Disusun untuk memenuhi salah satu tugas kelompok pada mata kuliah Pengantar
Praktik Kebidanan
Dosen Pengampu : Dr. Bd. Hj. Ella Nurlelawati, S.SiT., SKM., M.Kes.
Disusun Oleh :
Kelompok 1
i
Disusun Oeh :
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT atas rahmat, hidayah
dan inayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah “Pengantar
Kebidanan” ini tepat pada waktunya.
Terima kasih kami sampaikan juga kepada Ibu Dr. Bd. Hj. Ella
Nurlelawati, S.SiT., SKM., M.Kes. selaku dosen pengampu Mata Kuliah
Pengantar Praktik Kebidanan yang telah memberikan kesempatan bagi kami
untuk mengerjakan tugas ini, sehingga kami menjadi lebih mengerti dan
memahami tentang Filosofi Kebidanan, Definisi Bidan, Pelayanan
Kebidanan, Praktik Kebidanan dan Asuhan Kebidanan. Tak lupa saya juga
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada seluruh pihak yang
baik secara langsung maupun tidak langsung yang telah membantu upaya
penyelesaian makalah ini.
Dan juga kami ucapkan terima kasih kepada teman-teman yang telah
membantu memberikan materi dan masukannya sehingga terselesainya
makalah ini. Dengan keseriusan dan ketekunan dalam pembuatan makalah
ini, harapan kami dapat memberikan manfaat bagi teman-teman dan para
pembaca, khususnya memotivasi untuk memulai menulis karya ilmiah. Serta
dapat menjadi pembelajaran bagi kami dalam pembuatan sebuah makalah,
terkhusus dalam materi karya ilmiah.
Penulis
iii
DAFTAR ISI
Halaman
COVER ....................................................................................................... i
BAB I
PENDAHULUAN……………………………………………………….. 1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA………………………………………………… 4
iv
2.2 Definisi Bidan .................................................................................... 9
822/Menkes/SK/IX/1993 .......................................................... 10
v
2.5.2 Lingkup Asuhan Kebidanan ..................................................... 18
BAB III
PENUTUP……………………………………………………………….. 25
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………… 26
vi
BAB I
PENDAHULUAN
vii
kebidanan atau filosofi kebidanan, seorang perempuan akan memiliki
nilai lebih sebagai pribadi yang terdiri dari Bio-Psiko-Sosial dan
Spiritul, dengan adanya komitmen kerjasama antara perempuan sebagai
pasien dan seorang Bidan, karena ada prinsip kemitraan antara Bidan
dan wanita yang menyebabkan mereka saling menghargai dan
berkarakter dominan dalam pemberian Ksuhan kebidanan dan
pengambilan keputusan bagi dirinya sendiri (RI,2016).
viii
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.2 Bagi Penulis
ix
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
x
Kebidanan. Falsafah Kebidanan adalah pandangan hidup atau
merupakan penuntun bagi Bidan dalam memberikan pelayanan
Kebidanan (IBI, 2003).
xi
oleh ibu hamil tersebut terkait dengan asuhan kebidanan.
Keunikan fisik, emosional, sosial dan budaya dari setiap
perempuan serta berbagai macam kebutuhan yang dibawa oleh
perempuan, keluarga dan komunitasnya terkait dalam asuhan
kebidanan pada masa-masa tersebut. Perempuan dan
keluarganya adalah sasaran utama yang dianggap penting
dalam pemberian asuhan kebidanan.
xii
penentu utama keputusan terkait dengan asuhan kebidanan apa
yang akan diberikan. Perempuan memiliki hak untuk memilih
dan memutuskan tentang siapa pemberi asuhan dan di mana
tempat melahirkan apakah di rumahnya atau di rumah sakit dll.
xiii
kebidanan harus aman, memuaskan, menghormati dan
memberdayakan perempuan dan keluarganya. Semua
perempuan berhak atas asuhan kesehatan yang menyeluruh
saat diberikan dengan bermartabat dan menghargai untuk
situasi dan kondisi sesuai dengan kebutuhan masing-masing
dan asuhan harus dapat dicapai, dapat diterima, dan terjangkau
bagi semua perempuan dan keluarganya karena kesehatan
setiap bangsa dimasa depan tergantung dari asuhan yang
diberikan kepada calon orang tua, ibu dan bayi.
xiv
menyesuaikan dengan kebutuhan kondisi saat itu. Sehingga
derajat kesehatan dan keselamatan ibu dan bayinya terwujud.
(DepKes RI, 2013).
xv
midwife is a person who, having been regulary admitted to a
midwifery educational program fully recognized in the country
in which it is located, has succesfully completed the prescribed
course of studies in midwifery and has acquired the requiste
qualification to be registered and or legally licensed to practice
midwifery” yang artinya bahwa Bidan adalah seseorang yang
telah menyelesaikan pendidikan bidan yang diakui oleh negara
serta mendapatkan kualifikasi dan diberikan izin untuk
melaksanakan praktik pelayanan kebidanan. (RI, 2016).
xvi
Bidan adalah seorang yang telah mengikuti dan lulus
program pendidikan bidan sesuai dengan persyaratan berlaku.
xvii
hamil, ibu bersalin, ibu nifas bayi baru lahir dan keluarga
berencana. Pelayanan kebidanan tersebut dapat berupa aplikasi
dari deteksi dii/awal terjadinya keadaan yang tidak normal
pada ibu dan anak dan juga dapat melakukan KIE pendidikan
kesehatan untuk indivisu, keluarga dan masyarakat (Sofyan,
2006).
xviii
2.3.2 Pelayanan Kolaborasi/Kerjasama
xix
praktisi di seluruh dunia. Pengertian dan lingkup praktiknya
yang dirumuskan oleh International Confederation of
Midwives (ICM) 1990 di Kobe Jepang dan telah mendapatkan
pengesahan oleh Federation International Gynaecology and
Obstetri (FIGO) 1991 dan World Health Organization (WHO)
1992. Pelayanan kebidanan yang bermutu yaitu pelayanan
kebidanan yang dapat memuaskan setiap pemakai jasa
pelayanan kebidanan yang sesuai dengan tingkat kepuasan
rata-rata penduduk serta penyelenggaraannya sesuai dengan
kode etik dan standar pelayanan kebidanan yang telah
ditetapkan. (Novianty and Keb, 2017). Pelayanan Kebidanan
yang bermutu dapat diukur dengan hal-hal ini, diantaranya:
xx
Praktik Kebidanan adalah kegiatan pemberian pelayanan dalam
bentuk asuhan kebidanan yang dilakukan oleh Bidan. (Dasar, 2019) Praktik
kebidanan adalah aplikasi ilmu kebidanan dalam memberikan asuhan
kebidanan kepada klien dengan pendekatan manajemen kebidanan.
Sedangkan manajemen kebidanan adalah pendekatan yang dilakukan oleh
bidan dalam menerapkan metode pemecahan masalah secara sitematis dan
terarah. Praktik kebidanan merupakan pelaksanaan dari ilmu kebidanan
oleh bidan yang bersifat otonomi yang ditujukan untuk perempuan, keluarga
dan komunitasnya yang didasari dan dilandasi etika dan kode etik bidan.(RI,
2002) Standart Praktek bidan merupakan suatu batasan kewenangan dalam
menerapkan praktek kebidanan yang meliputi 24 (Dua Puluh Empat)
standatr dan difokuskan pada 5 (lima) bidang, antara lain (Novianty and
Keb, 2017) :
2.4.1 Standar Pelayanan Umum
2.4.1.1 Persiapan kehidupan keluarga sehat ;
2.4.1.2 Pencatatan dan pelaporan.
2.4.2 Standar Pelayanan Antenatal
2.4.2.1 Identifikasi ibu hami ;
2.4.2.2 Pemeriksaan dan pemantauan antenatal ;
2.4.2.3 Palapasi abdominal ;
2.4.2.4 Pengelolaan anemia pada kehamilan ;
2.4.2.5 Pengelolaan dini hipertensi pada kehamilan ;
2.4.2.6 Persiapan persalinan.
2.4.3 Standar Pertolongan Persalinan
2.4.3.1 Persalinan kala I ;
2.4.3.2 Persalinan kala II yang aman ;
2.4.3.3 Penatalaksanaan manajemen aktif persalinan kala III ;
2.4.3.4 Penanganan kala II pada gawat janin dengan tindakan
episiotomi.
2.4.4 Standar Pelayanan Nifas
2.4.4.1 Perawatan BBL ;
xxi
2.4.4.2 Penaganan kala IV pada 2 jam pertama setelah persalinan ;
2.4.4.3 Pelayanan bagi ibu & bayi masa nifas.
2.4.5 Standar Penanganan Kegawatdaruratan Obstetri & Neonatal
2.4.5.1 Penanganan perdarahan dalam kehamilan TM III ;
2.4.5.2 Penanganan kegawatan pada eklampsia ;
2.4.5.3 Penanganan kegawatan pada partus lama ;
2.4.5.4 Persalinan dengan penggunaan vacum ekstraktor ;
2.4.5.5 Penanganan retensio plasenta ;
2.4.5.6 Penanganan HPP Primer ;
2.4.5.7 Penanganan HPP Sekunder ;
2.4.5.8 Penanganan pada infeksi nifas ;
2.4.5.9 Penanganan pada asfixia neonatorum.
xxii
5. Adanya standart asuhan kebidanan sebagai pedoman. (DepKes
RI, 2003)
xxiii
d. Terwujudnya kekuatan dalam diri perempuan dalam
menentukan kesehatan dan keselamatan dirinya sendiri;
a. Pra konsepsi;
b. Remaja;
c. Kehamilan/Antenatal;
d. Persalinan/Intranatal;
e. Nifas/Postnatal;
g. KB;
h. Pra Menopause;
i. Menopause;
j. Post Menopause;
k. Kesehatan Reproduksi.
a. Filosofi kebidanan;
xxiv
klien dengan tujuan untuk mendapatkan hasil sesuai apa
yang telah direncanakan;
xxv
suatu hasil yang spesifik. Determinan memberikan arahan pada
bidan dalam asuhan kebidanan secara keseluruhan juga
menjelaskan tentang bagaimana asuhan tersebut diberikan.
Proses menggambarkan tentang apa yang harus dilakukan oleh
bidan dan bagaimana seharusnya determinan dan proses, akan
memberikan suatu hasil yang spesifik. Hal ini kemungkinan
untuk melihat asuhan kebidanan sebagai suatu alur yang
dimulai dari determinan termasuk keyakinan dasar tentang
falsafah, melalui suatu proses dan menuju suatu hasil (DepKes
RI, 2003).
1. Determinan
xxvi
Dengan demikian terdapat saling percaya antara bidan
dan perempuan/klien. Hasil yang sempurna diperoleh
dengan adanya perpaduan/penyesuaian antara proses
persalinan, yaitu perempuan dengan intervensi/asuhan.
1. Faktor Determinan
2. Intervensi Bidan
xxvii
Informasi dan konseling memberdayakan
perempuan untuk mengambil keputusan. Demikian
pula dukungan yang dibutuhkan dan didapatkan
dari bidan.
4. Proses Asuhan
APA
xxviii
6. Memberdayakan untuk menyampaikan Informed Choice
dan ikut serta dalam pengambilan keputusan;
7. Mempraktikkan (“menunggu dengan sabar tapi rasional”)
komunikasi persuasive (advokasi) bagi seorang perempuan
dan jangan sampai membuat perencanaan yang tidak sesuai
dengan kebutuhan pasien disaat kondisi itu.
BAGAIMANA
xxix
sebagai pelaku utama dari peristiwa itu, apapun hasil dari
proses itu. Bidan harus memelihara suatu garis batas antara
penantian dengan antisipasi (siaga) dan intervensi sehingga
setiap intervensi memperkuat dan mendukung proses
persalinan. Apabila keseimbangan dipertahankan (antara
menunggu dan bertindak), maka proses persalinan akan
menjadi baik. Suatu proses persalinan memungkinkan
perempuan itu menemukan dan belajar menggunakan
kekuatan dalam dirinya. Dia mengenal kekuatannya untuk
menggunakan kekuatan itu guna memelihara pemantauan
atas apa yang terjadi pada dirinya sepanjang waktu. Dia
memperoleh rasa percaya diri dan mempercayai dirinya.
Dengan kata lain perempuan itu menjadi berdaya melalui
peristiwa proses persalinan intervensi bidan dan proses
menemukan diri sendiri. Dengan model ini bidan harus
dapat belajar dan mengetahui serta mengembangkan suatu
hubungan dengan perempuan/klien tersebut. Hubungan itu
memungkinkan bidan untuk mempertahankan kepercayaan,
rasa hormat dan secara berkesinambungan memberi
panduan terantisipasi, pendidikan, model peran dan
mendorong keikutsertaan perempuan/klien dalam
mengambil keputusan. Bidan memberikan asuhan terarah
dan khusus bagi setiap perempuan (DepKes RI, 2003).
xxx
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
xxxi
Bidan sebagai pemberi pelayanan Kebidanan merupakan ujung
tombak dalam menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI). Salah satu
kontribusi menurunkan AKI adalah dengan memberikan pelayanan
Kebidanan yang berkualitas. Agar pelayanan Kebidanan berkualitas,
Bidan harus memiliki cara pandang bagaimana pelayanan Kebidanan
yang berkualitas.
DAFTAR PUSTAKA
xxxii
xxxiii