Judul Tahun terbit Penulis Metode penelitian Hasil
Analisis 2021 Nathasa Cross sectional Hasil wawancara 40 Ketahanan Weisdania menggunakan sampel, dianalisis Pangan Dan Sihite, Yunita purposive menggunakan chi square Karakteristik Nazarena, sampling menunjukan jika terdapat Rumah Tangga Firda Ariska, hubungan antara Dengan Kejadian Terati ketahanan pangan dan Stunting kejadian stunting (p=0,031). HUBUNGAN 2021 Dian Case control Berdasarkan total sample STATUS Saraswati, dengan teknik total 60 balita yang terdiri dari KETAHANAN Rian Arie sampling untuk 30 balita stunting dan 30 PANGAN Gustaman, kelompok kasus balita non stunting, Uji RUMAH Yusri dan purposive statistik menunjukkan TANGGA DAN Afifatul sampling untuk bahwa rumah tangga POLA ASUH Hoeriyah kelompok dengan kategori rawan TERHADAP kontrol. pangan sebagian besar KEJADIAN ditemukan pada STUNTING kelompok baduta PADA BADUTA stunting(93,3%) (Studi pada dibandingkan pada baduta usia 6-24 sampel baduta tidak bulan di stunting(63,3%) dengan Kelurahan p-value 0,012 dan nilai Karanganyar OR =8,105 yang berarti Kecamatan rumah tangga rawan Kawalu Kota pangan berisiko 8,105 Tasikmalaya) kali lebih besar untuk memiliki baduta stunting. Kategori pola asuh kurang lebih banyak ditemukan pada kelompok stunting(46,7%) dibandingkan dengan kelompok tidak stunting(13,3%) dengan p value 0,011 dan nilai OR 5,688 yang berarti pola asuh yang kurang berisiko 5,688 kali lebih besar menjadi stunting dibandingkan baduta dengan pola asuh yang baik. Hubungan pola 2019 Wismalinda Case control Sampel yang diambil asuh dengan Rita, Betri dengan sebanyak 116 dengan 58 kejadian Anita, Nur menggunakan responden memiliki stunting Hidayah, purposive sampling balita stunting dan 58 (rekomendasi Fiana responden tidak memiliki pengendaliannya Podesta, balita stunting. Adapun di Kabupaten Sandy pola asuh yang di teliti Lebong) Ardiansyah, yakni : Aning Tri a.riwayat pemberian ASI. Subeqi, Sri Riwayat pemberian ASI Lilestina berpengaruh terhadap Nasution kejadian stunting, hasil , & Frensi analisis bivarat Riastuti menunjukan sebesar balita yang tidak memperoleh ASI eksklusif sebanyak 32 balita (55.20%) lebih tinggi dibandingkan kelompok non stunting. Sedangkan pemberian ASI eksklusif pada balita non stunting yaitu 44 balita (75.90%) lebih besar dibandingkan balita stunting sebesar 26 balita (44.80%). Hasil analisis menunjukkan terdapat hubungan signifikan antara riwayat pemberian ASI dengan status gizi (p=0.001) dan memiliki nilai OR = 3.868. b. waktu pemberian Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) Balita yang diberikan MP ASI < 6 bulan sebanyak 32 balita (55.20%) lebih tinggi dibandingkan kelompok non stunting yaitu 14 balita (24.10%). Sementara pemberian MP ASI saat 6 bulan pada balita non stunting yaitu 44 balita (75.90%) lebih besar dibandingkan balita stunting yaitu 26 balita (44.80%). Hasil analisis menunjukkan terdapat hubungan signifikan antara riwayat pemberian ASI dengan kejadian stunting (p=0.001) dengan OR = 3.868. c.pemanfaatan pelayanan kesehatan Kelompok stunting kurang baik memanfaatkan layanan kesehatan sebanyak 42 ibu balita (72.40%) lebih tinggi dibandingkan kelompok non stunting yaitu 6 ibu balita (10.30%). Sedangkan kelompok non stunting lebih banyak yang memanfaatkan pelayanan kesehatan dengan baik yaitu 52 ibu balita (89.7%) dibandingkan kelompok stunting yaitu 16 ibu balita (27.60%). Hasil analisis menunjukkan terdapat hubungan signifikan antara pemanfaatan layanan kesehatan dengan kejadian stunting (p=0.000) dan memiliki nilai OR = 22.750. d.Tingkat pengetahuan ibu Kelompok stunting ibu balita yang mempunyai tingkat pengetahuan yang rendah sebanyak 39 responden (67.20%) lebih tinggi dibandingkan ibu balita kelompok non stunting yang hanya 3 responden (5.20%). Sedangkan ibu balita non stunting yaitu 55 responden (94.80%) tingkat pengetahuan dalam kategori tinggi lebih banyak dibandingkan ibu balita stunting yang hanya 19 responden (32.80%). Hasil analisis menunjukkan hubungan signifikan antara tingkat pengetahuan ibu dengan stunting (p=0.000) dan pada nilai OR = 37.632. e.sanitasi lingkungan Sanitasi yang kurang baik dimiliki kelompok Stunting sebanyak 45 responden (77.60%) lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok non stunting sebanyak 14 responden (24.10%). Sedangkan sebanyak 44 responden (74.90%) dari kelompok non stunting memiliki santiasi lingkungan yang baik, dimana lebih tinggi dibandingkan dengan responden kelompok stunting yaitu 13 responden (22.40%). Hasil analisis menunjukkan terdapat hubungan signifikan antara sanitasi lingkungan dengan kejadian stunting (p=0.000) dengan nilai OR = 10.879 f. rangsangan psikososial. Rangsangan psikososial yang kurang baik pada kelompok stunting sebanyak 55 balita (94.80%) lebih tinggi dari kelompok non stunting yaitu 24 balita (41.40%). Sedangkan balita non stunting sebanyak 34 balita (58.60%) lebih tinggi dibandingkan kelompok balita stunting yang hanya 3 balita (5.20%) dalam hal mendapatkan rangsangan psikososial yang baik. Hasil analisis menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara rangsangan psikososial dengan kejadian stunting (p=0.000) dan pada nilai OR =25.972. ANALISIS 2020 Eta Aprita Case control Jumlah subjek dalam PENGELUARAN Aritonang, Ani dengan purposive penelitian adalah 48 PANGAN, Margawati, sampling baduta yang terdiri dari 24 KETAHANAN Fillah Fithra kasus dan 24 kontrol, PANGAN DAN Dieny didapatkan hasil Sebanyak ASUPAN ZAT GIZI 19 subjek dari kelompok ANAK BAWAH DUA kasus dan 10 subjek dari TAHUN (BADUTA) kelompok kontrol SEBAGAI FAKTOR mengalami kerawanan RISIKO STUNTING pangan. Hasil uji chi square dalam penelitian ini juga menemukan bahwa adanya hubungan antara ketahanan pangan rumah tangga menurut indikator US-HFSSM dengan kejadian stunting (p=0,018). Berdasarkan data ketahanan pangan dengan indikator HFSSM sebanyak 79,2% subjek mengalami kerawanan pangan. Indikator HFSSM ini menggambarkan 4 dimensi ketahanan pangan yaitu ketidakpastian atau kecemasan terhadap ketersediaan makanan, kualitas makanan, kuantitas makanan dan penerimaan sosial.