengerti dan akan
mengikuti anjuran.
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Setelah dilakukan asuhan Keluarga Binaa pada Nn. P usia 16 tahun

dengan Melakukan Konseling dengan masalah kekurangan energi kronik, Adapun

yang diperlukan yaitu konseling dan pemberian penjelasan tentang kekurangan

energi kronik dan bagaimana cara penanganan nya. Menggunakan pendekatan

manajemen kebidanan yang di dapati kesimpulan sebagai berikut :

1. Telah dilakukan pengkajian data subjektif asuhan kebidanan pada remaja Nn.

P usia 16 tahun dengan kekurangan energi kronik

2. Telah dilakukan pengkajian data objektif asuhan kebidanan pada remaja Nn. P

usia 16 tahun dengan kekurangan energi kronik

3. Telah mendiagnosa asuhan kebidanan pada remaja pada Nn. P usia 16 tahun

dengan kekurangan energi kronik.

4. Telah dilakukan penatalaksanaan dan evaluasi asuhan kebidanan pada remaja

pada Nn. P usia 16 tahun dengan kekurangan energi.

5.2 Saran

5.2.1 Bagi keluarga binaan

Diharapkan dapat meningkatkan pelayanan kebidanan dengan


konseling, informasi dan edukasi terutama tentang masalah kekurangan
energi kronik

46
47

5.2.2 Bagi Penulis

Diharapkan lebih memperdalam ilmu dan teori tentang masalah


kekurangan energi kronik sehingga dapat mengambil tindakan secara lebih
cepat dan tepat. Selain itu mahasiswa diharapkan dapat mengkaji setiap
informasi yang dapat menunjang analisa dengan rinci sehingga
pendokumentasian dapat dilakukan sesuai dengan managemen langkah
varney

5.2.3 Bagi intitusi

Untuk menambah pengetahuan laporan keluarga binaan terkait


asuahan pada remaja dengan kekurangan energi kronik.
DAFTAR PUSTAKA

1. World Health Organization. Adolescent pregnancy.Published 2018


2. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) (2018). Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan Kementerian RI tahun 2018.
3. Uu no 41 tahun 2014 tentang Pedoman Umum Gizi Seimbang.
4. Azizah, Anisatun dan Adriani, Merryana. 2018. Tingkat Kecukupan Energi
Protein Pada Ibu Hamil Trimester Pertama Dan Kejadian Kekurangan Energi
Kronis. Jurnal Media Gizi Indonesia, Vol. 12 (1): 21-16.
5. Supariasa, I. D., Bakri, B., & Fajar, I. (2016). Penilaian Status Gizi. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC.
6. Nurul & hasanah. 2018. Penelitian pada Remaja serta factor-faktor yang
mempengaruhi energi kronik.
7. KEMENKES. 2014. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
41 Tahun 2014 Tentang Pedoman Gizi Seimbang. Kemenkes RI. Jakarta
8. Arsesiana A, Diah NK. Gambaran Pengetahuan Ibu Hamil tentang Kekurangan
Energi Kronis (KEK) di Puskesmas Pahandut Kota Palangka Raya: Overview of
Pregnant Women’s Knowledge about Chronic Energy Deficiency (KEK) at
Pahandut Health Center, Palangka Raya City. J Surya Med. 2022;8(1):94–9.
9. Ambarwati, Wulandari. 2010. Asuhan Kebidanan Nifas Yogyakarta : Nuha
Medika.
SATUAN ACARA KEGIATAN
KELUARGA BINAAN
Praktik Komunitas

DISUSUN OLEH

Yuli

NPM 072202200063

PROGAM STUDI KEBIDANAN PROGRAM SARJANA TERAPAN


FAKULTAS VOKASI
UNIVERSITAS INDONESIA MAJU
2023
SATUAN ACARA KEGIATAN
KONSELING DENGAN KEKURANGAN ENERGI KRONIK
DI DESA PASANGGRAHAN KECAMATAN MUNJUL

TEMA : KEKURANGAN ENERGI KRONIK


SASARAN : NN. P
MATERI POKOK : KONSELING KEK
WAKTU/ PERTEMUAN : 30 MENIT
TEMPAT : RUMAH PASIEN
PELAKSANA : YULI

A. Tujuan Instruksional
1. Tujuan Instruksional Umum
Setelah di lakukan konseling keluarga Nn. P, Nn. P dapat mengetahui tentang
kekurangan energi kronik
2. Tujuan Instruksional Khusus
Setelah di berikan konseling ibu d harapkan mampu:
a. Keluarga dapat mengetahui pengertian kekurangan energi kronik .
b. Keluarga dapat mengetahui penyebab kekurangan energi kronik
c. Keluarga dapat mengetahui tanda dan gejala kekurangan energi kronik
d. Keluarga dapat mengetahui cara memantau kenaikan berat badan
B. Pelaksanaan
 Tempat
Rumah pasien
 Waktu
Selasa, 19 Agustus 2023
C. Metode dan Media
 Metode : konseling dan tanya jawab langsung kepada Nn. P
 Media : -
D. Langkah Kegiatan
No Tahap Waktu Kegiatan konseling Kegiatan
Kegiatan Peserta
1 Orientasi 5 menit 1. Mengucapkan salam  Menjawab salam
2. Memperkenalkan diri  Mendengarkan
3. Menjelaskan tujuan  Memperhatikan
kegiatan yang akan
dilakukan
2 Kegiatan 10 menit 1. Menjelaskan pengertian  Mendengarkan
kekurangan energi kronik
2. Menjelaskan penyebab
 Memperhatikan.
kekurangan energi kronik
3. Menjelaskan tanda dan
gejala kekurangan energi  menyimak
kronik

3 Terminasi 15 menit 1. Memberi kesempatan  Mendengarkan.


pada keluarga untuk
bertanya.  Memperhatikan.
2. Beri pujian
 Menjawab salam
3. Menyimpulkan hasil
penyuluhan
4. Mengucapkan salam.

E. Evaluasi
a. keluarga mampu menjelaskan pengertian kekurangan energi kronik
b. keluarga mampu menyebutkan dampak terjadinya kekurangan energi kronik
c. keluarga mampu menyebutkan tanda dan gejala kekurangan energi kronik
F. Materi :
1. Pengertian Nifas
Kekurangan energi kronik adalah salah satu keadaan malnutrisi. Dimana
keadaan pasien menderita kekurangan makanan yang berlangsung menahun
(kronik) yang mengakibatkan timbulnya gangguan kesehatan ibu secara relatif
atau absolut satu atau lebih zat gizi. Kekurangan energi kronik pada WUS
sedang menjadi focus pemerintah dan tenaga Kesehatan sekarang ini. Hal ini
dikarnakan WUS yang kurang energi kronis memiliki resiko tinggi untuk
melahirkan anak yang akan menderita kurang energi kronik dikemudian hari.
Selain itu Kesehatan ( morbidilitas, mortalitas dan disabilitas), juga menurunkan
kualitas sumber daya manusia (SDM) suatu bangsa. Dalam skala yang lebih
luas, kekurangan gizi dapat menjadi ancaman bagi ketahanan dan
keberlangsungan hidup suatu bangsa (8).
2. Tanda dan gejala
Tanda dan gejala terjadinya kurang energi kronik adalah berat badan
kurang dari 40 kg atau tampak kurus, mudah Lelah, tekanan darah kurang dari
100 mmHg dan kategori KEK bila LiLA kurang dari 23,5 cm
atau berada pada bagian merah pita LiLA saat dilakukan pengukuran (6).
3. Dampak terjadi nya kekurangan energi kronik
Kurang energi kronis pada masa usia subur atau remaja khususnya masa
persiapan kehamilan. Berdampak pada tubuh yang dialami antara lain:
1. Badan lemah dan muka pucat ( anemia)
2. Kehilangan masa otot
G. Daftar Pustaka/Referensi
a. Nurul & hasanah. 2018. Penelitian pada Remaja serta factor-faktor yang
mempengaruhi energi kronik.
b. KEMENKES. 2014. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 41 Tahun 2014 Tentang Pedoman Gizi Seimbang. Kemenkes RI.
Jakarta
c. Arsesiana A, Diah NK. Gambaran Pengetahuan Ibu Hamil tentang
Kekurangan Energi Kronis (KEK) di Puskesmas Pahandut Kota
Palangka Raya: Overview of Pregnant Women’s Knowledge about
Chronic Energy Deficiency (KEK) at Pahandut Health Center, Palangka
Raya City. J Surya Med. 2022;8(1):94–9.
d. Ambarwati, Wulandari. 2010. Asuhan Kebidanan Nifas Yogyakarta :
Nuha Medika.
JOB SHEET

TEMA : KEKURANGAN ENERGI KRONIK


SASARAN : NN. P
MATERI POKOK :KONSELINGKEKURANGAN ENERGI
KRONIK
WAKTU/ PERTEMUAN : 30 MENIT
TEMPAT : RUMAH PASIEN
PELAKSAN :YULI
PROGRAM STUDI :Program Studi Kebidanan Program
Sarjana Terapan

A. OBJEKTIF PERILAKU MAHASISWA


Mahasiswa mampu menjelaskan konseling tentang Kekurangan energi kronik
B. DASAR TEORI SINGKAT
Kekurangan energi kronik

C. PETUNJUK
1. Memberikan informasi dengan baik dan benar
2. Melakukan pendokumentasian
3. Baca dan pelajari lembar kerja dengan baik
4. ikuti petunjuk yang ada pada job sheet
5. Bekerja secara hati-hati dan teliti.

D. KESELAMATAN KERJA
1. Patuhi prosuder pekerjaan
2. Letakkan peralatan pada tempat yang terjangkau oleh petugas
3. Berikan informasi dengan baik dan benar.
E. PROSEDUR PELAKSANAAN
Periksa dan pastikan semua alat, perlengkapan dan bahan-bahan yang
diperlukan sudah tersedia sesuai dengan job sheet.
PROSEDUR TINDAKAN
No Langkah dan Key point Ilustrasi gambar
1 Sapa klien dengan ramah dan
perkenalkan diri anda dan
tanyakan kedatanggannya
Key point:

● Mempersilahkan klien

duduk dengan nyaman


dan membina hubungan
baik.

2 Melakukan pengkajian
Key point:

● Menanyakan informasi

3 Menyiapkan alat dan bahan


secara baik dan benar
 Dekatkan alat dan bahan

4 ● Memberikan pelaksanaan

konseling

● Menjelaskan pengertian

● Menjelaskan tentang
5 Melakukan Evaluasi hasil
konseling yang sudah di
sampaikan

6 Dokumentasikan dan beritahukan


hasil kepada ibu

F. Daftar Pustaka/Referensi
Azizah, Anisatun dan Adriani, Merryana. 2018. Tingkat Kecukupan Energi
Protein Pada Ibu Hamil Trimester Pertama Dan Kejadian Kekurangan Energi
Kronis. Jurnal Media Gizi Indonesia, Vol. 12 (1): 21-16.
Supariasa, I. D., Bakri, B., & Fajar, I. (2016). Penilaian Status Gizi. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Nurul & hasanah. 2018. Penelitian pada Remaja serta factor-faktor yang
mempengaruhi energi kronik.
KEMENKES. 2014. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
41 Tahun 2014 Tentang Pedoman Gizi Seimbang. Kemenkes RI. Jakarta
Arsesiana A, Diah NK. Gambaran Pengetahuan Ibu Hamil tentang Kekurangan
Energi Kronis (KEK) di Puskesmas Pahandut Kota Palangka Raya: Overview of
Pregnant Women’s Knowledge about Chronic Energy Deficiency (KEK) at
Pahandut Health Center, Palangka Raya City. J Surya Med. 2022;8(1):94–9.
Ambarwati, Wulandari. 2010. Asuhan Kebidanan Nifas Yogyakarta : Nuha
Medika.
DAFTAR TILIK

PENILAIAN

0 Langkah kerja atau kegiatan tidak dilakukan


1 Langkah kerja atau kegiatan dilakukan belum sempurna
2 Langkah kerja atau kegiatan dilakukan dengan sempurna

Beri tanda ceklist () pada kolom penilaian

No. Langkah Kegiatan Penilaian

0 1 2

PERSIAPAN TEMPAT

1 Menyediakan tempat yang nyaman untuk melakukan


konseling

PERSIAPAN ALAT

2 Alat bantu untuk melakukan konseling

PERSIAPAN PASIEN

3 Sambut pasien dengan ramah

4 Perkenalkan diri

5 Persilahkan pasien duduk dan ciptakan suasana


nyaman

6 Jelaskan maksud dan tujuan kunjungan

PELAKSANAAN KONSELING

7 Menjelaskan pengetian kekurangan energi kronik

8 Menjelaskan dampak terjadinya kekurangan energi


kronik

9 Menjelaskan tanda dan gejala kekurangan energi


kronik
10 Menjelaskan tenteng pencegahan kekurangan energi
kronik

11 Menjelaskan tentang kepatuahn meminum tablet


tambah darah (fe)

EVALUASI

12 Evaluasi hasil konseling yang sudah di sampaikan

13 Menyampaikan pada pasien apakah sudah mengerti


dengan penjelasan yang sudah d sampaikan

14 Memberikan kesempatan kepada pasien untuk


bertanya

15 Meminta ibu untuk mengulangi inti dari penjelasan


yang di sampaikan

TOTAL SKOR

NILAI = TOTAL SKOR X100=NILAI AKHIR

17
Leaflet kekurangan energi kronik
LAMPIRAN DOKUMENTASI

Kunjungan ke I tanggal 16 Agustus 2023

Kunjungan ke II Tanggal 19 Agustus 2022

Kunjungan Ke III, Tanggal 22 Agustus 2022

link video
 https://youtu.be/DGryPsmlvi0?si=kVLcdlkpnbUS1QLU

Anda mungkin juga menyukai