Anda di halaman 1dari 6

LAPORAN

PENGELOLAAN LIMBAH MEDIS DALAM BENCANA WABAH


PENYAKIT EBOLA

(Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Manajemen Bencana dan KLB G)

Dosen Pengampu:
Yennike Tri Herawati, S.KM., M.Kes.

Disusun Oleh:
Aliyafani Cherisha 202110101115
Fitri Laela Annur 202110101121
Lutfi Dwi Fitriyanti 202110101144
Falisa Naura Selvani 202110101148

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS JEMBER
2023
A. Definisi Ebola
Penyakit virus Ebola (PVE) adalah salah satu dari penyakit yang gejala klinisnya
demam dengan perdarahan yang banyak mengakibatkan kematian pada manusia dan
primata (seperti monyet, gorila, dan simpanse) dengan Case Fatality Rate (CFR)
mencapai 90%. Penyakit Ebola ditandai dengan gejala berupa demam, sakit kepala,
nyeri sendi dan otot, lemah, diare, muntah, sakit perut, kurang nafsu makan, dan
perdarahan yang tidak biasa(Kemenkes RI, 2017). Penyakit emerging disease sulit
diprediksi, namun pencegahan dan pengendalian infeksi bergantung dengan pola
transmisi dari penyakit yang muncul tersebut. Pencegahan yang dapat dilakukan yaitu
dengan memakai Alat Pelingdung Diri agar dapat melindungi diri petugas atau orang
lain yang kontak dengan pasien Ebola (Permenkes RI, 2017).
B. Pengelolaan Limbah Medis Dalam Wabah Penyakit Ebola
Pengelolaan limbah medis dalam kondisi bencana wabah penyakit Ebola meliputi:
1. Identifikasi Limbah Medis
Umumnya limbah medis terbagi menjadi padat, cair, dan gas. (Istiqomah,
Prasetyo, & Suwandi, 2023). Pengelolaan yang buruk pada setiap praktik
pengelolaan akan meningkatkan risiko penularan ebola. Praktik pengolahan
limbah ebola yang memiliki tingkat risiko penularan tinggi melibatkan
kontaminasi darah yakni berupa pengumpulan, pengangkutan , pembersihan dan
penggunaan bersama alat-alat yang terkontaminasi darah, serta penggunaan
jamban yang terkontaminasi darah atau tinja yang berlumuran darah. Sedangkan
praktik pengolahan limbah ebola yang memiliki tingkat risiko sedang adalah
pengumpulan dan pengangkutan barang-barang yang terkontaminasi dengan
cairan tubuh selain darah, penggunaan jamban yang terkontaminasi dengan cairan
tersebut, pembersihan dan penggunaan bersama alat-alat yang terkontaminasi
dengan cairan tersebut, dan pencemaran lingkungan selama pengumpulan dan
pengangkutan limbah yang terkontaminasi darah.
2. Pengumpulan Limbah Medis
Dalam tahap pengumpulan limbah medis, hal yang perlu diperhatikan adalah
sebagai berikut:
a. Identifikasi Limbah Medis
Semua limbah medis yang mungkin terkontaminasi virus Ebola harus
diidentifikasi dan dipisahkan dari limbah lainnya.
b. Penggunaan Alat Pelindung Diri
Petugas kesehatan yang menangani limbah medis harus memakai APD atau
Alat Pelindung Diri yang sesuai standar seperti baju pelindung, sarung tangan,
pelindung mata, dan masker. Tujuannya agar dapat melindungi diri dari
paparan potensial terhadap virus.
c. Pengemasan yang Aman
Limbah medis yang terkontaminasi Ebola harus ditempatkan dalam wadah
yang sesuai standar dan tahan bocor. Hal ini sebagai upaya dalam mencegah
terjadinya penyebaran virus melalui tumpahan atau kebocoran. Dengan begitu,
wadah penampung limbah tersebut harus ditutup dengan rapat dan
menggunakan kantong biohazard yang kokoh dan tahan bocor dalam
menampung limbah medis(Istiqomah et al., 2023).
d. Label dan Informasi Limbah
Setiap wadah limbah medis harus diberi label dengan informasi yang jelas,
termasuk jenis limbah, tanggal, dan sumber limbah.
e. Tempat Penyimpanan Sementara
Limbah medis yang telah dikumpulkan harus disimpan sementara di area yang
aman dan terkendali, utamanya terpisah dari area pasien dan makanan.
f. Frekuensi Pengumpulan
Pengumpulan limbah medis yang terinfeksi virus Ebola harus dilakukan secara
teratur dan sesuai dengan protokol yang ditetapkan.

Pengumpulan limbah medis pada saat bencana ebola dilakukan sesuai dengan
jenis limbah dengan membedakan wadah setiap limbah medis. Selama tahap
pengumpulan, penting untuk memastikan bahwa limbah medis yang mungkin
terkontaminasi Ebola tidak mencemari lingkungan atau berpotensi menyebabkan
penyebaran penyakit. Semua tindakan yang dilakukan sesuai dengan pedoman
dan regulasi yang berlaku untuk pengelolaan limbah medis selama wabah.
3. Pengangkutan Limbah Medis

Limbah medis ebola yang berupa biohazard harus berupa kantong anti
bocor. Satu kantong biohazard dapat menampung limbah medis. Kantong
biohazard harus kokoh dan tahan bocor agar pada saat dilakukan pengangkutan
dan pembuangan tidak akan mencemari bagian luar dari kantong. Limbah padat
yang tajam harus dipisah dan dan dimasukkan ke wadah tahan tusukan. Semua
kantong berisi limbah harus tertutup rapat sebelum dilakukan pengangkutan dan
pembuangan. Petugas yang melakukan proses pengangkutan harus menggunakan
APD seperti sarung tangan dan sepatu boots. Pengangkutan limbah medis ebola
dapat disesuaikan dengan proses inaktivasi yang akan dilakukan di rumah sakit
atau di luar lokasi rumah sakit. Transportasi yang digunakan dalam pengangkutan
limbah medis ebola harus aman dan tertutup. Limbah ebola yang akan diangkut ke
luar lokasi harus dilakukan pengemasan dan pengangkutan berdasarkan
Hazardous Materials Regulations. Limbah media tersebut semua benda yang
terkontaminasi virus ebola. Pelayanan kesehatan seperti rumah sakit harus bekerja
sama dengan pengangkut yang berkualifikasi apabila dilakukan proses inaktivasi
limbah di luar lokasi rumah sakit. Virus ebola termasuk dalam zat menular
kategori A dalam peraturan mengenai bahan berbahaya di AS. Limbah ebola yang
akan diangkut ke luar lokasi harus dilakukan pengemasan dan pengangkutan
berdasarkan Hazardous Materials Regulations. Limbah media tersebut semua
benda yang terkontaminasi virus ebola. Pelayanan kesehatan seperti rumah sakit
harus bekerja sama dengan pengangkut yang berkualifikasi apabila dilakukan
proses inaktivasi limbah di luar lokasi rumah sakit.

Limbah medis ebola yang akan dilakukan pengangkutan harus dilakukan dikemas
dengan kantong atau wadah yang tahan bocor dan rusak agar tidak adanya proses
kontaminasi. Wadah limbah tersebut harus disegel. Kantong limbah harus dilabel
untuk mengetahui limbah padat maupun cair, dan limbah yang terkontaminasi
dengan virus ebola. Pelatihan petugas pengangkut harus dilakukan seperti
penggunaan APD. Petugas juga harus melakukan pengangkutan dengan alat atau
menghindari adanya kontak dengan limbah. Transportasi yang digunakan dalam
pengangkutan limbah medis ebola harus aman, dapat menampung limbah,
tertutup, dan sesuai dengan standar. Rute yang akan dilalui dalam pengangkutan
harus dipastikan aman dan tidak menimbulkan kebocoran maupun insiden yang
berbahaya.

4. Pengolahan Limbah Medis


1) Pengolahan limbah medis wabah ebola harus ditangani oleh petugas media
yang terlatih dan sudah menerima pelatihan yang tepat tentang prosedur yang
benar dalam menangani dan membuang limbah medis
2) Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) : Petugas kesehatan yang menangani
limbah medis dalam wabah penyakit ebola ini harus mengenakan APD yang
sesuai, termasuk masker, sarung tangan, dan baju pelindung.
3) Pemisahan dan Pembuangan Limbah : Limbah medis dari wabah penyakit
ebola ini harus memisahkan ke dalam beberapa kategori. Setiap kategori harus
dibuang dengan cara yang berbeda. Benda tajam (jarum suntik, tabung suntik,
benda berbahan kaca) dan tabung yang kontak dengan darah atau cairan tubuh
diletakkan dalam kontainer khusus benda tajam. Limbah infeksius padat dan
tidak tajam dikumpulkan ke dalam plastik kedap air dan dimasukkan kedalam
kontainer tertutup. Kontainer tidak boleh bersentuhan dengan petugas
pembawa kontainer, dapat dipindahkan dengan menggunakan alat (troli, dll).
Semua limbah padat dan tajam segera dimusnahkan menggunakan incenerator.
Limbah cair diolah di Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL).
4) Disinfeksi : Peralatan yang terkena dan terinfeksi limbah medis harus
didesinfeksi secara berkala untuk mencegah penyebaran virus yang ada di
penampungan atau di rumah sakit.
5) Penyimpanan : Limbah medis harus diletakkan dalam tempat penyimpanan
dan diberi label keterangan dengan jelas serta disimpan jauh dari area rumah
sakit. Tempat pengelolaan limbah akhir merupakan area terbatas untuk orang
lain dan terbebas dari binatang.
Daftar Referensi

Istiqomah, A. N., Prasetyo, E., & Suwandi, J. F. (2023). Perilaku Tenaga Kesehatan Dalam
Pemilahan Limbah Medis Padat. Jurnal Penelitian Perawat Profesional, 5(3), 479–488.
https://doi.org/10.1016/B978-0-323-46294-5.00028-5

Kemenkes RI. (2017). Pedoman Kesiapsiagaan Menghadapi Penyakit Ebola (R. B. Hapsari,
Rosmaniar, E. Muhiriyah, L. Aziza, M. Ihsan, A. Aqmarina, … D. A. Fajria, eds.).
Jakarta.

National Security Council (NSC)-led Domestic Resilience Group (DRG). (2019). Managing
Solid Waste Contaminated with a Category A Infectious Substance. (August). Retrieved
from https://www.phmsa.dot.gov/sites/phmsa.dot.gov/files/docs/transporting-infectious-
substances/6821/cat-waste-planning-guidance-final-2019-08.pdf

Permenkes RI. (2017). PMK RI NOMOR 27 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN


PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI DI FASILITAS PELAYANAN
KESEHATAN.

Anda mungkin juga menyukai