PROPOSAL SKRIPSI
Oleh
202110101148
PROPOSAL SKRIPSI
Diajukan guna melengkapi tugas akhir dan memenuhi salah satu syarat untuk
menyelesaikan Program Pendidikan S-1 Kesehatan Masyarakat dan mencapai
gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat
Oleh
202110101148
Puji Syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah Nya kepada manusia sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal
dengan judul Hubungan Antara Sosial Ekonomi Keluarga dan Karakteristik Ibu
Dengan Kejadian Stunting di Puskesmas Balung Kabupaten Jember sebagai salah
satu tugas wajib Mata Kuliah Metodologi Penelitian Gizi dengan tepat waktu.
Proposal ini telah penulis susun sebaik mungkin, jika terdapat kesalahan
penulisan besar harapan agar menjadi koreksi berupa kritik yang membangun demi
penyusunan proposal yang lebih baik kedepannya. Semoga proposal ini bermanfaat
bagi siapa saja yang membaca.
Penulis
15 Juni 2023
i
DAFTAR ISI
ii
2.6. Kerangka konsep .............................................................................................. 14
2.7. Hipotesis penelitian........................................................................................... 14
3.1. Jenis penelitian............................................................................................. 15
3.2. Tempat dan waktu penelitian ....................................................................... 15
3.2.1. Tempat Penelitian ..................................................................................... 15
3.2.2. Waktu penelitian ...................................................................................... 15
3.3. Penentuan populasi dan sampel ................................................................... 15
3.3.1. Populasi Penelitian .................................................................................... 15
3.3.2. Sampel Penelitian....................................................................................... 15
3.4. Analisis Data ..................................................................................................... 16
3.5. Variabel dan Definisi Operasional ................................................................... 16
3.5.1. Variabel Penelitian .................................................................................... 16
3.5.2. Definisi Operasional................................................................................... 16
3.6. Data dan sumber data ...................................................................................... 17
3.7. Teknik dan Instrumen pengumpulan data ...................................................... 17
3.8. Alur Penelitian .................................................................................................. 18
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................. 19
iii
DAFTAR GAMBAR
iv
DAFTAR TABEL
v
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1.Latar belakang
Sumber daya manusia merepresentasikan kualitas suatu negara maka dari itu
pembangunan manusia merupakan hal yang wajib dipenuhi untuk mencetak SDM yang
berkualitas. SDM yang layak dan sesuai akan mendukung pembangunan di berbagai
bidang. Perlunya strategi pemerintah dalam mendukung peningkatan mutu SDM serta lebih
memandang manusia sebagai subjek dan objek pembangunan, harapannya pembangunan
manusia bisa mewujudkan kemakmuran bagi manusia yang tinggal didaerah tersebut.
Indikator untuk mengukur derajat perkembangan manusia berdasarkan hasil pembangunan
ekonomi adalah Indeks Pembangunan Manusia (IPM) atau Human Developmen
Index(HDI). IPM atau HDI pertama kali diperkenalkan pada tahun 1990 oleh UNDP.
Pengklasifikasian sebuah negara(negara maju, berkembang, tertinggal) dan mengukur
dampak dari kebijakan ekonomi terhadap kualitas hidup dapat dilakukan dengan IPM
(Nasruddin & Azizah, 2022).Faktor yang menentukan Indeks pembangunan manusia
berpatok pada 3 hal yakni lamanya hidup (longevity) yang diukur menggunakan Angka
Harapan Hidup, pengetahuan yang dihitung berdasarkan rata-rata lama sekolah dan
harapan lama sekolah dan standar hidup layak yang dihitung berdasarkan Pendapatan
Nasional Boruto perkapita gizi sebagai pembangunan (Ardiningrum et al., 2021).
Terjadinya peningkatan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Indonesia tahun 2022 yakni
72,91 poin dibandingkan tahun 2021 sebesar 72,29 poin dan meningkat sebesar 0,62 poin
(0,86%) (BPS Sleman, 2022).
1
usianya(Republik Indonesia, 2017). Sebanyak 9 juta atau 37%balita mengalami stunting
di Indonesia(KEMENTERIAN KESEHATAN RI, 2013).
Balita yang terkena stunting menyebabkan tingkat kecerdasan anak tersebut tidak
maksimal, anak tersebut lebih mudah terkena penyakit dan pada saat dewasa berisiko
menurunkan produktivitas. Pada akhirnya stunting ini juga akan menghambat pertumbuhan
ekonomi, meningkatkan kemiskinan dan memperluas ketimpangan sehingga berpengaruh
terhadap kualitas SDM negara. Sudah banyak bukti yang menunjukan bahwa stunting dapat
menghambat ekonomi negara dan menurunkan produktivitas pasar kerja sehingga
menyebabkan 11% GDP (Gross Domestic Products) menghilang dan sebesar 20% pekerja
dewasa berkurang pendapatannya. Dampak lainnya yaitu stunting juga berkontribusi
terhadap melebarnya kesenjangan/inequality sehingga 10% total pendapat seumur hidup
berkurang dan menyebabkan kemiskinan antar-genarasi(Republik Indonesia, 2017).
Pemerintah telah membuat program untuk mengatasi stunting ini dengan program 1000
HPK (Hari Pertama Kehidupan). Gerakan 1000 HPK ini dibuat oleh pemerintah indonesia
untuk mengatasi permasalahan gizi yang tinggi di Indonesia yakni kurang gizi termasuk
stunting. Gerakan 1000 hpk ini melibatkan berbagai sektor yakni pemerintah sebagai
pemimpin yang memfasilitasi gerakan 1000 HPK, para mitra pembangunan yang
mendukung pemerintah serta melakukan mobilisasi kepada berbagai sumber daya untuk
melakukan gerakan 1000 HPK, badan PBB, organisasi kemasyarakatan sipil, sektor swasta
dan media. Intervensi yang dilakukan oleh 1000 HPK ini berupa intervensi gizi spesifik
dan intervensi gizi langsung yang diharapkan dapat mengatasi permasalahan gizi kurang di
Indonesia(Nasional, 2011).
Berdasarkan survei yang dilakukan oleh SSGI pravelensi anak stunting kabupaten
jember berada paling tinggi se jawa timur pada tahun 2022 yakni sebesar 34,9% (Liza
Munira, 2023). Hal ini tentu menjadi perhatian bagi semua orang karena angka ini melebihi
standar global WHO yakni 20%. Berdasarkan data (Republik Indonesia, 2017)stunting
tidak hanya dialami oleh keluarga kurang mampu saja, stunting juga dialami oleh anak
dengan ekonomi diatas 40% tingkat kesejahteraan sosial dan ekonomi/ tidak miskin .Maka
dari itu peneliti tertarik untuk meneliti faktor risiko yang ditinjau dari aspek sosial ekonomi
serta karakteristik ibunya.
2
1.2.Rumusan masalah
Berdasarkan pemaparan latar belakang yang telah dipaparkan maka rumusan masalah pada
penelitian ini yaitu adakah hubungan antara status sosial ekonomi dan karakteristik ibu
dengan kejadian stunting pada balita di puskesmas balung kabupaten Jember?
1.3.Tujuan
1.3.1. Tujuan Umum
Penelitian ini memiliki tujuan untuk mengidentifikasi apakah terdapat hubungan antara
status sosial keluarga dan karakteristik ibu dengan kejadian stunting
1.4.Manfaat
1.4.1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk menambah wawasan dan pengetahuan
mengenai hubungan antara sumber penyebab hubungan antara sosial ekonomi dan
karakteristik ibu dengan terjadinya stunting.
3
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Stunting
2.1.1. Definisi stunting
Stunting merupakan sebuah kondisi dimana tinggi badan seseorang kurang dari normal
berdasarkan usia dan jenis kelamin. Tinggi badan merupakan indeks pengukuran
pemeriksaan antropometri yang juga menunjukan status gizi seseorang. Adanya stunting
merepresentasikan status gizi yang kurang (malnutrisi) dalam jangka waktu yang lama
(kronis). Diagnosis stunting melalui perbandingan nilai z skor tinggi badan per umur
yang digunakan secara global(Candra MKes, 2020). Indonesia sendiri berpatokan pada
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2020 Tentang Standar
Antropometri Anak.
4
Tabel 2. Standar TB/U anak perempuan 24-60 bulan
5
Tabel 4. Standar TB/U anak laki-laki 24-60 bulan
Stunting yang terjadi karena kekurangan gizi, biasanya mengalami kekurangan gizi
sejak berada dalam kandungan dan masa awal bayi lahir tetapi kondisi stunting baru
nampak setelah bayi 2 tahun. Indonesia merupakan negara kelima terbesar dengan
pravelensi terbesar. Menurut kemenekses balita stunting adalah balita dengan z-score >-
2SD untuk balita pendek (stunted) dan nilai z-score >-3SD untuk balita sangat
pendek(severly stunted) (Republik Indonesia, 2017).
7
zat besi menyebabkan kadar zat besi dalam tubuh rendah.52Selain itu, zat besi
juga memegang peranan penting untuk mengedarkan oksigen ke semua jaringan
tubuh, apabila oksigenasi ke jaringan tulang berkurang, maka tulang tidak
akan tumbuh secara maksimal sehingga proses pertumbuhan tulang menjadi
terhambat (Nugraheni et al., 2020).
2. Penyakit infeksi
Berdasarkan penelitian-penelitian yang telah dilakukan penyakit infeksi
memiliki hubungan dengan stunting yakni penyakit infeksi mempengaruhi asupan gizi
baita sehingga jika asupan balita menurun menyebabkan stunting. Salah satu penyakit
inveksi yang mempengaruhi kejadian stunting adalah penyakit ISPA. ISPA yaitu
salah satu penyakit infeksi penyebab mortalitas dan morbiditas paling tinggi pada anak
di Indonesia. ISPA mempengaruhi sistem sistem metabolisme tubuh dan nafsu makan
berkurang hingga akhirnya menyebabkan asupan nutrisi tidak adekuat(Himawati &
Fitria, 2020). Selain itu, penyakit diare pada anak juga mempengaruhi terjadinya
stunting. Seringnya balita terkena diare disertai gangguan penyerapan dan kehilangan
zat gizi secara berulang menyebabkan terhambatnya pertumbuhan
balita(SUTRIYAWAN et al., 2020)
8
tubuh serta makanan memiliki peran dalam mencegah penyakit infeksi sebagai faktor
menurunnya status gizi anak (Nusantri Rusdi, 2021).
b. Pola asuh
Pola pengasuhan berperan penting dalam tumbuh kembang anak karena anak
dengan status gizi tidak baik berpeluang 9 kali terjadi pada keluarga yang menerapkan
kebiasaan pola asuh tidak baik. Faktor psikososial merupakan Salah satu faktor yang
mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak karena mencakup hal penting
dalam kehidupan anak yaitu pentingnya stimulasi dalam pengasuhan. Pola asuhan
yang baik merupakan gambaran terjadinya interaksi positif anak dengan pengasuh
utama yang berperan dalam perkembangan emosi dan psikologis anak sehingga
menciptakan tumbuh kembang anak yang normal. Peran orang tua sebagai pengasuh
utama seawal mungkin menjalin rasa aman pada anak dengan kontak fisik dan
psikologis pada anaknya. ibu yang memberikan kontak psikologis yang baik
berpengaruh positif terhadap status gizi anak . Kurangnya kasih sayang orang tua di
tahun-tahun pertama berdampak negatif pada tumbuh kembang anak baik fisik,
mental, maupun sosial emosi. Kondisi psikososial yang buruk dapat mempengaruhi
pemanfaatan zat gizi dalam tubuh, sebaliknya hormon pertumbuhan dirangsang
kondisi psikososial yang baik. Secara tidak langsung asuhan psikososial berkaitan
dengan asuhan gizi dan kesehatan yang berpengaruh positif pada status gizi, tumbuh
dan kembang(Bella et al., 2020).
9
tidak optimal saat masa sekolah dan saat bekerja kapasitas dan produktivitasnya
tidak maksimal(Khasanah et al., 2022).
10
2. Meningkatkan fasilitas sanitasi yang memadai
3. Menyediakan akses kepada layanan kesehatan dan Keluarga Berencana (KB)
11
begitupun sebaliknya. Pendapatan yang rendah sangat mempengaruhi kualitas atau
kuantitas bahan makanan yang dikonsumsi keluarga. Makanan yang di dapat biasanya
akan kurang bervariasi dan sedikit jumlahnya terutama pada bahan pangan yang
berfungsi untuk pertumbuhan anak. Keterbatasan tersebut akan meningkatkan risiko
seorang balita mengalami stunting(Harefa, 2021).
12
bayi. Semakin muda usia pernikahan ibu, maka proporsi balita dengan status gizi
pendek semakin meningkat(Harefa, 2021)
13
2.6. Kerangka konsep
Karakteristik ibu
Pendidikan
ibu
BBLR
Pola asuh ibu
Umur
kk
kehamilan
ibu
Tinggi
Stunting
badan ibu Asupan
gizi
Pendapatan
keluarga Penyakit
Ketersediaan infeksi
pangan keluarga
Jumlah
tanggungan
keluarga Sosial ekonomi
keluarga
Sanitasi
lingkungan
Keterangan :
14
BAB 3. Metodologi penelitian
3.1. Jenis penelitian
Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian kali ini adalah penelitian kuantitatif yang
dilakukan observasional dengan pendekatan cross sectional dan dikaji secara analitik.
Penelitian observasional adalah suatu penelitian yang digunakan untuk mengamati suatu
fenomena tanpa memberi perlakuan. Cross sectional sendiri adalah desain penelitian yang
mengumpulkan data pada satu waktu kepada sampel.
𝑁
n= 1+𝑁𝑒 2
15
n : jumlah sample minimum
e : batas toleransi kesalahan (ditetapkan oleh peneliti)
𝑁 941 941
n= = 1+941.0,052 =3,3525 = 280,68605518269 = 281 bayi
1+𝑁𝑒 2
Maka, jumlah minimum sample pada penelitian ini adalah 281 bayi
3.4. Analisis Data
Analisis pada penelitian ini menggunakan rumus analisis regresi linier berganda yakni:
16
tanggungan dengan kurang (≤4
kepala rumah wawancara orang)
tangga 2. keluarga
inti >2 anak
atau ada
tanggungan
selain
keluarga inti
(> 4 orang)
Ketersediaan Bahan pangan Mengisi 1.Makan 3 kali Nominal
pangan yang dimakan kuisioner sehari
sehari-hari dengan 2. makan <3
wawancara kali sehari
Karakteristik Umur Umur ibu saat Mengisi 1. 20-35 Ordinal
ibu kehamilan hamil kuisioner tahun
ibu dengan melihat 2. <20 tahun
data pada buku 3. >35 tahun
KIA
Tinggi badan Tinggi badan Mengisi 1.<150 cm Nominal
ibu ibu saat hamil kuisioner 2.>150cm
dengan melihat
data pada buku
KIA
Pendidikan Pendidikan Mengisi 1.tidak Ordinal
ibu formal yang kuisioner sekolah
ditempuh ibu dengan 2. tidak lulus
wawancara SD
3. Tidak lulus
SMP
4. Tidak lulus
SMA
5. Lulus SMA
6. Perguruan
Tinggi
b. Data sekunder
Data sekunder adalah data yang bisa didapatkan tanpa melakukan penelitian. Data
sekunder pada penelitian ini yaitu data SSGI dan data profil kesehatan jember.
3.7. Teknik dan Instrumen pengumpulan data
Teknik pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan teknik wawancara. Instrumen
pada penelitian ini data dikumpulkan menggunakan kuisioner peneliti.
17
3.8. Alur Penelitian
18
DAFTAR PUSTAKA
Anisa, A. F., Darozat, A., Aliyudin, A., Maharani, A., Fauzan, A. I., Fahmi, B. A., Budiarti, C., Ratnasari,
D., N, D. F., & Hamim, E. A. (2017). Permasalahan Gizi Masyarakat dan Upaya Perbaikannya.
Gizi Masyarakat, 40, 1–22.
Ardiningrum, L. R., Junaidi, J., & Umiyati, E. (2021). Pengaruh Indeks Ketahanan Pangan, Pengeluaran
Pemerintah di Bidang Pendidikan dan Kesehatan Terhadap Indeks Pembangunan Manusia pada
10 provinsi di Pulau Sumatera. E-Jurnal Ekonomi Sumberdaya Dan Lingkungan, 10(2), 59–68.
https://doi.org/10.22437/jels.v10i2.13402
Bella, F. D., Fajar, N. A., & Misnaniarti, M. (2020). Hubungan antara Pola Asuh Keluarga dengan
Kejadian Balita Stunting pada Keluarga Miskin di Palembang. Jurnal Epidemiologi Kesehatan
Komunitas, 5(1), 15–22. https://doi.org/10.14710/jekk.v5i1.5359
BPS Sleman. (2022). Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Sleman Tahun 2022. 62, 1–8.
Candra MKes, D. A. (2020). Pencegahan dan Penanggulangan Stunting. In Epidemiologi Stunting.
https://r.search.yahoo.com/_ylt=Awrxw_53QaJhPmUA3w_LQwx.;_ylu=Y29sbwNzZzMEcG9zAz
QEdnRpZAMEc2VjA3Ny/RV=2/RE=1638052344/RO=10/RU=http%3A%2F%2Feprints.undip.ac.id
%2F80670%2F1%2FBuku_EPIDEMIOLOGI_STUNTING_KOMPLIT.pdf/RK=2/RS=BFSY8aq0Lx1bha
7MtII8PgwQwYU-
Chairunnisa, E., Kusumastuti, A. C., & Panunggal, B. (2018). Asupan Vitamin D, Kalsium Dan Fosfor
Pada Anak Stunting Dan Tidak Stunting Usia 12-24 Bulan Di Kota Semarang. Journal of Nutrition
College, 7(1), 39. https://doi.org/10.14710/jnc.v7i1.20780
Dermawan, A., Mahanim, M., & Siregar, N. (2022). Upaya Percepatan Penurunan Stunting Di
Kabupaten Asahan. Jurnal Bangun Abdimas, 1(2), 98–104.
https://doi.org/10.56854/ba.v1i2.124
Fatimah, N. S. H., & Wirjatmadi, B. (2018). Tingkat Kecukupan Vitamin a, Seng Dan Zat Besi Serta
Frekuensi Infeksi Pada Balita Stunting Dan Non Stunting. Media Gizi Indonesia, 13(2), 168.
https://doi.org/10.20473/mgi.v13i2.168-175
Harefa, E. M. (2021). Hubungan Sosial Ekonomi Dan Karakteristik Ibu Dengan Kejadian Stunting Pada
Anak Balita. Jurnal Ilmiah PANNMED (Pharmacist, Analyst, Nurse, Nutrition, Midwivery,
Environment, Dentist), 16(1), 235–242. https://doi.org/10.36911/pannmed.v16i1.1058
Himawati, E. H., & Fitria, L. (2020). Hubungan Infeksi Saluran Pernapasan Atas dengan Kejadian
Stunting pada Anak Usia di Bawah 5 Tahun di Sampang. Jurnal Kesehatan Masyarakat
Indonesia, 15(1), 1. https://doi.org/10.26714/jkmi.15.1.2020.1-5
KEMENTERIAN KESEHATAN RI, B. P. D. P. K. (2013). RISET KESEHATAN DASAR. In Expert Opinion on
Investigational Drugs (Vol. 7, Issue 5). https://doi.org/10.1517/13543784.7.5.803
Khasanah, N., Luthfa, I., & Hasna, M. Y. (2022). Program Penguatan Keluarga Sadar Gizi (KADARZI)
sebagai Upaya Optimalisasi 1000 HPK dalam Masa Pandemi Covid-19. Wikrama Parahita :
Jurnal Pengabdian Masyarakat, 6(1), 89–97. https://doi.org/10.30656/jpmwp.v6i1.3854
Linasari, D. (2021). Risk Factors for the Prevalence of Stunting in Young Children and Its Prevention.
Proceedings of the 12th Annual Scientific Meeting, Medical Faculty, Universitas Jenderal
Achmad Yani, International Symposium on “Emergency Preparedness and Disaster Response
during COVID 19 Pandemic” (ASMC 2021), 37(Asmc), 172–176.
https://doi.org/10.2991/ahsr.k.210723.042
19
Liza Munira, S. (2023). Hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) 2022. 77–77.
https://promkes.kemkes.go.id/materi-hasil-survei-status-gizi-indonesia-ssgi-2022
Mitra, M. (2015). Permasalahan Anak Pendek (Stunting) dan Intervensi untuk Mencegah Terjadinya
Stunting (Suatu Kajian Kepustakaan). Jurnal Kesehatan Komunitas, 2(6), 254–261.
https://doi.org/10.25311/jkk.vol2.iss6.85
Nasional, K. P. P. (2011). Pertanyaan yang Sering Muncul Seputar Gerakan Nasional Percepatan
Perbaikan Gizi dalam Rangka 1000 HPK.
https://www.bappenas.go.id/files/3913/8848/0509/FAQ-Indonesia-13-10-03.pdf
Nasruddin, & Azizah, N. A. (2022). ANALISIS INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) DI NEGARA
ASEAN. Jurnal Geografika (Geografi Lingkungan Lahan Basah), 33–34.
https://doi.org/10.4324/9780203134566-13
Nugraheni, A. N. S., Nugraheni, S. A., & Lisnawati, N. (2020). Hubungan Asupan Zat Gizi Makro dan
Mineral dengan Kejadian Balita Stunting di Indonesia: Kajian Pustaka. Media Kesehatan
Masyarakat Indonesia, 19(5), 322–330. https://doi.org/10.14710/mkmi.19.5.322-330
Nugroho, M. R., Sasongko, R. N., & Kristiawan, M. (2021). Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Kejadian Stunting pada Anak Usia Dini di Indonesia. Jurnal Obsesi : Jurnal Pendidikan Anak Usia
Dini, 5(2), 2269–2276. https://doi.org/10.31004/obsesi.v5i2.1169
Nusantri Rusdi, P. H. (2021). Hubungan Pemberian Nutrisi Dan Sanitasi Lingkungan Terhadap
Kejadian Stunting Pada Balita. Human Care Journal, 6(3), 731.
https://doi.org/10.32883/hcj.v6i3.1433
Prentice, A., & Bates, C. J. (1993). An Appraisal of the Adequacy of Dietary Mineral Intakes in
Developing Countries for Bone Growth and Development in Children. Nutrition Research
Reviews, 6(1), 51–69. https://doi.org/10.1079/nrr19930006
Rahmawati, N. F., Fajar, N. A., & Idris, H. (2020). Faktor sosial, ekonomi, dan pemanfaatan posyandu
dengan kejadian stunting balita keluarga miskin penerima PKH di Palembang. Jurnal Gizi Klinik
Indonesia, 17(1), 23. https://doi.org/10.22146/ijcn.49696
Republik Indonesia, S. W. P. (2017). 100 Kabupaten/Kota Prioritas untuk Intervensi anak kerdil.
Salim, M. A. (2012). PENGARUH ANTRAKNOSA (COLLETOTRICHUM CAPSICI DAN COLLETOTRICHUM
ACUTATUM ) TERHADAP RESPONS KETAHANAN DELAPAN BELAS GENOTIPE BUAH CABAI
MERAH (CAPSICUM ANNUUM L). VI(1), 182–187.
Sari, E. M., Juffrie, M., Nurani, N., & Sitaresmi, M. N. (2016). Asupan protein, kalsium dan fosfor pada
anak stunting dan tidak stunting usia 24-59 bulan. 12(4).
Sihite, N. W., Nazarena, Y., Ariska, F., & Terati, T. (2021). Analisis Ketahanan Pangan dan Karakteristik
Rumah Tangga dengan Kejadian Stunting. Jurnal Kesehatan Manarang, 7(Khusus), 59.
https://doi.org/10.33490/jkm.v7ikhusus.550
Siswati, T. (2018). Stunting. In Husada Mandiri Poltekkes Kemenkes Yogyakarta.
Sutarto, Mayasari, D., & Indriyani, R. (2018). Stunting, Faktor Resiko dan Pencegahannya.
Agromedicine, 5, 243–243. https://doi.org/10.1201/9781439810590-c34
SUTRIYAWAN, A., KURNIAWATI, R. D., RAHAYU, S., & HABIBI, J. (2020). Hubungan Status Imunisasi
Dan Riwayat Penyakit Infeksi Dengan Kejadian Stunting Pada Balita: Studi Retrospektif. Journal
Of Midwifery, 8(2), 1–9. https://doi.org/10.37676/jm.v8i2.1197
Wahyuni, D., & Fithriyana, R. (2020). Pengaruh Sosial Ekonomi Dengan Kejadian Stunting Pada Balita
20
Di Desa Kualu Tambang Kampar. PREPOTIF : Jurnal Kesehatan Masyarakat, 4(1), 20–26.
https://doi.org/10.31004/prepotif.v4i1.539
Yanti, Z., & Murtala, M. (2019). Pengaruh Pendapatan, Jumlah Anggota Keluarga Dan Tingkat
Pendidikan Terhadap Konsumsi Rumah Tangga Di Kecamatan Muara Dua. Jurnal Ekonomika
Indonesia, 8(2), 72. https://doi.org/10.29103/ekonomika.v8i2.972
Yulianto, A., & Hana, R. (2022). Kekurangan energi kronik dan tinggi badan ibu terhadap kejadian
stunting pada balita. Holistik Jurnal Kesehatan, 15(4), 655–665.
https://doi.org/10.33024/hjk.v15i4.5715
21