Anda di halaman 1dari 40

PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN MATERNITAS 1

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY.P DENGAN KELUHAN NYERI PADA LUKA


POST SC
Tugas ini disusun untuk memenuhi tugas kelompok
Dosen pembimbing : Ns. Febi Ratnasari, S.Kep., M.Kep

Di susun oleh
Ruang : Anyelir/Melati
1. Fitri Sintiya 19216065
2. Fitria Cahyani Lestari 19216066
3. Fitria Rahma Wandari 19216067
4. Gadis Indah Alaqram Abidin 19216068
5. Gaitsa Zahira Shofa 19216069
6. Hany Fatikasari 19216072
7. Hemalia Putri 19216073
8. Heppy Osca Mekarliawati Simbolon 19216074
9. Hilda Hasanah 19216075
10. Imas Dariyah 19216076
11. Nnur Fitria Setyorini 19216124
12. Nurul Rezaini 19216125
13. Oka Solehatul Mufrokah 19216026

PRODI S1 KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YATSI
Jl. Aria Santika No.40A, Margasari, Kec. Karawaci Kota Tangerang, Banten
No.Telp (021)55726558 Fax.(021)5921132
Kode Pos 15114
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Asuhan Keperawatan
Pada Ny.P Dengan Keluhan Nyeri Pada Luka Post SC” ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Ibu Ns.
Febi Ratnasari, M.Kep dalam mata kuliah Keperawatan Maternitas. Selain itu, makalah ini
juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang “Sectio Caesarea” bagi para pembaca dan
juga bagi penulis.
Kami mengucapkan terimakasih kepada Ibu Ns. Febi Ratnasari, M.Kep selaku dosen
mata kuliah Keperawatan Maternitas, yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat
menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni. Kami
juga mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Kami menyadari, makalah
ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan
kami nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Tangerang , 05 Maret 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................ i


DAFTAR ISI ........................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................................... 1
1.1 LAT
AR BELAKANG ..................................................................................................... 1
1.2 RU
MUSAN MASALAH................................................................................................... 3
1.3 TUJ
UAN ............................................................................................................................ 3
1.4 MA
NFAAT......................................................................................................................... 3
BAB I I TINJAUAN TEORI................................................................................................... 4
2.1 DEFINISI............................................................................................................................ 4
2.2 JENIS-JENIS SECTION CAESARE............................................................................... 4
2.3 MENIFESTASI KLINIS ................................................................................................... 5
2.4 ETIOLOGI .......................................................................................................................... 5
2.5 PATOFISIOLOGI............................................................................................................... 5
2.6 KLASIFIKASI.................................................................................................................... 6
2.7 TANDA DAN GEJALA..................................................................................................... 7
2.8 KOMPLIKASI.................................................................................................................... 7
2.9 PEMERIKSAAN PENUNJANG ...................................................................................... 8
2.10 PERAWATAN POST OP SECTION CAESAREA...................................................... 8
2.11 PENATALAKSANAAN MEDIS.................................................................................... 9
2.12 PATHWAY........................................................................................................................ 11
BAB III PENGKAJIAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN
PENGKAJIAN
ASUHAN KEPERAWATAN
BAB IV KESESUAIAN TEORI DAN ASUHAN KEPERAWATAN
BAB V PENUTUP.................................................................................................................. 12
1.1 KESIMPULAN .................................................................................................................. 12
1.2 SARAN ............................................................................................................................... 12
ii
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 13

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Persalinan merupakan proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup
bulan (37-42 minggu) disertai dengan pengeluaran plasenta dan selaput janin (Nurul Jannah,
2017) Ada dua cara persalinan yaitu persalinan lewat vagina yang disebut dengan persalinan
normal dan persalinan dengan cara operasi sectio caesar. Persalinan sectio caesarea
merupakan persalinan buatan dimana janin dilahirkan melalui suatu insisi pada dinding perut
dan dinding rahim dengan saraf rahim dalam keadaan utuh serta berat diatas 500 gram
(Mitayani, 2013).
Dalam meningkatkakn kualitas pelayanan kesehatan pada masyarakat perlu
dikembangkan, Salah satunya adalah pelayanan keperawatan pada ibu post partum.
Umumnya pada beberapa Negara berkembang seperti Indonesia, angka kematiaan ibu yang
mengalami persalinan masih tinggi. Penyebab terbesar kematian ibu pada persalinan adalah
kerena komplikasi dan perawatan pasca persalinan yang tidak baik. Oleh karena itu,
pelayanan keperawatan pada ibu post partum sangat diperlukan dan perlu mendapatkan
perhatian yang utama untuk menurunkan angka kematian ibu post partum akibat komplikasi.
Untuk menekan angka kematian pada ibu dan janin salah satu cara bisa dilakukan dengan
tindakan operasi. Tindakan operasi yang biasa dilakukan adalah bedah Caesar (Sectio
Caesarea) (Wiknjosastro,2005).
Menurut WHO (Word Health Organization) angka kejadian sectio Caesar meningkat
di negara-negara berkembang. WHO menetapkan indikator persalinan sectio caesarea 10-
15% untuk setiap negara, jika tidak sesuai indikasi operasi sectio caesarea dapat
meningkatkan resiko morbilitas dan mortalitas pada ibu dan bayi (World Health
Organization, 2015).
Berdasarkan hasil Riskesdas 2018 menyatakan terdapat 15,3% persalinan dilakukan
melalui operasi. Provinsi tertinggi dengan persalinan melalui Sectio Caesarea adalah DKI
Jakarta (27,2%), Kepulauan Riau (24,7%), dan Sumatera Barat (23,1%) (Depkes RI, 2018).
Dari hasil laporan rekam medik RSUD. Abdul Wahab Sjahranie Samarinda tercatat
bahwa angka persalinan dengan sectio caesarea pada tahun 2017 sebanyak 34,28% (Rekam
medik RSUD. AWS, 2017).
Angka kematian Ibu (AKI) di kota Samarinda pada tahun 2016 yakni 40 per 100.000
kelahiran hidup. Penyebab kematian di Samarinda karena kehamilan beresiko yakni
1
kehamilan pada usia diatas 35 tahun dan pengelolaannya. Guna untuk menurunkan AKI di
kota Samarinda Dinas Kesehatan kota lebih meningkatkan program-program kesehatan yang
sudah dijalankan baik secara promotif maupun preventif (Profil Kesehatan Kota Samarinda
2016).
Salah satunya Antenatal Care (ANC) yang berguna untuk mendeteksi komplikasi
yang dapat mengancam jiwa, mempersiapkan kelahiran dan memberikan pendidikan
kesehatan dan juga dapat menurunkan angka kematian ibu dan memantau keadaan janin.
Persalinan Sectio Caesarea memiliki resiko lima kali lebih besar terjadi komplikasi
dibanding persalinan normal. Penyebab atau masalah yang paling banyak mempengaruhi
adalah pengeluaran darah atau perdarahan dan infeksi yang dialami ibu. Adapun penyebab
dari perdarahan karena dilakukannya tindakan pembedahan jika cabang Arteria Uterine ikut
terbuka dan dapat terjadi karena Atonia Uteri. Infeksi pada ibu Post Op Sectio Caesarea dapat
dilihat dengan tanda lochea yang keluar banyak seperti nanah dan berbau busuk, uterus lebih
besar dan lembek dari seharusnya dan fundus masih tinggi.
Masa nifas adalah masa sejak bayi lahir dan plasenta keluar dari rahim, sampai 6
minggu berikutnya disertai dengan pulihnya kembali organ-organ kandungan (Suherni
dkk,2009). Perawatan utama yang dapat dilakukan Pada pasien Post Sectio Caesarea adalah
balance cairan dan pemenuhan kebutuhan dasar. Balance cairan harus selalu dimonitor karena
pada pasien Post Sectio Caesarea banyak kehilangan cairan darah sehingga intake dan
outputnya diharapkan tetap seimbang untuk menghindari dehidrasi dan mengurangi resiko
terjadinya infeksi pada pasien.
Sedangkan pemenuhan kebutuhan dasar dan Activity Dialy Living(ADL) juga sangat
perlu diperhatikan oleh perawat karena pada pasien Post Sectio Caesarea masih dalam
kondisi immobilisasi.
Sehingga untuk meningkatkan kesehatan klien dapat dilakukan pendekatan Asuhan
Keperawatan yang propesional. Dalam memberikan pelayanan atau asuhan sebagai tenaga
kesehatan harus harus selalu memperhatikan bahwa 4 manusia ialah makhluk yang holistik
sehingga dapat melakukan pendekatan pemecahan masalah yang komperhensif dimulai
dengan pengkajian, menetapkan diagnosa, menentukan perencanaan, melakukan tindakan
keperawatan dan mengevaluasi hasil tindakan.
Berdasarkan latar belakang dari uraian diatas penulis ingin mengetahui lebih dalam
tentang “Asuhan Keperawatan Padaa Ibu Post Operasi Sectio Caesarea di Ruang Melati
RSUP. SITANALA ”

2
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang diatas, Rumusan masalah dalam studi kasus ini
adalah bagaimana Asuhan Keperawatan Ibu Post Operasi Sectio Caesarea ?

1.3 Tujuan
Penulis mampu menerapkan dan melakukan Asuhan Keperawtan Ibu Post Operasi
Sectio Caesarea Di Ruang Melati.
1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan dari penulisan karya tulis ilmiah ini adalah untuk mengetahui
bagaimana pelaksanaan Asuhan Keperawatan Ibu Post Operasi sectio caesarea Di
RuangMelati
1.3.1 Tujuan Khusus
1. Melakukan pengkajian ibu post operasi sectio caesaria di ruang Melati.
2. Merumuskan diagnosa keperawatan ibu post operasi sectio caesarea di ruang
Melati.
3. Menyusun perencanaan keperawatan ibu post operasi sectio caesarea di ruang
Melati.
4. Melaksanakan implementasi sesuai dengan masalah keperawatan pada ibu post
sectio sesarea di ruang Melati.
5. Mengevaluasi Asuhan Keperawatn yang telah diberikan pada ibu post sectio
caesarea di ruang Melati.

1.4 Manfaat
1.4.1 Bagi Penulis
Menambah pengetahuan dan pengalaman bagi penulis dalam mempersiapkan,
mengumpulkan, dan menginformasikan data hasil Asuhan Keperawatan pada ibu post
operasi sectio caesarea.
1.4.2 Bagi Tempat Penulisan
Dapat dijadikan sebagai acuan dan dapat diterapkan dalam Melaksanakan
asuhan keperawatan serta meningkatkan kemampuan dalam merawat pasien post
operasi sectio caesarea .
1.4.3 Bagi Perkembangan Ilmu Keperawatan
Menambah ilmu dan keterampilan dalam kegiatan proses belajar mengajar
khususnya mengenai Asuhan Keperawatan pada pasien post sectio caesarea.
3
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Definisi
Sectio caesarea adalah suatu persalinan buatan dimana janin dilahirkan melalui suatu
insisi pada dinding depan perut dan dinding rahim dengan syarat rahim dalam keadaan utuh
serta berat janin di atas 500 gram (Sarwono, 2009).
Sectio Caesarea adalah suatu cara melahirkan dengan membuat sayatan pada dinding
uterus melalui dinding depan perut. (amru sofian,2012). Sectio Caesarea adalah suatu cara
melahirkan janin dengan membuat sayatann pada dinding uterus melalui dinding depan perut
atau vagina (Mochtar, 1998 dalam Siti, dkk 2013)

2.2 Jenis-jenis Sectio Caesarea


1. Sectio caeasarea transperitonealis profunda
Sectio caeasarea transperitonealis profunda dengan insisi di segmen bawah uterus.
Insisi pada bawah rahim, bisa dengan teknik melintang atau memanjang.
Keunggulan pembedahan ini :
a. Perdarahan luka insisi tidak seberapa banyak
b. Bahaya peritonitis tidak besar
c. Perut uterus umumnya kuat sehingga bahaya ruptur uteri dikemudian hari tidak besar
karena pada nifas segmen bawah uterus tidak seberapa banyak mengalami kontraksi
seperti korpus uteri sehingga luka dapat sembuh lebih sempurna.
2. Sectio caesarea korporal / klasik
Pada Sectio caesarea korporal / klasik ini di buat kepada korpus uteri, pembedahan ini
yang agak mudah dilakukan, hanya di selenggarakan apabila ada halangan untuk
melakukan sectio caesarea transperitonealis profunda. Insisi memanjang pada segmen
uterus.
3. Sectio caesarea ekstra peritoneal
Sectio ceasarea ekstra peritoneal dahulu dilakukan untuk mengurangi bahaya injeksi
peroral akan tetapi dengan kemajuan pengobatan tehadap injeksi pembedahan ini
sekarang tidak banyak lagi dilakukan. Rongga peritoneum tak dibuka, dilakukan pada
pasien infeksi uteri berat.
4. Sectio caesarea hysteroctomi
Setelah sectio caesarea, dilakukan hysteroktomy dengan indikasi :
4
a. Atonia uteri
b. Plasenta accrete
c. Myoma uteri
d. Infeksi intra uteri berat

2.3 Manifestasi Klinis


Menurut Saifuddin (2002), manifestasi klinis terbagi atas 4 bagian yaitu :
1. Pusing
2. Mual muntah
3. Nyeri sekitar luka operasi
4. Peristaltic usus menurun

2.4 Etiologi
1. Etiologi berasal dari Ibu
Ibu pada primigravida dengan kelainan letak, primipara tua disertai kelainan letak,
disproporsi cepalo pelvik (disproporsi janin/panggul), ada sejarah kehamilan dan
persalinan yang buruk, terdapat kesempitan panggul, plasenta previa terutama pada
primigravida, komplikasi kehamilan yaitu preeklampsia-eklampsia, atas permintaan
kehamilan yang disertai penyakit (Jantung, Diabetes Mellitus), gangguan perjalanan
persalinan (kista ovarium, mioma uteri dan sebagainya).
2. Etiologi berasal dari janin
Etiologi yang berasal dari janin seperti Fetal distress/gawat janin, mal presentasi dan
mal posisi kedudukan janin, prolapses tali pusat dengan pembukan kecil, kegangalan
persalinan vakum atau ferseps ekstraksi.

2.5 Patofisiologi
Terjadi kelainan pada ibu dan kelainan pada janin menyebabkan persalinan normal
tidak memungkinkan dan akhirnya harus diilakukan tindakan Sectiocaesarea, bahkan
sekarang Sectiocaesarea menjadi salah satu pilihan persalinan (Sugeng, 2010).

Adanya beberapa hambatan ada proses persalinan yang menyebabkan bayi tidak dapat
dilahirkan secara normal, misalnya plasenta previa, rupture sentralis dan lateralis, pannggul
sempit, partus tidak maju (partus lama), pre-eklamsi, distokksia service dan mall presentasi
janin, kondisi tersebut menyebabkan perlu adanya suatu tindakan pembedahan yaitu

5
Sectiocaesarea (SC). Dalam proses operasinya dilakukan tindakan yang akan menyebabkan
pasien mengalami mobilisasii sehingga akan menimbulkan masalah intoleransi aktivitas.
Adanya kelumpuhan sementara dan kelemahan fisik akan menyebabkan pasien tidak mampu
melakukan aktifitas perawatan diri pasien secara mandiri sehingga timbul masalah deficit
perawatan diri. Kurangnya informasi mengenai proses pembedahan, penyembuhan dan
perawatan post operasi akan menimbulkan masalah ansietas pada pasien. Selain itu dalam
proses pembedahan juga akan dilakukan tindakan insisi pada dinding abdomen sehingga
menyebabkan inkontinuitas jaringan, pembuluh darah dan saraf-saraf di daerah insisi. Hal
ini akan merangsang pengeluaran histamin dan prostaglandin yang akan menimbulkan rasa
nyeri. Setelah semua proses pembedahan berakhir, daerah insisi akan ditutup dan
menimbulkan luka post operasii, yang bila tidak dirawat dengan baik akan menimbulkan
masalah resiko infeksi

2.6 Klasifikasi
Klasifikasi Sectio Caesarea menurut (Hary Oxorn dan Wiilliam R. Forte, 2010).

1. Segmen bawah : Insisi melintang


Karena cara ini memungkinkan kelahiran per abdominam yang aman sekalipun
dikerjakan kemudian pada saat persalinan dan sekalipun dikerjakan kemudian pada saat
persalinan dan sekalipun rongga Rahim terinfeksi, maka insisi melintang segmenn bawah
uterus telah menimbulkan revolusi dalam pelaksanaan obstetric.
2. Segmen bawah : Insisi membujur
Cara membuka abdomen dan menyingkapkan uterus sama seperti insisi melintang,
insisi membujur dibuat dengan scalpel dan dilebarkan dengan gunting tumpul untuk
menghindari cedera pada bayi.
3. Sectio Caesarea klasik
Insisi longitudinal digaris tengah dibuat dengan scalpel kedalam dinding anterior
uterus dan dilebarkan keatas serta kebawah dengan gunting yang berujung tumpul.
Diperlukan luka insisi yang lebar karena bayi sering dilahirkan dengan bokong dahulu. Janin
serta plasenta dikeluarkan dan uterus ditutup dengan jahitan tiga lapis. Pada masa modern ini
hamper sudah tidak dipertimbangkan lagi untuk mengerjakan Sectio Caesarea klasik. Satu-
satunya indikasi untuk prosedur segmen atas adalah kesulitan teknis dalam menyingkapkan
segmenn bawah.
4. Sectio Caesarea Extraperitoneal
pembedahan Extraperitoneal dikerjakan untuk mennghindari perlunya histerektomi

6
pada kasus-kasus yang menngalami infeksi luas dengan mencegahh peritonitis generalisata
yang sering bersifat fatal. Ada beberapa metode Sectio Caesarea Extraperitoneal, seperti
metode Waters, Latzko, dan Norton, T. tekhnik pada prosedur ini relative lebih sulit, sering
tanpa sengaja masuk kedalam vacuum peritoneal dan isidensi cedera vesica urinaria
meningkat. Metode ini tidak boleh dibuang tetapi tetap disimpan sebagai cadangan kasus-
kasus tertentu.
5. Histerektomi Caesarea
Pembedahan ini merupakan Sectio Caesarea yang dilanjutkan denngan pengeluaran
uterus. Jika mmuungkin histerektomi harus dikerjakan lengkap (histerektomi total). Akan
tetapi, karena pembedahan subtoral lebih mmudah dan dapatt dikerjakan lebih cepat, maka
pemmbedahan subtoral menjadi prosedur pilihan jika terdapat perdarahan hebat dan pasien
terjadi syok, atau jika pasien dalam keadaan jelek akibat sebab-sebab lain. Pada kasus-kasus
semacam ini lanjutan pembedahan adalah menyelesaikannya secepat mungkin.

2.7 Tanda dan Gejala


Adanya beberapa kelainan/hambatan pada proses persalinan yang menyebabkan bayi
tidak dapat lahir secara normal/spontan, misalnya karena ketidakseimbangan ukuran kepala
bayi dan panggul ibu, keracunan kehamilan yang parah, pre eklampsia dan eklampsia berat,
kelainan letak bayi seperti sungsang dan lintang, kemudian sebagian kasus mulut rahim
tertutup plasenta yang lebih dikenal dengan plasenta previa, bayi kembar, kehamilan pada ibu
yang berusia lanjut, persalinan yang berkepanjangan, plasenta keluar dini, ketuban pecah dan
bayi belum keluar dalam 24 jam, kontraksi lemah dan sebagainya. Kondisi tersebut
menyebabkan perlu adanya suatu tindakan pembedahan yaitu Sectio Caesarea.

2.8 Komplikasi
Komplikasi yang mungkin muncul dari tindakan Sectio Caesarea adalah komplikasi
pembiusan, perdarahan pasca operasi Sectio Caesarea, syok perdarahan, obstruksi usus,
gangguan pembekuan darah, dan cedera organ abdomen seperti usus, ureter, kandung kemih,
pembuluh darah. Pada Sectio Caesarea juga bisa terjadi infeksi sampai sepsis apalagi pada
kasus dengan ketuban pecah dini. Dapat juga terjadi komplikasi pada bekas luka operasii
(Anggi, 2011).

Hal yang sangat mempengaruhi atau komplikasi pasca operasi yaitu infeksi jahitan
pasca Sectio Caesarea, infeksi ini terjadi karena banyak factor, seperti infeksi intrauteri,
7
adanya penyakit penyerta yang berhubungan dengan infeksi misalnya, abses tuboofaria,
apendiksitis akut/perforasi. Diabetes mellitus, gula darah tidak terkontrol, kondisi
imunokompromised misalnya, infeksi HIV, Tuberkulosis atau sedang mengkonsumsi
kortikosteroid jangka panjang, gisi buruk, termasuk anemia berat, sterilitas kamar operasi dan
atau alat tidak terjaga, alergi pada materi benang yang digunakan daan kuman resisten
terhadap antibiotic. Akibat infeksi ini luka bekas Sectio Caesarea akan terbuka dalam minggu
pertama pasca operasi. Terbukanya luka bisa hanya kulit dan subkulit saja, bisa juga sampai
fascia yang disebut dengan bust abdomen. Umumnya, luka akan bernanah atau ada eksudat
dan berbahaya jika dibiarkan karena kuman tersebut dapat menyebar melalui aliran darah.
Luka yang terbuka akibat infeksi itu harus dirawat, dibersihkan dan dilakukan kultur dari
caiiran luka tersebut. (Valleria, 2012).

2.9 Pemeriksaan Penunjang


1. Pre eklampsia
a. Tes kimia darah : ureum, keratin, asam urat, menilai fungsi ginjal
b. Tes fungsi hati: bilirubin, SGOT
c. Urinalisis : proteinuria merupakan kelainan yang khas pada pasien dengan pre
eklampsia, jika 3+ atau 4+ urine 24 jam mengandung 5 gram protein atau lebih pre
eklampsia dinyatakan berat.
2. Sectio caesaria
a. Hemoglobin
b. Hematokrit
c. Leukosit
d. Golongan darah

2.10 Perawatan Post op Sectio Caesarea


Ibu yang mengalami komplikasi obstetric atau medis memerlukan observasi ketat setelah
resiko Setiocaesarea. Bangsal persalinan adalah tempat untuk memulihkan dan perawatan.
Fasilitas perawatan intensif atau ketergantungan tinggi harus siap tersedia dirumah sakit yang
sama. Perawatan umum untuk semua ibu meliputi :
1. Kaji tanda-tanda vital dengan interval diats (15 menit). Pastikankondisinya stabil.
2. Lihat tinggi fundus uteri (TFU), adanya perdarahan dari luka danjumlah lokea.
3. Pertahankan keseimbangan cairan.
4. Pastikan analgesa yang adekuat.
8
5. Penggunaan analgesa epidural secara kontinu sangat berguna
6. Tangani kebutuhan khusus dengan indikasi langsung untuk Sectio Caesarea, misalnya
kondisi medis deperti diabetes.
7. Anjurkan fisioterapi dada dan ambulasi dini jika tidak ada koontraindikasi.
8. Sebelum pemulangan harus diberikan kesempatan yang sesuai dengan keadaan dan
jawab pertanyaan-pertanyaan pasien.
9. Jadwalkan kesempatan untuk melakukan pengkajian ulang pasca melahirkan guna
memastikan penyembuhn total, mendiskusikan kehamilan berikutnya dan memastikan
tindak lanjut perawatanuntuk kondisi medisnya. (Fraser, 2012)

2.11 Penatalaksanaaan Medis


1. Pemberian cairan
Karena 24 jam pertama penderita puasa pasca operasi, maka pemberian cairan per
intavena harus cukup banyak dan mengandung elektrolit agar tidak terjadi hipotermi,
dehidrasi, atau komplikasi pada organ tubuh lainnya. Cairan yang biasa diberikan
biasanya DS 10%, garam fisiologi dan RL secara bergantian dan jumlah tetesan
tergantung kebutuhan. Bila kadar Hb rendah diberikan transfusi darah sesuai kebutuhan.
2. Diet
Pemberian cairan per infus biasanya dihentikan setelah penderita flatus lalu
dimulailah pemberian minuman dan makanan per oral. Pemberian minuman dengan
jumlah yang sedikit sudah boleh dilakukan pada 6 sampai 8 jam pasca operasi, berupa air
putih dan air teh.
3. Mobilisasi
Mobilisasi dilakukan secara bertahap meliputi : Miring kanan dan kiri dapat dimulai
sejak 6 sampai 10 jam setelah operasi, Latihan pernafasan dapat dilakukan penderita
sambil tidur telentang sedini mungkin setelah sadar, Hari kedua post operasi, penderita
dapat didudukkan selama 5 menit dan diminta untuk bernafas dalam lalu
menghembuskannya, Kemudian posisi tidur telentang dapat diubah menjadi posisi
setengah duduk (semifowler), Selanjutnya selama berturut-turut, hari demi hari, pasien
dianjurkan belajar duduk selama sehari, belajar berjalan, dan kemudian berjalan sendiri
pada hari ke-3 sampai hari ke-5 pasca operasi.
4. Kateterisasi

9
Kandung kemih yang penuh menimbulkan rasa nyeri dan rasa tidak enak pada
penderita, menghalangi involusi uterus dan menyebabkan perdarahan. Kateter biasanya
terpasang 24 - 48 jam / lebih lama lagi tergantung jenis operasi dan keadaan penderita.
5. Pemberian obat-obatan
Antibiotik cara pemilihan dan pemberian antibiotik sangat berbeda-beda sesuai
indikasi.
6. Analgetik dan obat untuk memperlancar kerja saluran pencernaan
Obat yang dapat di berikan melalui supositoria obat yang diberikan ketopropen sup
2x/24 jam, melalui orang obat yang dapat 14 diberikan tramadol atau paracetamol tiap 6
jam, melalui injeksi ranitidin 90-75 mg diberikan setiap 6 jam bila perlu.
7. Obat-obatan lain
Untuk meningkatkan vitalitas dan keadaan umum penderita dapat diberikan
caboransia seperti neurobian I vit C.
8. Perawatan luka
Kondisi balutan luka dilihat pada 1 hari post operasi, bila basah dan berdarah harus
dibuka dan diganti.
9. Pemeriksaan rutin
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pemeriksaan adalah suhu, tekanan darah,
nadi,dan pernafasan.
10. Perawatan Payudara
Pemberian ASI dapat dimulai pada hari post operasi jika ibu memutuskan tidak
menyusui, pemasangan pembalut payudara yang mengencangkan payudara tanpa banyak
menimbulkan kompesi, biasanya mengurangi rasa nyeri.

10
2.12 Pathway

Plasenta previa, rupture Section caesarea

sentralis dan lateralis, panggul

sempit, pre-eklamsia, partus

Post anestesi Luka post operasi


lama

Penurunan medulla Penurunan kerja pons Jaringan terputus Jaringan terbuka

oblongata
Merangsang area Proteksi kurang
Penurunan refleksi Penurunan kerja otot

sensorik
batuk eliminasi
Gangguan rasa Invasi bakteri
Akumulasi sekret Penurunan peristaltik

nyaman
usus

Bersihan jalan Konstipasi Nyeri Resiko infeksi

nafas tidak efektif

11
BAB III
PENGKAJIAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

SUBJEKTIF :
Ibu datang untuk memeriksakan kehamilannya. Ibu mengeluh kehamilannya sudah
lewat bulan ( 42 minggu ) Namun pergerakkan janin masih aktif. Riwayat menstruasi haid
pertama umur 12 tahun, siklus menstruasi 28 hari, lamanya 7 hari, konsistensi encer sedikit
gumpalan, disminore : Tidak ada. Riwayat perkawinan :ibu mengatakan menikah 1 kali.
Riwayat kehamilan : hamil ini G1P0A0 HPHT : 23 Mei 2021, TP : 28 Febbruari 2022. Ibu
mendapatkan Imunisasi TT : I kali pada usia kehamilan 28 minggu. Riwayat keluarga
berencana :belum pernah. Riwayat penyakit sistemik seperti jantung, diabetes, asma :tidak
ada. Riwayat oprasi/ penyakit yang lalu :tidak ada, riwayat keturunan : tidak ada, riwayat
kembar : tidak ada. Kebiasaansehari-hari : personal hygiene : 2 kali sehari, psikosososial :
baik, gizi : ibu mengatakan makan sehari 3 kali disertai lauk pauk dan sayuran, istirahat : ibu
mengatakan tidur 1 jam di siang hari dan 7-8 jam dimalam hari. Eliminasi : Ibu mengatakan
BAK 6-7x/hari, warna : kuning jernih. Dan BAB 1x/hari, warna coklat, konsistensi lunak,
Ibu mengatakan tidak merokok, ibu mengatakan tidak pernah memakai obat-obatan kecuali
resep dokter. Ibu meringis kesakitan dan mengatakan nyeri pada abdomen pasca
pembedahan, pasien mengatakan sulit bergerak pasca pembedahan dan membatasi aktivitas
pasien, pasien mengatakan sangat mencintai dan menyayangi anaknya dan akan menjadi ibu
yg baik untuk anaknya.

OBJEKTIF :
Keadaan umun :baik, kesadaran : composmetis, status emosional : stabil. Tekanan
darah : 118/90 mmHg, suhu : 36,4ºC, nadi : 84 kali/menit, respirasi : 20 kali/menit, tinggi
badan : 152 cm, berat badan sekarang : 74 kg, berat badan sebelum hamil : 67 kg, lingkar
lengan atas : 30 cm. Pemeriksaan fisik : kepala bersih tidak ada ketombe, rambut tidak
rontok, muka tidak oedema. Mata : palpebral tidak oedema, sclera tidak ikhterik, konjungtiva
tidak pucat, pupil mengecil saat terkena cahaya. Telinga : tidak ada pengeluaran cairan dan
tidak ada secret. Hidung : tidak ada polip dan secret. Mulut : bersih, tidak ada stomatitis, dan
gigi caries. Leher tidak ada pembengkakan kelenjar tyroid dan kelenjar getah bening.
Payudara :tidak ada benjolan, tidak bengkak dan tidak nyeri di tekan, belum ada pengeluaran
colostrum. Axilla : tidak ada benjolan nyeri tekan. Abdomen : tidak ada luka bekas oprasi,
tidak ada striae, gerakan janin aktif. TFU : 32cm. Palpasi : leopold I : Teraba bulat lunak
12
tidak melenting ( bokong ). Leopold II : teraba panjang keras seperti papan ( punggung )
sebelah kiri ibu, teraba bagian terkecil janin ( ekstremitas ) sebelah kanan ibu. Leopold III :
teraba bulat keras melenting ( kepala ) belum masuk PAP. Leopold IV : tidak dilakukan. TBJ
: (28 – 12 x 155 = 2400 gram ). DJJ : 148 kali/menit. Ektremitas kaki dan tangan Tidak
oedema, tidak ada varises dan reflex fatella ( reflex ) Anogenetalia : tidak oedema, bersih,
tidak ada varises dan tidak ada pembesaran kelenjar bartolini. Pemeriksaan penunjang :Hb :
12 gram/dl. Urine : protein ( - ), glukosa ( - ).

ANALISA :
NY. P usia 18 tahun G1P0A0 hamil 42 minggu dengan pergerakan janin masih aktif

PENATALAKSANAAN :
1. Menganjurkan pasien agar tidak melakukan gerakan sit up
2. Mengajarkan teknik angkat dan angkut yang aman yaitu dengan menekuk kedua lutut dan
beban harus dekat dengan tubuh
3. Menganjurkan pada pasien untuk menyusui bayinya dengan ASI

Tanggal Pengkajian : 25 Februari 2022


I. Identitas Klien
Nama : Putri Agustin
Umur : 18 Tahun 7 Bulan
Agama : Islam
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Suku bangsa : Indonesia
Pendidikan : SMP
Alamat : Kp. Coreg Rt 07/03 Keboncau, Teluknaga, Tangerang
Diagnosa Medis : G1P0A0 Indikasi CPD ( Postpartum SC )

II. Identitas Penanggung Jawab


Nama : Suryanah
Umur : 24 Tahun
Agama : Islam
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Suku bangsa : Indonesia
13
Pendidikan : SMA
Alamat : Kp. Coreg Rt 07/03 Keboncau, Teluknaga, Tangerang
Hubungan dengan Klien : Keluarga

III. Data Umum Kesehatan


Status Obstetrikus : G1P0A0
Keterangan : (Kehamilan Pertama)

No Tipe persalinan BB waktu lahir Keadaan bayi waktu lahir Umur sekarang

1. SC 2,8 Kg Sehat 1 Hari

Keluhan utama saat pengkajian : Perut keram dan terasa nyeri di luka jahit
Masalah prenatal : Tidak ada
Riwayat persalinan sekarang : CPD ( op sc )
Riwayat kesehatan yang lalu : Tidak ada
Riwayat kesehatan keluarga : Tidak ada
Riwayat KB : Tidak ada
Rencana KB : Ada

IV. Pola aktivitas sehari hari


Jenis aktifitas Di rumah Dirumah sakit

1. Pemenuhan nutrisi 2 x sehari : Tidur terpenuhi Terpenuhi

2. Eliminasi 1x Terpenuhi

3. Istirahat dan tidur 22.00 - 05.00 tidak terpenuhi Terpenuhi

4. Ambulansi Terpenuhi Tidak terpenuhi

5. Kebersihan diri Terpenuhi Tidak terpenuhi

V. Pemeriksaan Fisik Post Natal


Keadaan umum : Sedang, Kes : CM

14
Tanda vital : TD 118/90 mmHg, S : 37,40C, R : 20x/mnt, N :
84x/mnt
Kepala : Simetris, tidak ada benjolan, tidak ada edema

Muka : Simetris, tidak ada edema


Leher : Simetris, tidak ada benjolan
Dada ( jantung, paru, payudara ) : Jantung normal, paru normal, payudara simetris, puting
menonjol, tidak ada nyeri tekan
Abdomen :
 Drastatis rectus abdominia ( ukuran ) : -
 Laktrus ( tinggi, posisi, kontraksi ) 2 jari di bawah perut, kontraksi +
Perineum
 Utuh, episiotomi, rupture : Utuh
 REEDA sign : Tidak ada
 Kebersihan : Baik, pasien tampak bersih

Genitalia Jumlah Warna Konsistensi Nyeri Bau

Pendarahan Blood slym - - - Amis

Flour albus - - - - -

Lochea Rubra Merah hitam - - -

Luka epiostomi - - - - -

Pemasangan kateter -/+ 400cc Kuning pekat Cair - Pesing

15
 Hemoroid : tidak ada
 Varises : tidak ada
 Human's sign : tidak ada
 Ekstermitas atas : tidak edema, reflex patela +
 Ektermitas bawah : tidak edema, reflex patela +

ANALISA DATA
No Data Masalah Rasional
1. DS : pasien mengatakan Domain 12 Kenyamanan Nyeri akut b.d luka post sc
nyeri pada abdomen Kelas 1 Kenyamanan Fisik
setelah SC Kode diagnosis 00132
Nyeri akut
DO: pasien terlihat
meringis kesakitan pada
bagian yg telah di bedah
P: Nyeri melahirkan
Post Sc
Q: perih seperti syatan
R: pada daerah insisi
perut bagian bawah
S: skala nyeri yang di
rasa 5
T: rasa sakit hilang
timbul jika melakukan
pergerakan seperti
bangun dari tempat tidur
2. DS: pasien mengatakan Domain 4 aktivitas/istirahat Hambatan mobilitas fisik b.d
sulit untuk bergerak kelas 2 aktivitas/olahraga Penurunan rentang gerak,
setelah operasi Kode diagnosis 00085 Kesulitan membolak-balik
Hambatan mobilitas fisik posisi, Ketidaknyamanan
DO: keadaan umum post sc
baik, kesadaran
composmentis, status

16
emosional stabil, TD
118/90 mmHg, suhu
36.4°C , nadi 84x/menit,
RR 20x/menit
3. DS: pasien mengatakan Domain 7 hubungan peran Kesiapan meningkatkan
akan menjadi ibu yg Kelas 1 peran pemberi menjadi orang tua b.d orang
baik untuk anaknya, dan asuhan tua mengungkapkan
akan mencintai anaknya Kode diagnosis 00164 keinginan untuk
Kesiapan meningkatkan meningkatkan peran menjadi
DO: pasien menjadi orang tua orang tua
menunjukkan bahwa
pasien sangat
bersungguh-sungguh
akan niatnya pada
anaknya

DIAGNOSA PRIORITAS
1. Nyeri akut b.d post SC
2. Hambatan mobilitas fisik b.d terbatasnya gerak post SC
3. Kesiapan meningkatkan menjadi orang tua d.d mengekspresikan keinginan untuk
meningkatkan peran menjadi orang tua

INTERVENSI KEPERAWATAN
No. Diagnosa Noc Nic
1. Nyeri akut b.d Setelah dilakukan Tindakan Domain 1
luka post SC keperawatan dalam waktu 16-30 kelas 2
menit maka control nyeri dengan Manajemen nyeri akut 1410
kriteria hasil : - Lakukan pengkajian nyeri
Domain IV Pengetahuan tentang komprehensif yang meliputi
kesehatan & Perilaku lokasi, karakteristik,
Kelas Q Perilaku Sehat concert/durasi, frekuensi dan
Kontrol Nyeri 1605 kualitas intensitas serta apa
- Mengenali kapan nyeri terjadi yang mengurangi nyeri dan

17
(sering menunjukkan 4) faktor yang memicu
- Menempatkan informasi - Identifikasi intensitas nyeri
mengenai kontrol nyeri selama pergerakan misalnya
(secara konsisten aktivitas yang diperlukan
menunjukkan 5) untuk pemulihan (batuk dan
- Menggambarkan nyeri (sering nafas dalam, ambulasi,
menunjukkan 4) transfer ke kursi)
- Menggunakan tindakan - Monitor nyeri menggunakan
pencegahan nyeri (secara alat pengukur yang valid dan
konsisten menunjukkan 5) reliable sesuai usia dan
- Monitor dampak terapeutik kemampuan berkomunikasi
dari penggunaan penurunan - Observasi adanya petunjuk
nyeri non analgesik (kadang- non-verbal mengenai
kadang menunjukkan 3) ketidaknyamanan terutama
- Menggunakan analgesik yang pada mereka yang tidak
direkomendasikan (secara dapat berkomunikasi secara
konsisten menunjukkan 5) efektif
- Monitor dampak terapeutik - Tanyakan pasien terkait
dari analgesik (secara dengan tingkat nyeri dan
konsisten menunjukkan 5) tetap nyaman dan fungsi
- Hindari penggunaan yang yang usaha untuk menjaga
keliru dari obat (secara nyeri pada level yang lebih
konsisten menunjukkan 5) rendah daripada nyari yang
- Melaporkan perubahan dalam teridentifikasi
gejala nyeri pada profesional - Yakinkan bahwa pasien
kesehatan (secara konsisten menerima perawatan
menunjukkan 5) analgesik yang tepat
- Melaporkan nyeri yang sebelum nyeri menjadi lebih
terkontrol (secara konsisten parah atau sebelum aktivitas
menunjukkan 5) yang akan memicu nyeri
- Berikan analgesik sekitar
24-8 jam setelah
pembedahan, trauma atau

18
cedera kecuali jika status
sedasi atau pernapasan
menunjukkan kebalikannya
- Pilih dan implementasikan
pilihan intervensi yang
sesuai dengan keuntungan
dan risiko yang diinginkan
pasien misalnya farmakologi
dan farmakologi,
interpersonal untuk
memfasilitasi menurunnya
nyeri dengan tepat

Setelah dilakukan Tindakan Domain 1


keperawatan dalam waktu 16-30 Kelas 2
menit maka tingkat nyeri dengan Pemberian analgesik 2210
kriteria hasil : Perkiraan waktu 16-30 menit
Domain 5 kondisi kesehatan yang - Gangguan pola komunikasi
dirasakan yang efektif diantara pasien,
Kelas 5 status gejala keluarga dan pemberian
Tingkat nyeri 2102 perawatan untuk mencapai
- Nyeri yang dilaporkan (sedang manajemen nyeri yang
3) adekuat
- Mengerang dan menangis - Adaptasi teknik monitor
(ringan 4) nyeri untuk mengakomodasi
- Ekspresi nyeri wajah (sedang pasien dengan gangguan
3) komunikasi (misalnya anak-
- Frekuensi nafas (deviasi anak, lansia gangguan
ringan dari kisaran normal 4) kognitif, psikotik kamu sakit
- Denyut nadi radial (deviasi parah, orang yang tidak
ringan dari kisaran normal 4) berbahasa Inggris,
- Tekanan darah (deviasi ringan demensia)
dari kisaran normal 4) - Tentukan kapan Yuri mulai,

19
lokasi, durasi, karakteristik
kualitas sama intensitas,
pola, apa yang mengurangi
nyeri gejala yang
berkontribusi, dampak dari
pasien, dan keparahan nyeri
sebelum mengobati pasien
- Menentukan tingkat
kenyamanan pasien saat ini
dan tingkat kenyamanan
diinginkan, menggunakan
skala pengurangan nyeri
dengan tepat
- Cek adanya riwayat alergi
obat
- Tentukan analgesik
sebelumnya, rute pemberian
dan dosis untuk mencapai
hasil pengurangan nyeri
yang optimal
- Monitor tanda vital sebelum
dan setelah pemberian
analgesik narkotik pada
pemberian dosis pertama
kali atau jika ditemukan
tanda-tanda yang tidak
biasanya
- Tuliskan tingkat nyeri
menggunakan skala nyeri
yang tepat sebelum dan
setelah pemberian analgesic
- Berikan analgetik sesuai
waktu paruhnya, terutama

20
pada nyeri yang berat
dengan tepat

Domain 1
Kelas 2
Pemberian obat intravena (IV)
2314
Waktu 15 menit atau kurang
- Ikuti prinsip 5 benar
pemberian obat
- Catat riwayat kesehatan dan
riwayat alergi pasien
- Cek rute pemberian obat
pada label obat
- Cek tanggal kadaluarsa obat
atau cairan yang akan
dimasukkan
- Monitor respon pasien untuk
mengetahui reaksi obat
- Monitor infused, kecepatan
aliran dan aliran cairan infus
sesuai dengan yang
diresepkan
- Monitor tanda kebocoran
dan PH lebih tipis pada area
insersi
- Dokumentasikan pemberian
obat dan respon pasien
sesuai dengan prosedur tetap
yang ada
2. Hambatan Setelah dilakukan Tindakan Domain 1
mobilitas fisik keperawatan dalam waktu lebih kelas A
b.d terbatasnya dari 1 jammaka fungsi kesehatan Manajemen energi 0180

21
gerak post SC dengan kriteria hasil : Waktu 16-30 menit
Domain 1 fungsi kesehatan - Kaji status fisiologis pasien
Kelas A pemeliharaan energi yang menyebabkan
Daya tahan 0001 kelelahan sesuai dengan
konteks usia dan
- Melakukan aktivitas rutin perkembangan
(cukup terganggu 3) - Anjurkan pasien
- Aktivitas fisik (cukup mengungkapkan perasaan
terganggu 3) secara verbal mengenai
- Daya tahan otot (sedikit keterbatasan yang dialami
terganggu 4) - Anjurkan pasien untuk
- Pemulihan energi setelah memilih aktivitas-aktivitas
istirahat (sedikit terganggu 4) yang membangun ketahanan
- Tenaga yang terkuras (sedang - Monitor intake nutrisi untuk
3) mengetahui sumber energi
- Kelelahan (sedang 3) yang adekuat
- Instruksikan pasien atau
orang yang terdekat dengan
pasien mengenai teknik
perawatan diri yang
memungkinkan penggunaan
energi sehemat mungkin
monitor diri dan teknik
untuk melakukan aktivitas
sehari-hari
- Instruksikan pasien/s o
untuk mengenali tanda dan
gejala kelelahan yang
memerlukan pengurangan
aktivitas

Setelah dilakukan Tindakan Domain 5


keperawatan dalam waktu 31-45 kelas O

22
menit maka koordinasi Terapi aktivitas 4310
pergerakan dengan kriteria hasil : Waktu 46-60 menit
Domain 1 fungsi kesehatan - Pertimbangan kemampuan
Kelas C mobilitas klien dalam berpartisipasi
Koordinasi pergerakan 0212 melalui aktivitas spesifik
- Kontraksi kekuatan otot - Berkolaborasi dengan ahli
(sedikit terganggu 4) terapis fisik, okupasi dan
- Kecepatan gerak (cukup terapis rekreasional dalam
terganggu 3) perencanaan dan
- Kontrol gerakan (sedikit pemantauan program
terganggu 4) aktivitas, jika memang
- Keseimbangan gerakan diperlukan
(sedikit terganggu 4) - Bentuk lain untuk
- Tegangan otot (sedikit mengeksplorasi tujuan
terganggu 4) personal dari aktivitas-
aktivitas yang biasa
dilakukan misalnya bekerja
dan aktivitas-aktivitas yang
disukai
- Bentuk lain untuk
mengidentifikasi dan
memperoleh sumber-sumber
yang diperlukan untuk
aktivitas-aktivitas yang
diinginkan
- Identifikasi strategi untuk
meningkatkan partisipasi
terkait dengan aktivitas yang
diinginkan
- Sarankan metode-metode
untuk meningkatkan
aktivitas fisik yang tepat
- Ciptakan lingkungan yang

23
aman untuk melakukan
pergerakan otot secara
berkala sesuai dengan
indikasi
- Berikan aktivitas motorik
untuk mengurangi terjadinya
kejang otot
3. Kesiapan Setelah dilakukan Tindakan Domain 5 keluarga
meningkatkan keperawatan dalam waktu 16-30 Kelas X perawatan sepanjang
menjadi orang menit maka Kelekatan orang tua- hidup
tua d.d bayi dengan kriteria hasil : Peningkatan peran 5370
mengekspresikan Domain 3 kesehatan psikososial Waktubantu pasien untuk
keinginan untuk Kelas p interaksi sosial mengidentifikasi
meningkatkan Kelekatan orang tua-bayi 1500 - Macam peran dalam siklus
peran menjadi kehidupan
orang tua - Secara verbal menyampaikan - Bantu pasien untuk
perasaan positif terhadap bayi mengidentifikasi peran yang
(secara konsisten biasanya dalam keluarga
menunjukkan 5) - Bantu pasien untuk
- Memegang bayi secara dekat mengidentifikasi periode
(secara konsisten transisi peran pada
menunjukkan 5) keseluruhan tentang
- Menyentuh, membeli dan kehidupan
menepuk bayi (sering - Bantu pasien untuk
menunjukkan 4) mengidentifikasi perilaku-
- Mencium bayi (kadang- perilaku yang diperlukan
kadang menunjukkan 3) untuk mengembangkan
- Tersenyum pada bayi (secara peran
konsisten menunjukkan 5) - Dukung pasien untuk
- Menggunakan posisi saling mengidentifikasi gambaran
berhadapan antara Ibu dan realistik dari adanya
bayi (secara konsisten perubahan peran
menunjukkan 5) - Bantu pasien untuk

24
- Menggunakan kontak mata mengidentifikasi strategi-
(secara konsisten strategi positif untuk
menunjukkan 5) manajemen perubahan-
- Berbicara pada bayi (secara perubahan dan peran
konsisten menunjukkan 5) - Fasilitasi diskusi mengenai
- Merespon pada tanda yang harapan di antara pasien dan
ditunjukkan bayi (secara orang yang penting bagi
konsisten menunjukkan 5) pasien dalam hal peran yang
- Memberikan kenyamanan saling bergantungan satu
(sering menunjukkan 4) sama lain
- Memegang bayi untuk - Ajarkan perilaku-perilaku
memberi makan (secara baru yang diperlukan oleh
konsisten menunjukkan 5) pasien/orang tua untuk dapat
memenuhi perannya

Domain 5
Kelas Z perawatan
membesarkan anak
Peningkatan kelekatan 6710
Waktu lebih dari 1 jam
- Letakkan bayi baru lahir
kulit ke kulit orang tua
setelah kelahiran
- Sediakan kesempatan bagi
orang tua untuk melihat,
memegang, dan memeriksa
bayi baru lahir segera
setelah kelahiran misalnya
tunda prosedur yang tidak
perlu dan sediakan privasi
- Fasilitas di kontak mata
antara orang tua dan bayi

25
baru lahir segera setelah
kelahiran misalnya
tunjukkan posisi wajah
kemesra.an lampu kamar
dan sediakan lingkungan
yang penuh privasi dan
tenang
- Lengkapi pengkajian ibu
dan bayi baru lahir pada saat
orangtua memegang bayi
baru lahir
- Bagikan pada orang tua
mengenai informasi yang
didapatkan dari pengkajian
fisik
- Informasikan pasien
mengenai perawatan yang
diberikan pada bayi
- Instruksikan orang tua
mengenai pentingnya
memberikan makan sebagai
aktivitas yang memelihara,
yang menyediakan
kesempatan untuk terjadinya
kontak mata dan kedekatan
secara fisik
- Dukung kedekatan secara
fisik yang sering dan terus-
menerus antara bayi dan
orang tua misalnya kontak
kulit ke kulit, menyusui,
menggendong bayi dan tidur
dekat dengan bayi

26
- Instruksikan pada orang tua
mengenai bagaimana
merawat bayi misalnya
mengganti popok,
memberikan makanan,
menggendong, memijat

IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
No Implementasi Paraf
1. Domain 1
kelas 2
Manajemen nyeri akut 1410
- Lakukan pengkajian nyeri komprehensif yang meliputi lokasi,
karakteristik, concert/durasi, frekuensi dan kualitas intensitas serta apa
yang mengurangi nyeri dan faktor yang memicu
- Identifikasi intensitas nyeri selama pergerakan misalnya aktivitas yang
diperlukan untuk pemulihan (batuk dan nafas dalam, ambulasi,
transfer ke kursi)
- Monitor nyeri menggunakan alat pengukur yang valid dan reliable
sesuai usia dan kemampuan berkomunikasi
- Observasi adanya petunjuk non-verbal mengenai ketidaknyamanan
terutama pada mereka yang tidak dapat berkomunikasi secara efektif
- Tanyakan pasien terkait dengan tingkat nyeri dan tetap nyaman dan
fungsi yang usaha untuk menjaga nyeri pada level yang lebih rendah
daripada nyari yang teridentifikasi
- Yakinkan bahwa pasien menerima perawatan analgesik yang tepat
sebelum nyeri menjadi lebih parah atau sebelum aktivitas yang akan
memicu nyeri
- Berikan analgesik sekitar 24-8 jam setelah pembedahan, trauma atau
cedera kecuali jika status sedasi atau pernapasan menunjukkan
kebalikannya
- Pilih dan implementasikan pilihan intervensi yang sesuai dengan

27
keuntungan dan risiko yang diinginkan pasien misalnya farmakologi
dan farmakologi, interpersonal untuk memfasilitasi menurunnya nyeri
dengan tepat

Domain 1
Kelas 2
Pemberian analgesik 2210
Perkiraan waktu 16-30 menit
- Gangguan pola komunikasi yang efektif diantara pasien, keluarga dan
pemberian perawatan untuk mencapai manajemen nyeri yang adekuat
- Adaptasi teknik monitor nyeri untuk mengakomodasi pasien dengan
gangguan komunikasi (misalnya anak-anak, lansia gangguan kognitif,
psikotik kamu sakit parah, orang yang tidak berbahasa Inggris,
demensia)
- Tentukan kapan Yuri mulai, lokasi, durasi, karakteristik kualitas sama
intensitas, pola, apa yang mengurangi nyeri gejala yang berkontribusi,
dampak dari pasien, dan keparahan nyeri sebelum mengobati pasien
- Menentukan tingkat kenyamanan pasien saat ini dan tingkat
kenyamanan diinginkan, menggunakan skala pengurangan nyeri
dengan tepat
- Cek adanya riwayat alergi obat
- Tentukan analgesik sebelumnya, rute pemberian dan dosis untuk
mencapai hasil pengurangan nyeri yang optimal
- Monitor tanda vital sebelum dan setelah pemberian analgesik narkotik
pada pemberian dosis pertama kali atau jika ditemukan tanda-tanda
yang tidak biasanya
- Tuliskan tingkat nyeri menggunakan skala nyeri yang tepat sebelum
dan setelah pemberian analgesic
- Berikan analgetik sesuai waktu paruhnya, terutama pada nyeri yang
berat dengan tepat

Domain 1
Kelas 2

28
Pemberian obat intravena (IV) 2314
Waktu 15 menit atau kurang
- Ikuti prinsip 5 benar pemberian obat
- Catat riwayat kesehatan dan riwayat alergi pasien
- Cek rute pemberian obat pada label obat
- Cek tanggal kadaluarsa obat atau cairan yang akan dimasukkan
- Monitor respon pasien untuk mengetahui reaksi obat
- Monitor infused, kecepatan aliran dan aliran cairan infus sesuai
dengan yang diresepkan
- Monitor tanda kebocoran dan PH lebih tipis pada area insersi
- Dokumentasikan pemberian obat dan respon pasien sesuai dengan
prosedur tetap yang ada
2. Domain 1
kelas A
Manajemen energi 0180
Waktu 16-30 menit
- Kaji status fisiologis pasien yang menyebabkan kelelahan sesuai
dengan konteks usia dan perkembangan
- Anjurkan pasien mengungkapkan perasaan secara verbal mengenai
keterbatasan yang dialami
- Anjurkan pasien untuk memilih aktivitas-aktivitas yang membangun
ketahanan
- Monitor intake nutrisi untuk mengetahui sumber energi yang adekuat
- Instruksikan pasien atau orang yang terdekat dengan pasien mengenai
teknik perawatan diri yang memungkinkan penggunaan energi
sehemat mungkin monitor diri dan teknik untuk melakukan aktivitas
sehari-hari
- Instruksikan pasien/s o untuk mengenali tanda dan gejala kelelahan
yang memerlukan pengurangan aktivitas

Domain 5
kelas O
Terapi aktivitas 4310

29
Waktu 46-60 menit
- Pertimbangan kemampuan klien dalam berpartisipasi melalui aktivitas
spesifik
- Berkolaborasi dengan ahli terapis fisik, okupasi dan terapis
rekreasional dalam perencanaan dan pemantauan program aktivitas,
jika memang diperlukan
- Bentuk lain untuk mengeksplorasi tujuan personal dari aktivitas-
aktivitas yang biasa dilakukan misalnya bekerja dan aktivitas-aktivitas
yang disukai
- Bentuk lain untuk mengidentifikasi dan memperoleh sumber-sumber
yang diperlukan untuk aktivitas-aktivitas yang diinginkan
- Identifikasi strategi untuk meningkatkan partisipasi terkait dengan
aktivitas yang diinginkan
- Sarankan metode-metode untuk meningkatkan aktivitas fisik yang
tepat
- Ciptakan lingkungan yang aman untuk melakukan pergerakan otot
secara berkala sesuai dengan indikasi
- Berikan aktivitas motorik untuk mengurangi terjadinya kejang otot
3. Domain 5 keluarga
Kelas X perawatan sepanjang hidup
Peningkatan peran 5370
Waktubantu pasien untuk mengidentifikasi
- Macam peran dalam siklus kehidupan
- Bantu pasien untuk mengidentifikasi peran yang biasanya dalam
keluarga
- Bantu pasien untuk mengidentifikasi periode transisi peran pada
keseluruhan tentang kehidupan
- Bantu pasien untuk mengidentifikasi perilaku-perilaku yang
diperlukan untuk mengembangkan peran
- Dukung pasien untuk mengidentifikasi gambaran realistik dari adanya
perubahan peran
- Bantu pasien untuk mengidentifikasi strategi-strategi positif untuk
manajemen perubahan-perubahan dan peran

30
- Fasilitasi diskusi mengenai harapan di antara pasien dan orang yang
penting bagi pasien dalam hal peran yang saling bergantungan satu
sama lain
- Ajarkan perilaku-perilaku baru yang diperlukan oleh pasien/orang tua
untuk dapat memenuhi perannya

Domain 5
Kelas Z perawatan membesarkan anak
Peningkatan kelekatan 6710
Waktu lebih dari 1 jam
- Letakkan bayi baru lahir kulit ke kulit orang tua setelah kelahiran
- Sediakan kesempatan bagi orang tua untuk melihat, memegang, dan
memeriksa bayi baru lahir segera setelah kelahiran misalnya tunda
prosedur yang tidak perlu dan sediakan privasi
- Fasilitas di kontak mata antara orang tua dan bayi baru lahir segera
setelah kelahiran misalnya tunjukkan posisi wajah kemesra.an lampu
kamar dan sediakan lingkungan yang penuh privasi dan tenang
- Lengkapi pengkajian ibu dan bayi baru lahir pada saat orangtua
memegang bayi baru lahir
- Bagikan pada orang tua mengenai informasi yang didapatkan dari
pengkajian fisik
- Informasikan pasien mengenai perawatan yang diberikan pada bayi
- Instruksikan orang tua mengenai pentingnya memberikan makan
sebagai aktivitas yang memelihara, yang menyediakan kesempatan
untuk terjadinya kontak mata dan kedekatan secara fisik
- Dukung kedekatan secara fisik yang sering dan terus-menerus antara
bayi dan orang tua misalnya kontak kulit ke kulit, menyusui,
menggendong bayi dan tidur dekat dengan bayi
- Instruksikan pada orang tua mengenai bagaimana merawat bayi
misalnya mengganti popok, memberikan makanan, menggendong,
memijat

31
EVALUASI KEPERAWATAN
No. Evaluasi Paraf
1. S: pasien mengatakan nyeri berkurang nyeri terasa agak perih nyeri
hilang timbul pada saat bergerak
P: Nyeri melahirkan Post Sc
Q: perih seperti syatan
R: pada daerah insisi perut bagian bawah
S: skala nyeri menurun menjadi 3
T: rasa sakit hilang timbul jika melakukan pergerakan seperti bangun dari
tempat tidur

O: pasien tampak nyarinya mengurang dan keluhan meringis juga


mengurang pasien terlihat lebih rileks

A: masalah sebagian teratasi

P: intervensi dilanjutkan dengan intervensi selanjut ny aungyk mengatasi


sisa nyeri
2. S: pasien mengatakan sudah mulai mampu untuk bergerak walaupun
sedikit sakit dan sudah mulai mampu untuk berjalan ke kamar mandi
walaupun dengan bantuan

O: pasien tampak mobilitas fisik nya membaik dan sudah mulai


melakukan pergerakan sedikit demi sedikit

A: masalah sebagian teratasi

P: intervensi di lnajtkna dengan intervensi selanjut nya melakukan latihan


mobilitas fisik yang lebih rutin
3. S: pasien mengatakan mampu untuk memenuhi perannya sebagai orang
tua

O: pasien tampak mampu untuk menjalankan perannya sebagai orang tua

32
dan pasien juga merespon pada tanda yang ditunjukkan bayi dan
memberikan kenyamanan kepada bayi

A: masalah teratasi

P: intervensi di hentikan

TERAPI KOMPLEMENTER
Terapi komplementer nya Terapi Foot Massage

33
BAB IV
KESESUAIAN TEORI DAN ASUHAN KEPERAWATAN

Pembahasan pada bab ini tentang masalah-masalah yang muncul pada kasus yang
ditemukan selama asuhan keperawatan .Kesenjangan tersebut dilihat dengan memperlihatkan
aspek-aspek tahapan keperawatan dimulai dari tahapan pengkajian,perencanaan ,pelaksanaan
sampai tahap evaluasi keperawatan pada Asuhan Keperawatan Post Natal Care atau post
partum pada Ny.P dengan G1P0A0 H 42 minggu .
Dari hasil pengkajian yang dilakukan pda pasien PNC,ditemukan masalah
kenyamanan yang terjadi pada pasien ibu hamil dengan data penunjang seperti adanya
Tekanan darah : 118/90 mmHg, suhu : 36,4ºC, nadi : 84 kali/menit, respirasi : 20 kali/menit,
tinggi badan : 152 cm, berat badan sekarang : 74 kg, berat badan sebelum hamil : 67 kg,
lingkar lengan atas : 30 cm.Hal ini sejalan dengan teori yang menyatakan bahwa Post Natal
Care adalah Perawatan yang dilakukan dapat membuat ibu nifas lebih segar sehingga proses
involusi dapat berjalan dengan lancar tanpa masalah/komplikasi (Mirzaei et al., 2016).
Persalinan merupakan proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup
bulan (37-42 minggu) disertai dengan pengeluaran plasenta dan selaput janin (Nurul Jannah,
2017) Ada dua cara persalinan yaitu persalinan lewat vagina yang disebut dengan persalinan
normal dan persalinan dengan cara operasi sectio caesar. Persalinan sectio caesarea
merupakan persalinan buatan dimana janin dilahirkan melalui suatu insisi pada dinding perut
dan dinding rahim dengan saraf rahim dalam keadaan utuh serta berat diatas 500 gram
(Mitayani, 2013).
Terkait dengan diagnosa ini,disusunlah intervensi keperawatan yang akan dilakukan
kepada pasien sesuai dengan kebutuhan masing-masing pasien seperti monitor vital
sign,menganjurkan teknik relaksasi ,monitor nyeri

34
BAB V
PENUTUP

1.1 Kesimpulan
Sectio caesarea merupakan proses persalinan atau pembedahan melalui insisi pada
dinding perut dan rahim bagian depan untuk melahirkan janin. Indikasi medis dilakukannya
operasi sectio caesarea ada dua faktor yang mempengaruhi yaitu faktor janin dan faktor ibu.
Faktor janin meliputi sebagai berikut : bayi terlalu besar, kelainan letak janin, ancaman gawat
janin, janin abnormal, faktor plasenta,kelainan tali pusat dan bayi kembar. Sedangkan faktor
ibu terdiri dari usia, jumlah anak yang dilahirkan, keadaan panggul, penghambat jalan lahir,
kelainan kontraksi lahir, ketuban pecah dini (KPD), dan pre eklamsia (Hutabalian,2011).

1.2 Saran
Pembaca sebaiknya tidak hanya membaca dari materi makalah ini saja karena masih
banyak referensi yang lebih lengkap yang membahas materi dari makalah ini. Oleh karena
itu, pembaca sebaiknya membaca dari referensi dan literatur lain untuk menambah wawasan
yang lebih luas tentang materi ini

35
DAFTAR PUSTAKA

Agustina, S. (2020). Literature Review :Asuhan Keperawatan Pada Ibu Post Operasi Sectio Caesarea
Yang Mengalami Nyeri Denganpenerapan Biologic Nurturing Baby Led Feeding Di Rumah Sakit
Umum Daerah Pandan Kabupaten Tapanuli Tengah. Karya Tulis Ilmiah Keperawatan. Retrieved
from http://ecampus.poltekkes-medan.ac.id/jspui/bitstream/123456789/2973/1/Sri
Agustina.pdf

Correa, G., & Montero, A. V. (2017). No 主観的健康感を中心とした在宅高齢者における 健康関連指

標に関する共分散構造分析Title. 1–10.

SDKI, 2018. (2019). Asuhan Keperawatan Pada Ibu Post Operasi Sectio Caesarea Di Ruang Mawar
Rsud a.W Sjahranie Samarinda. 1–125.

http://jurnal.unw.ac.id/index.php/ijm/article/view/849

36

Anda mungkin juga menyukai