Anda di halaman 1dari 32

MAKALAH ASUHAN KEBIDANAN PADA KASUS KOMPLEKS

DAN PEREMPUAN PADA KASUS RENTAN


PENDARAHAN ANTEPARTUM
-PLASENTA PREVIA
-SOLUSIO PLASENTA

Dosen pembimbing : Lili Farlikhatun, M.Keb


Disusun oleh : Kelompok 5
1. Ayu mislena : 220606110
2. siti ulpiah : 220606062
3. Dewi Ratnasari : 220606008
4. Nabila Siti Kholisoh : 220606205
5. Yuniarsih : 220606080
6. Soleha Fitriani : 220606056
7. Dewi Indiyani : 220606121
8. Rustiaty : 220606053
9. Nurlaila :220606053
10. Aditia Putri Asriyani : 220606099
11. Islamiati Hardianti Rukmanah:220606170
12. Mina Elvira : 220606039

PROGRAM STUDI S1 KEBIDANAN ALIH JENJANG


STIKES ABDI NUSANTARA JAKARTA
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat
serta karunia-Nya sehingga penulis berhasil menyelesaikan makalah ini tepat pada
waktunya yang berjudul “ PENDARAHAN ANTEPARTUM PADA PLASENTA
PREVIA DAN SOLUSIO PLASENTA ” Penulis menyadari bahwa makalah ini
masih jauh dari sempurna. Penulis sangat berharap makalah ini dapat bermanfaat.
Oleh sebab itu, penulis berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan
makalah yang telah penulis buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada
sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun. Semoga makalah sederhana
ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sekiranya makalah yang telah
disusun ini dapat berguna bagi penulis sendiri maupun orang yang membacanya.
Sebelumnya penulis mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang
berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan
makalah ini di waktu yang akan datang oleh karena itu kritik dan saran dari semua
pihak yang bersifat membangun selalu penulis harapkan demi kesempurnaan
makalah ini. Demikian makalah ini penulis selesaikan dan terima kasih.

Jakarta, Maret 2023

DAFTAR ISI
Table of Contents
KATA PENGANTAR............................................................................................................2
DAFTAR ISI...........................................................................................................................3
BAB I......................................................................................................................................4
PENDAHULUAN..................................................................................................................4

A. LATAR BELAKANG...................................................................................4

B. RUMUSAN MASALAH...............................................................................6

C. TUJUAN........................................................................................................6

BAB II....................................................................................................................................7
PEMBAHASAN.....................................................................................................................7

A. PLASENTA PREVIA..........................................................................................7

1. Definisi.......................................................................................................7

2. Tanda dan Gejala........................................................................................7

3. Klasifikasi...................................................................................................8

4. Faktor Resiko.............................................................................................9

5. Diagnosis....................................................................................................9

6. Tatalaksana Pencegahan dan Pengobatan................................................10

7. Penanganan Pada Pasien Dengan Plasenta Previa Di Lingkungan Rumah


Sakit 11

B.SOLUSIO PLASENTA......................................................................................12

1. Pengertian.................................................................................................12
2. Klasifikasi.................................................................................................12

3. Insiden......................................................................................................15

4. Etiologi.....................................................................................................15

5. Patofisiologi..............................................................................................17

6. Gejala........................................................................................................20

7. Diagnosis..................................................................................................20

8. Komplikasi...............................................................................................21

9. Cara Melakukan Deteksi Terhadap Kemungkinan Solusio Plasenta.......22

10. Penatalaksanaan........................................................................................24

11. Rujukan....................................................................................................25

12. Penatalaksanaan Pasien Di Dalam Ruang Bersalin..................................25

13. Pengelolaan..............................................................................................26

14. Terapi Spesifik.........................................................................................28

15. Tindakan Obstetric...................................................................................29

BAB III.................................................................................................................................31
PENUTUP............................................................................................................................31

A. KESIMPULAN............................................................................................31

B. SARAN........................................................................................................31

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................32
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Perdarahan Antepartum adalah perdarahan jalan lahir setelah


kehamilan usia 20 minggu dengan insiden 2-5%. (Alamsyah, 2012)
Perdarahan obstetric yang terjadi pada kehamilan trimester ketiga dan yang
terjadi setelah anak plasenta lahir pada umumnya adalah perdarahan yang
berat, dan jika tidak segera mendapatkan penanganan yang cepat bisa
mendatangkan syok yang fatal. Salah satu penyebabnya adalah plasenta
previa. (Wiknjosastro, 2008)
Berdasarkan laporan World Health Organization, 2008 angka
kematian ibu di dunia pada tahun 2005 sebanyak 536.000. Kematian ini dapat
disebabkan oleh 25% perdarahan, 20% penyebab tidak langsung, 15%
infeksi, 13% aborsi yang tidak aman, 12% eklampsi, 8% penyulit persalinan,
dan 7% penyebab lainnya. Perdarahan yang terjadi pada kehamilan muda
disebut abortus sedangkan pada kehamilan tua disebut perdarahan
antepartum.
Yang termasuk perdarahan antepartum adalah plasenta previa, solusio
plasenta, rupture uteri. Plasenta Previa adalah plasenta yang letaknya
abnormal yaitu pada segmen bawah rahim sehingga menutupi sebagian atau
seluruh ostium uteri internum. (Nugroho, 2012) Penyebab plasenta previa
belum diketahui dengan secara pasti, namun kerusakan dari endometrium
pada persalinan sebelumnya dan gangguan 2 vaskularisasi desidua dianggap
sebagai mekanisme yang mungkin menjadi faktor penyebab terjadinya
plasenta previa.
Menurut (Cunningham, 2005) terjadinya plasenta previa terdapat
beberapa faktor penyebab diantaranya: usia ibu yang lanjut meningkatkan
risiko plasenta previa, multipara, terutama jika jarak antara kelahirannya
pendek, riwayat seksio sesarea, primigravida dua, bekas aborsi, kelainan
janin, leiloma uteri, risiko relatif untuk plasenta previa meningkat dua kali
lipat akibat merokok. Menurut Survei Demografi Kesehatan Indonesia
(SDKI) tahun 2007 menyebutkan Angka Kematian Ibu (AKI) sebanyak 228
per 100.000 kelahiran hidup pada periode tahun 2003 sampai 2007. Pada
tahun 2009 Angka Kematian Ibu (AKI) masih cukup tinggi, yaitu 390 per
100.000 kelahiran hidup. Dari hasil survey tersebut terlihat adanya
peningkatan angka kematian ibu di Indonesia (Depkes RI, 2009). Sedangkan
Angka kematian ibu selama tahun 2006 sebanyak 237 per 100.000 kelahiran
hidup.
Dari total 4.726 kasus plasenta previa pada tahun 2005 didapati
kurang lebih 40 orang ibu meninggal akibat plasenta previa itu sendiri
(Depkes RI. 2005). Sedangkan pada tahun 2006 dari total 4.409 kasus
plasenta previa didapati 36 orang ibu meninggal akibat plasenta previa
(Depkes RI, 2006). Sedangkan hasil survey di RS.PKU Muhammadiyah
Surakarta pada tahun 2012 terdapat 16 kasus plasenta previa. Dan jumlah
kasus plasenta previa sampai bulan April 2013 terdapat 3 kasus. Plasenta
previa pada kehamilan premature lebih bermasalah karena persalinan
terpaksa, sebagian kasus disebabkan oleh perdarahan hebat, sebagian lainnya
oleh proses persalinan.
Prematuritas merupakan penyebab utama kematian perinatal sekalipun
penatalaksanaan plasenta previa sudah dilakukan dengan 3 benar. Disamping
masalah prematuritas, perdarahan akibat plasenta previa akan fatal bagi jika
tidak ada persiapan darah atau komponen darah dengan segera.
Berdasarkan latar belakang diatas maka Pendarahan Antepartum
adalah perdarahan jalan lahir setelah kehamilan usia 20 minggu dengan
insiden 2-5 %. Dan Prematuritas merupakan dampak utama kematian
perinatal sekalipun penatalaksanaan plasenta previa dan solusio plasenta
sudah dilakukan dengan 3 benar. Disamping itu masalah prematuritas,
perdarahan akibat plasenta previa akan fatal bagi ibu jika tidak ada persiapan
darah atau komponen darah dengan segera.

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan uraian pada Latar Belakang diatas, maka dapat


dirumuskan bahwa masalah dari Karya Tulis Ilmiah ini adalah : “ Asuhan
Kebidanan Pada Pendarahan Antepartum yang penyebab utama nya adalah
Plasenta Previa dan Solusio Plasenta.”

C. TUJUAN

1. Tujuan Umum
Tujuan makalah ini adalah untuk mengetahui gambaran dan
penatalaksanaan Asuhan Kebidanan khususnya pada kasus Ibu Hamil
dengan Plasenta Previa dan Solusio Plasenta
2. Tujuan Khusus
Untuk mengetahui seberapa jauh pengetahuan dan pemahaman pasien
tentang Pendaraha Antepartum dengan Plasenta Previa dan Solusio
Plasenta
BAB II

PEMBAHASAN

A. PLASENTA PREVIA

1. Definisi
Plasenta previa ialah salah satu kehamilan dimana plasenta berimplantasi
abnormal pada segmen bawah rahim (SBR), menutupi atau tidak menututpi
ostium interni iternum (OUI), sedangkan kehamilan itu sudah viable atau
mampu hidup diluar rahim (usia kehamilan >20 minggu dan atau berat janin
>500 gram).

2. Tanda dan Gejala


Gejala plasenta previa yang paling khas adalah perdarahan yang tidak
disertai nyeri dan tanpa kontraksi rahim. Hal ini biasanya tidak terjadi
sebelum mendekati akhir trimester kedua atau belakangan ketika leher rahim
menipis, nerenggang dan menyebabkan plasenta mengendur. Beberapa
peneliti berpendapat bahwa sejumlah besar leguguran spontan terjadi karena
lokasi plasenta di bawah, yang berarti palsenta previa.

Perdarahan pada plasenta previa dapat terjadi tanpa peringatan dan


mungkin amat berat. Perdarahan terjadi ketika leher rahim mulai melebar dan
terbuka pada persalinan awal, lalu darah keluar.

Plasenta biasanya tidak menempel di dekat bukaan rahim. Jika itu


terjadi, plasenta mungkin secara abnormal melekat pada dinding rahim.
Dalam hal ini kemungkinan plasenta accreta, placenta increta, atau placenta
percreta lebih lazim. Pelekatan plasenta dapat menyebabkan perdarahan berat
setelah pelahiran.

Adanya plasenta perlu dicurigai jika wanita mengalami perdarahan


pervaginam selama paruh kedua kehamilan. Masalahnya tidak dapat di
diagnosis dengan pemeriksaan fisik. Pemeriksaan panggul dapat
menyebabkan perdarahan yang lebih berat. Biasanya perlu digunakan
ultrasonografi untuk menengarai plasenta previa. Penggunaan ultrasonografi
untuk melihat lokasi plsenta bisa amat akurat, terutama pada paruh kedua
kehamilan karena rahim dan plasenta sudah bertambah besar.

Jika anda tahu bahwa anda mengidap plasenta previa, dokter biasanya
memberitahu agar anda tidak menjalani pemeriksaan panggul. Hal ini penting
diingat dan dijelaskan jika anda pergi ke dokter lain atau jika anda masuk
rumah sakit.

Pada plasenta previa, kemungkinana si bayi dalam posisi sungsang


adalah lebih besar. Karena alasan ini, dan juga mengendalikan perdarahan,
perlahiran caesar hampir selalu dilakukan. Keuntungan pelahiran caesar
adalah dimungkinkannya melahirkan si bayi dan menyingkirkan plasenta
sehingga rahim bisa berkontraksi. Perdarahan bisa dijaga semaksimal
mungkin.

3. Klasifikasi
 Plasenta previa totalis ; Os serviks internus seluruhnya ditutupi oleh
plasenta
 Plasenta previa parsialis ; Os internus sebagian ditutupi oleh plasenta
 Plasenta previa marginalis ; Tepi plasenta berada di pinggir os internus
 Plasenta letak rendah ; plasenta tertanam di segmen bawah uterus
sedemikian sehingga tepi plasenta sebenarnya tidak mencapai os
internus tetapi berada di dekatnya

Pada sebagian wanita, terutama yang plasenta melekat dekat os


serviks, tetapi tidak menutupinya, perdarahanbelum terjadi hingga persalinan
yang dapat bervariasi dan ringan hingga parah dan secara klinik dapat mirip
dengan solusia plasenta.

Penyebab perdarahan spontan berkaitan dengan perkembangan


segmen bawah uterus. Jika plasenta terletak di atas os internus, terbentuknya
segmen bawah uterus dan pembukaan os internus jelas menyebabkan
putusnya perletakan plasenta. Perdarahan diperberat oleh ketidakmampuan
serta miometrium segmen bawah uterus berkontraksi untuk menjepit
pembuluh yang robek.
4. Faktor Resiko
Menurut Mochtar yang dikutip pada buku norma (2013), ada beberapa
faktor resiko yang berhubungan dengan plasenta previa, diantaranya :

a) Usia >35 Tahun atau ˂ 20 Tahun


b) Banyaknya jumlah kehamilan dan persalinan (paritas)
c) Endometrium cacat, seksio caesarea, kuretase, dan manual plasenta
d) Jarak persalinan yang dekat ˂ 2 tahun
e) Hipoplasia endometrium
f) Korpus luteum bereaksi lambat
g) Tumor-tumor seperti moima uteri, polip endometrium
h) Kehamilan kembar
i) Riwayat plasenta previa sebelumnya
j) Terdapat jaringan parut
k) merokok

5. Diagnosis
Untuk menegakkan diagnosa pasti kejadian plasenta previa perlu
diperhatikan hal-hal sebagai berikut yaitu :

a) Anamnesa

Perdarahan jalan lahir pada kehamilan >22 minggu berlangsung


tanpa nyeri, tanpa alasan terutama pada multigravida. Perdarahan
cenderung berulang pada volume yang lebih banyak dari sebelumnya,
perdarahan menimnulkan penyulit pada ibu maupun janin dalam rahim.

b) Inspeksi

Dapat dilihat pada perdarahan yang keluar pervaginam, banyak,


sedikit atau darah beku (stosel). Bila terjadi perdarahan banyak maka
ibu terlihat pucat atau anemis.

c) Pemeriksaan fisik

Tekanan darah, nadi dan pernapasan dalam batas normal. Bila


tekanan darah, nadi dan pernapasan meningkat maka daerah akral
menjadi dingin atau tampak anemis.

d) Pemeriksaan khusus kebidanan


 Palpasi abnomen

Janin belum cukup bulan, tinggi fundus uteri sesuai


dengan usia kehamilan. Bagian terendah janin masih tinggi karena
plasenta berada pada segmen bawah rahim.

 Denyut jantung janin

Denyut jantung janin bervariasi dari normal menjadi


asfiksia dan kemudian kematian dalam rahim.

 Pemeriksaan inspekulo

Dengan memakai spekulum secara hati-hati dan dilihat


asal perdarahan apa dari segmen bawah rahim atau kelainan
serviks, vagina dan varises pecah

6. Tatalaksana Pencegahan dan Pengobatan


Pencegahan dan pengobatan plasenta previa yaitu sebgai berikut :

a. Perdarahan dalam trimester dua atau tiga harus dirawat dirumah sakit.
Pasien diminta berbaring dan dilakukan pemeriksaan darah lengkap
termasuk golongan darah dan faktor Rh. Pada kehamilan 24 minggu
sampai 34 minggu diberikan steroid dalam perawatan antenatal untuk
perawatan paru janin.
b. Jika perdarahan terjadi pada trimester dua perlu diwanti-wanti karena
perdarahan ulangan biasanya lebih banyak. Jika ada gejala hipovolemik
seperti hipotensi, pasien tersebut mungkin mengalami perdarahan yang
cukup berat, lebih berat dari pada penampakannya secara klinis. Tranfusi
darah yang banyak perlu segera dilakukan.
c. Pada kondisi yang terlihat stabil di dalam rawatan di rumah sakit,
hubungan suami istri dan rumah tangga dihindari kecuali setelah
pemeriksaan ultrasonografi ulangan dianjurkan minimal setelah 4
minggu, memperhatikan ada migrasi plasenta menjauhi ostium uteri
internum (OUI)
d. Perdarahan dalam trimester tiga perlu pengawasan lebih ketat dengan
istihat baring yang lebih lama dalam rumah sakit dan dalam keadaan
cukup serius untuk merawatnya sampai melahirkan.
e. Pada pasien dengan riwayat seksio caesarea perlu dilteliti dengan
ultrasonografi, color doppler atau MRI untuk melihat kemungkinan
adanya plasenta akreta, inkreta, atau parkreta.
f. Seksio caesarea juga dilakukan apabila perdarahan banyak yang
menghawatirkan.

7. Penanganan Pada Pasien Dengan Plasenta Previa Di Lingkungan Rumah


Sakit, Yaitu :
a. Penanganan Ekspektatif

Kriteria penanganan ekspektatif yaitu :

 Usia kehamialan ˂ 34 minggu


 Belum ada tanda-tanda inpartu
 Keadaan umum baik
 Perdarahan ˂ 200 cc

Rencana penanganan ekspektatif :

 Istirahat tirah baring


 Pemeriksaan darah lengkap
 Pemeriksaan USG
 Infus D5% atau elektrolit
 Pemberian spasmolitik, kotolitik, raboransia dan plasentrotonik
b. Penanganan Aktif
 Usia kehamilan ˂ 34 minggu
 Perdarahan > 200 cc
 Keadaan umum ibu dan janin tidak baik

Rencana penangan aktif, yaitu :

 Kolaborasi dengan dr SpOG, untuk dilakukan tindakan seksio


caesarea
B.SOLUSIO PLASENTA

1. Pengertian
Menurut prawirohardjo, 2011, Solusio plasenta adalah terlepasnya
Sebagian atau seluruh permukaan maternal plasenta dari tempat
implantasinya yang normal pada lapisan desidua endometrium sebelum
waktunya yakni sebelum anak lahir.
Di lihat dari umur kehamilan terjadi nya hal tersebut, solusio
plasenta adalah lepasnya Sebagian atau seluruh jaringan plasenta yang
berimplantasi normal pada kehamilan di atas 22 minggu dan anak
sebelum lahir. (Rahmawati Eni, 2011)
Solusio plasenta adalah terlepasnya plasenta dari tempat
implantasinya yang normal pada uterus sebelum janin dilahirkan. Yang
terjadi pada kehamilan 22 minggu atau berat janin di atas 500 gram.
(Rustam, 2002)
Solusio plasenta adalah suatu keadaan dalam kehamilan viable,
dimana plasenta yang tempat implantasinya normal (pada fundus atau
corfus) terkelupas atau terlepas sebelum kala 1 (Achadiat, 2004). Sinonim
dari solusio plasenta adalah abrupsion plasenta.
Solusio plasenta adalah terlepasnya plasenta dari tempat
implantasinya yang normal di uterus, sebelum janin dilahirkan, defenisi
ini berlaku pada kehamilan dengan usia kehamilan (masa gestasi) diatas
22 minggu atau berat janin diatas 500 gr. Proses solusio plasenta dimulai
dengan terjadinya perdarahan dalam desidua basalis yang menyebabkan
hematoma retroplasenter (saefuddin AB, 2006).
2. Klasifikasi
- Klasifikasi solusio plasenta menurut gejala klinis :
1. Kelas 0 : asimptomatik
Diagnosis ditegakkan secara retrospektif dengan menemukan
hematoma atau daerah yang mengalami pendesakan pada plasenta.
Rupture sinus marginal juga dimasukkan dalam kategori ini.
2. Kelas 1 : gejala klinis ringan dan terdapat hampir 48 % kasus :
Solusio plasenta ringan yaitu : rupture sinus marginalis atau
terlepasnya sebagian kecil plasenta yang tidak berdarah
banyak,sama sekali tidak mempengaruhi keadaan ibu atau
janinnya.
Gejala : perdarahan pervaginam yang berwarna kehitam-hitaman
dan sedikit sekali bahkan tidak ada,perut terasa agak sakit terus-
menerus agak tegang,tekanan darah dan denyut jantung maternal
normal,tidak ada koagulopati,dan tidak ditemukan tanda-tanda
fetal distress.
3. Kelas II : gejala klinik sedang dan terdapat hampir 27% kasus.
Solusio plasenta sedang dalam hal ini plasenta telah lebih dari
seperempatnya tetapi belum sampai dua pertiga luas
permukaannya.
Gejala : perdarahan pervaginan yang berwarna kehitam-
hitaman,perut mendadak sakit terus-menerus dan tidak lama
kemudian disusul dengan perdarahan pervaginam walaupun
tampak sedikit tapi kemungkinan lebih banyak perdarahan di
dalam,didinding uterus teraba terus-menerus dan nyeri tekan
sehingga bagian bagian janin sulit diraba,apabila janin masih
hidup bunyi jantung sukar di dengar dengan stetoskop biasa harus
dengan stetoskop ultrasonic,terdapat fetal distress,dan
hipofibrinogenemi (150 – 250 % mg/dl).
4. Kelas III : gejala berat dan terdapat hampir 24% kasus.
Solusio plasenta berat,plasenta lebih dari dua pertiga
permukaannya,terjadinya sangat tiba-tiba biasanya ibu masuk syok
dan janinnya telah meninggal.
Gejala : ibu telah masuk dalam keadaan syok,dan kemungkinan
janin telah meninggal,uterus sangat tegang seperti papan dan
sangat nyeri,perdarahan pervaginam tampaknya tidak sesuai
dengan keadaan syok ibu,perdarahan pervaginam mungkin belum
sempat terjadi besar kemungkinan telah terjadi kelainan
pembekuan darah dan kelainan ginjal,hipofibrinogenemi (< 150
mg/dl)
- Berdasarkan ada atau tidaknya perdarahan pervaginam
a. Solusio plasenta ringan : Perdarahan pervaginam <100 -200 cc.
b. Solusio plasenta sedang : Perdarahan pervaginam > 200
cc,hipersensitifitas uterus atau peningkatan tonus,syok
ringan,dapat terjadi fetal distress.
c. Solusio plasenta berat : Perdarahan pervaginam luas > 500
ml,uterus tetanik,syok maternal sampai kematian janin dan
koagulopati.
- Berdasarkan ada atau tidaknya perdarahan pervaginam
a. Solusio plasenta yang nyata/tampak (revealed) : Terjadi
perdarahan pervaginam,gejala klinis sesuai dengan jumlah
kehilangan darah,tidak terdapat ketegangan uterus,atau hanya
ringan.
b. Solusio plasenta yang tersembunyi (concealed) : Tidak terdapat
perdarahan pervaginam,uterus tegang dan hipertonus,sering terjadi
fetal distress berat. Tipe ini sering di sebut perdarahan
Retroplasental.
c. Solusio plasenta tipe campuran (mixed) : Terjadi perdarahan baik
retroplasental atau pervaginam,uterus tetanik.
- Berdasarkan luasnya bagian plasenta yang terlepas dari uterus
a. Solusio plasenta ringan : Plasenta yang kurang dari ¼ bagian
plasenta yang terlepas. Perdarahan kurang dari 250 ml.
b. Solusio plasenta sedang : Plasenta yang terlepas ¼ - ½ bagian.
Perdarahan <1000 ml,uterus tegang,terdapat fetal distress akibat
insufisiensi uteroplasenta.
c. Solusio plasenta berat
Plasenta yang terlepas > ½ bagian,perdarahan >1000 ml,terdapat
fetal distress sampai dengan kematian janin,syok maternal serta
koagulopati.
3. Insiden
a. Berkisar 1% - 2% dari seluruh kehamilan (AAFP,2001)
b. Diperkirakan resiko kematian ibu 0,5% - 5% dan kematian janin 50 –
80% (Mansjoer,2001)
4. Etiologi
Penyebab utama dari solusio plasenta masih belum diketahui dengan jelas.
Meskipun demikian,beberapa hal di bawah ini di duga merupakan factor-
faktor yang berpengaruh pada kejadiannya,antara lain sebagai berikut :
 Hipertensi esensial atau preeklampsi.
 Tali pusat yang pendek karena pergerakan janin yang banyak atau bebas.
 Trauma abdomen seperti terjatuh terkelungkup,tendangan anak yang
sedang di gendong.
 Tekanan rahim yang membesar pada vena cava inferior.
 Uterus yang sangat kecil.
 Umur ibu (< 20 tahun atau > 35 tahun
 Ketuban pecah sebelum waktunya.
 Mioma uteri.
 Defisiensi asam folat.
 Merokok,alcohol,dan kokain.
 Perdarahan retroplasenta.
 Kekuatan rahim ibu berkurang pada multiparitas.
 Peredaran darah ibu terganggu sehingga suplay darah ke janin tidak ada.
 Pengecilan yang tiba-tiba pada hidromnion dan gamely.
Factor-faktor yang mempengaruhi solusio plasenta antara lain sebagai berikut
:
 Factor vaskuler (80-90%) yaitu toksemia
gravidarum,glomerulonefritis kronik,dan hipertensi esensial. Adanya
desakan darah yang tinggi membuat pembuluh darah mudah pecah
sehingga terjadi hematoma retroplasenter dan plasenta sebagian
terlepas.
 Factor trauma.
a. Pengecilan yang tiba-tiba dari uterus pada hidromnion dan
gamely.
b. Tarikan pada tali pusat yang pendek akibat dari pergerakan janin
yang banyak/bebas,atau pertolongan persalinan.
 Factor paritas
Lebih banyak dijumpai pada multi dari pada primi. Holmer mencatat
bahwa dari 83 kasus solusio plasenta dijumpai 45 multi dan 18 primi.
 Pengaruh lain seperti anemia,malnutrisi,tekanan uterus pada vena cava
inferior,dan lain-lain.
 Trauma langsung seperti jatuh,kena tendang dan lain-lain.
5. Patofisiologi
1) Perdarahan dapat terjadi dari pembuluh darah plasenta atau uterus yang
membentuk hematoma pada desidua,sehingga plasenta terdesak dan
akhirnya terlepas. Apabila perdarahan sedikit,hematoma yang kecil itu
hanya akan mendesak jaringan plasenta,pedarahan darah antara uterus
dan plasenta belum terganggu,dan tanda serta gejala pun belum jelas.
Kejadian baru diketahui setelah plasenta lahir,yang pada pemeriksaan di
dapatkan cekungan pada permukaan maternalnya dengan bekuan darah
yang berwarna kehitam-hitaman.
Biasanya perdarahan akan berlangsung terus-menerus karena otot uterus
yang telah meregang oleh kehamilan itu tidak mampu untuk lebih
berkontraksi menghentikan perdarahannya. Akibatnya hematoma
retroplasenter akan bertambah besar,sehingga sebagian dan seluruh
plasenta lepas dari dinding uterus. Sebagian darah akan menyeludup di
bawah selaput ketuban keluar dari vagina atau menembus selaput ketuban
masuk ke dalam kantong ketuban atau mengadakan ektravasasi di antara
serabut-serabut otot uterus.
Apabila ektravasasinya berlangsung hebat,maka seluruh permukaan
uterus akan berbercak biru atau ungu. Hal ini di sebut uterus Couvelaire
(Perut terasa sangat tegang dan nyeri). Akibat kerusakan jaringan
miometrium dan pembekuan retroplasenter,maka banyak trombosit akan
masuk ke dalam peredaran darah ibu,sehinga terjadi pembekuan
intravaskuler dimana-mana,yang akan menghabiskan sebagian besar
persediaan fibrinogen. Akibatnya terjadi hipofibrinogenemi yang
menyebabkan gangguan pembekuan darah tidak hanya di uterus tetapi
juga pada alat-alat tubuh yang lainnya.
Keadaan janin tergantung dari luasnya plasenta yang terlepas dari dinding
uterus. Apabila sebagian besar atau seluruhnya terlepas,akan terjadi
anoksia sehingga mengakibatkan kematian janin. Apabila sebagian kecil
yang terlepas,mungkin tidak berpengaruh sama sekali,atau juga akan
mengakibatkan gawat janin. Waktu sangat menentukan beratnya
gangguan pembekuan darah, kelainan ginjal, dan keadaan janin. Makin
lama penanganan solusio plasenta sampai persalinan selesai,umumnya
makin hebat komplikasinya.
2) Pada solusio plasenta, darah dari tempat pelepasan akan mencari jalan
keluar antara selaput janin dan dinding rahim hingga akhirnya keluar dari
serviks hingga terjadilah perdarahan keluar atau perdarahan terbuka.
Terkadang darah tidak keluar,tetapi berkumpul di belakang plasenta
membentuk hematom retroplasenta. Perdarahan semacam ini disebut
perdarahan ke dalam atau perdarahan tersembunyi. Solusio plasenta
dengan perdarahan tersembunyi menimbulkan tanda yang lebih khas
karena seluruh perdarahan tertahan di dalam dan menambah volume
uterus. Umumnya lebih berbahaya karena jumlah perdarahan yang keluar
tidak sesuai dengan beratnya syok. Perdarahan pada solusio plasenta
terutama berasal dari ibu,namun dapat juga berasal dari anak.
Perdarahan keluar Perdarahan tersembunyi

1. Keadaan umum penderita 1. Keadaan penderita jauh lebih


relative lebih baik. jelek.
2. Plasenta terlepas sebagian atau 2. Plasenta terlepas luas,uterus
inkomplit. keras/tegang.
3. Jarang berhubungan dengan 3. Sering berkaitan dengan
hipertensi. hipertensi.
Terlepasnya plasenta sebelum waktunya menyebabkan timbunan darah
antara plasenta dan dinding uterus yang menimbulkan gangguan penyulit
terhadap ibu dan janin.
Penyulit terhadap ibu Penyulit terhadap janin

9.1 Berkurangnya darah dalam sirkulasi 1. Tergantung pada luasnya


darah umum plasenta yang lepas dapat
9.2 Terjadi penurunan tekanan menimbulkan asfiksia ringan
darah,peningkatan nadi dan sampai kematian dalam
pernapasan uterus.
9.3 Ibu tampak anemis
9.4 Dapat timbul gangguan pembekuan
darah,karena terjadi pembekuan
intravaskuler diikuti hemolisis
darah sehingga fibrinogen makin
berkurang dan memudahkan
terjadinya perdarahan
(hipofibrinogenemia)
9.5 Dapat timbul perdarahan
packapartum setelah persalinan
karena atonia uteri atau gangguan
pembekuan darah
9.6 Dapat timbul gangguan fungsi
ginjal dan terjadi emboli yang
menimbulkan komplikasi sekunder
9.7 Timbunan darah yang meningkat
dibelakang plasenta dapat
menyebabkan uterus menjadi
keras,padat dan kaku.
6. Gejala
Beberapa gejala dari solusio plasenta adalah sebagai berikut :
 Perdarahan yang disertai nyeri.
 Anemia dan syok,beratnya anemia dan syok sering tidak sesuai dengan
banyaknya darah yang keluar.
 Rahim keras seperti papan dan terasa nyeri saat dipegang karena isi rahim
bertambah dengan darah yang berkumpul di belakang plasenta hingga
rahim teregang (uterus en bois).
 Palpasi sulit dilakukan karena rahim keras.
 Fundus uteri makin lama makin baik.
 Bunyi jantung biasanya tidak ada.
 Pada toucher teraba ketuban yang teregang terus-menerus (karena isi
rahim bertambah).
 Sering terjadi proteinuria karena disertai preeklampsi.

7. Diagnosis
Diagnosis solusio plasenta kadang sukar ditegakkan. Penderita biasanya
datang dengan gejala klinis :
a. Perdarahan pervaginam (80%)
b. Nyeri abdomen atau pinggang dan nyeri tekan uterus (70%)
c. Gawat janin (60 %)
d. Kelainan kontraksi uterus (35%)
e. Kelainan premature idiopatik (25%)
f. Dan kematian janin (15%)
Syok yang terjadi kadang tidak sesuai dengan banyak perdarahan.
Pemeriksaan laboratorium untuk menyingkirkan diagnosis banding solusio
plasenta antara lain :
a. Hitung sel darah lengkap
b. Fibrinogen
c. Waktu prothrombin/waktu tromboplastin parsial teraktifasi untuk
mengetahui terjadinya DIC
d. Nitrogen urea/kreatinin dalam darah
e. Kleithauer-Betke test untuk mendeteksi adanya sel darah merah janin di
dalam sirkulasi ibu
f. Pemeriksaan penunjang ultrasonografi (USG) membantu menentukan
lokasi plasenta (untuk menyingkirkan kemungkinan plasenta previa).
Saat ini lebih dari 50% pasien yang diduga mengalami solusio plasenta
dapat teridentifikasi melalui USG.
g. Hematom retroplasenter dapat dikenali sekitar 2-15% dari semua solusio
plasenta. Pengenalan hematoma tergantung pada derajat hematoma (besar
dan lamanya) serta keahlian operator.
h. Pemeriksaan histologik setelah plasenta dikeluarkan dapat
memperlihatkan hematoma retroplasenter.
i. Penemuan lain yang mungkin adalah adanya ektravasasi darah ke
miometrium,yang tampak sebagai bercak ungu pada tunika serosa uterus
yang dikenal sebagai Uterus Couvelaire.
j. Secara klinis diketahui dari adanya nyeri dan tegang pada uterus.
k. Diagnosis banding lain perdarahan pada trimester ketiga selain plasenta
previa adalah vasa previa,trauma vaginal,serta keganasan (jarang).
8. Komplikasi
Komplikasi bisa terjadi pada ibu maupun pada janin yang dikandungnya
dengan criteria:
a. Komplikasi pada ibu
- Perdarahan yang dapat menimbulkan : variasi turunnya tekanan darah
sampai keadaan syok,perdarahan tidak sesuai keadaan penderita
anemis sampai syok,kesadaran bervariasi dari baik sampai syok.
- Gangguan pembekuan darah : masuknya trombosit ke dalam sirkulasi
darah menyebabkan pembekuan darah intravaskuler dan diserti
hemolisis,terjadinya penurunan fibrinogen sehingga hipofibrinogen
dapat mengganggu pembekuan darah.
- Oliguria menyebabkan terjadinya sumbatan glomerulus ginjal dan
dapat menimbulkan produksi urin makin berkurang.
- Perdarahan postpartum : pada solusio plasenta sedang sampai berat
terjadi infiltrasi darah ke otot rahim,sehingga mengganggu kontraksi
dan menimbulkan perdarahan karena atonia uteri,kegagalan
pembekuan darah menambah bertanya perdarahan.
- Koagulopati konsumtif,DIC: solusio plasenta merupakan penyebab
koagulopati konsumtif yang tersering pada kehamilan.
- Utero renal reflex
- Ruptur uteri
b. Komplikasi pada janin
- Asfiksia ringan sampai berat dan kematian janin,karena perdarahan
yang tertimbun dibelakang plasenta yang mengganggu sirkulasi dan
nutrisi kearah janin. Rintangan kejadian asfiksia sampai kematian
janin dalam rahim tergantung pada beberapa sebagian placenta telah
lepas dari implantasinya di fundus uteri.
- Kelainan susunan system saraf pusat
- Retardasi pertumbuhan
- Anemia
9. Cara Melakukan Deteksi Terhadap Kemungkinan Solusio Plasenta
1. Amannesis,yakni : ibu mengeluh terjadi perdarahan disertai sakit yang
tiba-tiba diperut untuk menentukan tempat terlepasnya plasenta.
Perdarahan pervaginam dengan berupa darah segar dan bekuan-bekuan
darah. Pergerakan anak mulai hebat kemudian terasa pelan dan akhirnya
berhenti (tidak bergerak lagi). Kepala pusing,lemas,pucat,pandangan
berkunang-kunang,ibu kelihatan anemis tidak sesuai dengan banyaknya
darah yang keluar. Kadang0kadang ibu dapat menceritakan trauma.
2. Periksa pandang (inspeksi ): pasien tampak gelisah,pasien terlihat
pucat,sianosis dan keringat dingin,terlihat darah keluar pervaginam.
3. Pada saat palpasi : didapatkan hasil fundus uteri teraba naik karena
terbentukmya retroplasenta hematoma,uterus tidak sesuai dengan
kehamilan: uterus teraba tegang dank eras seperti papan disebut uterus in
bois (wooden uterus baik waktu his maupun di luar his),nyeri tekan
terutama ditempat plasenta,bagian-bagian janin sudah dikenali,karena
perut (uterus) tegang.
4. Auskultasi sulit,karena uterus tegang. Bila denyut jantung janin terdengar
biasanya di atas 140 x/menit,kemudian turun dibawah 100 x/menit dan
akhirnya hilang biila plasenta yang terlepas dari sepertiganya.
5. Pada pemeriksaan dalam teraba servik biasanya lebih terbuka atau masih
tertutup. Kalau servik sudah terbuka maka ketuban dapat teraba menonjol
dan tegang,baik sewaktu his maupun diluar his,kalu ketuban sudah pecah
dan plasenta sudah terlepas seluruhnya,plasenta ini akan turun ke bawah
dan pemeriksaan disebut prolapsus plasenta.
6. Hasil pemeriksaan umum : tekanan darah semula mungkin tinggi karena
pasien sebelumnya menderita penyakit vaskuler,tetapi lambat laun turun
dan pasien jatuh syok,nadi cepat dan kecil filiformis.
7. Pemeriksaan laboratorium : urin : protein (+) dan reduksi (-),albumin (+)
pada pemeriksaan sedimen terdapat silinder dan lekosit. Darah :
hemoglobin (Hb) anemi, pemeriksaan golongan darah,kalau bisa cross
match tets.
8. Pemeriksaan plasenta sesudah bayi dan plaseta lahir,maka kita harus
memeriksa plasentanya. Biasanya plasenta tampak tipis dan cekung
dibagian plasenta yang terlepas (krater) dan terdapat koagulan atau darah
dibelakang plasenta yang disebut hematoma retroplasenter.
9. LKGKGKG
10. Penatalaksanaan
Tujuan utama pelaksanaan ibu dengan solusio plasenta,pada prinsipnya
adalah anak :
 Mencegah kematian ibu
 Menghentikan sumber perdarahan
 Jika janin masih hidup,mempertahankan dan mengusahakan janin lahir
hidup
Prinsip utama penatalaksanaannya antara lain :
a) Pasien (ibu) dirawat dirumah sakit,istirahat baring dan mengukur
keseimbangan cairan.
b) Optimalisasi keadaan umum pasien (ibu),dengan perbaikan: memberikan
infuse dan transfuse darah segar
c) Pemeriksaan laboratorium : hemoglobin,hematokrit,COT(Clot
Observation Test/test pembekuan darah),kadar fibrinogen plasma,urine
lengkap,fungsi ginjal
d) Pasien (ibu) gelisah diberikan obat analgetika
e) Terminasi kehamilan : persalina segera,pervaginam atau section sesarea.
Yang tujuannya adalah untuk menyelamatkan nyawa janin dan dengan
lahirnya plasenta,berjutuan agar dapat menghentikan perdarahan.
f) Bila terjadi gangguan pembekuan darah (COT >30 menit) diberikan darah
segar dalam jumlah besar dan bila perlu fibrinogen dengan monitoring
berkala pemeriksaan COT dan hemoglobin
g) Untuk mengurangi tekanan intrauterine yang dapt menyebabkan nekrosis
ginjal (reflek utero ginjal) selaput ketuban segera dipecahkan
Yang perlu diketahui oleh semua bidan yaitu penanganan di tempat pelayanan
kesehatan tingkat dasar ialah mengatasi syok/pre-syok dan mempersiapkan
rujukan sebaik-baiknya dan secepat-cepatnya. Mengingat komplikasi yang
dapt terjadi yaitu perdarahan banyak dan syok berat hingga kematian,atonia
uteri,kelainan pembekuan darah dan oliguria. Maka sikap paling utama dari
bidan dalam menghadapi solusio plasenta adalah segera melakukan rujukan
Ke Rumah Sakit.
11. Rujukan
Dalam melakukan rujukan,bidan dapat memberikan pertolongan darurat
dengan :
1) Memasang infus
2) Tampa melakukan pemeriksaan dalam
3) Menyertakan petugas dalam merujuk pasien
4) Mempersiapkan donor darah dari keluarga/masyarakat
5) Menyertakan keterangan tentang apa yang telah dilakukan dalam
pemberian pertolongan pertama.
**Section caesaria : indikasi section saesaria dapat dilihat dari sisi ibu dan
/atau anak. Tindakan section caesaria dipilih bila persalinan diperkirakan
tidak akan berakhir dalam waktu singkat (dengan dilatasi 3-4 cm kejadian
solusio plasenta pada nulipara).
12. Penatalaksanaan Pasien Di Dalam Ruang Bersalin
Bidan yang bertugas dikamar bersalin rumah sakit/rumah bersalin dalam
menghadapi pasien (ibu) dengan solusio plasenta,dapat melakukan tindakan-
tindakan sebagai berikut :
a. Observasi keadaan umum ibu sebelum partus/persalinan :
 Ukur tekanan darah,nadi, pernapasan setiap ¼ jam sekali
 Pemberian oksigen sesuai kebutuhan
 Mengukur banyaknya perdarahan yang keluar, periksa hemoglobin
 Pasang infus sesuai dengan keadaan umum ibu
 Penyediaan darah secepatnya sebaiknya darah segar dengan jumlah
yang telah diperhitungkan dengan perkiraan kehilangan darah
 Minta izin operasi bila sudah melakukan kolaborasi dengan DPJP
 Dilakukan pemeriksaan test pembekuan darah (COT:Clot Observation
Test)
b. Observasi keadaan umum ibu sesudah partus/persalinan,yang bertujuan
untuk :
 Mencegah agar tidak terjadi perdarahan pasca persalinan (Hemorhagi
postpartum/HPP) dengan :
Memasang folley kateter (kolaborasi)
Mencegah infeksi

13. Pengelolaan
Setiap pasien yang dicurigai solusio plasenta harus dirawat di rumah sakit
kerena memerlukan monitoring yang lengkap baik dalam kehamilan maupun
persalinan. Pengelolaan pada solusio plasenta adalah sebagai berikut :
a. Tidak terdapat renjatanusia gestasi kurang dari 36 minggu atau taksiran
berat fetus kurang dari 2500 gr
Solusio plasenta ringan dilakukan pengelolaan secara
o Ekspektatif meliputi tirah baring
o Sedative
o Mengatasi anemia
o Monitoring keadaan janin dengan kardiotokografi dan USG
o Serta menunggu persalinan spontan.
o Aktif dengan mengakhiri kehamilan spontan, bila didapat :
• Keadaan memburuk
• Perdarahan berlangsung terus
• Kontraksi uterus berlangsung
• Dapat mengancam ibu atau janin
• Partus pervaginam (aminotomioksitosin infuse)
• Seksio sesarea bila pelvic skor <5 atau persalinan >6 jam
b. Sedang/berat
o Resusitasi cairan
o Atasi anemia (transfuse darahpartus pervaginam : bila diperkirakan
partus dapat berlangsung dalam 6 jam (amonotomi dan oksitosin)
o Partus perabdominal : bila partus pervaginam diperkirakan tidak
dapat berlangsung dalam 6 jam
o Tidak terdapat renjatan : usia gestasi 37 minggu atau lebih/taksiran
berat fetus 2500 gr
c. Solusio plasenta
Solusio plasenta ringan/sedang/berat : partus perabdominal bila persalinan
pervaginam diperkirakan berlangsung lama
 Terdapat renjatan : Atasi renjatan,resusitasi cairan dan transfuse
darah.
 Bila ada renjatan tidak teratasi,upayakan tindakan penyelamatan
yang optimal.
 Bila renjatan tidak dapat teratasi pertimbangkan untuk paartus
perabdominal bila janin masih hidup atau bila persalinan
diperkirakan berlangsung lama.
14. Terapi Spesifik
1. Terhadap komplikasi
- Atasi syok
- Infuse larutan NS/RL untuk restorasi cairan,berikan 500ml dalam 15
menitpertama dan 2 L dalam 2 jam pertama. ( lihat cara mengatasi syok)
- Berikan transfuse dengan darah segar untuk memperbaiki factor
pembekuan akibat koagulopati.
2. Tatalaksana oliguria atau nekrosis tubuler akut
Tindakan restorasi cairan,dapat memperbaiki hemodinamika dan
mempertahankan fungsi ekskresi sistema urinaria. Tetepi apabila syok
terjadi secara cepat dan telah berlangsung lama (sebelum dirawat)
umumnya akan terjadi gangguan fungsi ginjal yang ditandai dengan
oliguria (produksi urin < 30 ml/jam). Pada kondisi yang lebih berat dapat
terjadi anuria yang mengarah pada nekrosis tubulus renalis. Setelah
restorasi cairan,lakukan tindakan untuk mengatasi gangguan tersebut
dengan :
a. Furosemina 40 mg dalam 11kristloid dengan 40-60 tetesan per menit.
b. Bila belum berhasil,gunakan manitol 500 ml dengan 40 tetesan
permenit.
3. Atasi hipofibrinogenemia
Restorasi cairan/darah sesegera mungkin dapat menghindarkan terjadinya
koagulopati.
a. Lakukan uji beku darah (bedside coagulation test) untuk menilai
fungsi pembekuan darah (penilaian tak langsung kadar ambang
fibrinogen ).
b. Bila darah segar tidak dapat segera diberikan,berikan plasma beku
segar (15 ml/kgBB).
c. Bila plasma beku segar tidak tersedia,berikan kriopresipitat
fibrinogen.
d. Pemberian fibrinogen,dapat memperberat terjadinya koagulasi
diseminata intravaskuler yang berlanjut dengan pengendapan
fibrin,pembendungan mikrosirkulasidi dalam organ-organ vital,seperti
ginjal,glandula adrenalis,hipofisis dan otak.
e. Bila perdarahan masih berlangsung (koagulopati) dan trombosit di
bawah 20.000,berikan konsentrat trombosit.
4. Atasi anemia
a. Darah segar merupakan bahaan terpilih untuk mengatasi anemia
karena disamping mengandung butir-butir darah merah,juga
mengandung unsure pembekuan darah.
b. Bila restorasi cairan telah tercapai dengan baik tetapi pasien masih
Dalam Kondisi Anemia Berat,Berikan Packed Cell.

15. Tindakan Obstetric


Persalinan di harapkan dapat terjadi dalam 3 jam, umumnya dapat
pervaginam.
1. Seksio sesarea
a) Seksio sesarea dapat dilakukan apabia :
a. Janin hidup dan pembukaan belum lengkap,
b. Janin hidup,gawat janin tetapi persalinan pervaginam tidak dapat
dilaksanakan dengan segera,
c. Janin mati tetapi kondisi servik tidak memungkinkan persalinan
pervaginam dapat berlangsung dalam waktu yang singkat.
b) Persiapan untuk seksio sesaria,cukup dilakukan penanggulangan awal
(stabilisasi dan tatalaksana komplikasi ) dan segera lahirkan bayi
karena operasi merupakan satu-satunya cara efektif untuk
menghentikan perdarahan.
1) Hematoma miometriun tidak mengganggu kontraksi uterus.
2) Observasi ketat kemungkinan perdarahan ulangan (koagulopati).
2. Partus pervaginam
Partus pervaginam dilakukan apabila Janin hidup dan pembukaan
sudah lengkap, serta tidak ada tang kegawatdaruratan pada ibu.

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
B. SARAN
DAFTAR PUSTAKA

Fadlun,Feryanto,Achmad.2012.Asuhan Kebidanan Patologis.Jakarta:Salemba


Medika
Maryunani,Anik.2012. Asuhan Kegawatdaruratan Dalam Kebidanan.Jakarta :TIM
Yeyeh,Ai Rukiyah.2010.Asuhan Kebidanan Patologi.Jakarta:Trans Info Media
Obstetric,William.Jakarta

Anda mungkin juga menyukai